Anda di halaman 1dari 24

KEPUTUSANDIREKTUR JENDERAL PENDIDIKANISLAM

NOMOR 2769 TAHUN 2019


TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMBERDAYAAN ORANGTUA DI

RAUDHATULATHFAL DENGANRAHMAT TUHANYANG

MAHAESA

DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKANISLAM,

Menimbang a. bahwa untuk mewujudkan pendampingan


pertumbuhan dan perkembangan anak secara
optimal pada Raudlatul Athfal diperlukan pedoman
Pemberdayaan Orang tua di Raudhatul Athfal;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapk
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam
tentang Petunjuk Teknis Pemberdayaan Orang Tua
di Raudhatul Athfal;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang


Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang•
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan
Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 5606) ;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 45, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun
ten tang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5105)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 ten tang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5157);

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60


Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik-Integratif (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 146);
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70
Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi
Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/ atau Bakat Istimewa;
7. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 66 Tahun
2016 ten tang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini;
10. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Agama;
11. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 792 Tahun 2018 tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum Raudhatul Athfal;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN
ISLAM TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERDAYAAN
ORANGTUA DI RAUDHATUL ATHFAL.

KESATU Menetapkan Petunjuk Teknis Pemberdayaan Orang Tua


di Raudhatul Athfal sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari keputusan ini.

KEDUA Petunjuk Teknis Teknis Pemberdayaan Orang Tua di


Raudhatul Athfal sebagaimana dimaksud dalam
DIKTUM KESATU sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran ditingkat satuan pendidikan Raudhatul
Athfal.
KETIGA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 7 Mei 2019

DIREKTUR JENDERAL
P.EN.PIDIKAN ISLAM,
- "Jr/.,.
-i

LAMPIRANI
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
NOMOR 2769 TAHUN 2018
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMBERDAYAAN ORANGTUA DI
RAUDHATULATHFAL

PETUNJUK TEKNIS PEMBERDAYAANORANGTUADI


RAUDHATUL ATHFAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan amanah yang harus diperhatikan gizi dan
kesehatannya, dirawat, diasuh, dididik, dan dilindungi secara optimal.
Layanan optimal terhadap anak mencakup pada seluruh aspek
kebutuhan hidup. Layanan tersebut dilakukan sejak usia dini.
Salah satu aspek kebutuhan hidup anak yang perlu diperhatikan
adalah pendidikan. Pendidikan terhadap anak merupakan tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi
anak. Pendidikan anak pada keluarga dilakukan sejak dalam
kandungan. Oleh karena itu, keluarga memiliki peran yang sangat
mendasar dalam mengoptimalkan semua potensi anak.
Keluarga sebagai lembaga pendidikan informal dilindungi dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Sebagaimana dikernukakan oleh Ki Hadjar Dewantara:
"Keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama dan utama."
Dengan demikian, peran keluarga dalam hal pendidikan bagi anak,
tidak dapat tergantikan sekalipun anak telah dididik di lembaga
pendidikan formal maupun nonforrnal. Untuk itu, keluarga harus
memiliki kemampuan dalam melaksanakan proses peningkatan
gizi dan kesehatan, perawatan, pengasuhan, pendidikan
dan perlindungan.
Masyarakat memiliki peran penting dalam mewarnai kehidupan
anak. Lingkungan masyarakat menjadi penentu terbentuknya karakter
anak. Lingkungan masyarakat yang kondusif akan mampu
-2

