Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur abstrak dan pola
hubungan yang ada di dalamnya. Matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep,
struktur konsep, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya (Sri Subarinah, 2006:
1). Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang kehidupan. Hal ini terbukti dengan
banyaknya permasalahan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan matematika, yang
selalu dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 17 Oktober 2021 diketahui
bahwa dalam pembelajaran matematika di kelas kebanyakan siswa menyebut matematika
merupakan pelajaran yang paling sulit. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena matematika
bersifat abstrak yang membutuhkan penalaran, sehingga pelajaran matematika kurang
disukai oleh kebanyakan siswa.
Berdasarkan informasi dari guru diketahui bahwa salah satu materi pembelajaran
matematika yang kurang disukai oleh siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan Betung adalah
materi bangun ruang. Hal ini dikarenakan, siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan Betung
masih sulit membedakan antara konsep bangun ruang dan bangun datar. Selain itu, siswa
masih sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal- soal matematika dengan
materi bangun ruang khususnya mengenai luas permukaan dan volume bangun ruang. Hal
ini ditunjukkan dari hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan materi
bangun ruang dari 31 siswa dinyatakan sebanyak 12 siswa (38,70%) dinyatakan tuntas dan
sisanya sebanyak 19 siswa lainnya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM),
adapun standar yang ditetapkan yaitu 70.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada siswa kelas IV di MI Nurul
Ikhwan Betung diketahui bahwa rendahnya tingkat penguasaaan siswa terhadap mata
pelajaran Matematika materi bangun ruang disebabkan kerena pembelajaran matematika
cenderung berpusat pada guru. Guru dalam menjelaskan materi tanpa menggunakan benda-
benda yang bersifat nyata, hanya menggunakan gambar-gambar sederhana saja.
Guru sering menyajikan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan
pemberian tugas yang terkesan monoton. Guru juga kurang memotivasi siswa untuk
melakukan tanya jawab, sehingga menyebabkan siswa terlalu pasif, merasa bosan, dan jenuh

1
dengan media yang guru gunakan dalam pembelajaran tersebut.
Permasalahan yang muncul di MI Nurul Ikhwan Betung sejalan dengan kajian
kebijakan kurikulum matematika tahun 2007 yang menemukan berbagai permasalahan
pembelajaran matematika di SD, diantaranya yaitu tentang pembelajaran materi bangun
ruang yang masih disampaikan secara abstrak kepada siswa sehingga menyebabkan siswa
tidak mampu membayangkan konsep bangun ruang yang sebenarnya, siswa hanya
mengetahui bagaimana rumus menghitung volume kubus dan balok dengan teori yang
diajarkan guru tanpa mengetahui makna yang sebenarnya, dan siswa hanya mengetahui
bagaimana cara menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok.
Sehingga, banyaknya siswa yang mengalami kesulitan saat mempelajari materi bangun
ruang mengakibatkan siswa memiliki ketuntasan belajar yang rendah di bawah KKM yang
sudah ditetapkan oleh sekolah.
Wahyudin (2007) menyatakan bahwa bangun ruang adalah suatu bangun yang
bagian- bagiannya tidak berada dalam satu bidang. Bangun ruang ada yang bentuknya
teratur dan ada yang tidak teratur. Bangun ruang yang bentuknya teratur pada umumnya
sudah memiliki nama, misalnya kubus, balok, tabung, bola, limas, prisma, kerucut.
Rendahnya pemahaman terhadap konsep bangun ruang disebabkan karena perhatian siswa
terhadap mata pelajaran matematika kurang, pemanfaatan media pembelajaran yang
kurang optimal, pembelajaran di kelas yang monoton dan hanya menggunakan metode
ceramah, pemberian reward yang minim terhadap siswa yang berhasil, proses belajar
mengajar kurang menarik dan membosankan bagi siswa, media pembelajaran yang
digunakan terbatas dan kurang menggunakan benda-benda nyata. Oleh karena itu, siswa
membutuhkan dorongan, bimbingan, dan pengarahan dari pihak yang lebih berpengalaman
seperti guru mata pelajaran yang bersangkutan atau wali kelas untuk membatasi atau
mengurangi permasalahan-permasalahan di atas salah satunya adalah melalui pemanfaatan
media pembelajaran.
Salah satu media pembelajaran yang dianggap tepat untuk mengatasi permasalahan di
MI Nurul Ikhwan Betung adalah dengan pemanfaatan media video pembelajaran pada
pembelajaran matematika materi bangun ruang. Media video pembelajaran adalah media
atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran
dengan menarik yang bisa berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk
membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran (Cepi Riyana, 2007: 5).
Pemanfaatan media video pembelajaran dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar. Pemanfaatan media video pembelajaran dalam proses
belajar mengajar matematika materi bangun ruang juga dapat membangkitkan minat belajar,
motivasi belajar, dan mampu memberikan pengaruh secara psikologis terhadap siswa. Selain
itu, pemnfaatan media video pembelajaran juga dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap pembelajaran matematika materi bangun ruang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar dengan
memanfaatkan media video pembelajaran dalam pembelajaran matematika materi bangun
ruang pada siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan Betung.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan yaitu :
Bagimana Meningkatkan hasil belajar dengan memanfaatkan media video pembelajaran
dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang pada siswa kelas IV di MI Nurul
Ikhwan Betung

