Anda di halaman 1dari 9

Mappiare-AT, Kebutuhan Belajar Penelitian Bermuatan Sosial-Budaya...

79

Kebutuhan Belajar Penelitian Bermuatan Sosial-Budaya


untuk Peningkatan Kompetensi Dosen

Andi Mappiare-AT

Abstract: Learn about research, to do it, and published its’ result, are professional task of Guidance
and Counseling lecturers as effort for enhanced his/her competence. There are two scientific
approaches in any research, quantitative and qualitative. Both of these approaches have a socio-
cultural content that need to be understood. Based on these conceptual notions, a descriptive study
has been done and the main result is that so many Guidance and Counseling teachers that needed
studying qualitative research than quantitative research. Some suggestions were proposed based
on this result.

Kata kunci: belajar riset, sosial-budaya, kompetensi dosen.

Kegiatan dasar untuk peningkatan kualitas pendidikan Dalam penjelasan UU-RI tesebut berkenaan
program sarjana (S1) Universitas Negeri Malang pa- dengan kompetensi profesional guru dinyatakan:
da aspek pengembangan Program Studi Bimbingan “Yang dimaksud dengan kompetensi profesional ada-
dan Konseling (BK) adalah dengan dilakukan upaya lah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara
peningkatan kompetensi profesional (keilmuan) do- luas dan mendalam”. Konsep “kemampuan pengua-
sen. Kompetensi profesional dosen adalah salah satu saan materi pelajaran secara luas dan mendalam”
dari empat unsur kompetensi untuk dapat menjadi bagi dosen, tentu mencakup pengembangan ilmu me-
“Pendidik Profesional”. lalui penelitian dan penulisan karya ilmiah.
Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional Atas dasar itu, sangat penting adanya upaya-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) ber- upaya nyata peningkatan kompetensi profesional (ke-
fungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen ilmuan) dosen melalui peningkatan komepetnsi mene-
sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pe- liti dan penulisan karya ilmiah bagi dosen. Prodi BK
ngetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada khususnya dan dosen Jurusan Bimbingan Konseling
masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pen- dan Psikologi (BKP) pada umumnya yang secara
didikan nasional (Undang-Undang Republik Indone- menerus dikembangkan perlu memprogramkan upa-
sia, No.14, Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, ya-upaya pembinaan kompetensi profesional dosen,
Pasal 5). khususnya belajar (meneliti) bermuatan sosial-buda-
Selanjutnya dieksplisitkan patokan pembinaan ya. Kegiatan “belajar bermuatan sosial-budaya” da-
dan pengembangan dosen serta cakupan bidang kom- lam hal penelitian, berarti penggiat “mempertimbang-
petensi dosen tersebut dalam Pasal UU-RI, No. 14, kan” dan “memasukkan” unsur-unsur sosial-budaya
2005 adalah sebagai berikut: (1) pembinaan dan pe- dalam kegiatan belajar penelitian.
ngembangan dosen meliputi pembinaan dan pengem- “Mempertimbangkan unsur-unsur sosial-buda-
bangan profesi dan karier; (2) pembinaan dan pe- ya” dalam konteks ini berarti memperhitungkan ada-
ngembangan profesi dosen sebagaimana dimaksud nya perbedaan sifat-sifat sosial budaya” dalam hal
pada ayat 1 meliputi kompetensi pedagogik, kompe- metode pengembangan ilmu “Barat” (positivistik/
tensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi objektivistik) dan pengembangan ilmu “Timur”, Indo-
profesional. nesia (interpretif/subjektivistik). Kedua sifat sosio-

Andi Mappiare-AT (e-mail: andi_mappi@yahoo.com) adalah dosen BKP-FIP Universitas Negeri Malang, Jalan Surabaya 6
Malang

79
80 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 16, NOMOR 1, APRIL 2009

