1731
ABSTRAK
Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sangat
penting diajarkan kepada siswa. Inkuiri dapat dijadikan sebagai salah satu pendekatan yang
dapat mewadahi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan bahan ajar hidrolisis garam bermuatan karakter berbasis inkuiri terbimbing
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini menggunakan metode
Research and Development (R&D) dengan desain one-group pre-test post-test design.
Prosedur pengembangan yang digunakan meliputi (1) pendefinisian (define), (2) perencanaan
(design), (3) pengembangan (develop). Subjek implementasi pada penelitian ini adalah siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Mandor (Kalimantan Barat) tahun pelajaran 2014/2015. Instrumen
dalam penelitian ini meliputi: (1) instrumen lembar wawancara guru (analisis kebutuhan); (2)
instrumen penilaian/uji ahli terhadap produk bahan ajar yang dikembangkan; (3) instrumen soal
tes kemampuan berpikir kritis siswa materi hidrolisis garam; (4) instrumen lembar observasi
afektif siswa; (6) instrumen lembar observasi psikomotor siswa; dan (7) instrumen lembar
angket respon siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
hidrolisis garam bermuatan karakter berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan memenuhi
kriteria valid dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara signifikan, serta
mendapat respon positif dari siswa.
Kata kunci: bahan ajar, hidrolisis garam, inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir kritis
ABSTRACT
Critical thinking is one of the high-level thinking skills crucial taught to students. Inquiry
can be used as one approach that can facilitate the development of students' critical thinking
skills. The aim of this research is to develop a teaching material with integrated character
guided inquiry approach to increase the students’ critical thinking skills. This study applied the
Research and Development (R&D) method used one group pretest posttest design.This
research is aimed at developing devices to produce good teaching material chemistry on the
salt hydrolysis. Development procedures used include (1) analysis of needs, (2) define
(pendefinisian), (3) design (perencanaan), (4) development (pengembangan). Subjects in this
study is the implementation of a class XI student of SMA N 1 Mandor (West Kalimantan)
2014/2015 school year. Instruments in this study include: (2) instrument of the assessment/
expert test toward the developed teaching material product; (3) instrument of students’critical
thinking skills test on salt hydrolysis chapter; (4) instrument of the observation sheet on the
students’ affective; (5) instrument of the observation sheet on the students’ practicum; (6)
instrument of the questionnaire sheet students’ response. Based on the results of the
development of teaching materials that have been done show that there is a significant enhance
of the critical thinking skills of students using teaching materials developed. In addition, the
teaching materials developed have a positive response from the students.
Key words: teaching material, salt hydrolysis, guided inquiry, critical thinking skills
(learning to do) secara langsung sehingga nilai dan proporsi ketuntasan hasil belajar
dirinya berperan sebagai ilmuan, siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mandor
mengaplikasikan ilmu kimia untuk semester 2 tahun ajaran 2013/2014
menciptakan hal yang benar demi menunjukkan bahwa materi hidrolisis garam
kepentingan global (learning to live merupakan materi dengan rata-rata nilai dan
together), dan mempunyai kemantapan proporsi ketuntasannya paling rendah.