membentuk karakter anak yang positif. Sebaliknya lingkungan


masyarakat yang kurang kondusif akan menjadikan karakter anak
yang negatif.
Pemerintah melalui kewenangannya memiliki kewajiban
membentuk karakter anak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Kewenangan pemerintah dalam hal ini berupa kebijakan-kebijakan di
bidang pendidikan.
Kenyataan yang dijumpai di masyarakat, masih banyak keluarga
yang belum memahami akan peran penting keluarga. Oleh karena itu,
diperlukan adanya kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan keluarga agar orangtua dapat memberikan dukungan
kepada anak usia dini secara lebih optimal melalui program
pemberdayaan orangtua yang pada layanan di RA.
Keselarasan pendidikan yang dilaksanakan di RAdan di keluarga
sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan anak secara
menyeluruh.Satuan pendidikan RAperlu memfasilitasi penyelenggaraan
program pemberdayaan orangtua sebagai upaya keselarasan dan
keberlanjutan antara pendidikan anak di RAdengan pendidikan yang
dilakukan di keluarga.
Program keterlibatan orangtua mendorong keterlibatan keluarga
dalam proses pembelajaran RA. Program keterlibatan orang tua ini
meliputi keterlibatan/ interaksi dalam komunikasi dua arah antara
pendidik dan orang tua, keterlibatan orang tua sebagai "guru tamu",
dan pengambilan keputusan serta advokasi bagi anak.
Berdasar pada kebutuhan diatas, maka diperlukan Petunjuk
Teknis Pemberdayaan Orang Tua sebagai pedoman lembaga dalam
membuat program pemberdayaan orang tua di RA.

B. Tujuan
Petunjuk Teknis Pemberdayaan Orang Tua di RA bertujuan
menjadi acuan bagi pengelola RAuntuk melibatkan peran serta orang
tua dalam pembelajaran RA.
-3

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi konsep keluarga
sebagai dasar untuk memahami pendidikan keluarga (parenting) dan
penyelenggaraan program pemberdayaan orangtua (parenting) di RA.

E. Sasaran
Sasaran petunjuk teknis ini adalah pelaksana, penyelenggara dan
pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan RA
-4

BAB II
KONSEP KELUARGA

A. Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga
yang berarti "anggota", "kelompok kerabat". Keluarga adalah
lingkungan tempat beberapa orang yang masih memiliki hubungan
darah bersatu. Keluarga inti (nuclear family) terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak, Konsep keluarga dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Keluarga adalah dasar kelompok sosial di masyarakat yang
biasanya terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak.
2. Keluarga terbentuk atas dua atau lebih orang yang berbagi tujuan
hidup dan memiliki komitmen jangka panjang.
3. Keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak.
4. Keluarga merupakan lembaga pendidikan terdekat yang amat
besar peranannya.

B. Fungsi Keluarga
Pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamm
kehidupan moral dan emosional anak. Hubungan emosional antara
anak dan orang tua akan menjadi wahana pendidikan dalam
membentuk karakter anak di masa kehidupannya. Pola-pola
perilaku dan kebiasaan yang diterapkan dalam keluarga akan
dijadikan acuan anak dalam bersikap dan berperilaku, sehingga
peranan pendidikan keluarga sangatlah penting didalam
pembentukan-karakter anak.
Tanggung jawab orang tua kepada anak tertuang dalam
Undang-Undang Perlindungan Anak No. 35 tahun 2014 Pasal 26
ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut:
a Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: a.
mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi Anak; b.
menumbuhkembangkan Anak sesuai dengan kemampuan, bakat,
dan minatnya; c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia Anak;
dan d. memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi
pekerti pada Anak" .
-

Secara spesifik fungsi keluarga dalam pcmbentukan tumbuh


kembang anak sebagai berikut:
1. Fungsi Biologis atau Reproduksi.
Keluarga adalah sarana pemenuhan kebutuhan biologis dan
reproduksi berfungsi mengembangkan dan melanjutkan
keturunan manusia di muka bumi. Kebutuhan perlindungan fisik
biologis merupakan salah satu bagian yang dapat dipenuhi
melalui keluarga.
2. Fungsi Protektif atau Perlindungan.
Keluarga dapat menjalankan fungsi protektif atau
perlindungan bagi seluruh anggota keluarga, termasuk anak. Di
dalam keluarga, anak akan mendapatkan jaminan perlindungan
hidup, baik secara fisik maupun psikologis.
3. Fungsi Afeksional atau Perasaan.
Keluarga dapat menjalankan fungsi afeksional dalam
membentuk perasaan anak sejak usia dini. Di dalam keluarga,
anak mendapatkan kesempatan berkomunikasi dengan
keseluruhan kepribadian kepada orang tua dan lingkungannya.
Anak dapat merasakan dan menangkap suasana perasaan pada
saat berkomunikasi dengan keluarga.
4. Fungsi Ekonomis.
Keluarga dapat menjalankan fungsi ekonomi yang meliputi
seluruh pendapatan, perencanaan dan penggunaannya.
Pelaksanaan fungsi ekonomi di dalam keluarga dapat
menumbuhkan saling pengertian, solidaritas, dan tanggung jawab
bersama.
5. Fungsi Pendidikan.
Keluarga dapat menjalankan fungsi pendidikan melalui peran
orang tua. Orang tua dapat mendidik anak sejak dini yang
meliputi pembinaan kepribadian, perilaku, dan pengetahuan.
6. Fungsi Sosialisasi.
Keluarga dapat menjalankan fungsi sosialisasi bagi anak
untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Orang t~a menjadi
penghubung anak dengan kehidupan sosial di masyarakat.
7. Fungsi Religius.
-

