Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN ANAK

DENGAN ASMA

DI RUANG AN-ANFAL

RUMAH SAKIT SITI AISYAH LUBUK LINGGAU

DI SUSUN OLEH :

SAIDI

Nim.221269015

PEBIMBING AKADEMI PEMBIMBING LAHAN

Ns.Peri Zuliani.Skep.Mkep Ns.Yunita Ria Karliani,S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

BHAKTI HUSADA BENGKULU


LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA ASMA

1. ANATOMI FISIOLOGI
PROSES PERNAPASAN

Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot
polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal,
sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara
yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan
udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu
bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi
dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2  akibat hiperventilasi.

Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan
degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin
menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan,
maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan
mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan
pembengkakan ruang iterstisium paru.

Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan
terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di
manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah
bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

2. DEFINISI ASMA
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko
tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).

Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul
disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5
tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas
yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa
berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan
dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel
dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
Purnomo (2008) mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan gejala wheezing
(mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodik dan
atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal) , musiman, adanya faktor
pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun
dengan penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarga,
sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan.

Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA)
(2006) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel
yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan
inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk,
khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan dengan
hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan.

3. ETIOLOGI 

Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang
menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus
penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.

Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah
menurut Smetzer (2002) adalah :

1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen
yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common
cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat
mencetuskan serangan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik     
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma :

1. Pemicu Asma (Trigger) 


Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan
(bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Triggerdianggap
menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa
menjurus menjadi asma jenis intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul
seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu
singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu,
apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang
mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara,
asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang
berlebihan.
2. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus
hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducerdianggap
sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab
asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama
(kronis), dan lebih sulit diatasi.
Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan
(alergen yang masuk  ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk
tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak dengan
kulit.
Sedangkan Lewis (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka,
secara umum pemicu asma adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma
Bronkhialjika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran
pernapasannya juga bisa diturunkan.
1. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan
anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti
aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan,
logam dan jam tangan

Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan
alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini
menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor
pencetus alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast
seperti histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.

b. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik
atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya
terjadi  beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat,
ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan  oleh adanya bronkospasme, nafas
pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan
selama 2-3 menit sebelum latihan.

c. Infeksi bakteri pada saluran napas


Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi
pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo
bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan
hiperresponsif pada sistem bronkial.
d. Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
e. Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis
alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi
membran mukus.

f. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau.

4. TANDA DAN GEJALA


Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala
klasik: sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa
nyeri di dada. Pada serangan asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara
lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan
cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada malam hari.

6. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan  sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara: seseorang alergi àmembentuk sejumlah antibodi IgE abnormal à reaksi alergi.
Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru
yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup
alergen maka antibodi IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang
telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrien),
faktor kemotaktik eosinofilik, dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor ini akan
menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mukus yang
kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkhiolus berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar
bronkhiolus. Bronkhiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat
dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi hanya
sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesulitan
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal in dapat menyebabkan barrel chest.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan sputum

Pada pemeriksaan sputum ditemukan :

Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.

Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang
bronkus

Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

Terdapatnya neutrofil eosinofil

Pemeriksaan darah

Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat
meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma

Gas analisa darah

Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2
maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk

Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi

Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan
menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.

Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.

Foto rontgen

Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada  serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan
pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:

Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah

Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.

Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.

4. Pemeriksaan faal paru

Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan sistolenya dan
bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.

Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC
selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.

5. Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian dan
disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :

Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah
jarum jam

Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB

Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya
relatif ST depresi
7. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG
1. bersihkan jalan nafas,tak efektif
Data perubahan frekuensi,ke dalam pernafasan.bunyi nafas tidak
normal,penggunaan otot aksesosi dyspnea,sianosis.
Batuk efektif atau tak efektif.dengan atau tanpa produksi sputum.
2. cemas/ansietas/ketakutan
Data gelisah,peka rangsang menolak atau perilaku menyerang rangsangan simpatis,
Missal : eksitasi kardiovaskuler,dilatasi,repel,berkeringat,muntah,diare,
Menangis

F. PATHWAY

Factor dasar dan pencetus kurang pengetahuan

Reaksi antigen-antibodi

Dilepaskan mediator-mediator kimia

Kontraksi otot-otot polos peningkatan permeabilitis peningkatan


Pada saluran pernafasan kapiler sekresi

Bronkospasme edema mukosa penyumbatan


Jalan nafas
gangguan pertukaran gas
obstruksi jalan nafas
oleh secret
kontraksi otot
dada meningkat
inflamasi mukosa
obstruksi jalan nafas
sesak nafas

wheezing Resiko infeksi jalan


nafas
ekspirasi terhambat cemas

CO2 meningkat
Ansietas

Gangguan pertukaran
gas

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang mungkin muncul dalam kasus asma adalah :