emosional dan intelektual (learning to be). Pada materi ini dibahas tentang
Pelajaran kimia bagi sebagian siswa reaksi ionisasi garam yang terlarut dalam
merupakan pelajaran yang dianggap sulit air. Reaksi ini tentusaja tidak dapat dilihat
untuk dipahami, kurang menarik, dan tidak secara kasat mata oleh siswa atau bersifat
relevan bagi siswa (Prodjosantoso, 2008). abstrak. Gejala atau fakta yang dapat
Salah satu penyebabnya adalah kurang diamati siswa adalah nilai pH larutan garam
minat dan motivasi untuk mempelajari kimia tersebut yang mengindikasikan konsentrasi
+ -
dengan senang hati, merasa terpaksa atau [H ] dan [OH ] dalam larutan. Penentuan
hanya sebagai suatu kewajiban. Selain itu, nilai pH dapat dilakukan melalui kegiatan
karakteristik dari konsep-konsep ilmu kimia percobaan. Dengan mengamati fakta yang
yang bersifat abstrak menyebabkan kimia didapatkan dari percobaan tersebut,
sulit untuk dipelajari. diharapkan siswa dapat menemukan
Salah satu materi kimia yang bersifat konseptentang hidrolisis garam secara
abstrak dan dianggap sulit oleh sebagian mandiri. Selain itu, siswa dituntut untuk
besar siswa adalah materi hidrolisis garam. mampu menjelaskan mengapa larutan
Konsep-konsep materi hidrolisis garam yang garam dapat bersifat asam, basa, atau
bersifat abstrak harus dipahami siswa dalam netral, komponen apa yang mempengaruhi-
waktu terbatas menjadikannya sebagai nya, serta perhitungan pH larutan
materi yang masih sulit bagi kebanyakan berdasarkan hubungan Ka, Kb, Kh dan Kw.
siswa, sehingga banyak siswa yang belum Dalam hal ini siswa memerlukan
berhasil dalam mempelajarinya. Hal tersebut kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher
juga dialami oleh siswa di SMA Negeri 1 order thinking) dalam mempelajari materi
Mandor. Berdasarkan hasil observasi pada hidrolisis garam. Salah satu kemampuan
siswa kelas XI dan XII IPA SMA Negeri 1 berpikir tingkat tinggi yang diperlukan adalah
Mandor menunjukkan bahwa materi kemampuan berpikir kritis.
hidrolisis garam merupakan materi yang Kemampuan berpikir kritis merupakan
dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. bagian dari hasil kegiatan pembelajaran.
Hal ini didukung dengan data rata-rata nilai Berpikir kritis merupakan salah satu
dan proporsi ketuntasan hasil belajar siswa kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
yang menunjukkan bahwa materi hidrolisis sangat penting diajarkan kepada siswa.
garam memperoleh nilai dan proporsi Masalah yang berhubungan dengan
ketuntasan yang paling rendah pada tahun pengembangan berpikir kritis dalam
ajaran 2013/2014 semester 2. Data rata-rata pembelajaran sering luput dari perhatian
Yotiani, dkk., Pengembangan Bahan Ajar Hidrolisis Garam Bermuatan Karakter Berbasis …. 1733
guru. Kemampuan berpikir kritis merupakan untuk menghafal, kemudian siswa dengan
salah satu komponen penting yang mudah membuangnya tanpa bekas. Pada
diharapkan dapat muncul sebagai hasil dari proses pembelajaran seperti ini, kegiatan
kegiatan pembelajaran. Kemampuan siswa selama proses pembelajaran menjadi
berpikir kritis akan muncul ketika siswa terabaikan. Dengan demikian diperlukan
dihadapkan pada masalah. Faktanya proses pembelajaran yang mampu
selama ini proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk menemukan konsep
dilakukan banyak berpusat pada guru dan secara mandiri.
menggunakan model pembelajaran Proses pembelajaran yang menuntut
langsung yaitu model pembelajaran yang siswa untuk menemukan konsep secara
tidak menuntut siswa untuk memperoleh mandiri adalah pembelajaran yang
pengetahuannya sendiri, siswa langsung mengaktifkan siswa. Selama ini proses
diberikan materi, konsep, rumus, tanpa pembelajaran terkesan bersifat berpusat
harus mengetahui dan mencari asal- pada guru (teacher-centered). Guru masih
usulnya. menjadi segalanya di dalam kelas.
Pada umumnya siswa cenderung Guru tidak terbiasa merancang sebuah
belajar dengan cara menghafal daripada kegiatan pembelajaran yang memberi
secara aktif memahami konsep-konsep kesempatan siswa untuk mengaktualisasi
kimia. Ada juga sebagian siswa yang paham dirinya. Guru hanya menyampaikan materi
dengan konsep-konsep kimia, namun belum sebagai produk dan siswa menghafal
mampu mengaplikasikan konsep tersebut informasi faktual. Siswa tidak dituntut untuk
dalam kehidupan sehari-hari (Suyanti, mencari sendiri konsep hidrolisis garam.
