PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur abstrak dan pola
hubungan yang ada di dalamnya. Matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep,
struktur konsep, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya (Sri Subarinah, 2006:
1). Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang kehidupan. Hal ini terbukti dengan
banyaknya permasalahan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan matematika, yang
selalu dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 17 Oktober 2021 diketahui
bahwa dalam pembelajaran matematika di kelas kebanyakan siswa menyebut matematika
merupakan pelajaran yang paling sulit. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena matematika
bersifat abstrak yang membutuhkan penalaran, sehingga pelajaran matematika kurang
disukai oleh kebanyakan siswa.
Berdasarkan informasi dari guru diketahui bahwa salah satu materi pembelajaran
matematika yang kurang disukai oleh siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan Betung adalah
materi bangun ruang. Hal ini dikarenakan, siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan Betung
masih sulit membedakan antara konsep bangun ruang dan bangun datar. Selain itu, siswa
masih sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal- soal matematika dengan
materi bangun ruang khususnya mengenai luas permukaan dan volume bangun ruang. Hal
ini ditunjukkan dari hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan materi
bangun ruang dari 31 siswa dinyatakan sebanyak 12 siswa (38,70%) dinyatakan tuntas dan
sisanya sebanyak 19 siswa lainnya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM),
adapun standar yang ditetapkan yaitu 70.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada siswa kelas IV di MI Nurul
Ikhwan Betung diketahui bahwa rendahnya tingkat penguasaaan siswa terhadap mata
pelajaran Matematika materi bangun ruang disebabkan kerena pembelajaran matematika
cenderung berpusat pada guru. Guru dalam menjelaskan materi tanpa menggunakan benda-
benda yang bersifat nyata, hanya menggunakan gambar-gambar sederhana saja.
Guru sering menyajikan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan
pemberian tugas yang terkesan monoton. Guru juga kurang memotivasi siswa untuk
melakukan tanya jawab, sehingga menyebabkan siswa terlalu pasif, merasa bosan, dan jenuh
1
dengan media yang guru gunakan dalam pembelajaran tersebut.
Permasalahan yang muncul di MI Nurul Ikhwan Betung sejalan dengan kajian
kebijakan kurikulum matematika tahun 2007 yang menemukan berbagai permasalahan
pembelajaran matematika di SD, diantaranya yaitu tentang pembelajaran materi bangun
ruang yang masih disampaikan secara abstrak kepada siswa sehingga menyebabkan siswa
tidak mampu membayangkan konsep bangun ruang yang sebenarnya, siswa hanya
mengetahui bagaimana rumus menghitung volume kubus dan balok dengan teori yang
diajarkan guru tanpa mengetahui makna yang sebenarnya, dan siswa hanya mengetahui
bagaimana cara menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok.
Sehingga, banyaknya siswa yang mengalami kesulitan saat mempelajari materi bangun
ruang mengakibatkan siswa memiliki ketuntasan belajar yang rendah di bawah KKM yang
sudah ditetapkan oleh sekolah.
Wahyudin (2007) menyatakan bahwa bangun ruang adalah suatu bangun yang
bagian- bagiannya tidak berada dalam satu bidang. Bangun ruang ada yang bentuknya
teratur dan ada yang tidak teratur. Bangun ruang yang bentuknya teratur pada umumnya
sudah memiliki nama, misalnya kubus, balok, tabung, bola, limas, prisma, kerucut.
Rendahnya pemahaman terhadap konsep bangun ruang disebabkan karena perhatian siswa
terhadap mata pelajaran matematika kurang, pemanfaatan media pembelajaran yang
kurang optimal, pembelajaran di kelas yang monoton dan hanya menggunakan metode
ceramah, pemberian reward yang minim terhadap siswa yang berhasil, proses belajar
mengajar kurang menarik dan membosankan bagi siswa, media pembelajaran yang
digunakan terbatas dan kurang menggunakan benda-benda nyata. Oleh karena itu, siswa
membutuhkan dorongan, bimbingan, dan pengarahan dari pihak yang lebih berpengalaman
seperti guru mata pelajaran yang bersangkutan atau wali kelas untuk membatasi atau
mengurangi permasalahan-permasalahan di atas salah satunya adalah melalui pemanfaatan
media pembelajaran.