C. Tujuan Penulisan
1. Sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat/golongan
2. Bagi penulis, menambah ilmu pengetahuan dalam penulisan makalah terutama
masalah yang berhubungan dengan cara meningkatkan hasil belajar siswa di
sekolah.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya
perantara atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang
memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip
oleh Rohani (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk
proses penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media menurut
Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat
dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”.
Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses
belajar”.
2. Jenis – Jenis Media Pembelajaran.
Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam
penyampaian informasi dan pesan – pesan pembelajaran. Setiap jenis atau
bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat – sifat
media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam
mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau
membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka
memandang dan menilai media tersebut.
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang
dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu :
1. Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film
strip, atau overhead proyektor.
2. Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun
yang tidak bersuara.
3. Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.
4. Televisi
5. Benda – benda hidup, simulasi maupun model.
6. Instruksional berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).
Penggolongan media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang
adalah sebagai berikut :
1. Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media
Visual dan media Audio Visual.
2. Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media
dengan daya liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang
terbatas dengan ruang dan tempat dan media pengajaran individual.
3. Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi
media sederhana (murah dan mudah memperolehnya) dan media
komplek.
4. Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua
dimensi), media tiga dimensi, dan media elektronik.

3. Manfaat Media Pembelajaran.


Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar dan
pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri
keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk
memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan – pesan atau materi
pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka
materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama
materi pembelajaran yang rumit dan komplek.
Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi.
Pada satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media
pembelajaran, tetapi dilain sisi ada bahan pembelajaran yang memerlukan media
pembelajaran. Materi pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi
tentu sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi
pembelajaran yang disampaikan.
Secara umum manfaat media pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 245)
adalah :
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis ( tahu kata –
katanya, tetapi tidak tahu maksudnya):

5
1. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
2. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi
dapat diatasi sikap pasif siswa.
3. Dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah.
Selanjutnya menurut Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu :
1. Membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan
peredaran darah.
2. Membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat di dalam
lingkungan belajar.
3. Manampilkan obyek yang terlalu besar, misalnya pasar, candi.
4. Menampilkan obyek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
5. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat.

6. Memungkinkan siswa dapat berinteraksi langsung dengan


lingkungannya.
7. Membangkitkan motivasi belajar

8. Memberi kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok


belajar.
9. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang maupun
disimpan menurut kebutuhan.
10. Menyajikan informasi belajar secara serempak (mengatasi waktu dan
ruang).
11. Mengontrol arah maupun kecepatan belajar siswa.

4. Prinsip – Prinsip Memilih Media Pembelajaran


Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan masing – masing,
maka dari itulah guru diharapkan dapat memilih media yang sesuai dengan
kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan harapan bahwa penggunaan
media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan
pembelajaran.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media
pembelajaran, yaitu :
1. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media
pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk
informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu
kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau
individu, apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau siswa pada
Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat
perkotaan. Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna,
gerak atau suara. Misalnya proses kimia (farmasi), atau pembelajaran
pembedahan (kedokteran).
2. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran mempunyai
karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan
maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media
pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru
dalam kaitannya pemilihan media pembelajaran. Disamping itu
memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai media
pembelajaran secara bervariasi.
3. Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau
dikompetisikan. Dengan demikian guru bisa menentukan pilihan media
pembelajaran mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang
dapat dibandingkan.
4. Selain yang telah penulis sampaikan di atas, prinsip pemilihan media
pembelajaran menurut Harjanto (1997 : 238) yaitu: Tujuan, Keterpaduan
(validitas),Keadaan peserta didik, Ketersediaan,Mutu teknis, Biaya.
Selanjutnya yang perlu kita ingat bersama bahwa tidak ada satu mediapun
yang sifatnya bisa menjelaskan semua permasalahan atau permasalahan
secara tuntas.