2010). Hal ini sesuai dengan hasil observasi Menurut Suharyadi, et al., (2013),
pada beberapa guru kimia di Daerah penggunaan metode pembelajaran yang
Mandor (Kabupaten Landak, Kalimantan cenderung monoton dan kurangnya
Barat) yang menunjukkan bahwa proses keterlibatan siswa dalam menemukan suatu
pembelajaran materi hidrolisis garam konsep dalam proses pembelajaran menjadi
sebagian besar masih berfokus pada penyebab kimia kurang menarik bagi siswa.
hafalan. Guru hanya memberikan teori Pembelajaran yang menekankan
tentang sifat-sifat hidrolisis garam dan pada proses perolehan konsep dapat
rumus penentuan pH larutan garam yang meningkatkan kemampuan berpikir kritis
terhidrolisis dalam air, dan penerapan siswa. Peningkatan kemampuan berpikir
garam terhidrolisis dalam kehidupan sehari- kritis siswa dapat dilakukan melalui
hari. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan pembelajaran yang mendorong timbulnya
oleh Brist (2012), bahwa siswa yang keingintahuan siswa untuk melakukan
mempelajari kimia cenderung dibombardir penyelidikan. Rasa ingin tahu siswa akan
dengan fakta terisolasi dan rumus-rumus muncul jika diberikan suatu situasi yang
kimia yang tidak ada hubungan dengan menimbulkan tantangan untuk dipecahkan.
kehidupan siswa, sehingga siswa cenderung Salah satu pendekatan yang dimulai dengan
1734 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 10, No. 2, 2016, halaman 1731 - 1742
memberikan rasa ingin tahu siswa adalah besarnya bimbingan yang diberikan oleh
pendekatan inkuiri. Hasil penelitian Burris guru kepada siswanya. Ketiga jenis
dan Garton, (2007) menyatakan bahwa pendekatan inkuiri tersebut adalah: (1)
pembelajaran berbasis inkuiri yang kaya inkuiri terbimbing (guided inquiry approach);
aktivitas pengajuan masalah dan (2) inkuiri bebas (free inquiry approach); dan
pemecahan masalah dapat digunakan guru (3) inkuiri bebas yang dimodifikasikan
untuk mengembangkan kemampuan berpikir (modified free inquiry approach). Sanjaya
kritis siswa dalam menemukan suatu (2006) menyatakan bahwa inkuiri terbimbing
konsep. digunakan untuk mengkonstruksi konsep
Hasil penelitian Duron, et al., (2006) dengan baik. Santrock (2007) menyatakan
yang menyatakan bahwa peran aktif siswa bahwa dalam suatu kelas sering didapati
dapat membuat proses pembelajaran lebih siswa memiliki kemampuan intelektual yang
menyenangkan untuk guru dan siswa, dan heterogen, sehingga proses kontruksi
yang paling penting peran aktif siswa dapat konsep antara siswa satu dengan yang
menyebabkan siswa untuk berpikir kritis. lainnya tidak selalu sama. Hal tersebut bisa
McCrae (2011) menyarankan kepada para diatasi dengan proses kontruksi konsep
guru agar pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama. Moog dkk. (2009)
memungkinkan siswa untuk aktif bekerja mengungkapkan bahwa tujuan pembelajar-
melalui isu-isu. Melhem dan Isa (2013) an inkuiri adalah untuk mengembangkan
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir proses belajar mengajar di kelas dan
kritis dapat ditingkatkan dengan keterampilan proses dengan cara
menggunakan model pembelajaran inkuiri memberikan bimbingan kepada siswa dalam
yaitu berbasis penemuan konsep. Hasil memahami konsep-konsepnya sendiri.