Salah satu media pembelajaran yang dianggap tepat untuk mengatasi permasalahan di
MI Nurul Ikhwan Betung adalah dengan pemanfaatan media video pembelajaran pada
pembelajaran matematika materi bangun ruang. Media video pembelajaran adalah media
atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran
dengan menarik yang bisa berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk
membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran (Cepi Riyana, 2007: 5).
Pemanfaatan media video pembelajaran dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar. Pemanfaatan media video pembelajaran dalam proses
belajar mengajar matematika materi bangun ruang juga dapat membangkitkan minat belajar,
motivasi belajar, dan mampu memberikan pengaruh secara psikologis terhadap siswa. Selain
itu, pemnfaatan media video pembelajaran juga dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap pembelajaran matematika materi bangun ruang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar dengan
memanfaatkan media video pembelajaran dalam pembelajaran matematika materi bangun
ruang pada siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan Betung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan yaitu :
Bagimana Meningkatkan hasil belajar dengan memanfaatkan media video pembelajaran
dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang pada siswa kelas IV di MI Nurul
Ikhwan Betung
C. Tujuan Penulisan
1. Sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat/golongan
2. Bagi penulis, menambah ilmu pengetahuan dalam penulisan makalah terutama
masalah yang berhubungan dengan cara meningkatkan hasil belajar siswa di
sekolah.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya
perantara atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang
memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip
oleh Rohani (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk
proses penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media menurut
Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat
dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”.
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses
belajar”.
2. Jenis – Jenis Media Pembelajaran.
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam
penyampaian informasi dan pesan – pesan pembelajaran. Setiap jenis atau
bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat – sifat
media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam
mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau
membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka
memandang dan menilai media tersebut.
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang
dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu :
1. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film
strip, atau overhead proyektor.
2. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun
yang tidak bersuara.
3. Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.
4. Televisi
5. Benda – benda hidup, simulasi maupun model.
6. Instruksional berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).
Penggolongan media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang
adalah sebagai berikut :
1. Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media
Visual dan media Audio Visual.
2. Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media
dengan daya liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang
terbatas dengan ruang dan tempat dan media pengajaran individual.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi
media sederhana (murah dan mudah memperolehnya) dan media
komplek.
4. Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua
dimensi), media tiga dimensi, dan media elektronik.
5
1. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
2. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi
dapat diatasi sikap pasif siswa.
3. Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
1. Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan
peredaran darah.
2. Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam
lingkungan belajar.
3. Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
4. Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
5. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.
7
Sampai ini belum terdapat definisi tunggal terkait hakikat matematika,
dikarenakan definisi seseorang tentang matematika berbeda-beda, tergantung kepada
orang yang mendefinisikannya dan disesuaikan dengan pengalaman dan
pengetahuannya masing-masing. Sri Annisah W dkk dalam Ali Hamah
mengemukakan ada beberapa definisi tentang matematika, yaitu; (1) matemtika
adalah cabang ilmu penngetahuan eksak dan terorganisir; (2) matematika adalah ilmu
tentang keluasan atau pengukuran dan letak; (3) matematika adalah imu tentang
bilangan-bilangan dan hubungan- hubungannya; (4) matemaika berkenaan dengan ide-
ide, strukur-sruktur, dan hubungan-hubunganya yang diatur menurut aturan yang logis;
(5) matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang
didasarkan pada observasi (induktif) tetapi diterima generalisasi yang didasarkan
kepada pembuktian yang deduktif; (6) matematika adalah ilmu tentang struktur yang
tidak didefinisikan ke unsur yang di definisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke
dalil atau teorema; (7) matematka adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan besaran dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan
terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu ajabar, analisis dan geometri.
Berdasarkan pengertian matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang memilki sifat abstrak dan
berkaitan dengan bilangan, hubungan antara bilangan, prosedur operasional dan
bersifat logis.
