Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Defenisi

Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan

infark serebrum (Kusuma, 2015). Stroke adalah suatu tanda klinis yang

berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal atau global dengan

gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat

menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

vascular (Mutiarasari, 2019).

Stroke dibagi menjadi dua kategori, yakni stroke sumbatan (iskemik)

dan stroke perdarahan (hemoragik). Stroke iskemik adalah stroke yang

terjadi karena sumbatan pembuluh darah otak akibat adanya trombus atau

embolus, sedangkan stroke hemoragik adalah  suatu kondisi gawat

darurat yang disebabkan oleh pecahnya salah satu pembuluh darah di

dalam otak, yang memicu perdarahan di sekitar otak (Mutiari et al., 2019).

B. Etiologi

1. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh

perdarahan intra serebral atau perdarahan subarakniod karena

pecahnya pembuluh darah otak pada area tertentu sehingga darah

memenuhi jaringan otak, perdarahan yang terjadi dapat menimbulkan

gejalah neurologik dengan cepat karena tekanan pada saraf di dalam


tengkorak yang ditandai dengan penurunan kesadaran, nadi cepat,

pernapasan cepat, pupil mengecil.

2. Stroke Iskemik

Stroke Iskemik disebabkan oleh terganggunya peredaran darak

otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan otak

kekurangan suplai oksigen dan terjadi perdarahan. Sumbatan tersebut

dapat disebabkan oleh thrombus (bekuan) yang terbentuk di dalam

pembuluh otak atau pembuluh organ selain otak.

C. Patofisologi

Stroke dapat terjadi karena didalam thrombus atau embolus yang

mengalami penyumbatan aliran darah otak. Thrombus umumnya terjadi

karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah,

sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi

berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia

akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh

embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis.

Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba

berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis. Perdarahan otak dapat

disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli (Kusyani,

2021).

D. Manefestasi klinik

1. Kelemahan otot

2. Nyeri kepala
3. Mual muntah

4. Pandangan kabur

5. Disfagia ( kesulitan menelan)

6. Kesadaran menurun

7. Bicara cadel atau pelo

E. Komplikasi

Adapun komplikasi yang terjadi pada penderita stroke yaitu :

1. Depresi

2. Stroke berulang

Kejadian Stroke yang terjadi setelah stroke pertama. Serangan

stroke ulang masih sangat mungkin terjadi dalam kurun waktu 6 bulan

pasca serangan stroke yang pertama. Hal tersebut dapat terjadi jika

pengendalian faktor resiko tidak baik.

3. Dekubitus

Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma

dan pembedahan, namun juga dapat disebabkan karena tertekannya

kulit dalam waktu lama yang menyebabkan iritasi dan akan

berkembang menjadi luka tekan atau dekubitus. Bagian tubuh yang

sering mengalami dekubitus adalah siku, tumit, punggung, pinggul,

pergelangan kaki dan tulang belakang.

4. Gagal jantung
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung

memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan jaringan terhadap oksigen.

5. Pneumonia

Pneumonia dapat disebabkan immobilisasi lama.

F. Pemeriksaan penunjang

1. Angiografi serebri

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik

seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari

sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.

2. Ct-scan

Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi

henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan

posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan

hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar

ke permukaan otak.

3. MRI

MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang

magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya

perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang

mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.

4. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah

sistem karotis).

G. Penatalaksanaan

1. Stadium Hiperekuat

Tindakan pada stadium ini dilakukan di instalasi gawat darurat dan

merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar

kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi

oksigen 2L/menit. Dilakukan pemeriksaan Ct-scan otak, foto thorax,

darah perifer lengkap, dan jumlah trombosit, glukosa darah. Tindakan

lain di Instalasi gawat darurat adalah memberikan dukungan mental

kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarga agar tetap

tenang.

2. Stadium Akut

Pada stadium ini dilakukan penanganan faktor-faktor etiologic

maupun penyulit, juga dilakukan Tindakan terafi fisik, okupasi,

wicara, dan psikologis, serta telaah social untuk membantu pemulihan

pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu,

menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata

cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga.

H. Pencegahan

1. Mencegah terjadinya luka dikulit akibat tertekan

2. Mencegah terjadinya kekakuan otot dan sendi

3. Mengontrol faktor resiko stroke


4. Diet rendah lemak, garam.

5. Berhenti merokok

6. Mengetahui tanda dan gejalah stroke

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Anamnesa pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit

keluarga, dan pengkajian psikososial.

1. Identitas Klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis

kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal

dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.

2. Keluhan utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan

adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak

dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.

3. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke non hemoragik sering kali berlangsung sangat

mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya

terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak

yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran

disebabkan perubahan di dalam intrakranial. Keluhari perubahan

perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat

terjadi letargi, tidak responsif, dan konia.

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes

melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi

oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,

vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian

obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat

antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya. Adanya

riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat

kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian

dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk

mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes

melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

B. Diagnosa

1. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nerfus

vagus atau hilangnya refluks muntah


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dar kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi

nerfus hipoglosus.