Keluarga dapat menjalankan fungsi religius melalui upaya


memperkenalkan dan mengajak anak kepada kehidupan
beragama. Penciptaan suasana religius dalam keluarga dapat
dicapai melalui aspek-aspek sebagai berikut:
a. Aspek fisik, berupa penyediaan lingkungan fisik yang
mengandung nilai dan ciri keagamaan, seperti fasilitas
pelaksanaan ibadah, dekorasi dan hiasan yang bernuansa
keagamaan;
b. Aspek emosional, berupa penciptaan suasana keagamaan di
tengah keluarga; dan
c. Aspek sosial, berupa penciptaan hubungan relasional internal
dan eksternal keluarga.
8. Fungsi Rekreatif.
Keluarga dapat menjalankan fungsi rekreatif melalui
penciptakan suasana akrab, ramah, dan hangat. Penciptaan
suasana tersebut menjamin keseimbangan kepribadian anggota
keluarga, mengurangi ketegangan perasaaan, meningkatkan
saling pengertian, memperkokoh kerukunan dan solidaritas
keluarga, dan meningkatkan rasa kasih sayang.
9. Fungsi Pengendalian Sosial.
Keluarga dapat menjalankan fungsi pengendalian sosial
melalui upaya pencegahan terhadap perilaku menyimpang dari
nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Keluarga juga dapat
melakukan upaya kuratif dengan cara mengingatkan atau
menyadarkan atas perilaku negatif.

C. Pola Asuh Orangtua


Pola asuh adalah perlakuan pengasuh dalam rangka memenuhi
kebutuhan, memberikan perlindungan, dan mendidik anak dalam
kehidupan sehari hari. Pola asuh meliputi perawatan dan perlindungan
anak yang dapat berpengaruh pada pembentukan fisik dan mental
anak. Jenis-jenis pola asuh orang tua sebagai berikut:

1. Pola Asuh Demokratis.


Pola Asuh Demokratis adalah pola asuh yang
memprioritaskan kepentingan anak. Pola asuh demokratis ditandai
-7

dengan sikap orang tua yang rasional, realistis terhadap


kemampuan anak, memberikan kebebasan dan kehangatan kepada
anak, suka berdiskusi dengan anak, selalu memperhatikan
perkembangan anak, dan memberi kesempatan untuk mandiri.
2. Pola Asuh Permisif
Pola Asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan
pengawasan yang sangat longgar dan cenderung selalu memberikan
kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol. Orang tua jarang
melakukan komunikasi timbal balik dan cenderung tidak menegur
atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya.
Pola asuh permisif ini akan membentuk anak cenderung
impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau
menang sendiri, kurang matang secara sosial, dan kurang percaya
diri.
3. Pola Asuh Otoriter
Pola Asuh Otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan
memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua. Pola
asuh ini ditandai dengan komunikasi satu arah atau tidak
memerlukan umpan balik dari anak.
Pola asuh otoriter dapat membentuk anak menjadi penakut,
pendiam, tertutup, tidak memiliki inisiatif, gemar menentang, suka
melanggar norma, berkepribadian lemah, menarik diri, serta
cenderung menjadi anak yang mudah cemas.
4. Pola Asuh tipe Penelantar (Neglected)
Pola Asuh tipe Penelantar (Neglected) ini pada umumnya
memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak.
Orang tua yang menerapkan pola asuh penelantar akan
menjadikan anak-anak dengan ciri-ciri sebagai berikut: anak yang
moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau
mengalah, memiliki harga diri (self esteem) yang rendah, dan sering
bermasalah dengan temannya.
-8

BAB III
PROGRAM PEMBERDAYAAN ORANGTUA (PARENTING)
RAUDHATUL ATHFAL

A. Tahapan Pelaksanaan Program Pemberdayaan Orangtua


Mekanisme program Pembelajaran RA Berbasis Keluarga
(Parenting) meliputi 5 tahapan, 1) Tahap persiapan, 2) Tahap
penyusunan program, 3) Tahap pelaksanaan program, 4) Tahap
evaluasi internal, dan 5) Tahap monitoring dan evaluasi.