B. Matematika Sekolah Dasar


a) Pembelajaran Matematika SD
Matematika merupakan mata pelajaran yang selalu digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.1 Matematika merupakan salah satu jenis dari enam materi ilmu yaitu
matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu sosial dan linguistik. Didasarkan pada
pandangan kontruktivisme, hakikat matematika yakni anak yang belajar matematika
dihadapkan pada masalah tertentu berdasarkan kontruksi pengetahuan yang
diperolehnya ketika belajar dan anak berusaha menyelesaikannyan.

7
Sampai ini belum terdapat definisi tunggal terkait hakikat matematika,
dikarenakan definisi seseorang tentang matematika berbeda-beda, tergantung kepada
orang yang mendefinisikannya dan disesuaikan dengan pengalaman dan
pengetahuannya masing-masing. Sri Annisah W dkk dalam Ali Hamah
mengemukakan ada beberapa definisi tentang matematika, yaitu; (1) matemtika
adalah cabang ilmu penngetahuan eksak dan terorganisir; (2) matematika adalah ilmu
tentang keluasan atau pengukuran dan letak; (3) matematika adalah imu tentang
bilangan-bilangan dan hubungan- hubungannya; (4) matemaika berkenaan dengan ide-
ide, strukur-sruktur, dan hubungan-hubunganya yang diatur menurut aturan yang logis;
(5) matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang
didasarkan pada observasi (induktif) tetapi diterima generalisasi yang didasarkan
kepada pembuktian yang deduktif; (6) matematika adalah ilmu tentang struktur yang
tidak didefinisikan ke unsur yang di definisikan, ke aksioma atau postulat akhirnya ke
dalil atau teorema; (7) matematka adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,
susunan besaran dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan
terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu ajabar, analisis dan geometri.
Berdasarkan pengertian matematika di atas, dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang memilki sifat abstrak dan
berkaitan dengan bilangan, hubungan antara bilangan, prosedur operasional dan
bersifat logis.
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun
oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan kontruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
Matematika. Bruner mengatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika
proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur- struktur yang
termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan. Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun)
mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemapuan intelektual atau kemanpuan kognitif (seperti: membaca, menulis dan
menghitung. Berdasarkan perkembangan kognitifnya, siswa sekolah dasar berada pada
tahap operational konkret. Pada tahap ini anak telah mampu berpikir logis dengan
bantuan benda-benda konkret. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan
pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan koginitif siswa dengan
menggunakan model, metode dan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi.
Pembelajaran matematika SD bertujuan untuk mengembangkan kreativitas
berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru
sebagai upaya untuk penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Hakikat
pembelajaran matematika SD adalah untuk dapat menggunakan konsep pembelajaran
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dan selanjutnya dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari.

b) Tujuan matematika SD
Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) mata pelajaran matematika bertujuan
agar peserta diidik memiki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikaan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
2. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
3. Mengkomunikasikan gagasaan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas kedaan atau masalah.
4. Memiliki sikap saling menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika menurut kurikulum 2013 menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan
scientific (ilmiah). Dalam pembelajaran matematika kegiatan yang dilakukan agar
pembelajaran bermakna yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan
mencipta.

c) Ruang Lingkup Matematika SD


Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI (dalam
kurikulumm KTSP) meliputi: bilangan, geometri dan pengukurann, dan

9
pengumpulan data.

d) Konsep Bangun Ruang di SD


Bangun ruang adalah bangun matematika yang mempunyai isi ataupun
volume. Bagian-bagian bangun ruang: 1) sisi a bidang pada bangun ruang yang
membatasi antara bangun ruang dengan ruangan disekitarnya; 2) rusuk pertemuan
dua sisi yang berupa ruang garis pada bangun ruang; 3) titik sudut titik hasil
pertemuan rusuk berjumlah tiga atau lebih.
Materi bangun ruang dipenelitian ini terbatas pada materi menentukan
volume kubus dan balok saja .