penelitian Gabel (2009) menyatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang
mayoritas siswa dapat mengerjakan soal dilakukan oleh Bilgin (2009), menyebutkan
dan terlatih dalam perhitungan matematika bahwa siswa dengan kelompok inkuiri
saja, tetapi kurang memahami konsep kimia terbimbing yang belajar secara kooperatif
yang mendasari soal tersebut. Hal ini mempunyai pemahaman yang lebih baik
mengakibatkan kemampuan berpikir kritis terhadap penguasaan konsep materi
siswa rendah. Siswa tidak terbiasa untuk pelajaran dan menunjukkan karakter yang
menemukan konsep sendiri. Dengan positif. Hasil penelitian Khan dan Iqbal
demikian diperlukan metode inkuiri untuk (2011)menunjukkan bahwa pembelajaran
meningkatkan kemampuan berpikir kritis berbasis inkuiri dapat meningkatkan
siswa. pemahaman siswa dengan melibatkan
Inkuiri sebagai salah satu pendekatan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran
yang dapat mewadahi pengembangan secara aktif, sehingga konsep yang dicapai
kemampuan berpikir kritis terbagi menjadi lebih baik. Efektivitas pendekatan
tiga jenis. Hal ini didasarkan pada besarnya pengajaran berbasis inkuiri (inkuiry-based
intervensi guru terhadap siswa atau teaching/IBT) pada pengembangan proses
Yotiani, dkk., Pengembangan Bahan Ajar Hidrolisis Garam Bermuatan Karakter Berbasis …. 1735
ilmiah dan keterampilan mampu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
meningkatkan hasil belajar siswa kelompok berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
eksperimen secara siginifikan terhadap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
kelompok kontrol. Penelitian lain yang yang bertanggung jawab” (pasal 3 UU No.
senada juga diungkapkan oleh Njoroge dkk 20 tahun 2003). Pusat Kurikulum dan
(2014) yang menunjukkan bahwa Perbukuan (2010:10), pendidikan karakter
pendekatan pengajaran berbasis inkuiri bangsa meliputi 18 indikator yaitu : (1)
(inquiry-based teaching/IBT) mampu disiplin; (2) kreatif; (3) mandiri; (4) rasa ingin
meningkatkan nilai prestasi belajar siswa tahu; (5) bersahabat/komunikatif; (6)
dibandingkan dengan pendekatan tanggung jawab; (7) religius; (8) jujur; (9)
pengajaran ekspositori atau metode toleransi; (10) kerja keras; (11) demokratis;
pengajaran reguler (regular teaching (12) semangat kebangsaan; (13) cinta tanah
methods/RTM). Pembelajaran inkuiri air; (14) menghargai prestasi; (15) cinta
terbimbing merupakan salah satu damai; (16) gemar membaca; (17) peduli
pembelajaran yang berorientasi pada lingkungan; dan (18) peduli sosial.
pengembangan kemampuan berpikir kritis. Kegagalan pendidikan karakter sejak
Pengembangan kemampuan berpikir dini kepada siswa dapat di lihat dari
kritis selain melalui tahap-tahap inkuiri maraknya tawuran pelajar yang terjadi baik
terbimbing juga didukung dengan nilai-nilai antar sekolah maupun antar siswa dalam
karakter yang diintegrasikan di dalamnya. satu sekolah. Diharapkan dengan
Hal ini bertujuan untuk menanamkan nilai- mengintegrasikan nilai karakter dalam setiap
nilai karakter pada siswa. Pendidikan materi pelajaran dapat membentuk siswa
karakter harus menjadi tanggung jawab dari yang memiliki karakter yang baik. Karakter
semua guru bidang studi. Oleh karena itu, suatu bangsa yang berkualitas dapat
nilai-nilai karakter diharapkan bisa diperoleh dengan membina dan
diintegrasikan dalam setiap materi menanamkan pendidikan karakter sejak dini
pelajaran. Pendidikan karakter bangsa yang (masa sekolah). Karakter bangsa yang
diintegrasikan ke dalam semua mata berkualitas dapat mengantarkan suatu
pelajaran bertujuan untuk menciptakan bangsa menuju ke arah kemajuan.