Keterangan:
1. Tahap Persiapan Program
Tahap pertama ini berisi pendataan kelompok Sasaran dimana
program parenting akan dilaksanakan, pendataan sumber-sumber
dukungan, dan peta sosial berupa informasi mengenai
pelaksanaan program sekurang-kurangnya menggambarkan
sebaran kelompok sasaran program, potensi individu, potensi
kelembagaan, dan potensi sosial lainnya.
2. Tahap Penyusunan Program
Pada tahap penyusunan program, dilakukan dengan sosialisasi
dan pendataan kebutuhan program. Kegiatan ini merupakan
pemberian informasi mengenai kekuatan dan kelemahan kelompok
sasaran yang dirumuskan dalam Peta Sosial. Program dilanjutkan
dengan penyusunan rancangan program untuk dirumuskan
-9 -

program yang akan dijalankan. Tahapan selanjutnya adalah


penyiapan perangkat program berupa penyiapan sarana dan
prasarana yang diperlukan dalam menjalankan program yang telah
dirancang. Hasil dari tahap 1111 adalah Program Parenting
(Penguatan RABer basis Keluarga).
3. Tahap Pelaksanaan Program
Beberapa alternatif bentuk kegiatan yang bisa dilakukan
dalam melaksanakan program parenting, di antaranya adalah: (1)
Kelompok Pertemuan Orang Tua, (2) Keterlibatan Orangtuadi
Kelompok/ Kelas Anak, (3) Keterlibatan Orangtua dalam Kegiatan
Bersama, (4) Hari Konsultasi Orang tua, (5) Kunjungan Rumah, dan
(6) Kegiatan Lain yang sesuai dengan kebutuhan dan atau potensi
sosial yang sudah melekat di masyarakat.
4. Tahap Evaluasi Internal
Evaluasi internal merupakan penilaian terhadap proses
berjalannya suatu program untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan setiap pelaksanaan program dan efektivitas dan
keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Evaluasi internal
dapat dilakukan melalui kuesioner, pengamatan, wawancara,
checklist, diskusi atau dapat menggunakan format kesan, pesan,
dan saran kegiatan, dan dengan melihat jumlah kehadiran peserta.
5. Tahap Monitoringdan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
dilaksanakan oleh penyelenggara lembaga dan pemangku kebijakan.

B. Jenis-jenis Program Pemberdayaan Orangtua (Parenting)


1. Kegiatan Pertemuan Orangtua (KPO)
Kegiatan Pertemuan Orangtua (KPO) merupakan wadah
komunikasi bagi orang tua untuk saling berbagi informasi dan
pengetahuan dalam melaksanakan pendidikan anak. Tujuan
diselenggarakan KPO dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan orangtua dalam melaksanakan pengasuhan
di lingkungan keluarga.
Jenis kegiatan KPOdapat berbentuk:
a. Curah pendapat, berupa saling mengemukakan pendapat antar
orangtua tentang pengalaman mereka dalam pengasuhan anak.
- 10 -

b. Sarasehan, berupa pertemuan yang diselenggarakan untuk


mendengarkan pendapat para ahli mengenai masalah anak.
c. Simulasi, merupakan kegiatan praktek yang dilaksanakan oleh
kelompok.
d. Belajar keterampilan tertentu, merupakan kegiatan yang lebih
diarahkan pada pemberian pelatihan secara individu atau
kelompok dengan tujuan peningkatan atau penguasaan
keterampilan tertentu, Contoh: mengolah makanan ringan yang
aman, bergizi, bervariasi dan berimbang membuat permainan
edukatif dari bahan daur ulang dan lain-lain.
Langkah-langkah pelaksanaan KPOsebagai berikut:
a. Menentukan waktu pelaksanaan berdasarkan kesepakatan
bersama.
b. Menentukan Materi disesuaikan dengan kebutuhan peserta.
c. Menghubungi Narasumber
d. Melaksanakan Kegiatan menjadi tiga tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi akhir kegiatan.