1. Kubus

a. Kubus merupakan bangun ruang dengan 6 sisi sama besar (kongruen).


b. Kubus memiliki 6 sisi yang berbentuk persegi.
c. Kubus mempunyai 12 rusuk.
d. Kubus mempunyai 8 titik sudut.
e. Jaring-jaring kubus berupa 6 buah pesegi yang kongruen.
f. Rumus volume kubus, V= s x s x s
2. Balok

a. Balok merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh persegi panjang dimana 3
persegi panjang kongruen.
b. Balok mempunyai 6 sisi berbentuk persegi panjang.
c. Balok mempunyai 3 pasag bidang sisi berhadapan yang kongruen.
d. Balok mempunyai 12 rusuk.
e. 4 buah rusuk yang sejajar sama panjang.
f. Balik mempunyai 8 titik sudut
g. Jaring-jaring balok berupa 6 buah persegi panjang
h. Rumus Volume balok, V= p x l x t

2. Hasil Belajar Matematika SD


a) Pengertian hasil belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses unuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan
mengokohkan kepribadian.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
individu sepanjang hidupnya. Proses belajar ini terjadi karena adanya interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Oleh karena itu, proses belajar dapat terjadi
dimana saja dan kapan saja. Salah satu pertanda individu mengalami proses
pembelajaran adalah dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri individu itu
sendiri. Perubahan tingkah tersebut dapat berupa bertambahnya pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara nyata setelah dilakukan
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pengajaran.10 Hasil belajar yaitu
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar.
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan
belajar. Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pembelajaran.
Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang
mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar adalah penguasaan
konsep teori mata pelajaran saja, tetapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi,
kesenangan, minat, bakat, penyesuaian sosial, keterampilan, cita-cita, keinginan dan
harapan.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya proses belajar ditandai adanya perubahan prilaku pada diri siswa yang
nampak dalam segala aspeknya baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah

11
mengalami proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah kemampuan dan
juga nilai yang didapat siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

b) Macam-macam hasil belajar


Dalam taksonomi Benyamin S. Bloom hasil belajar dicapai dalam 3
kategori ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Menurut bloom, segala upaya yang mencakup aktivitas otak adalah termasuk ranah
kognitif. Dalam raaah kognitif tedapat 6 jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang
terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud
adalah: (1) Pengetahuan/ hafalan/ ingatan (knowledge);
(2)Pemahaman(comprehension); (3) Penerapan (application); (4) Analisis
(analysis); (5) Sintesis (synthesis); (6) Penilaian (evaluation).
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dngan sikap dan nilai ranah afektif meliputi lima
jenjang kemampuan yaitu (1) menerima (receiving); (2) menanggapi (responding);
(3) menghargai/ menilai (valuing); (4) mengatur/ mengorganisasikan
(organization); (5) karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai
(characterization by a value or value complex).

3. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati. Ranah psikomotorik terdiri dari 7
prilaku atau kemampuan psikomotorik, yaitu: (1) persepsi; (2) kesiapaan; (3)
gerakaan terbimbiming; (5) gerakan kompleks; (6) penyesuian pola gerakan; (7)
kreativitas.
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksudkan peneliti adalah hasil
belajar pada ranah kognitif.

c) Faktor-faktor yang mepengaruhi hasil belajar matematika SD


Secara umumfaktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakann atas 2
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor
yang bersumber dari dalam peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan
belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar serta kondisi fisik dan kesehatan. Faktor
eksternal, faktor yang berasal dari luar peserta didik yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat, keadaan keluarga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Secara lebih rinci Syaiful Bahri Djamarah dan Aswar Djain mengemukan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar dengan melihat aspek-aspek:
1) Tujuan, 2) Guru, 3) Siswa,4) kegiataan pengajaran, 5) Bahan dan alat evaluasi,
dan 6) suasana evaluasi.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, peneliti menyimpulkan ada beberapa hal
yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, yaitu: (1) kurangnya motivasi
siswa; (2) anggapan bahwa matematika pelajaran yang sulit dan tidak
menyenangkan; (3) tidak membiasakan diri menerapkan matematika dalam
kehidupan sehari-hari; (4) pembelajaran matematika disekolah membosankan: (5)
kegiatan belajar matematika hanya dilakukan disekolah saja; (6) penggunaan metode
pembelajaran yang tidak tepat.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas dan proses pembelajaran di kelas
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat (Daryanto, 2011: 244).

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2021. Lokasi penelitian berada di MI
Nurul Ikhwan Betung.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan Betung sebanyak 31
siswa yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 9 siswa dan siswa perempuan sebanyak 21
siswa.