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam jalan nafas
ditandai dengan sputum yang berlebihan.
2. Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh lelah.
3. Nyeri akut
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan mengeluh
nyeri.
4. Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas yang ditandai
dengan penggunaan otot bantu pernapasan.
5. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan ventilasi-perfusi
6. Defisit nutrisi
Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan
8.DIAGNOSA KEPERAWATAN SDKI SLKI DAN SIKI
B. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)

1 Bersihan jalan nafas SLKI : bersihan jalan jalan SIKI: Bersihan jalan
tidak efektif nafas tidak efektif nafas tidak efektif
berhubungan dengan Luaran Utama Intervensi Utama
benda asing dalam Label : Bersihan jalan Label: Manajemen jalan
jalan nafas ditandai nafas nafas
dengan sputum yang setelah dilakukan intervensi Observasi:
berlebihan. selama ..x..24jam, 1) Monitor pola nafas
diharapkan bersihan jalan (frekuensi,
nafas meningkat dengan kedalaman, usaha
kriteria hasil: nafas)
- batuk efektif meningkat 2) Monitor bunyi nafas
- produksi sputum menurun tambahan (mis.
- mengi, wheezing menurun Gurgling, mengi
- meconium meurun wheezing, ronkhi
- Dispneaa meurun kering)
- ortopnea menurun 3) Monitor sputum
- sulit bicara menurun (jumlah warna aroma)
Terapeutik:
1) Pertahankan
kepatenan jalan nafas
dengan head tilt chin
lift (jawthrust jika
curiga trauma
servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum
hangat
4) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5) Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
6) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep mcgill
8) Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
1) njurkan asupan
2000ml perhari, jika
tidak kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2. Intoleransi aktivitas (SLKI) : Intoleransi SIKI: Intoleransi aktivitas


berhubungan dengan aktivitas Intervensi Utama
kelemahan ditandai Luaran Utama Label: Terapi aktivitas
dengan mengeluh Label : toleransi aktivitas Observasi:
lelah. setelah dilakukan intervensi 1) Observasi
selama ..x..24jam, identifikasi deficit
diharapkan toleransi tingkat aktivitas
aktivitas meningkat 2) Indentifikasi
meningkat dengan kriteria aktivitas dalam
hasil: aktivitas tertentu
- Frekuensi nadi 3) Identifikasi sumber
meningkat daya untuk aktivitas
- Saturasi oksigen yang diinginkan
meningkat Terapeutik
- Kemudahan dalam 1) Fasilitasi memilih
melakukan aktivitas aktivitas dan
sehari-hari tetapkan tujuan
meningkat aktivitas yang
- Keluhan lelah konsisten sesuai
menurun kemampuan fisik,
- Dyspnea saat psikologis, dan
melakukan aktivitas social
menurun 2) Kordinasikan
- Dyspnea setelah pemilihan aktivitas
aktivitas menurun sesuai usia
- Perasaan lemah 3) Fasilitasi pasien
menurun dan keluarga dalam
- Warna kulit menyesuaikan
membaik lingkungan untuk
- Tekanan darah mengakomodasi
membaik aktivitas yang
- Frekuensi napas dipilih
membaik 4) Fasilitai aktivitas
fisik rutin (mis.
Ambulasi,
mobilisasi, dan
perawatan diri
5) Fasilitasi aktivitas
motoric untuk
merelaksasi otot
6) Libatkan keluarga
dalam aktivitas jika
perlu
7) Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas
sehari-hari
Edukasi:
1) Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari jika
perlu
2) Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
Kolaborasi:
1) Kolaborasi dengan
terapis ukupasi
dalam
mrencanakan dan
memonitor
program aktivitas
Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu

3. Nyeri akut (SLKI) : Nyeri Akut SIKI: Nyeri Akut


berhubungan dengan Luaran Utama Intervensi Utama
agen pencedera Label : Tingkat Nyeri Label: Manajemen Nyeri
fisiologis ditandai setelah dilakukan intervensi Observasi:
dengan mengeluh selama ..x..24jam, 1. Identifikasi lokasi,
nyeri. diharapkan pola napas karakteristik, durasi,
membaik dengan kriteria frekuensi, kualitas,
hasil: intensitas nyeri.
- Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respon
- Meringis menurun nyeri non verbal
- Sikap protektif 4. Identifikasi factor yang
menurun memperberat dan
- Kesulitan tidur memperingan nyeri
menurun 5. Identifikasi
- Frekuensi nadi pengetahuan dan
membaik keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek saming
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresure, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