C. Keterlibatan Orangtua di Kelas


Keterlibatan Orangtua di kelas merupakan kegiatan yang
melibatkan orangtua dalam bentuk: (1) bermain bersama anak di kelas;
(2) membantu pendidik dalam proses pembelajaran dan (3) pembekalan
wawasan bagi orangtua tentang proses belajar. Tujuan keterlibatan
orang tua di RAadalah menyelaraskan antara program pembelajaran di
RAdan lingkungan keluarga.
Langkah-langkah pelibatan Orangtua di RA meliputi:
1. Persiapan
a. Pendidik/pengelola RA bersama Orangtua menetapkan waktu,
materi/ topik, lokasi sasaran, dan pembagian tugas orangtua.
b. Pembekalan teknis pelaksanaan kegiatan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan jadwal yang telah
disepakati bersama antara orangtua dan pendidik.
3. Pemantauan
- 11 -

Pemantauan dilakukan dalam bentuk pencatatan oleh pengelola


terhadap kegiatan yang dilakukan orang tua selama bersama anak
di kelas.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan tidak untuk memberi skor pada orangtua tetapi
lebih berupa umpan balik terhadap kegiatan yang sudah berjalan.
Evaluasi dilakukan melalui diskusi secara kekeluargaan. Evaluasi
dibagi menjadi 3 topik yakni:
a. Diskusi tentang sikap dan kegiatan orang tua.
b. Diskusi tentang efektivitas kegiatan yang sudah berjalan.
c. Penilaian orangtua tentang manfaat kegiatan yang diikuti.

D. Keterlibatan Orangtua dalam Kegiatan Bersama


Keterlibatan orangtua dalam kegiatan bersama adalah pelibatan
orangtua dalam pelaksanaan kegiatan penunjang pembelajaran RA.
Tujuan pelibatan orang tua dalam kegiatan bersama adalah
mendekatkan hubungan antara orangtua, anak, dan RA serta
meningkatkan peran orangtua dalam proses pembelajaran.
1. J enis Kegiatan
Rekreasi, bermain di alam, perayaan hari besar, atau kunjungan
edukasi, berkebun, memasak bersama, bazzar, outbond, dan
kegiatan lainnya berada di luar lingkungan kelas/sekolah.
2. Penyelenggara/ pengelola
Lembaga RA bekerjasama dengan orangtua dan lembaga atau
instansi terkait yang sesuai dengan jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan.
3. Tahapan kegiatan
a. Melakukan Identifikasi tempat kegiatan
b. Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan
c. Menetapkan waktu kegiatan
d. Menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
e. Menetapkan nara sumber yang sesuai dengan jenis kegiatan
f. Mengorganisasikan kegiatan
g. Menjelaskan aturan-aturan yang harus ditaati semua pihak
selama kegiatan
h. Melakukan pemantauan terhadap aktivitas yang dilakukan
- 12 -

1. Mencatat kejadian-kejadian penting


J. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan.
Aspek yang dievaluasi sekurang-kurangnya mencakup
keterlibatan keluarga dan interaksi dalam dan antar keluarga.