13
D. Teknik Pengumpulan dan Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi terstruktur, wawancara
terstruktur, dan tes tertulis. Uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment, dan
uji reliabilitas menggunakan rumus cronbach alpha. Instrumen dikatakan valid apabila nilai
rhitung > rtabel. Sedangkan, reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan
sebuah instrumen (Suharsimi Arikunto, 2010: 270). Instrumen dapat dikatakan reliabel jika
koefesien Alpha Cronbach lebih besar dari 0,600 (Suharsimi Arikunto, 2010: 276). Teknik
analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil analisis data penelitian akan disajikan sebagai berikut:
1. Prasiklus

Berdasarkan hasil analisis data pada prasiklus menunjukkan bahwa tidak ada siswa
yang berada pada kategori sangat tinggi (0,00%), siswa yang berada pada kategori tinggi
sebanyak 14 siswa 45,16%), berada pada kategori sedang sebanyak 11 siswa (35,48%),
dan berada pada kategori rendah sebanyak 6 siswa (19,35%). Adapun penggambarannya
melalui pie chart sebagai berikut.

Prasiklus

6
Sangat Tinggi
14 Tinggi
Sedang
11
Rendah

Gambar 1. Pie Chart Prasiklus Siswa


2. Siklus I
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa tidak ada siswa yang berada pada
kategori sangat tinggi dan rendah (0,00%), berada pada kategori tinggi sebanyak 28
siswa (90,32%), berada pada kategori sedang sebanyak 3 siswa (9,68%). Adapun
penggambarannya melalui pie chart sebagai berikut.

Siklus I

3
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang

28 Rendah

Gambar 2. Pie Chart Siklus I

15
3. Siklus II
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa berada pada kategori sangat tinggi
sebanyak 25 siswa (80,65%), berada pada kategori tinggi sebanyak 6 siswa (19,35%), dan
tidak ada siswa yang berada pada kategori sedang dan rendah (0,00%). Adapun
penggambarannya melalui pie chart sebagai berikut.
Siklus II

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah

Gambar 3. Diagram Batang Ketuntasan Siklus II

4. Perbandingan Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II


Berdasarkan hasil evaluasi belajar siswa diketahui bahwa pada keadaan awal siswa
ketuntasan belajarnya sebesar 38,70%, pada siklus I sebesar 77,41%, pada siklus II sebesar
100,00%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media video mampu
meningkatkan matematika materi bangun ruang siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media video tepat dan sesuai dengan langkah-langkahnya dan dapat
meningkatkan matematika materi bangun ruang siswa. Dengan demikian, hipotesis yang
menyatakan bahwa terjadi peningkatkan hasil belajar dengan memanfaatkan media video
pembelajaran dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang pada siswa kelas IV di
MI Nurul Ikhwan Betung dinyatakan diterima. Adapun penggambarannya ketuntasan
siswa melalui diagram batang sebagai berikut.
Ketuntasan KKM Per Siklus
100.00%
100.00%
90.00% 77.41%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00% 38.70%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
PraSiklus ISiklus II Siklus

Gambar 4. Diagram Batang Peningkatan Ketuntasan Siswa

5. Hasil Evaluasi Belajar Siswa


Berdasarkan hasil evaluasi belajar siswa diketahui bahwa media video dapat
meningkatkan matematika materi bangun ruang siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan Betung.
Artinya, media video mampu membangkitkan keaktifan siswa di kelas. Media ini juga
mampu meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika materi bangun ruang
menjadi pelajaran yang tidak menjenuhkan atau membosankan, yang kemudian mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun penggambarannya hasil evaluasi belajar siswa
melalui diagram batang sebagai berikut.
Siklus I Siklus II
100.0