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun
oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan kontruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
Matematika. Bruner mengatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika
proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur- struktur yang
termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan. Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun)
mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemapuan intelektual atau kemanpuan kognitif (seperti: membaca, menulis dan
menghitung. Berdasarkan perkembangan kognitifnya, siswa sekolah dasar berada pada
tahap operational konkret. Pada tahap ini anak telah mampu berpikir logis dengan
bantuan benda-benda konkret. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan
pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan koginitif siswa dengan
menggunakan model, metode dan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi.
Pembelajaran matematika SD bertujuan untuk mengembangkan kreativitas
berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru
sebagai upaya untuk penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Hakikat
pembelajaran matematika SD adalah untuk dapat menggunakan konsep pembelajaran
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dan selanjutnya dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari.
b) Tujuan matematika SD
Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) mata pelajaran matematika bertujuan
agar peserta diidik memiki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikaan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
2. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
3. Mengkomunikasikan gagasaan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas kedaan atau masalah.
4. Memiliki sikap saling menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika menurut kurikulum 2013 menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan
scientific (ilmiah). Dalam pembelajaran matematika kegiatan yang dilakukan agar
pembelajaran bermakna yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan
mencipta.
9
pengumpulan data.
1. Kubus
a. Balok merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh persegi panjang dimana 3
persegi panjang kongruen.
b. Balok mempunyai 6 sisi berbentuk persegi panjang.
c. Balok mempunyai 3 pasag bidang sisi berhadapan yang kongruen.
d. Balok mempunyai 12 rusuk.
e. 4 buah rusuk yang sejajar sama panjang.
f. Balik mempunyai 8 titik sudut
g. Jaring-jaring balok berupa 6 buah persegi panjang
h. Rumus Volume balok, V= p x l x t
11
mengalami proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan dan
juga nilai yang didapat siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati. Ranah psikomotorik terdiri dari 7
prilaku atau kemampuan psikomotorik, yaitu: (1) persepsi; (2) kesiapaan; (3)
gerakaan terbimbiming; (5) gerakan kompleks; (6) penyesuian pola gerakan; (7)
kreativitas.
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksudkan peneliti adalah hasil
belajar pada ranah kognitif.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas dan proses pembelajaran di kelas
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Daryanto, 2011: 244).
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan Betung sebanyak 31
siswa yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 9 siswa dan siswa perempuan sebanyak 21
siswa.
13
D. Teknik Pengumpulan dan Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi terstruktur, wawancara
terstruktur, dan tes tertulis. Uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment, dan
uji reliabilitas menggunakan rumus cronbach alpha. Instrumen dikatakan valid apabila nilai
rhitung > rtabel. Sedangkan, reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan
sebuah instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010: 270). Instrumen dapat dikatakan reliabel jika
koefesien Alpha Cronbach lebih besar dari 0,600 (Suharsimi Arikunto, 2010: 276). Teknik
analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil analisis data penelitian akan disajikan sebagai berikut:
1. Prasiklus
Berdasarkan hasil analisis data pada prasiklus menunjukkan bahwa tidak ada siswa
yang berada pada kategori sangat tinggi (0,00%), siswa yang berada pada kategori tinggi
sebanyak 14 siswa 45,16%), berada pada kategori sedang sebanyak 11 siswa (35,48%),
dan berada pada kategori rendah sebanyak 6 siswa (19,35%). Adapun penggambarannya
melalui pie chart sebagai berikut.
Prasiklus
6
Sangat Tinggi
14 Tinggi
Sedang
11
Rendah
Siklus I
3
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
28 Rendah
15
3. Siklus II
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa berada pada kategori sangat tinggi
sebanyak 25 siswa (80,65%), berada pada kategori tinggi sebanyak 6 siswa (19,35%), dan
tidak ada siswa yang berada pada kategori sedang dan rendah (0,00%). Adapun
penggambarannya melalui pie chart sebagai berikut.
Siklus II
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
17
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa untuk meningkatkan hasil belajar
dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang pada siswa kelas IV di MI Nurul
Ikhwan Betung yaitu dengan memanfaatkan media video pembelajaran. Pemanfaatan media
video pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun ruang
siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan Betung .
