Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah agama
islam ini.Shalawat beriringan salam kita hadiahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. yang telah membawa umatnya ke alam yang berilmu
pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Makalah ini memuat tentang Meraih Berkah Dengan Mawaris. Dengan


adanya makalah ini kami berharap kita semua dapat lebih mengetahui
tentang bagaimana meraih berkah dengan mawaris. Semoga dengan
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas lagi kepada kita
semua. Dalam penulisan makalah ini mungkin masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kami berharap pembaca
dapat memberikan kritikan dan saran yang membangun. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Jambi,3 Februari 2022


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Antara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia yang ditetapkan


Allah adalah aturan tentang harta warisan, yaitu harta dan kepemilikan yang
timbul sebagai akibat dari suatu kematian. Harta Yang ditinggalkan oleh
seorang yang meninggal dunia memerlukan pengaturan tentang siapa yang
berhak menerimanya, berapa jumlahnya, dan bagaimana cara
mendapatkannya.

Aturan tentang waris tersebut ditetapkan oleh Allah melalui firmannya yang
terdapat dalam Al-Quran, terutama surah an-nisa ayat 7,8,11,12, dan 176,
pada dasarnya ketentuan Allah yang berkenaan dengan warisan telah jelas
maksud, arah dan tujuannya.

Ditinjau dari perspektif sejarah, implementasi hukum kewarisan islam pada


zaman penjajahan belanda ternyata tidak berkembang, bahkan secara politis
posisinya dikalahkan oleh sistem kewarisan hukum adat. Pada masa itu
diintrodusir teori persepsi yang bertujuan untuk mengangkat hukum kewarisan
adat dan menyisihkan penggunaan hukum kewarisan islam.

Banyak para sarjana hukum barat menganggap hukum kewarisan islam tidak
mempunyai sistem dan hukum islam itu hanya bersandar pada asas
patrilineal. Sementara itu, di kalangan umat islam sendiri banyak pula yang
mengira tidak ada sistem tertentu dalam hukum kewarisan islam, sehingga
menimbulkan sebuah anggapan seolah-olah hukum kewarisan islam
merupakan hukum yang sangat rumit dan sulit. Kondisi yang demikian itulah
yang menyebabkan hukum kewarisan islam menurut fiqh kebudayaan arab itu
sangat sulit diterima masyarakat islam di Indonesia

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian Ilmu Mawaris?
2. Bagaimanakah Posisi hukum ahli waris?
3. Apa sajakah Sebab Menerima dan Penghalang Mendapatkan Warisan?
4. Apakah manfaat dari hukum Mawaris?
5. Apa sajakah cara meraih berkah dengan Mawaris?
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Mawaris.


2. Untuk mengetahui bagaimana posisi hukum ahli waris.
3. Untuk mengetahui Sebab Menerima dan Penghalang Mendapatkan Warisan.
4. Untuk mengetahui manfaat dari hukum Mawaris.
5. Untuk mengetahui apa saja cara meraih berkah dengan Mawaris.

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Mawaris

Menurut bahasa,mawaris merupakan bentuk jamak dari kata miras


artinya harta yang diwariskan. Sedangkan secara istilah,mawaris
adalah ilmu yang mempelajari cara pembagian harta peninggalan
setelah orang meninggal dunia.

Ilmu mawaris juga disebut dengan ilmu Faraid,yaitu ilmu yang


menjelaskan perkara pusaka. Pusaka adalah peninggalan orang yang
sudah mati,artinya harta benda dan hak yang ditinggalkan oleh orang
yang sudah mati untuk dibagikan kepada yang berhak menerimanya.

Dengan demikian,dapat disimpulkan,definisi ilmu mawaris


adalah ilmu yang mempelajari tentang ketentuan- ketentuan pembagian
harta pusaka bagi ahli waris menurut hukum islam. tujuan ilmu mawaris
atau Faraidh adalah untuk menyelamatkan harta orang yang meninggal
agar terhindar dari pengambilan oleh orang- orang yang tidak berhak
menerimanya,dan agar jangan ada orang yang memakan harta hak
milik orang lain.