budaya itu berimplikasi pada perlunya diperhitungkan BKP mengenai penelitian kuantitatif dan kualitatif.
kedua “kubu” filosofi dan metode penelitian kuantita-
tif dengan basis positivistik/objektivitik dan kualitatif
dengan basis interpretif/subjektivistik yang berorien- METODE
tasi humanis (Lih. Alvesson dan Skolberg, 2000; Ba- Asumsi yang mendasari riset ini adalah: (1) bah-
nister, dkk., 1994; Cottone, 1992; Denzin dan Lincoln, wa ada banyak ragam wujud informasi yang dibutuh-
2000; Myers, 2007; Szymanski dan Parker, 2001). kan untuk dikuasai bagi peningkatan kompetensi me-
“Memasukkan unsur-unsur sosial-budaya” da- neliti para dosen BKP; (2) bahwa beragam pula me-
lam konteks ini berarti menerapkan proses belajar dia pemenuhan kebutuhan informasi informasi yang
metode penelitian menurut sosio-budaya ketimuran diperlukan bagi peningkatan kompetensi meneliti para
khususnya di dalam pemanfaatan “media” penyam- dosen BKP; dan (3) bahwa apa wujud informasi dan
paian informasi mengenai metode penelitian kepada bagaimana media pemenuhan informasi dimaksud
para Dosen BKP. Unsur-unsur sosio-budaya yang dapat diketahui secara cermat melalui teknik survei
perlu dimasukkan di antaranya budaya tahu-sendiri dengan kuesioner terstruktur. Batasan riset ini adalah:
dan tahu-diri, mengedepankan rasa malu, kesabaran, (1) ruang lingkup substansial yang diteliti dibatasi
merendah-diri, kebersamaan dan gotong-royong, pada sejumlah jenis atau tipe penelitian yang relevan
kekerabatan, hubungan komunal, komunitas harmonis digunakan dalam penelitian bimbingan konseling dan
(Lih., di antaranya, Machmud, 2000; Mappiare-AT, psikologi; dan (2) populasi riset adalah para dosen
2005; 2007; Mulder, 1992; Soelaiman, 2003). Jurusan BK yang berpangkat Lektor Kepala ke ba-
Peningkatan kompetensi penelitian bagi dosen wah, yang belum profesor.
Jurusan BKP itu akan lebih berdayaguna dan lebih Belajar penelitian yang dimaksud di sini adalah
tepat-sasaran jika didukung data empiris dan kesim- upaya pengubahan perilaku dalam pengembangan pe-
pulan ilmiah. Data empiris mengenai kebutuhan bela- ngetahuan metodik penelitian. Penelitian merupakan
jar meneliti bermuatan sosial-budaya hanya dapat di- suatu upaya pencarian atau menemukan kebenaran
peroleh melalui suatu riset yang dirancang secara baik dalam kerangka pengembangan ilmu maupun
cukup komprehensif dan dilaksanakan secara cer- bagi pencermatan aktivitas profesional dalam hal ini,
mat. Rancangan riset yang cukup komprehensif guna pelaksanaan bimbingan dan konseling mencakup ha-
mengetahui kebutuhan dimaksud haruslah mencakup kekat pendidikan serta bimbingan dan konseling se-
kemungkinan kebutuhan dosen akan penguasaan me- bagai ilmu dan profesi/teknologi, fungsi riset bagi pe-
ngenai prinsip dan prosedur penelitian secara umum, ngembangan ilmu atau profesi pendidikan serta bim-
kompetensi meneliti dalam pendekatan kuantitatif, bingan dan konseling, serta kode etik riset bagi pe-
kompetensi meneliti dalam pendekatan kualitatif; ngembangan ilmu dan profesi. Kompetensi meneliti
kompetensi menulis laporan hasil riset kuantitatif dan dalam pendekatan kuantitatif mencakup hakekat pe-
kualitatif; dan kompetensi membimbing mahasiswa nelitian kuantitatif, masalah bimbingan dan konseling
dalam riset kuantitatif dan kualitatif. Rancangan riset yang layak diteliti secara kuantitatif, dan macam/tipe,
untuk mengetahui kebutuhan dosen dimaksud harus- serta metode dan teknik analisis data. Diluangkan
lah pula mencakup ‘kedalaman’ atau tataran informa- pula pilihan informasi lain mengenai penelitian kuanti-
si ikhwal penelitian dan teoretik dan praktisnya. Riset tatif menurut kebutuhan responden.
komprehensif dalam hal ini dilakukan dengan pende- Penelitian ini diselenggarakan dengan rancang-
katan kuantitatif, prosedur survei ex-post facto, yaitu an kuantitatif ex-post facto, tipe deskriptif-persenta-
pelukisan keadaan fenomena, dalam hal ini kebutuh- se. Variabelnya adalah variabel tunggal berupa kebu-
an dosen BKP akan kompetensi meneliti, yang sudah tuhan peningkatan kompetensi penelitian, terjabarkan
ada dan sedang dihayati. dalam definisi operasional di depan. Populasi peneliti-
Atas dasar latar belakang di atas, penelitian ini an adalah para dosen bimbingan dan konseling yang
bertujuan untuk mendapatkan: (1) deskripsi kategori berpangkat Asisten, Lektor, dan Lektor Kepala yang
kebutuhkan dosen BKP akan hakekat penelitian, ke- belum mencapai Profesor. Sampel dosen ditetapkan
beradaan penelitian bermuatan sosial-budaya dalam secara sampel total, karena jumlahnya relatif kecil
metode kuantitatif dan kualitatif; dan (2) deskripsi yaitu 39 orang.
kategori media bermuatan sosial-budaya bagi peme- Desain riset adalah deskriptif-persentase. Da-
nuhan kebutuhan informasi yang diperlukan dosen lam analisis, substansi kebutuhan itu disusun dalam
Mappiare-AT, Kebutuhan Belajar Penelitian Bermuatan Sosial-Budaya... 81