E. Hari Konsultasi Orangtua


Hari konsultasi orangtua adalah hari-hari tertentu yang
dijadwalkan oleh RAsebagai hari bertemunya antara orangtua dengan
pengelola/pendidik, ahli untuk membahas tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak serta masalah-masalah lain yang dihadapi anak.
Hari Konsultasi dapat dilakukan secara individual atau secara
kelompok.
Hal-hal yang bersifat khusus atau pribadi, sebaiknya
dikonsultasikan secara individual. Akan lebih baik jika ada tenaga ahli
yang dapat dihadirkan saat konsultasi. Pada hari konsultasi orangtua,
juga dapat dijadwalkan untuk melakukan penilaian perkembangan
anak dengan menggunakan kartu DDTK (Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Anak) sesuai jadwal masing-masing anak. Tujuan hari
konsultasi orangtua adalah meningkatkan hubungan timbal balik
antara orangtua dengan RA dalam melakukan pendidikan anak.
1. Pengelolaan
Kegiatan ini dirancang oleh RA sebagai kegiatan rutin yang
waktunya disesuaikan dengan kebutuhan. Apabila ditemukan
kasus-kasus spesifik, RAdapat memberikan rujukan kepada tenaga
profesional, misalnya dokter, psikiater, psikolog, ulama, orangtua
yang memilikipengalaman keberhasilan dalam mendidik anak atau
pihak-pihak lain yang kompeten.
RA berkewajiban menjaga rahasia yang disampaikan oleh
orang tua, sehingga dapat menyampaikan persoalan secara lugas
tanpa ada kecurigaan atau kekhawatiran.
2. Proses Kegiatan
Proses kegiatan dilakukan tidak saja untuk memecahkan
persoalan yang sedang dihadapi orangtua, tetapi juga secara
proaktif mengundang orangtua anak secara bergilir untuk
membahas pertumbuhan dan perkembangan anak, di antaranya
melalui DDTK.
- 13 -

3. Taha pan Kegiatan


a. Mengidentifikasi narasumber untuk dijadikan konsultan sesuai
dengan kebutuhan.
b. Menghubungi narasumber untuk memastikan kesediaan waktu.
c. Menetapkan waktu konsultasi, tempat, dan mekanisme
konsultasi.
d. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan, seperti
ruangan konsultasi, format konsultasi, dan lain-lain.
e. Mencatat semua informasi penting yang disampaikan oleh
keluarga.
f. Evaluasi. Melakukan evaluasi kegiatan yang mencakup; tempat
kegiatan yang digunakan, waktu yang dipergunakan, kredibilitas
(kemampuan) nara sumber, pendekatan konsultasi, dan
partisipasi orang tua.

F. Kunjungan Rumah
Kegiatan kunjungan rumah dilakukan oleh pendidik/ pengelola
RAdalam rangka mempererat hubungan. antara RA dengan orang tua
dengan memanfaatkan berbagai kesempatan yang sesuai misal
menjenguk anak/ orang tua yang sakit, membantu menyelesaikan
permasalahan terten tu.
Tujuan Kunjungan Rumah adalah Menjalin silaturahmi antara
RA dan orang tua, menggali informasi tentang pola asuh orangtua
dalam keluarga, dan menemukan pemecahan masalah secara bersama
terhadap masalah yang dihadapi oleh anak di rumah.
- 14 -

BABIV

KOMUNIKASEIFEKTIFTERHADAP

ORANGTUA

A. Konsep Komunikasi
Komunikasi merupakan hal terpenting sebagai alat interaksi
manusia. Dengan komunikasi banyak hal yang bisa terselesaikan atau
terbantu. Komunikasi dapat menjadi intrumen untuk mencari
penyelesaian masalah.
Komunikasi efektif adalah terwujudnya pengertian yang sama
antara komunikator dan komunikan. Syarat-syarat berkomunikasi
secara efektif antara lain:
1. Menciptakan suasana yang menyenangkan pada kedua belah pihak.
2. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di
pihak komunikan.
4. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di
pihak komunikan.
B. Komunikasi antara Pendidik dan Orang Tua di RA
Kewajiban pendidik dan orang tua RA adalah memastikan
anak mendapatkan pendidikan yang baik. Layanan tumbuh kembang
anak memerlukan kerja-sama yang baik antara pendidik dan orang
tua. Kerjasama tersebut perlu ditunjang dengan komunikasi yang
efektif antara pendidik dan orang tua.
Komunikasi efektif antara pendidik dan orang tua dilakukan
dengan tujuan:
1. Mengontrol kegiatan anak. Pendidik menanyakan kondisi anak
di rumah. Orang-tua menanyakan kondisi anaknya di RA.
2. Mengevaluasi kemajuan anak.
3. Melibatkan orang tua berperan serta dalam proses pendidikan
anak.
4. Membangun pengertian timbal balik antara pendidik dan orang
tua.
- 15 -