2.2 Posisi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia

SEBAB/HUBU AHLI WARIS SYARAT HARTA WARIS DASAR


NGAN HUKUM

Perkawinan 1.Istri/Janda Bila tidak ada ¼ An-Nisa’:12


(yang masih anak atau cucu 180
terikat status)
Bila ada ⅛
anak/cucu
2.Suami/duda Bila tidak ada ½ An- Nisa’:12
anak/cucu 179

Bila ada ¼
anak/cucu

Nasab/Hubunga 1.Anak Sendirian (tidak


n Darah perempuan ada anak dan ½ An-Nisa’:11 176
cucu lain)

Dua anak
perempuan(tida ⅔
k ada anak atau
cucu laki-laki)

2.anak laki laki sendiri/bersama


anak/cucu ASABAH An-Nisa’:11 176
lain(laki
laki/perempuan)

3.Ayah kandung Bila tidak ada ⅓ An-Nisa’:11 177


anak/cucu

Bila ada anak ⅙


/cucu

4. Ibu kandung Bila tidak ada ⅓ An-Nisa':11 178


anak,cucu,dua
saudara/lebih,a
yah kandung

Bila ada ⅙
anak,cucu,tidak
ada dua
saudara/lebih,ti
dak ada ayah
kandung

5.Saudara laki Sendirian,tidak ⅙ An-Nisa':12 181


–laki/perempua ada
n seibu anak,cucu,ayah
kandung

Dua orang atau


lebih,tidak ada ⅓
anak,cucu,ayah
kandung
2.3 Penyebab dan penghalang mendapatkan harta warisan.

Dalam Agama islam sebab-sebab menerima harta warisan, adalah sebagai


berikut:

1. Hubungan kekeluargaan

Dalam hubungan kekeluargaan tidak membedakan antara ahli waris laki-laki


dan perempuan, orang tua dan anak-anak, orang yang kuat dan Lemah.
Sesuai ketentuan yang berlaku semuanya harta warisan.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT, Dalam Alquran surah An-nisa’ ayat 7 :
‫ان َواأل ْق َر ُبونَ ِم َّما َقل َّ ِم ْن ُه َأ ْو َك ُث َر‬
ِ َ‫يب ِم َّما َت َر َك ا ْل َوالِد‬ َ ‫ان َواأل ْق َر ُبونَ َولِل ِّن‬
ٌ ِ‫ساءِ َنص‬ ِ َ‫يب ِم َّما َت َر َك ا ْل َوالِد‬
ٌ ِ‫ال َنص‬
ِ ‫ِلر َج‬
ِّ ‫ل‬
‫ضا‬ ً ‫َنصِ ي ًبا َم ْف ُرو‬
Artinya; Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan
kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan
ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang
telah ditetapkan.
Hubungan kekeluargaan ini bila dilihat dari penerimaannya ada tiga kelompok:

1. Dzawil Furudh
Yaitu ahli waris yang memperoleh bagian tertentu seperti suami mendapat
seperdua bila orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan mendapat
seperempat bila orang yang meninggal mempunyai anak.

2. Dzawil arham
Yaitu keluarga yang hubungan kekeluargaan nya jauh, mereka tidak termasuk
ahli waris yang mendapat bagian tertentu, tetapi mereka mendapat warisan
jika ahli waris yang dekat tidak ada.

3. Ahlul Ashabah
Yaitu Ahli waris yang mendapat sisa harta atau menghabiskan sisa, setelah
ahli waris yang memperoleh bagian tertentu mengambil bagian
masing-masing.
2. Hubungan perkawinan

Selama perkawinan masih utuh bisa menyebabkan adanya saling waris


mewarisi. Akan tetapi, jika perkawinan sudah putus maka gugurlah saling
waris mewarisi, kecuali istri dalam keadaan masa iddah pada talak raj’i.

3. Hubungan wala’ ( memerdekakan budak )

Seseorang yang telah memerdekakan budak bisa menyebabkan memperoleh


warisan. Jika budak yang dimerdekakan itu meninggal dunia, maka orang
yang memerdekakan itu berhak menerima warisan. Akan tetapi, jika orang
yang memerdekakan itu meninggal dunia maka budak yang telah
dimerdekakan itu tidak berhak mendapatkan apa-apa.

4. Hubungan Agama
Apabila ada orang yang meninggal dunia tidak mempunyai ahli waris, baik
dari hubungan kekeluargaan, perkawinan, wala’, maka harta warisannya itu
diberikan kepada kaum muslimin, yaitu diserahkan ke baitul Mal untuk
kemaslahatan umat islam.

Sebab-sebab Tidak menerima / Hilangnya Hak menerima Harta


Warisan:

1.Perbudakan

Seorang budak tidak dapat menerima warisan dan tidak dapat memberikan
warisan dari dan kepada semua keluarganya (yang mempunyai hubungan
nasab) yang meninggal dunia selama ia masih berstatus budak. Hal ini sesuai
dengan firman Allah Swt. Dalam surat an-Nahl ayat 75.

2.Pembunuhan

Para ahli hukum islam sepakat bahwa tindakan pembunuhan yang dilakukan
oleh ahli waris terhadap pewarisnya, pada prinsipnya menjadi penghalang
baginya untuk mewarisi harta warisan pewaris yang dibunuhnya.
3. Berlainan Agama

Berlainan agama adalah adanya perbedaan agama yang menjadi


kepercayaan antara orang yang mewarisi dengan orang yang mewariskan.
Dasar hukum berlainan agama sebagai mawani al irsi adalah hadis rasulullah
saw yang artinya :
Orang islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang kafir pun tidak
dapat mewarisi harta orang muslim.