tabel-tabel dengan pembagian/kategori: (1) kebutuh- satuan informasi yang ditawarkan, ternyata hanya
an informasi mengenai Hakekat Penelitian: Pengem- informasi mengenai Riset Ex-Post Facto yang dibu-
bangan Ilmu/Profesi; (2) kebutuhan Informasi me- tuhkan oleh banyak sekali (83%) dosen. Dari sejum-
ngenai Riset Kuantitatif; dan (3) kebutuhan Informasi lah itu ada banyak sekali (78%) dosen yang meminta
mengenai Riset Kualitatif. pemenuhan informasi secara tertulis saja, banyak
Instrumen penelitian, berupa kuesioner, disusun (52%) yang meminta pelatihan, dan cukup (39%)
berdasarkan pembagian/kategori permasalahan ter- jumlah dosen yang meminta lokakarya.
sebut di atas dan telah diuji kehandalannya melalui Adapun 10 kategori satuan informasi lain tergo-
peer review. Semula disiapkan instrumen dengan isi long sedikit dosen yang membutuhkannya. Satuan
kategori kompetensi penelitian yang dibutuhkan dan informasi itu adalah hakekat riset kuantitatif; masalah
kedalaman informasi yang dibutuhkan. Atas masukan bimbingan dan konseling yang layak diteliti dengan
dan koreksi dari kolega maka instrumen pengumpulan pendekatan kuantitatif; riset deskriptif, riset aktivitas
data, kuesioner, direvisi menjadi bentuk valid untuk dan historis; riset korelasional dan perbandingan; riset
dilancarkan. pengembangan; riset eksperimental; penyusunan dan
Analisis data deskriptif dilakukan secara deskrip- validasi instrumen riset kuantitatif; kaidah analisis da-
tif persentasi. Penafsiran dan penyimpulan dari ana- ta; analisis data kuantitatif dengan bantuan komputer.
lisis data penelitian dilakukan berdasarkan kriteria Ini dapat berarti bahwa banyak sekali (hampir semua)
yang ditetapkan dalam Tabel 1. dosen Jurusan BKP sudah sangat paham dengan as-
pek-aspek penelitian kuantitatif, sehingga informasi
sekitar hal itu tidak dibutuhkan.
HASIL Kebutuhan akan informasi mengenai penelitian
Deskripsi Kebutuhan Belajar Penelitian kualitatif pada kalangan dosen Jurusan BKP, keada-
Kuantitatif dan Kualitatif annya sangat berbeda dari 2 kategori besar kebutuh-
an sebelumnya.
Dari tiga satuan kebutuhan informasi yang dita- Ada enam kategori satuan informasi yang dibu-
warkan untuk dipilih oleh para dosen, hanya informasi tuhkan oleh banyak sekali dosen. Informasi mengenai
mengenai kode etik riset dibutuhkan oleh banyak do- hakekat riset kualitatif dibutuhkan oleh banyak sekali
sen (56%). Sementara banyak dosen (52%) memilih dosen (87%), dan banyak sekali dosen (87%) yang
media tertulis bagi pemenuhan kebutuhan informasi meminta dipenuhi melalui media tertulis saja. Infor-
itu, sedikit (22%) yang memilih media lokakarya. Ada- masi mengenai masalah bimbingan dan konseling
pun yang memilih satuan kategori informasi lain, yang yang layak diteliti dengan pendekatan kualitatif dibu-
ditawarkan dengan isian bebas, tertulis hanya kebu- tuhkan oleh banyak sekali dosen (91%), dan yang
tuhan akan buku-buku sumber terbaru penelitian, tu- meminta dipenuhi dengan tertulis adalah banyak se-
kar-menukar informasi hasil penelitian (tergolong se- kali (91%), yang meminta lokakarya banyak sekali
dikit, disebutkan masing-masing oleh seorang). Kate- (78%), dan pelatihan banyak sekali (83%). Informasi
gori satuan tambahan untuk media bagi pemenuhan mengenai tipe riset dialogis dibutuhkan oleh banyak
kebutuhan adalah “sarasehan” (juga diajukan oleh sekali dosen (83%), namun mereka yang meminta
seorang responden) dan pelatihan (diajukan oleh dua dipenuhi melalui pelatihan juga banyak sekali (78%),
responden). dan lokakarya dibutuhkan secara cukup jumlah dosen
Kebutuhan akan informasi mengenai penelitian (35%). Informasi mengenai tipe riset percakapan,
kuantitatif, gambarannya seperti ini: dari 11 kategori seperti itu pula, dibutuhkan oleh banyak sekali dosen

Tabel 1. Kriteria Penafsiran dan Penyimpulan Data


No. Rentangan Persentase Pilihan Kriteria
Responden Interpretasi
1. 0 % -- 25 % Sedikit
2. 26 % -- 50 % Cukup
3. 51 % -- 75 % Banyak
4. 76 % -- 100 % Banyak sekali
82 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 16, NOMOR 1, APRIL 2009

(83%), mereka meminta dipenuhi melalui pelatihan meminta dipenuhi melalui pelatihan adalah cukup do-
adalah banyak sekali (78%), dan lokakarya adalah sen, (39%). Informasi mengenai tipe riset karya-seni
cukup (26%). Informasi mengenai analisis data kuali- dan kritisisme dibutuhkan oleh cukup jumlah dosen
tatif secara ‘manual’ dibutuhkan oleh banyak sekali (30%), dan yang meminta dipenuhi melalui pelatihan
dosen (83%), mereka meminta dipenuhi melalui pela- adalah cukup jumlah dosen (26%). Informasi menge-
tihan adalah banyak sekali dosen (78%), dan lokakar- nai tipe riset grounded dibutuhkan oleh cukup jumlah
ya adalah banyak (69%). Informasi mengenai analisis dosen (30%), dan yang meminta dipenuh melalui pe-
data kualitatif dengan bantuan komputer dibutuhkan latihan adalah juga cukup (30%).
oleh banyak sekali dosen (96%), mereka minta dipe- Adapun kategori satuan informasi yang dibutuh-
nuhi melalui pelatihan adalah banyak sekali (83%), kan oleh sedikit dosen adalah tipe riset aksi, tipe riset
dan lokakarya adalah banyak dosen (62%). psikologi ekologis, tipe riset etnografi, tipe riset heuris-
Adapun tiga kategori satuan informasi yang di- tik, dan tipe riset fenomenologi transendental.
butuhkan oleh banyak dosen, secara spesifik dides-
kripsikan sebagai berikut. Informasi mengenai tipe
Peta Kebutuhan dan Media Pemenuhan
riset psikologi eksperiensial dibutuhkan oleh banyak
dosen (74%), dan mereka yang meminta dipenuhi Peta kebutuhan informasi penelitian kuantitatif
melalui media pelatihan adalah banyak (69%), dan dan kualitatif dan media pemenuhan untuk dosen Ju-
lokakarya adalah banyak (61%). Informasi mengenai rusan BKP digambarkan dalam Tabel 2.
tipe riset heuristik dibutuhkan oleh banyak dosen
(52%), dan meminta dipenuhi melalui media pelatihan
adalah banyak dosen (52 %), dan lokakarya adalah Klarifikasi Hasil
cukup (49%). Informasi mengenai tipe riset fenome- Deskripsi kategori informasi penelitian yang di-
nologi empiris dibutuhkan oleh banyak dosen (69%), butuhkan oleh dosen BK: (1) banyak sekali dosen
dan yang meminta dipenuhi melalui media pelatihan membutuhkan informasi mengenai Riset Ex-Post
adalah banyak dosen (62%), dan lokakarya adalah Facto, hakekat riset kualitatif, masalah bimbingan
cukup (30%). yang layak diteliti degan kualitatif; dan tipe-tipe riset
Sementara itu, informasi mengenai tipe riset in- dialogis, analisis percakapan; serta analisis data kuali-
teraksionisme-simbolik dibutuhkan oleh cukup jumlah tatif secara ‘manual’, dan analisis data kualitatif de-
dosen (26%), dan yang meminta dipenuhi dengan ngan bantuan komputer; (2) banyak dosen membu-
pelatihan adalah cukup jumlah dosen (26%). Infor- tuhkan informasi mengenai kode etik riset bagi pe-
masi mengenai tipe kualitatif bernama studi kasus ngembangan ilmu dan profesi; tipe-tipe psikologi eks-
dibutuhkan oleh cukup jumlah dosen (39%), dan yang