siswa yang berkarakter dan berbudaya Berkaitan dengan hal ini, dari hasil
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila seperti observasi diperoleh bahwa buku pegangan
yang telah ditetapkan dalam tujuan yang digunakan guru belum meng-
pendidikan nasional yaitu “pendidikan integrasikan nilai-nilai karakter di dalamnya.
nasional berfungsi mengembangkan dan Pembelajaran inkuiri terbimbing
membentuk watak serta peradaban bangsa terintegrasi nilai karakter untuk
yang bermartabat dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan siswa perlu didesain sedemikian rupa agar
untuk berkembangnya potensi peserta didik siswa secara langsung melakukan proses
agar menjadi manusia yang beriman dan ilmiah melalui latihan dalam waktu yang
1736 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 10, No. 2, 2016, halaman 1731 - 1742
singkat (Iskandar, 2012). Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan untuk
dibutuhkan bahan ajar sebagai menghasilkan produk tertentu, dan menguji
penunjangnya. Bahan pembelajaran yang keefektifan produk tersebut. Untuk dapat
berupa buku teks mampu membantu siswa menghasilkan produk tertentu digunakan
untuk meningkatkan pemahaman secara penelitian yang bersistem analisis
ilmiah (Niaz, 2005). Jenis-jenis bahan ajar kebutuhan dan untuk menguji keefektifan
visual antara lain: handout, buku, modul, produk tersebut supaya dapat berfungsi di
lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, masyarakat luas, maka diperlukan penelitian
foto/gambar, dan non cetak (non printed), untuk menguji keefektifan produk tersebut.
seperti model/ maket (Tocharman, 2009).
METODE PENELITIAN
Bahan ajar harus dikembangkan
Pengembangan bahan ajar hidrolisis
sesuai kurikulum yang berlaku.
garam bermuatan karakter berbasis inkuiri
Pembelajaran mengacu pada kurikulum
terbimbing untuk meningkatkan kemampuan
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pada
berpikir kritis siswa dikembangkan
proses pembelajaran memerlukan bahan
menggunakan desain Research and
ajar sebagai sumber belajar. Bahan ajar
Development (R&D).Bahan ajar tersebut
memiliki peranan yang penting antara lain
dikembangkan dengan model 4-D yang
sebagai pedoman bagi guru untuk
telah dimodifikasi seperti yang disarankan
mengarahkan semua aktivitas siswa dalam
oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel
pembelajaran dan sebagai sumber belajar
dalam Trianto (2010). Dalam penelitian ini
utama bagi siswa. Penelitian Nugraha
dilakukan modifikasi model 4-D yaitu
(2013) menunjukkan bahwa pembelajaran
penyederhanaan dari empat tahap menjadi
akan lebih efektif apabila didukung oleh
tiga tahap, yaitu tahapdefine (pendefinisian),
tersedianya bahan ajar yang sesuai dengan
tahap design (perancangan), dan tahap
kebutuhan siswa serta penggunaan metode
develop (pengembangan).Produk yang
dan model pembelajaran yang aktif. Bahan
dikembangkan berupa bahan ajar dan
ajar dapat dijadikan sarana untuk
perangkat pembelajaran lainnya meliputi
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
silabus, Rencana Pelaksanaan
siswa.
Pembelajaran (RPP), instrumen soal tes
Berdasarkan permasalahan yang
kognitif terintegrasi kemampuan berpikir
telah dijabarkan di atas, perlu dilakukan
kritis, instrumen lembar observasi sikap
suatu penelitian. Penelitian yang sesuai
siswa, intrumen lembar observasi
adalah penelitian pengembangan yang
keterampilan praktikum siswa, dan
dapat menghasilkan suatu produk bahan
instrumen lembar angket respon siswa.
ajar materi hidrolisis garam bermuatan
Penelitian dilaksanakan di SMA
karakter berbasis inkuiri terbimbing untuk
Negeri Mandor (Kalimantan Barat).