4. Berlainan Negara

Ciri-ciri suatu negara adalah memiliki kepala negara sendiri, memiliki


angkatan bersenjata, dan memiliki kedaulatan sendiri. Maka yang dimaksud
berlainan negara adalah yang berlainan ketiga unsur tersebut. Berlainan
negara ada tiga kategori, yaitu berlainan menurut hukumnya, berlainan
menurut hakikatnya, dan berlainan menurut hakikat sekaligus hukumnya.
Berlainan negara antara sesama muslim, telah disepakati fuqaha bahwa hal
ini tidak menjadi penghalang untuk saling mewarisi, sebab semua negara
islam mempunyai kesatuan hukum, meskipun berlainan politik dan sistem
pemerintahannya. Yang diperselisihkan adalah berlainan negara antara
orang-orang yang non muslim.

2.4 Manfaat Hukum Waris

· Terciptanya kerukunan hidup dan suasana keluarga yang harmonis.


Syariah adalah sumber hukum islam tertinggi yang harus ditaati. Orang yang
paling durhaka adalah orang yang menentang hukum syariah. Syariah itu
sendiri diturunkan untuk kebaikan umat islam dan memberi jalan keluar yang
paling sesuai dengan karakter dan watak masing-masing manusia.

Menciptakan keadilan dan mencegah pertikaian dan konflik, keadilan yang


telah diterapkan mencegah munculnya berbagai konflik dalam keluarga yang
dapat berujung pada pertumpahan darah. Meski dalam prakteknya selalu
saja muncul penantangnya yang bersumber dari akal dan pikiran.
2.5 Meraih Berkah dengan Mawaris

Kecenderungan manusia kepada harta kekayaan, jabatan dan kehidupan


dunia pada umumnya secara berlebihan, memicu munculnya berbagai konflik
dan persengketaan. Pada kondisi itulah diperlukan sebuah tatanan hukum
dan peraturan yang bisa memberi jalan keluar secara damai. Dan tentu saja
yang paling memahami kondisi manusia adalah pencipta manusia itu sendiri
yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan telah menciptakan buku manual
berupa kitabullah sebagai panduan melakukan berbagai kegiatan kehidupan
sehari-hari di dunia. Buku manual berupa kitab allah tersebut sangat sesuai
sebagai pemberi jalan keluar bagi berbagai macam konflik dan pertikaian
yang terjadi diantara sesama manusia. Sekalipun dalam prakteknya karena
berbagai sebab, tak sedikit manusia yang menolak hidupnya diatur oleh
kitabullah yang merupakan buku manual untuk menjalani kehidupan di dunia.
Tidak mengherankan bila pada gilirannya kehidupan dunia semakin semrawut
dan kacau balau. Salah satu diantaranya adalah menolak penerapan hukum
waris Islam dalam keluarga, sekalipun semua paham hukum waris Islam akan
memberi keadilan kepada seluruh anggota keluarga.

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Ilmu mawaris itu adalah ilmu yang penting kita pelajari sebagai seorang
muslim, ilmu ini tidak hanya penting tetapi wajib kita ketahui di kehidupan kita
sehari-hari. Karena kita seorang muslim wajib mengenal pertalian darah, hak
dan pembagian apabila mendapatkan warisan dari orang tua maupun orang
lain. Ilmu mawaris mengajarkan kita untuk turut andil tentang pembagian harta
agar tidak timbul perselisihan antar saudara.

3.2 Saran

Bagi para pembaca setelah membaca makalah ini diharapkan lebih


memahami mawaris dalam kehidupan keluarga maupun orang lain sesuai
dengan ajaran agama islam dimana hukum memahami mawaris adalah
fardhu kifayah.
DAFTAR PUSTAKA

H. Muh. Rifal, 1996,Fiqh Mawaris semarang: sayyid sabiq fiqih sunnah, Beirut:
Darul fikr

Al-Quran QS.An-Nisa:7 dan 11

Al Hadits HR Jamaah, HR.Ahmad dan Abu Daud

http://id.shvoong.com/law-and-politics
law/2024563-contoh-makalah-hukum-wans

http://id.shyoong.com/aw-and-politics
Jaw/2024564-contoh-makalah-hukum-waris
MAKALAH
MERAIH BERKAH MAWARIS DALAM ISLAM

XII IPA 1

Nama Kelompok :
● Raden Irsyad Al-Qoyyum.
● Rangga Ilham Sagara.
● Rheina Ayuni.

TAHUN AJARAN
2021/2022

Anda mungkin juga menyukai