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilngan

keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cederan otak.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan mobilitas

5. Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan

6. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan otot

facial/oral.
C. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Gangguan menelan berhubungan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 1. Posisi tegak 900

dengan penurunan fungsi nerfus vagus Jam pasien diharpakn mampu menelan 2. Menyuapkan makanan secara

atau hilangnya refluks muntah dengan baik. Dengan kriteria hasil : perlahan

1. Dapat mempertahankan makanan 3. Potong makanan menjadi

dalam mulut potongan kecil

2. Kemampuan menelan adekuat 4. Hindari makanan jika residu

3. Kemampuan untuk mengosongkan tinggi

rongga mulut 5. Penawaran makanan atau cairan

4. Mampu mengontrol mual muntah yang dapat dibentuk menjadi

bolus sebelum menelan

2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan jam diharapkan nutrisi dapat terpenuhi 2. Anjurkan pasien untuk

ketidakmampuan untuk mencerna dengan kriteria hasil : meningkatkan protein dan

makanan, penurunan fungsi nerfus 1. Adanya peningkatan berat badan vitamin C

hipoglosus. sesuai dengan tujuan. 3. Berikan informasi tentang

2. Menunjukkan peningkatan fungsi kebutuhan nutrisi

pengecapan dari menelan 4. Kaji kemampuan pasien untuk

3. Tidak terjadi penurunan berat badan mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

5. Kolaborasi dengan ahli gizi

3 Hambatan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24jam 1. Monitoring vital sign sebelum

dengan hemiparesis, kehilngan Diharapkan pasien mampu melakukan dan sesudah Latihan dan lihat

keseimbangan dan koordinasi, aktivitas, dengan kriteria hasil : respon paien saat Latihan

spastisitas dan cederan otak. 1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
2. Mengerti tujuan dari peningkatan tentang rencana ambulasi sesuai

mobilitas dengan kebutuhan

3. Mampu memperagakan penggunaan 3. Bantu klien untuk menggunakan

alat. alat bantu untuk berjalan dan

cegah terhadap cedera

4. Ajarkan pasien tentang Teknik

ambulasi

5. Berikan alat bantu jika klien

memerlukan

6. Ajarkan pasien bagaimana

merubah posisi dan berikan

bantuan jika diperlukan

4 Kerusakan integritas kulit berhubungan Setelah dilakukan intervensi 3x24jam 1. Anjurkan pasien untuk

diharapkan integritas kulit pasien teratasi,


dengan penurunan mobilitas yang ditandai dengan kriteria hasil : menggunakan pakaian longgar

1. Integritas kulit yang baik bisa 2. Hindari kerutan pada tempat

dipertahankan (sensasi, elastisitas, tidur

temperature, hidrasi). 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap

2. Perfusi jaringan baik bersih

3. Mampu melindungi kulit dan 4. Mobilisasi pasien ( ubah posisi )

mempertahankan kelembaban kulit 5. Monitor kulit akan adanya

dan perawatan alami kemerahan

5 Resiko jatuh berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 1. Mengidentifikasi perilaku dan

ketajaman penglihatan jam diharapkan pasien mampu menjaga faktor yang mempengaruhi

keseimbangan tubuh, yang ditandai dengan resiko jatuh

kriteria hasil : 2. Mengidentifikasi karakterisitik

1. Klien mampu menjaga ekulibrium lingkungan yang dapat

meningkatkan potensi untuk


2. Tidak ada kejadian jatuh jatuh ( lantai licin).

3. Sarankan perubahan dalam gaya

berjalan kepada pasien.

4. Pantau kemampuan dalam

berpindah dari tempat tidur ke

kursi roda

5. Bantu pasien ke toilet

6 Hambatan komunikasi verbal Setelah dilakukan intervensi selama 3x24jam 1. Gunakan penerjemah jika

berhubungan dengan penurunan otot diharapkan pasien mampu berbicara , yang diperlukan

facial/oral. ditandai dengan kriteria hasil : 2. Beri satu kalimat simpek setiap

1. Penerimaan intreperestasi dab bertemu jika diperlukan

ekspresi pesab, lisan, tulisan, dan non 3. Dorong pasien untuk

verbal meningkat berkomunikasi secara perlahan

2. Mampu mengkoordinasi Gerakan dan untuk mengulangi


dalam menggunakan isyarat permintaan.

3. Klien mampu untuk memperoleh, 4. Dengarkan dengan penuh

mengatur dan menggunakan perhatian

informasi 5. Anjurkan ekspresi diri dengan

cara lain dalam menyampaikan

informasi ( Bahasa isyarat).

Pathway
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

medis & Nanda Nic-Noc (Yuda (ed.); 2nd ed.). Mediaction.

Kusyani, A. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN STROKE untuk mahasiswa

dan perawat profesional. GUEPEDIA. https://books.google.co.id/books?

id=cO9ZEAAAQBAJ

Mutiarasari, D. (2019). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, and

Prevention. Jurnal Ilmiah Kedokteran Medika Tandulako, 1(1), 60–73.

Mutiari, S. E., Roshinta, D., Dewi, L., Zakiah, M., Neurologi, S. M. F., &

Pontianak, R. S. (2019). Hubungan antara Nilai Hematokrit dan Early

Neurological Deterioration pada Pasien Stroke Iskemik Akut Stroke

menurut World Health Pontianak memiliki prevalensi sebesar 13 , 6 per

1000 penduduk terdiagnosis dan memiliki prevalensi sebesar 3 , 9 per

100 pen. Jurnal Cerebellum, 5, 1376–1387.

Anda mungkin juga menyukai