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Penelitian dimulai dengan observasi awal
siswa. Menurut Sugiono (2009:10), metode
untuk mengetahui adanya potensi dan
penelitian pengembangan merupakan
Yotiani, dkk., Pengembangan Bahan Ajar Hidrolisis Garam Bermuatan Karakter Berbasis …. 1737
masalah dalam pembelajaran kimia. (validitas isi) dan semua komponen model
Langkah selanjutnya adalah pengumpulan pembelajaran satu sama lain berhubungan
data tentang perangkat pembelajaran yang secara konsisten (validitas konstruk). Sesuai
digunakan dan hasil belajar siswa. pendapat Rochmad (2012), indikator yang
Kemudian melakukan penelusuran jurnal digunakan untuk menyatakan bahwa bahan
penelitian dan menyusun draf perangkat ajar yang dikembangkan valid adalah
pembelajaran. Perangkat pembelajaran didasarkan pada kurikulum atau rasional
kemudian divalidasi oleh tiga ahli. Perangkat teoretik yang kuat. Selain itu, bahan ajar
pembelajaran direvisi berdasarkan evaluasi yang dikembangkan menunjukkan
tim ahli. Uji coba skala terbatas/kelompok konsistensi internal antar komponen-
kecil diterapkan pada 15 siswa kelas XI IPA komponen model.
3 untuk memperoleh data keterbacaan dan Hasil penilaian kemampuan berpikir
keterlaksanaan bahan ajar yang kritis siswa berdasarkan nilai pretest dan
dikembangkan. Perangkat pembelajaran posttest menunjukkan adanya peningkatan,
direvisi kembali berdasarkan evaluasi dari baik secara individual maupun klasikal
uji coba kelompok kecil. Uji coba lapangan pasca implementasi bahan ajar yang
dilakukan pada52 siswa kelas XI IPA 1 dan dikembangkan. Berdasarkan data yang
XI IPA 2 menggunakan desain penelitian diperoleh pada penelitian ini, rata-rata
pretest postest one group design untuk pretest sebesar 36,33 dan rata-rata posttest
mengetahui keefektifan bahan ajar yang sebesar 80,71. Hasil perhitungan
dikembangkan dalam meningkatkan denganrumus N-Gaindiperoleh rata-rata
kemampuan berpikir kritis siswa. peningkatan sebesar 0,692. Berdasarkan
hasil N-gain tersebut menunjukkan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN
hasil posttest kemampuan berpikir kritis
Pengembangan bahan ajar hidrolisis
siswa meningkat dalam kategori sedang.
garam bermuatan karakter berbasis inkuiri
Uji signifikansi peningkatan
terbimbing meliputi silabus, Rencana
kemampuan berpikir kritis siswa untuk data
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
terdistribusi normal dilakukan menggunakan
instrumen soal tes kognitif terintegrasi
uji-t. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
kemampuan berpikir kritis, instrumen lembar
t hitung (52,994) lebih besar dari nilai t tabel
observasi sikap siswa, intrumen lembar
(2,007). Berdasarkan hasil tersebut dapat
observasi keterampilan praktikum siswa,
disimpulkan bahwa ada peningkatan yang
dan instrumen lembar angket respon siswa.
signifikan dari kemampuan berpikir kritis
Masing-masing perangkat bahan ajar
siswa sesudah pembelajaran menggunakan
tersebut yang divalidasi oleh 3 orang
bahan ajar bermuatan karakter berbasis
ahli/pakar memperoleh kriteria sangat valid.
inkuiri terbimbing. Hasil perhitungan
Hal ini dikarenakan dalam penyusunannya,
persentase ketuntasan belajar klasikal
model pembelajaran yang dikembangkan
diperoleh 85,29%. Hal ini menunjukkan
didasarkan pada teori yang memadai
bahwa penggunaan bahan ajar hidrolisis
1738 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 10, No. 2, 2016, halaman 1731 - 1742
mampu melatih siswa untuk memikirkan Ennis, R.H., 2005, Critical Thinking
Assessment, College of Education, The
suatu strategi dan taktik melalui penentuan
O hio State Univercity, Vol 32, No 3,
suatu tindakan yang digunakan untuk Hal 179-186.
menyelesaikan masalah yang diajukan dan Ennis. R.H dan Weir, 2005, The Ennis Weir
Critical Thinking Essay Test, Pacific
pada akhirnya diperoleh suatu konsep dari
Grove, CA. Midwest Publication, I.
hasil pembelajaran yang dilakukan. McCrae
Iskandar, S. M., 2012, Pendekatan
(2011) menyarankan kepada guru agar Pembelajaran Sains Berbasis
Konstruktivis, (Ibnu, S., Ed.). Malang:
pembelajaran yang dilakukan
Jurusan Kimia FMIPA Universitas
memungkinkan siswa untuk aktif belajar Negeri Malang.
melalui isu-isu (masalah) yang akan Kim, K., Sharma, P., Land, S.M., dan
Furlong, K.P., 2012, Effects of Active
mendorong rasa ingin tahu siswa.
Learning on Enhancing Student Critical
Thinking in an Undergraduate General
SIMPULAN Science Course, Innov High Educ, No
38, Hal 223–235.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Majid, A., 2012. Perencanaan Pembelajaran
disimpulkan bahwa bahan ajar hidrolisis Mengembangkan StandarKompetensi
garam bermuatan karakter berbasis inkuiri Guru, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
terbimbing yang dikembangkan memenuhi
McCrae, N., 2011, Nurturing Critical
kriteria valid dan dapat meningkatkan Thinking and Academic Freedom in the
kemampuan berpikir kritis siswa secara 21st Century University, International
Journal of Teaching and Learning in
signifikan, serta mendapat respon positif Higher Education, Vol 23, No 1, Hal.
dari siswa. 128-134.
Melhem, T.Y.M., dan Isa, Z.M, 2013,
Enhancing critical thinking skills among
DAFTAR PUSTAKA students with learning difficulties,
International Journal of Academic
Burris, S., dan Garton, B.L., 2007, Effect of Research in Progressive Education and
instructional strategy on critical thinking Development, Vol. 2, No. 4.
and content knowledge: using problem- Niaz, M., 2005, How to Facilitate Students
based learning in the secondary Conceptual Understanding of
classroom, Journal of Agricultural Chemistry?-a History and Philosophy of
Education, Vol 48, No 1, Hal 106 –116. Science Perspective, Chemical
Brist, A.H., 2012, The Effect Of A Education International, Vol 6, No 1.
Contextual Approach To Chemistry Nugraha, D.H., 2013, Pengembangan
Instruction On Students’ Attitudes, bahan ajar reaksi redoks bervisi SETS,
Confidence, And Achievement In berorientasi konstruktivistik, Journal of
Science, Proposal for Science Master, Innovative Science Education, Vol 2,
Master Programme di Montana No 1.
University.
Prodjosantoso, A.K., 2008, Pembelajaran
Duron, R., Limbach, B., dan Waugh, W., Kimia Secara Menarik dan
2006, Critical Thinking Framework For Menyenangkan Pendekatan Relevansi’,
Any Discipline, International Journal of Makalah disajikan dalam Seminar
Teaching and Learning in Higher Pembekalan Calon Guru Kimia,
Education, Vol 17, No 2, Hal 160-166. Semarang: Jurusan Kimia FMIPA
UNNES, Semarang, 12 Juli 2008.
1742 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 10, No. 2, 2016, halaman 1731 - 1742