Tabel 2. Kategori Informasi Penelitian yang Dibutuhkan oleh Banyak Sekali Dosen dan Media
Pemenuhan Informasi
Kategori Informasi Penelitian yang M
No. Dibutuhkan
Tertulis saja
1. Riset Ex-Post Facto Perlu dipenuhi

2. Hakekat riset kualitatif Perlu dipenuhi

3. Masalah bimbingan yang layak diteliti Perlu dipenuhi


dgn.Kualitatif
4. Tipe riset dialogis Dapat diabalikan

5. Tipe riset percakapan Dapat diabaikan

6. Analisis data kualitatif secara ‘manual’ Dapat diabaikan

7. Analisis data kualitatif dengan bantuan Dapat diabaikan


komputer
Mappiare-AT, Kebutuhan Belajar Penelitian Bermuatan Sosial-Budaya... 83

Tabel 3. Kategori Informasi Penelitian yang Dibutuhkan oleh Banyak Dosen dan Media
Pemenuhan Informasi
Kategori Informasi Penelitian yang Media Pemenuhan
No. Dibutuhkan
Tertulis saja Lo

1. Kode etik riset bagi pengembangan ilmu Perlu Da


& profesi diperhatikan
2. Tipe psikologi eksperiensial Dapat diabaikan Pe

3. Tipe riset heuristik Dapat diabaikan Di

4. Tipe fenomenologi empiris Dapat diabaikan Di

Tabel 4. Kategori Informasi Penelitian yang Dibutuhkan oleh Cukup (Jumlah) Dosen dan Media
Pemenuhan Informasi

periensial, riset heuristik, dan fenomenologi empiris; PEMBAHASAN


dan (3) cukup (jumlah) dosen membutuhkan informa-
Kategori Informasi Penelitian yang Media Pemenuhan Ke Kenyataan dari hasil penelitian bahwa banyak
No. si mengenai tipe-tipe interaksionisme-simbolik, studi
Dibutuhkan
Tertulis saja Lo sekali dosen membutuhkan informasi mengenai riset
kasus, riset karya-seni dan kritisisme, riset grounded.
ex-post facto mungkin sekali karena subjek peneliti-
1. Media pemenuhan kebutuhan
Tipe interaksionisme-simbolik Dapat secara:
diabaikan(1) tertu-
Da
an ini adalah kebanyakan adalah dosen muda dan ri-
lis saja: (a) perlu dipenuhi: informasi mengenai riset
2. Tipe studi kasus Dapat diabaikan Da set ex-post facto merupakan jenis riset kuantitatif
ex-post facto, hakekat riset kualitatif, masalah bim-
yang lebih mudah dilakukan dalam masalah-masalah
3. bingan
Tipe riset yangdan
karya-seni layak diteliti dengan
kritisisme pendekatan
Dapat diabaikan kualita-
Da dalam lingkup bimbingan konseling dan psikologi.
tif; dan (b) perlu diperhatikan: Informasi mengenai
Informasi mengenai jenis riset ini lebih banyak diba-
4. kode
Tipe riset etik riset bagi pengembangan
grounded Dapatilmu dan profesi;
diabaikan Da
has secara mendalam dalam literatur-literatur lama.
(2) lokakarya: (a) perlu dipenuhi: informasi masalah
Alasan sama dengan itu agaknya juga menye-
bimbingan yang layak diteliti dengan pendekatan kua-
babkan banyak sekali dosen terteliti yang membutuh-
litatif; dan (b) perlu diperhatikan: Informasi mengenai
kan informasi mengenai hakekat riset kualitatif, masa-
analisis data kualitatif secara ‘manual’, analisis data
lah bimbingan yang layak diteliti dengan kualitatif.
kualitatif dengan bantuan komputer, tipe riset psikolo-
Hal khusus dalam hal ini adalah keperluan akan hake-
gi eksperiensial; dan (3) pelatihan: (a) perlu dipenuhi:
kat riset kualitatif. Hal ini dibutuhkan oleh banyak
informasi mengenai masalah bimbingan yang layak
sekali dosen karena riset kualitatif merupakan pende-
diteliti dengan pendekatan kualitatif, tipe riset dialogis,
katan riset yang masih relatif baru dan ada banyak
tipe riset analisis percakapan, analisis data kualitatif
informasi berlainan berkenaan dengan jenis dan tipe
secara ‘manual’, analisis data kualitatif dengan bantu-
(khusus) riset kualitatif. Ini diperkuat pula dengan
an komputer, dan tipe riset heuristik dan (b) perlu di-
kenyataan hasil penelitian bahwa tipe-tipe riset dia-
perhatikan: informasi mengenai riset ex-post facto,
logis, analisis percakapan serta analisis data kualitatif
tipe riset psikologi eksperiensial, dan tipe fenomenolo-
secara ‘manual’, dan analisis data kualitatif dengan
gi empiris.
bantuan komputer juga dibutuhkan oleh banyak sekali
dosen.
84 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 16, NOMOR 1, APRIL 2009