4. Pola nafas tidak efektif (SLKI) : Pola nafas tidak SIKI: Polanafas tidak
berhubungan dengan efektif efektif
hambatan upaya napas Luaran Utama Intervensi Utama
yang ditandai dengan Label : Pola napas Label: Manajemen jalan
penggunaan otot bantu setelah dilakukan intervensi nafas
pernapasan. selama ..x..24 jam, Observasi:
diharapkan pola napas 1) Monitor pola nafas
membaik dengan kriteria (frekuensi,
hasil: kedalaman, usaha
- Ventilasi semenit nafas)
meningakat 2) Monitor bunyi nafas
- Kapasitas vital tambahan (mis.
meningkat Gurgling, mengi
- Dispnea menurun wheezing, ronkhi
- Penggunakan otot kering)
bantu nafas menurun 3) Monitor sputum
- Pemanjangan fase (jumlah warna aroma)
ekspirasi menurun Terapeutik:
- Pernapasan cuping 1) Pertahankan
hidung menurun kepatenan jalan nafas
dengan head tilt chin
lift ( jawthrust jika
curiga trauma
servical)
2) Posisikan
semifowler/fowlee
3) Berikan minum
hangat
4) Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5) Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
6) Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7) Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep mcgill
8) Berikan oksigen bila
perlu
Edukasi:
1) njurkan asupan
2000ml perhari, jika
tidak kontraindikasi
2) Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

5. Gangguan pertukaran (SLKI) : Gangguan SIKI: Gangguan


gas berhubungan pertukaran gas pertukaran gas
dengan ketidak Luaran Utama Intervensi Utama
seimbangan ventilasi- Label : pertukaran gas Label: pemantauan
perfusi setelah dilakukan intervensi respirasi
selama ..x..24 jam, Observasi:
diharapkan pertukaran gas 1) Monitor frekuensi
meningkat dengan kriteria irama kedalaman
hasil: dan upaya nafas
- Dyspnea menurun 2) Monitor pola nafas
- Bunyi nafas (seperti bradipnea,
tambahan menurun takipnea,
- Nafas cuping hiperventilasi,
hidung menurun kussmaul, cheyne-
- Tingkat kesadaran stokes, biot, ataksik.
meningkat 3) Monitor
- Gelisah menurun kemampuan batuk
- Pola nafas membaik efektif
4) Monitor adanya
produksi sputum
5) Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
6) Monitor saturasi
oksigen
7) Monitor nilai AGD
8) Auskultasi bunyi
napas
Terapeutik:
1) Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2) Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi:
1) Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
2) Informasikan hasil
pemantauan jika
perlu
6. Defisit nutrisi (SLKI) : deficit nutrisi SIKI: Deficit nutrisi
berhubungan dengan Luaran Utama Intervensi Utama
ketidak mampuan Label : status nutrisi Label: Manajemen nutrisi
menelan makanan setelah dilakukan intervensi Observasi:
selama ..x..24 jam, 1) Identifikasi status
diharapkan status nutrisi nutrisi
membaik dengan kriteria 2) Identifikasi alergi
hasil: dan intoleransi
- porsi makanan yang makanan
dihabiskan 3) Identifikasi
meningkat makanan yang
- Kekuatan otot disukai
menelan meningkat 4) Monitor asupan
- Kekuatan otot makanan
pengunyah 5) Identifikasi
meningkat kebutuhan kalori
- Verbalisasi dan jenis nutrient
keinginan untuk 6) Monitor berat badan
meningkatkan 7) Monitor hasil
nutrisi meningkat pemeriksaan
- Frekuensi makan laboratorium
membaik Terapeutik:
- Nafsu makan 1) Lakukan oral
membaik hygiene sebelum
makan jika perlu
2) Vasilitasi
menentukan
pedoman diet
(misalnya piramida
makanan)
3) Berikan makanan
tinggi serat
mencegah
konstipasi
4) Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
5) Berikan suplemen
makanan jika perlu
Edukasi:
1) Anjurkan posisi
duduk jika mampu
2) Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
1) Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis
peredam nyeri,
antiemetic jika
perlu)
2) Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan jika
perlu

DAFTAR PUSTAKA

Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama


DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

 Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-


2002,Philadelpia,USA

  Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran


Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Jakarta.

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa  oleh Dr.
yohanes gunawan. Jakarta: EGC

Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition &


Classification20012002,Philadelpia,USA

Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2004), PSIK UMJ, Jakarta

Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan


Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan

Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel. Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang

Soegijanto, S (2002). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.


     Jakarta: Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai