PENDAHULUAN
Bagi manusia, tanah memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan
karena tanah bukan saja tempat berdiam, bercocok tanam, dan melangsungkan
kehidupan, namun juga tanah sebagai tempat dimana manusia akan kembali
Ketiga, sebagai kapital budaya, dapat menentukan tinggi rendahnya status sosial
pemiliknya. Keempat, tanah bermakna sakral, karena pada akhir hayat setiap
Peran tanah dalam kehidupan manusia merupakan induk dari segala pokok
kebutuhan selain dari kebutuhan pangan maupun sandang. Tanah dapat dinilai
sebagai harta permanen, sebagai harta yang bernilai ekonomis berkelanjutan untuk
masa yang akan datang. Bukan hanya sekedar bernilai ekonomis tinggi, tetapi juga
masyarakat. Namun kebutuhan penting akan tanah bukan menjadi dasar seseorang
1
Tanah sebagai sumber daya alam merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa
kepada manusia. Oleh karena itu wajar jika diperlukan pengolahan tanah dengan
Indonesia sesuai amanat dari pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi:
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”
jaminan atas hak-hak warga negara, hak mendapatkan, mempunyai dan menikmati
milik tersebut salah satunya yaitu hak milik atas tanah. Hak milik atas tanah
sangat penting bagi negara, bangsa dan rakyat Indonesia sebagai masyarakat
agraris, akan tetapi tanah yang merupakan sumber penghidupan pokok dan
besarnya kemakmuran rakyat secara adil dan merata juga harus dijaga
Hak milik sangat penting bagi manusia untuk dapat melangsungkan dan
mempertahankan hidupnya. Semakin tinggi nilai hak milik atas suatu benda,
2
semakin tinggi pula penghargaan yang diberikan terhadap benda tersebut. Tanah
adalah salah satu milik yang paling berharga dalam kehidupan manusia, yang
individu membutuhkan tanah sebagai sumber daya alam yang digunakan untuk
Dasar Pokok-Pokok Agraria yang lebih lanjut disebut UUPA pada tanggal 24
Indonesia Nomor 104 tahun 1960, merupakan tonggak yang sangat penting dalam
nasional, yang berdasarkan atas hukum adat tentang tanah. Lebih lanjut dalam
pasal 5 UUPA ditemukan adanya pernyataan bahwa “Hukum agraria yang berlaku
kemudian disebut HTN), maka hukum adat berfungsi sebagai sumber utama
3
berfungsi sebagai hukum yang melengkapi. Jadi fungsi hukum adat dalam HTN,
yaitu: Pertama, sebagai sumber utama pembangunan HTN, dan kedua, sebagai
sistem hukum adat. UUPA dapat dinyatakan sebagai hasil penuangan hukum adat
yang menjadi isi politik HTN terutama diperoleh dari hukum adat. (Oloan,S &
beraneka ragam sesuai dengan banyaknya suku yang mendiami nusantara ini.
Oleh karena itu, setiap suku yang ada di Indonesia memiliki budayanya masing-
masing. Sebelum UUPA dan peraturan pertanahan lainnya keluar, hukum adat
telah ada terlebih dahulu yang mengatur mengenai banyak hal termasuk tanah.
Eksistensi masyarakat adat dan hukum adat diakui hanya jika tidak bertentangan
yuridis formal menjadikan hukum adat sebagai sumber utama, sehingga segala
bahan yang dibutuhkan dalam HTN tetap mengacu pada hukum adat. Dengan
beragam suku bangsa di Indonesia maka sangat banyak hukum adat yang berlaku
4
Pengakuan terhadap masyarakat adat jelas diterangkan dalam UUPA, dalam
Pasal 3 dan 5, namun selalu ada pengecualian dan batasan terhadap pengakuan
mau menjadi keharusan untuk ditaati oleh warga negara tidak terkecuali
hukumnya akan mengarahkan bahwa suatu saat nanti hak-hak adat akan hilang
oleh pemerintah atau investor untuk merampas tanah adat. (Gloria,S. 2012)
Hak ulayat mengandung dua unsur, yaitu unsur kepunyaan yang termasuk bidang
dilimpahkan kepada kepala adat sendiri atau bersama-sama dengan para tetua
tanah), tanah merupakan hak milik bersama masyarakat adat atau yang dikenal
dengan hak ulayat. Hak ulayat memiliki kedudukan tertinggi dan mengandung
5
dua unsur, yaitu unsur kepunyaan, artinya semua anggota masyarakat memiliki
anggota masyarakat adat diliputi suasana magis religious, yaitu pemikiran yang
bersifat rasional atau menggunakan akal sehat sebagai keyakinan bahwa tanah
merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, karena itu mereka menyadari
dengan norma-norma sebagai nilai luhur kehidupan yang telah dibentuk dan
Khusus untuk hak kepemilikan tanah adat secara umum bersifat komunal
suku atau komunal klen (marga) dengan menggunakan indikator berdasarkan latar
seumur hidup dalam arti secara turun-temurun. Pada suku-suku yang tersebar di
tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat) memiliki keunikan berhubungan
sosio¬kultural pertanahan seperti latar belakang histori, land tenure and land use
system (institusi lokal) dan batas hak ulayat tanah adat. Interpretasi tentang tanah
tingkat suku, sub-suku, klen maupun marga. Kondisi ini menyebabkan seringkali
terjadi adanya konflik terbuka antar mereka akibat adanya berbagai kepentingan
6
menyebabkan pandangan fungsi sosial tanah akan mengalami pergeseran dari
Tami memiliki wilayah adat sampai ke sungai Tami yang berdekatan dengan
wilayah perbatasan antara negara Republik Indonesia dan negara Papua New
Guinea
Kelurahan Koya Timur merupakan salah satu dari dua kelurahan dan enam
dengan kondisi masyarakat yang heterogen, hampir seluruh suku bangsa yang
melalui program transmigrasi yang dijalankan pada masa pemerintahan orde baru,
baik itu wilayah Koya Timur maupun wilayah Koya Barat. Dari sisi adat, wilayah
Koya Timur, Koya Barat, dan Koya Tengah merupakan tanah adat milik orang
Skouw, baik itu orang Skouw Sae, Skouw Mabo, maupun Skouw Yambe. Namun
menjalankan program transmigrasi ke Papua (Provinsi Irian Jaya pada saat itu),
7
Seiring dengan perkembangan jaman dan pembangunan yang semakin maju,
juga terhadap eksistensi masyarakat adat pemilik hak ulayat, diantaranya orang
Skouw Sae, Skouw Mabo, dan Skouw Yambe. Dampak yang ditimbulkan bisa
positif dan juga bisa negatif. Dampak positif diantaranya, masyarakat adat pemilik
hak ulayat yang mendiami kampung Skouw Sae, Skouw Mabo, dan Skouw
lainnya karena sudah banyak toko-toko yang menjual barang dan bahan bangunan
dan toko-toko yang menjual kebutuhan sehari-hari lainnya, selain itu akses
pendidikan dan kesehatan semakin mudah diperoleh. Namun dampak negatif dari
tanah adat dari pemilik hak ulayat kepada pemerintah maupun kepada investor
dan masyarakat umum lainnya, baik itu pendatang yang berasal dari luar Papua
maupun yang berasal dari wilayah Papua lainnya di luar Kota Jayapura.
8
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan
1.4. Manfaat
Cenderawasih
9
dampak yang ditimbulkan dari pembangunan di wilayah kelurahan
ulayat.
10