Suara teoretik dalam hal ini adalah berkaitan bahwa ada keingintahuan para dosen BKP terteliti
dengan adanya dua pendekatan yang dapat ditempuh mengenai kehandalan pendekatan kualitatif untuk
guna diperoleh kebenaran ilmiah, juga untuk dicapai mencapai tujuan atau misi-misi riset ilmiah. Beberapa
validitas dan peningkatan kualitas kinerja suatu profe- dosen memang masih meragukan kadar dan posisi
si. Pendekatan dimaksud berada di bawah dua kubu ilmiah pendekatan kualitatif. Kebutuhan akan infor-
filosofi yang sangat berlainan, yaitu: (1) filsafat objek- masi dan/atau keraguan demikian ini dapat direspon
tivistik/positivistik, menampakkan diri dalam wujud dengan informasi peyakin teoretik mengenai tujuan,
pragmatisme, behaviorisme; dan (2) filsafat subjek- misi atau maksud semua riset.
tivistik/interpretif atau naturalistik, menampakkan diri Tujuan, misi atau maksud semua riset, entah ku-
dalam wujud idealisme, eksistensialisme dan human- antitatif ataupun kualitatif, adalah mencari dan me-
isme. nemukan kebenaran yang bersifat ilmiah (saintifik).
Filosofi pertama meyakini hakekat realitas (onto- Dalam kerangka ini ada tiga tataran misi dimaksud
logi) sesuatu, termasuk hakekat dan kehidupan manu- yaitu eksploratif, deskriptif, dan eksplanatif (Olmstead
sia, adalah kebendaan kongkret yang konstan; kare- -Jr., 2002; Patten, S., 2007; Stober, 2005). Dianne R.
nanya, fokus studinya (epistemologi) adalah identifi- Stober, misalnya, mengutip pendapat Earl Babbie
kasi dan saling-pengaruh kebendaan itu, dan cara (2001), menyebutkan: “There are three main pur-
mengetahui (metode) guna diperoleh kebenaran se- poses or approaches to conducting research in
gala sesuatu adalah melalui proses deduktif, objek- social sciences: exploration, description, and ex-
tivasi, kongkretisasi dan pengukuran secara pasti se- planation” (Stober, 2005). Maksudnya, ada tiga tu-
suatu termasuk jiwa manusia yang dikongkretkan be- juan atau misi pokok melakukan riset dalam keilmuan
rupa tingkah laku teramati dan terukur (observable sosial: eksplorasi, deskripsi, dan eksplanasi.
and measurable). Dalam riset keilmuan, metodenya Secara umum dapat dikatakan bahwa riset kua-
dilabelkan dengan riset kuantitatif. Dalam wacana litatif menempati posisi subjektif-sain, melalui realitas
sosio-budaya filosofi ini sering kali diassosiasikan de- empiris; bukanlah yang disebut ‘objektif-sains’. Ada
ngan penggunaan “kriteria-kriteria Barat” (Cottone baiknya diabstraksikan:
, 1992). Research methods have variously been classified as objec-
Filosofi kedua meyakini hakekat realitas, teruta- tive versus subjective, as being concerned with the discovery
ma eksistensi dan kehidupan manusia, adalah ide- of general laws (nomothetic) versus being concerned with
the uniqueness of each particular situation (idiographic),
ide yang berkemauan bebas, didominasi penghayatan as aimed at prediction and control versus aimed at explana-
subjek, senantiasa dalam proses menjadi (becoming tion and understanding, as taking an outsider (etic) versus
processess), tak pernah dalam keadaan konstan, se- taking an insider (emic) perspective, and so on (Myers,
nantiasa dinamis; karenanya, fokus studinya adalah 2007).
proses, dinamika dari penghayatan subjek itu sendiri, Ada dua alasan mengapa ilmuwan sosial dan
dan untuk mengetahui realitas itu (metode) adalah praktisi profesional melakukan riset kualitatif: alasan
melalui proses induktif, penghayatan dan pemahaman praktis dan idealis. Untuk yang pertama, ada ungkap-
subjek sendiri. Dalam khasanah riset keilmuan, dalam an menarik:
tataran metodologik, metode ini disebut metode atau The motivation for doing qualitative research, as opposed
riset kualitatif. Dalam wacana sosio-budaya, sistem to quantitative research, comes from the observation that,
if there is one thing which distinguishes humans from the
keyakinan demikian ini dapat diassosiasikan dengan
natural world, it is our ability to talk! Qualitative research
pemikiran dan kebiasaan Timur (periksa, Mulder, methods are designed to help researchers understand peo-
1992). ple and the social and cultural contexts within which they
Hasil lain dari penelitian ini bahwa banyak dosen live (Myers, 2007: 2).
membutuhkan informasi mengenai kode etik riset bagi Pengoperasian riset kualitatif untuk memahami
pengembangan ilmu dan profesi, di samping banyak manusia bukanlah hal baru melainkan sudah dilaku-
yang membutuhkan informasi mengenai tipe-tipe psi- kan sejak lama.
kologi eksperiensial, riset heuristik, dan fenomenologi The use of qualitative research is not new to the field of
empiris (tipe-tipe lain dari pendekatan kualitatif). Hasil counseling and the helping professions. Since the beginning
ini mengarahkan dugaan pada kebutuhan banyak do- of the 20th century, Sigmund Freud (1925) and Jean Piaget
sen untuk mendapatkan klarifikasi mengenai tujuan (1929) used qualitative approaches for a better understand-
atau misi riset. Jika ditafsirkan lebih jauh, dapat terjadi ing of human development. For instance, by means of quali-
Mappiare-AT, Kebutuhan Belajar Penelitian Bermuatan Sosial-Budaya... 85