C. Pengelolaan Komunikasi dengan orang tua di RA


RA adalah tempat layanan dalam mengopimalkan tumbuh
kembang anak. Komunikasi antara RA dan orang tua sangat
cliperlukan dalam mewujudkan pelayanan tumbuh kembang anak.
Dalam mengelola komunikasi antara RA dan orang tua perlu
diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Anggap semua keluhan itu serius, jangan pernah menggunakan
standar diri kita sencliri.Karena jika itu terjacli maka pikiran yang
ada di benak kita terkadang menganggap hal terbut adalah hal kecil
yang tidak perlu dipersoalkan .
2. Tidak menjawab keluhan yang bemada 'panas' dengan nada yang
sama 'panasnya'. Ingat lembaga RA adalah institusi
pendidikan yang seharusnya lebih beradab dan berbudaya.
3. Jika ada keluhan atau masalah yang terjadi dan terselesaikan
dengan baik, dapat menjadi pembelajaran bagi guru dan lembaga
bahwa mereka tidak dapat "main-main" dengan standar dan kinerja.
4. Hargai orang tua dan anggap keluhan mereka sebagai edukasi,
altematif atau saran untuk lembaga agar berubah menjadi lebih
baik. Sebuah masukan terkadang terasa 'pahit' tapi jika semua
pihak mau mendahulukan kepentingan anak maka seharusnya
tidak ada yg perlu merasa tersinggung. Sebuah lembaga yang sehat
dan baik tidak anti masukan dan tuntutan, jika itu semua demi
kebaikan dan keberlangsungan lembaga itu climasadepan.
5. Bentuklah perkumpulan orang tua atau Parent Teacher Asociation.
Sebagai wadah keluhan dan ajang komunikasi yang sehat.
6. Lakukan tawaran dialog tatap muka dengan orang tua, dan
pertemukan semua pihak yang bermasalah semua untuk mencari
jalan keluar.
7. Buatlah prosedur penanganan keluhan. Hal ini penting untuk
mencegah agar lembaga memiliki satu kata dalam mengeluarkan
informasi dalam penanganan sebuah masalah yang timbul dari
keluhan secara lugas.
- 16 -

BABV
PENUTUP

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mempunyai


keterpaduan antara pendidikan keluarga dan RA. Untuk mencapai
harapan tersebut program parenting atau pemberdayaan orang tua di RA
menjadi penting dilaksanakan secara optimal.
Keuntungan dilaksanakannya program pemberdayaan orang tua di
RA dapat meningkatkan tingginya kesadaran orangtua untuk ikut terlibat
dalam pengasuhan anaknya. Kegiatan di keluarga dapat disesuaikan
dengan program di RA.
Petunjuk Teknis ini agar dapat ditindaklanjuti dalam mewujudkan
pemberdayaan orang tua di RA. Seluruh pemangku kepentingan RA
berkewajiban melaksanakan petunjuk teknis ini.

DIREKTUR JENDERAL,
PENDIDIKAN ISLAM

Ttd

.r
~MaRUDDIN AMIN
- 17 -

Lampiran 1: Jadwal Kegiatan Pemberdayaan Orang Tua di RA dalam 1


tahun
'>

0
lZi
Cl)
§
ro ~ §ro
E ·cro ..c::
~
;
~l
«l:J::2
Cl) Cl)
' ~§
~ § Sn'@ O 'O «s ·('lj :-;::::
.-:: ~

§~«s'v:t:
"Ci~O..O.. .bl)
~] «s «s& b.O ~]
~§~~--- § 'O~ «s "@
:-: : : ~ ~ c § . >,
'O ;l c,j v "@ b.O~ 'O
eoC l) ~ 0::: .c... «c;ls 1-..
s
§ «s@ al;l :r:~ «s .0 «s
5 '@ :.::l ~
§ 'O~ . .«.s.,..,o §@ @ c ~ .0
;::.., .....
~(i j ro v ~-. . , , ro c E
·6 fB' l l · Evro "cc ro al«s ~
s
;l
.....
~ ro~ro-o
~ §°~ §<s1-..""' ~
6'll ro en @
v :.::v. :..o
Ev::l roro'O-·-v ro
01 Ow 2
(
'I) 0. .0
1/) i)
,it

z (')

~
N

.-4

r-,
1/) ....-

,it

......
f;a;l (')

:
N
::,

i .-4

I
1/)

< ,it

~ ..::i
~ (')
~
e ~

z-
z
E--- N

~ .-4
:>
~
e0 II)

~
,it

I (')

.-4
~

0 <
z

Anda mungkin juga menyukai