80.0

60.0

40.0

20.0

0.0

Gambar 5. Diagram Batang Hasil Evaluasi Belajar Siswa

17
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa untuk meningkatkan hasil belajar
dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang pada siswa kelas IV di MI Nurul
Ikhwan Betung yaitu dengan memanfaatkan media video pembelajaran. Pemanfaatan media
video pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun ruang
siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan Betung .
Hal ini ditunjukkan dari terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa pada
keadaan awal siswa ketuntasan belajarnya sebesar 38,70%, pada siklus I sebesar 77,41%,
dan pada siklus II sebesar 100,00%. Peningkatan rata-rata hasil evaluasi belajar selama
penelitian berlangsung dimana pada keadaan awal sebesar 60,65, pada siklus I sebesar
71,13, pada siklus II sebesar sebesar 86,77.
Matematika diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk
membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Penggunaan
media video sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
matematika materi bangun ruang.
Media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang
berisi pesan- pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi
untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Media ini pada umumnya
digunakan untuk tujuan- tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan.
Video pembelajaran berfungsi sebagai pemicu atau rangsangan belajar agar siswa
tertarik dengan pembelajaran dan tidak merasa bosan dengan proses pembelajaran dan siswa
nantinya daya tangkap terhadap materi akan lebih cepat dengan diiringi interaksi antara
siswa dan pengajar yang sebelumnya telah dipicu melalui pembelajaran menggunakan video
interaktif.
Media video mejadi tepat digunakan karena siswa kelas IV Sekolah Dasar berada
pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan
dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat
dengan objek yang masih bersifat konkret. Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD
masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap panca indra. Dalam pembelajaran
matematika yang abstrak, siswa perlu alat bantu atau media dan alat peraga yang akan
membantu memperjelas apa yang akan disampaikan guru.
Pada proses pembelajaran pra siklus kekurangan terletak pada indikator guru dan
siswa. Hal ini terjadi karena guru masih dominan mengajar di kelas dengan menggunakan
benda-benda sederhana, monoton sehingga siswa yang diajar oleh guru cenderung kurang
memahami materi, terlihat kesulitan memahami materi, jenuh dan membosankan. Selain itu,
kekurangan juga terdapat pada indikator siswa, dimana sebagian siswa belum memiliki hasil
belajar pada pembelajaran matematika materi bangun ruang.
Pada siklus I hasil belajar matematika materi bangun ruang siswa belum mengalami
ketuntasan yang signifikan, meskipun sudah terjadi peningkatan dari keadaan awal menuju
siklus I. Hal ini dikarenakan siswa masih beradaptasi dengan media video. Selain itu,
kekurangan yang muncul pada siklus I yaitu siswa masih terlihat bergurau dan bercanda
dengan teman sebangkunya, siswa antusias terhadap videonya dan bukan pada materinya,
siswa masih malu- malu dan kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan guru, dan
guru dianggap kurang sabar dalam menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri siswa.
Hal ini ditunjukkan pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa tanpa menunggu
lama guru langsung memberi jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Pada pembelajaran Siklus II kecenderungan kurang menarik dan membosankan sudah
tidak terjadi lagi karena menggunakan media video membuat pembelajaran menjadi lebih
mudah, menarik, dan siswa bersemangat mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa juga
menjadi aktif, siswa juga tidak segan bertanya pada guru apabila ada hal yang belum
dimengerti. Media video ini membuat proses pembelajaran matematika materi bangun
ruang menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Siswa menjadi aktif dan ikut
berpartisipasi dalam proses pembelajaran matematika materi bangun ruang.

19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar dalam
pembelajaran matematika materi bangun ruang pada siswa kelas IV di MI Nurul Ikhwan
Betung yaitu dengan memanfaatkan media video pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari
terjadinya peningkatan ketuntasan belajar siswa pada keadaan awal siswa ketuntasan
belajarnya sebesar 38,70%, pada siklus I sebesar 77,41%, dan pada siklus II sebesar
100,00%. Peningkatan rata- rata hasil evaluasi belajar selama penelitian berlangsung dimana
pada keadaan awal sebesar 60,65, pada siklus I sebesar 71,13, pada siklus II sebesar sebesar
86,77.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, dapat diberikan saran sebagai berikut:
Bagi Sekolah
Pihak sekolah diharapkan dapat memfasilitasi ketersediaan fasilitas untuk menunjang
keterlaksanaan pembelajaran menggunakan media video.
Bagi Guru
Guru disarankan supaya mampu melanjutkan penggunaan media video dalam proses
pembelajaran matematika sesuai dengan materi kondisi siswa.
Bagi Siswa
Dalam proses pembelajaran diharapkan siswa untuk dapat lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran matematika menggunakan media video agar hasil belajar siswa semakin
meningkat, dan supaya dapat mencapai standar kompetensi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.


Cepi Riyana. (2007). Media Pembelajaran.
Bandung: CV. Wacana Prima.
Sri Subarinah. (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wahyudin. (2007). Seri Matematika Bangun Ruang. Bandung: Epsilon Grup.

21

Anda mungkin juga menyukai