tative research strategies, specifically naturalist observation informasi masalah bimbingan yang layak diteliti de-
and in-depth clinical interviewing, Piaget was able to develop ngan pendekatan kualitatif sebagai berada dalam ta-
a theory of cognitive development (Berrios dan Lucca, 2006).
raf “perlu dipenuhi”; sementara informasi mengenai
Akan tetapi, sangat disayangkan, penerapan riset analisis data kualitatif secara ‘manual’, analisis data
kualitatif dalam profesi konseling masih lamban dan kualitatif dengan bantuan komputer, tipe riset psikolo-
kurang meluas jika dibandingkan dengan penerapan gi eksperiensial, semuanya merupakan informasi
riset kuantitatif yang sangat pesat dan gencar dalam (yang dipenuhi melalui lokakarya) tergolong berada
bidang pendidikan dan pekerja sosial. Bisa jadi bah- pada taraf “perlu diperhatikan”. Hasil ini adalah logis
wa suara teoretik inilah yang menyebabkan masih mengingat bahwa isu mengenai ‘masalah masalah
banyak dosen yang membutuhkan informasi menge- bimbingan yang layak diteliti dengan pendekatan kua-
nai tipe-tipe riset kualitatif terutama untuk meredakan litatif’ adalah bersifat praktis-langsung terkait dengan
keraguan mereka. Pada sisi suara teoretik lebih lanjut, tugas dosen, baik sebagai peneliti maupun sebagai
dalam menelusuri penyebab lambatnya perkembang- pembimbing skripsi mahasiswa. Informasi mengenai
an riset kualitatif dalam konseling dan psikologi, ada isu bersifat praktis-langsung demikian adalah sangat
beberapa pernyataan otentik yang perlu diperhatikan. logis disajikan dalam media lokakarya.
Edna Mora Szymanski dan Randall M. Parker, didu- Penyajian informasi riset kualitatif melalui pela-
kung beberapa sumber, menduga adanya kekurangsi- tihan yang tergolong taraf “perlu dipenuhi” adalah
apan banyak pemikir konseling dan bahkan adanya informasi mengenai masalah bimbingan yang layak
penolakan yang mungkin terkait dengan sifat-sifat diteliti dengan pendekatan kualitatif, tipe riset dialogis,
psikologi akademik. “Although other fields, such tipe riset analisis percakapan, analisis data kualitatif
as education, have embraced qualitative research secara ‘manual’, analisis data kualitatif dengan bantu-
more readily, change has been slow to come in an komputer, dan tipe riset heuristik. Hasil ini pun
counseling ... this reluctance might relate to ties adalah sangat logis mengingat suatu informasi berke-
with academic psychology, wich espauses closer naan dengan isu yang perlu dilokakaryakan adalah
ties to the natural sciences” (Szymanski dan juga perlu dilajutkan dengan pelatihan. Hasil lain, da-
Parker, 2001: 462). lam hal ini, adalah bahwa dengan media penyampaian
Hasil kedua penelitian yang dibahas lebih lanjut informasi riset dalam BKP melalui pelatihan, muncul
adalah berkenan dengan deskripsi kategori media pula informasi mengenai riset ex-post facto, selain
bermuatan sosial-budaya bagi pemenuhan kebutuhan tipe riset psikologi eksperiensial, dan tipe fenomenolo-
informasi yang diperlukan dosen BKP mengenai pe- gi empiris, sebagai berada dalam taraf perlu diperhati-
nelitian kuantitatif dan kualitatif. Semua kategori me- kan. Meskipun informasi terkait isu riset ex-post fac-
dia bermuatan sosio-budaya (baik tertulis saja, loka- to adalah lebih logis disampaikan dengan media tertu-
karya, ataupun pelatihan) untuk penyampaian infor- lis, namun ada kekhasan penyerapan informasi dosen
masi riset kuantitatif dan kualitatif ada yang berada tertentu yang menyebabkan isu berada pada taraf
pada taraf “perlu dipenuhi” untuk penyampaian infor- “perlu diperhatikan”. Keadaan ini dapat dijelaskan
masi tertentu, “perlu diperhatikan” untuk informasi dari padangan umum mengenai kekhasan penyerapan
riset lainnya. informasi individu.
Informasi mengenai riset ex-post facto, hakekat Secara umum manusia memiliki kekhasan dalam
riset kualitatif, dan masalah bimbingan yang layak menyerap informasi atau menanggapi stumuli dari
diteliti dengan pendekatan kualitatif, ternyata disebut luar dirinya. Beberapa orang mengandalkan pende-
oleh dosen terteliti sebagai informasi yang dapat disaji- ngaran (bertipe auditif), ada pula yang mengandalkan
kan secara tertulis dan dalam taraf “perlu dipenuhi”. penglihatan (bertipe visual), dan bahkan ada yang
Adapun informasi mengenai kode etik riset bagi pe- lebih peka dengan indera sentuhannya (bertipe taktu-
ngembangan ilmu dan profesi secara tertulis adalah al). Berdasarkan kekhasan individu dalam penyerap-
pada taraf “perlu diperhatikan saja”. Hasil demikian an informasi, secara lebih terinci, telah dikembangkan
ini agaknya terkait dengan sifat informasi yang lebih beberapa pengklasifikasian gaya belajar subjek dalam
bersifat verbal dan deskriptif. Informasi verbal dan sejumlah model gaya belajar atau “learning styles”.
deskriptif tentu lebih efektif dan efisien yang disaji- (Lih. Pithers dan Mason, 1992: 61-71; Felder, 2002:
kan secara tertulis. 16-23)
Penyajian informasi melalui media lokakarya, Pada dimensi lain, telah disebutkan sejak awal
dari hasil penelitian ini, ternyata berkenaan dengan penelitian ini bahwa pendekatan riset, khususnya kua-
86 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 16, NOMOR 1, APRIL 2009