Hal ini ditunjukkan dari terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa pada
keadaan awal siswa ketuntasan belajarnya sebesar 38,70%, pada siklus I sebesar 77,41%,
dan pada siklus II sebesar 100,00%. Peningkatan rata-rata hasil evaluasi belajar selama
penelitian berlangsung dimana pada keadaan awal sebesar 60,65, pada siklus I sebesar
71,13, pada siklus II sebesar sebesar 86,77.
Matematika diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk
membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Penggunaan
media video sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
matematika materi bangun ruang.
Media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang
berisi pesan- pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi
untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Media ini pada umumnya
digunakan untuk tujuan- tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan.
Video pembelajaran berfungsi sebagai pemicu atau rangsangan belajar agar siswa
tertarik dengan pembelajaran dan tidak merasa bosan dengan proses pembelajaran dan siswa
nantinya daya tangkap terhadap materi akan lebih cepat dengan diiringi interaksi antara
siswa dan pengajar yang sebelumnya telah dipicu melalui pembelajaran menggunakan video
interaktif.
Media video mejadi tepat digunakan karena siswa kelas IV Sekolah Dasar berada
pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan
dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat
dengan objek yang masih bersifat konkret. Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD
masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap panca indra. Dalam pembelajaran
matematika yang abstrak, siswa perlu alat bantu atau media dan alat peraga yang akan
membantu memperjelas apa yang akan disampaikan guru.
Pada proses pembelajaran pra siklus kekurangan terletak pada indikator guru dan
siswa. Hal ini terjadi karena guru masih dominan mengajar di kelas dengan menggunakan
benda-benda sederhana, monoton sehingga siswa yang diajar oleh guru cenderung kurang
memahami materi, terlihat kesulitan memahami materi, jenuh dan membosankan. Selain itu,
kekurangan juga terdapat pada indikator siswa, dimana sebagian siswa belum memiliki hasil
belajar pada pembelajaran matematika materi bangun ruang.
Pada siklus I hasil belajar matematika materi bangun ruang siswa belum mengalami
ketuntasan yang signifikan, meskipun sudah terjadi peningkatan dari keadaan awal menuju
siklus I. Hal ini dikarenakan siswa masih beradaptasi dengan media video. Selain itu,
kekurangan yang muncul pada siklus I yaitu siswa masih terlihat bergurau dan bercanda
dengan teman sebangkunya, siswa antusias terhadap videonya dan bukan pada materinya,
siswa masih malu- malu dan kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan guru, dan
guru dianggap kurang sabar dalam menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri siswa.
Hal ini ditunjukkan pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa tanpa menunggu
lama guru langsung memberi jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Pada pembelajaran Siklus II kecenderungan kurang menarik dan membosankan sudah
tidak terjadi lagi karena menggunakan media video membuat pembelajaran menjadi lebih
mudah, menarik, dan siswa bersemangat mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa juga
menjadi aktif, siswa juga tidak segan bertanya pada guru apabila ada hal yang belum
dimengerti. Media video ini membuat proses pembelajaran matematika materi bangun
ruang menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Siswa menjadi aktif dan ikut
berpartisipasi dalam proses pembelajaran matematika materi bangun ruang.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar dalam
pembelajaran matematika materi bangun ruang pada siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan
Betung yaitu dengan memanfaatkan media video pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari
terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa pada keadaan awal siswa ketuntasan
belajarnya sebesar 38,70%, pada siklus I sebesar 77,41%, dan pada siklus II sebesar
100,00%. Peningkatan rata- rata hasil evaluasi belajar selama penelitian berlangsung dimana
pada keadaan awal sebesar 60,65, pada siklus I sebesar 71,13, pada siklus II sebesar sebesar
86,77.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, dapat diberikan saran sebagai berikut:
Bagi Sekolah
Pihak sekolah diharapkan dapat memfasilitasi ketersediaan fasilitas untuk menunjang
keterlaksanaan pembelajaran menggunakan media video.
Bagi Guru
Guru disarankan supaya mampu melanjutkan penggunaan media video dalam proses
pembelajaran matematika sesuai dengan materi kondisi siswa.
Bagi Siswa
Dalam proses pembelajaran diharapkan siswa untuk dapat lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran matematika menggunakan media video agar hasil belajar siswa semakin
meningkat, dan supaya dapat mencapai standar kompetensi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
21