litatif, adalah bermuatan sosio-budaya. Dimensi sosio- bok/Sumbawa, “Ila”; Bugis, “siri”) sebagai motivasi
budaya adalah “main” dalam substansi bimbingan (Mappiare-AT, 2007); (2) kesabaran (Jawa, “andab
konseling dan psikologi yang diteliti dan dalam pelak- -ashor”) atau kendali-emosi (Mulder, 1992: 61; Soe-
sanaan riset. Dimensi sosio-budaya juga “main” da- laiman, 2003: 31-34); (3) tahu-sendiri (Jawa, “wro-
lam proses penyampaian informasi riset (untuk me- dewe”), konsensus dalam diri sendiri, tidak terkata-
menuhi kebutuhan dosen) dengan media apapun. Ba- kan (Mappiare-AT, 2005); (4) tahu-diri (Jawa, “bisa-
hasan mengenai dimensi sosio-budaya ini adalah merasa”, “iso-rumongso”), pemosisian-diri atau
sangat perlu dipertimbangkan dalam riset bimbingan merendah-diri (Mulder, 1992: 10; Soelaiman, 2003:
konseling dan psikologi. 31-34); (5) mufakat dan memegang janji atau amanah
Kebanyakan substansi atau isu riset bimbingan (Soelaiman, 2003: 31-34); (6) kepedulian dan kasih-
konseling dan psikologi adalah lebih kasuistik dan da- sayang (Bugis, “pecce”), non-patriarkis; negosiasi
lam wilayah baru daripada umum dan wilayah sama dan renegosiasi nilai (Abdullah, 2006: 158-159; Map-
(misalnya kasus konseli, kasus konselor dan interaksi- piare-AT., 2007); (7) arif-waktu, toleransi waktu, se-
onal konseli-konselor). Kebanyakan substansi riset bagai wujud kearifan lokal (Mappiare-AT., 2007); (8)
bimbingan konseling dan psikologi juga bersifat mem- kebersamaan, gotong-royong atau tolong-menolong
proses, lebih berorientasi proses daripada produk, dan (Soelaiman, 2003: 31-34).5; (9) kekerabatan, hu-
karenanya lebih logis diteliti dengan pendekatan kuali- bungan komunal, komunitas harmonis (Jawa, “ru-
tatif. Ini sangat bersesuaian dengan pernyataan teo- kun”) (Mulder, 1992: 15, 36-40); dan (10) kepasrah-
retik yang menyebutkan bahwa riset kualitatif me- an kepada Yang Maha Kuasa setelah usaha kuat
mungkinkan mendapatkan bentuk baru pengatahuan (Jawa, “nrimo atau “nasib”; Bugis, “were”)
dalam wilayah-wilayah baru. McLeod (2001) mene- (Mappiare-AT, 2005; 2007; Machmud, 2000; Mulder,
gaskan bahwa ada bidang-bidang atau wilayah keil- 1992: 61).
muan dan disiplin profesi dalam mana riset kualitatif Unsur-unsur sosio-budaya itu, dalam kadar ter-
menghasilkan suatu bentuk baru pengetahuan (new tentu, adalah “main” pula dalam penyampaian infor-
forms of knowing). Tiga bidang atau wilayah dimak- masi penelitian untuk memenuhi kebutuhan dosen,
sud: The first can be described as knowledge of entah melalui media tertulis, melalui lokakarya atau-
the others. A second branch of qualitative re- pun pelatihan. Keterterimaan sebuah informasi tertu-
search seeks to develop knowledge of phenom- lis, misalnya, akan sangat tinggi jika dalam pemaparan
ena. The third category of research aims at the terkandung gugahan motivasi keingintahuan pembaca
production of reflexive knowing (McLeod, 2001: di antaranya dengan stimulus yang mengingatkan
3). adanya “rasa malu” dosen jika mahasiswa yang di-
Pengetahuan mengenai orang lain, dalam bim- bimbing dalam skripsi adalah lebih tahu daripada di-
bingan dan konseling terutama menyangkut upaya rinya ikhwal riset kualitatif. Demikian pun unsur-unsur
pemahaman terhadap konseli dan konselor. Pengem- sosio-kultur lain sesuai dengan konteksnya adalah
bangan pengetahuan mengenai fenomena dalam bim- dapat “main” dalam lokakarya dan pelatihan riset
bingan konseling adalah lebih bersangkutan dengan kualitatif.
interaksional konseli-konselor, selain juga pada perila-
ku terpisah konseli dan konselor. Upaya membangun
pengetahuan refleksif adalah lebih berkaitan dengan KESIMPULAN
riset-riset membangun teori misalnya pada grounded Deskripsi kategori kebutuhan informasi pada do-
research dan penelitian tindakan kelas dalam bim- sen BK adalah sebagai berikut: Riset Ex-Post Facto,
bingan konseling. Oleh karena wilayah-wilayah baru hakekat riset kualitatif, masalah bimbingan yang layak
penelitian bimbingan konseling sebagaimana dinyata- diteliti dengan kualitatif, tipe riset dialogis, tipe riset
kan oleh McLeod itu adalah menyangkut manusia percakapan, analisis data kualitatif secara ‘manual’,
dan konteks sosio-budayanya maka konten sosio- dan analisis data kualitatif dengan bantuan komputer,
budaya yang melekat di dalamnya adalah sangat perlu dibutuhkan oleh banyak sekali dosen. Informasi me-
dipertimbangkan. ngenai kode etik riset bagi pengembangan ilmu dan
Unsur-unsur nilai sosial-budaya yang perlu di- profesi, tipe riset psikologi eksperiensial, tipe riset
pertimbangkan itu dapat diidentifikasi dalam kontinum heuristik, dan tipe fenomenologi empiris, dibutuhkan
pandangan diri, sosial, dan religi: (1) rasa malu (Lom- oleh banyak dosen. Sedangkan informasi mengenai
Mappiare-AT, Kebutuhan Belajar Penelitian Bermuatan Sosial-Budaya... 87

tipe interaksionisme-simbolik, tipe studi kasus, tipe ncsu.edu/unity/lockers/users/f/felder/public/Pa-


riset karya-seni dan kritisisme, dan tipe riset ground- pers/LS-Prism.htm.
ed, dibutuhkan oleh cukup (jumlah) dosen. Machmud, A.H., 2000. Selasa: Kumpulan Petuah Bugis-
Kategori media pemenuhan kebutuhan informasi Makassar. Jakarta: Penerbit Saudagar.
bagi peningkatan kompetensi meneliti dosen terutama Mappiare-AT, A., 2005. Identitas religius perempuan Islam:
adalah pelatihan, lokakarya, dan informasi tertulis, kajian dalam perspektif teori kritik Erich Fromm atas
dengan taraf ‘perlu dipenuhi’ dan ‘perlu diperhatikan’. pemakaian ‘jilbab modis’ oleh mahasiswi di kampus
Muhammadiyah Malang. Disertasi, Program Pas-
casarjana Universitas Airlangga, Surabaya.
Saran Mappiare-AT, A., 2007. Kultur konsumsi remaja dan upa-
Kepada Jurusan BKP, hendaknya dapat menin- ya bimbingannya: studi perspektif posmodern me-
daklanjuti hasil penelitian ini dengan mengadakan pe- ngenai pembelanjaan pelajar dalam Kota Metropo-
latihan atau lokakarya penelitian, dengan pengutama- litan Pantai Indonesia untuk pengembangan Media
an khusus penelitian kualitatif. Bibliokonseling. Laporan Penelitian HB. DP2M
Kepada para dosen BK hendaknya secara aktif Dirjen Dikti dan Universitas Negeri Malang.
Mulder, N., 1992. Individual and Society in Java: A Cul-
melacak dan mengumpulkan informasi mengenai hal-
tural Analysis. Yogyakarta: Gadjah Mada Univer-
ikhwal penelitian yang dibutuhkan, dan melakukan
sity Press.
sharing informasi satu-sama lain demi pengembang-
Myers, M. D. (Ed), 2007. Qualitative Research in Informa-
an bersama secara profesional.
tion Systems. Tersedia pada 2007: http://www.qual.
auckland.ac.nz/.
DAFTAR RUJUKAN Olmstead, Jr., J. W., 2002. How to Use Secondary Re-
search Surveys To Manage Your Firm: A Primer.
Olmstead & Associates. Tersedia pada: http://www.
Abdullah, I., 2006. Konstruksi dan Rekonstruksi Kebuda-
olmsteadassoc.com/Resource/Articles/secondary
yaan. Yokyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
_research.asp?section=rc
Alvesson, M., dan Skolberg, K., 2000. Reflexive Method-
Patten, S., 2007. ‘From “Mumbo Jumbo” to Engagement:
ology: New Vistas for Qualitative Research. Lon-
Building Youth’s Literacy in Research Methods’,
don: Sage Publications Inc.
Power Point. Tersedia pada 2007: http://Patten-
Banister, P., dkk., 1994. Qualitative Methods in Psychol-
Reseach%20Methods[1].ppt
ogy: A Research Guide. Buckingham: Open Univer-
Pithers, R. dan Mason, M., 1992. ‘Learning Style Preferen-
sity Press.
ces: Vocational Students and Teachers’, Australian
Berrios, R. dan Lucca, N., 2006. “Qualitative methodology
Education Researcher, vol. 19, no. 2, h. 61-71. Ter-
in counseling research: recent contributions and
sedia pada Juli 2002: http://www2.ncsu.edu/unity/
challenges for a new century”, Journal of Coun-
lockers/users/f/felder/public/Papers/LS-Prism.htm
selling and Development. Tersedia pada 2007:
Soelaiman, D.A. (Ed.), 2003. Warisan Budaya Melayu
http://www.accessmylibrary.com/coms2/sum-
Aceh. Banda Aceh: Pusat Studi Melayu-Aceh
mary_0286-15008114_ITM
(PUSMA).
Best, J. W., 1977. Research in Education (Edisi Ketiga).
Stober, D. R, 2005. ‘Approaches to Research on Executive
Englewood Cliffs, Ne Jersey: Prenticve-Hall, Inc.
and Organizational Coaching Outcomes-Feature’,
Borg, W. R., dan Gall, M. D., 1987. Educational Research:
International Journal of Coaching in Organiza-
An Introduction (Edisi Keempat. New York: Long-
tions, 3(1), pp. 6-13. Tersedia pada 2007: http://
man.
som.utdallas.edu/executive/coaching/cnews2/
Cottone, R. R.,1992. Theories and Paradigms of Counsel-
issue_008/feature.htm
ing and Psychotherapy. Boston: Allyn and Bacon.
Szymanski, E. M., dan Parker, R. M., 2001. Epistemological
Denzin, N, K., dan Lincoln, Y. S. (Eds.) 2000. Handbook of
and Methodological Issues in Counseling. Dalam
Qualitative Research. Thousands Oaks: Sage Pub-
D.C. Locke, dan J.E. Myers, dan E.L Herr (Eds.)
lications.
The Handbook of Counseling. Thousand Oaks,
Dey, I, 1993. Qualitative Data Analysis: A User-Friendly
London: Sage Publications (h. 455 - 466)
Guide for Social Scientists. London: Routledge.
Undang-Undang Republik Indonesia, No.14, Tahun 2005,
Felder, R. M., 2002. ‘Matters of Style’, ASEE Prism, vol.
tentang Guru dan Dosen.
6, no. 4, h. 16-23. Tersedia pada 2007: http://www2.

Anda mungkin juga menyukai