Anda di halaman 1dari 19

JI 3 (1) (2018)

JPK
Jurnal Pancasila dan KewarganegaraaN
http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/index

KAJIAN ISU TOLERANSI BERAGAMA, BUDAYA,


DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL MEDIA

Eko Digdoyo

Info Artikel Abstrak


________________ Tujuan kajian ini adalah untuk memperdalam fenomena sosial terkait
persoalan toleransi agama, budaya dan peraan media. Saat ini eksistensi
Sejarah Artikel: media baik cetak, elektronik, maupun media sosial dipandang perlu dijadikan
Diterima November 2017 pertimbangan kajian. Alasan mendasar adalah bahwa saat ini media
Disetujui Desember 2017 merupakan bagian terpenting dalam mempublikasikan penanganan kasus
Dipublikasikan Januari perbedaan aliran, faham, dan gerakan sosial beragama di masyarakat, bahkan
2018 media umumnya dapat menggerakkan tatanan kehidupan masyarakat. Jadi
________________ kajian ini memiliki ruang lingkup yang cukup penting khususnya mengenai
peran media dalam memublikasikan sila Ketuhanan dan Kemanusiaan dan
Keywords: praktek toleransi agama dan budaya. Media dalam hal ini dianggap sebagai
Religion, Culture, and bagian dari agen dan pengendali sosial khususnya dalam memberitakan atau
Media menginformasikan nilai-nilai kebebasan dan perlindungan beragama di
_________________ masyarakat.
Abstract
How to Cite: The purpose of this study is to deepen social phenomena related to
Eko Digdoyo (2018).
issues of religious tolerance, culture and the role of the media. Nowadays,
Kajian Isu Toleransi
the existence of printed, electronic, or social media is regarded as a
Beragama, Budaya, dan
Tanggungjawab Sosial
consideration of a study. The fundamental reason is that media is currently
Media : Jurnal Pancasila the most important part in publishing the handling of religion, ideology, and
dan Kewarganegaraan social religious move cases within society. Generally, media is capable of
Universitas Muhammadiyah stirring the order of society life. Therefore, this study has fairly important
Ponorogo, Vol 3 No 1 : scope, specifically, in the role of publishing the moral principle of Divinity
Halaman 42 - 59 and Humanity and the practice of religion and culture tolerance. In this case
._________________ media is assumed as a part of agents and social controllers, particularly in
informing the value of religious freedom and protection in the community.

© 2018 Universitas Muhammadiyah Ponorogo



Alamat korespondensi: ISSN 2527-7057 (Online)
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA Jakarta ISSN 2549-2683 (Printed)
E-mail: ekodigdoyo77@yahoo.co.id

42
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

PENDAHULUAN sangat sentimen. Sentimen-sentimen


Latar belakang (fanatisme) pada aliran kepercayaan, faham,
Temakajian tentang toleransi agama dan gerakan keagaman di Indonesia yang
dan budaya umumnya telah banyak berlebihan, sering kali menimbulkan konflik
dikemukakan oleh para sarjana. Berbagai sosial, baik vertikal maupun horizontal.
penelitian juga telah dilakukan baik di Dalam perjalanan sejarah panjang
Perguruan Tinggi Umum maupun Perguruan bangsa Indonesia, pluralitas telah melahirkan
Tinggi Agama. Namun demikian pada kolaborasi yang indah dalam berbagai bentuk
kesempatan ini penulis ingin berkontribusi muzaid budaya yang kental dengan
melalui analisis yang terjadi terkait peran dan kemajemukan. Artinya berbagai suku, agama,
tanggungjawab sosial media terkait ras adat-itiadat, budaya dan golongan dapat
implementasi ideologi Pancasila khususnya sila hidup berdampingan dan memiliki ruang
pertama dan kedua. negosiasi yang sangat tinggi dalam kehidupan
Mengawali kajian ini perlu sehari-hari yang kita kenal dengan toleransi.
diungkapkan bahwa manusia adalah makluk Kuntowijoyo (1985) menjelaskan bahwa
beragama (human religius), beragama adalah keindahan masyarakat negeri katulistiwa
memotivasi untuk memanusiakan manusia. seperti Indonesia menjadi kesaksian bagi dunia
Tujuan manusia beragama adalah agar pola internasional. Akan tetapi, dunia pun
hidup lebih teratur, terarah, terkontrol, dan “terhentakkan dengan tercabik-cabiknya”
terkelola dengan baik berdasarkan jalan keindahan oleh sikap eksklusif yang tumbuh
kehidupan yang benar dan jalan yang diridhoi dari akar primodialisme sempit kesukuan,
Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa) melalui agama, ras, dan golongan tertentu dalam bentuk
kegiatan ritual beribadah. Beribadah adalah konflik. Berbagai konflik yang dilatarbelakangi
kegiatan ritual beragama dan menjadi hak oleh agama, etnis, bahasa, ekonomi, dan politik
individu yang bermakna sosial.Untuk tidak bisa dihindari (Rasimin, 2016:100)
itu,praktek ibadah di samping telah diatur Konflik sosial yang terjadi di beberapa
dalam tuntunan ibadah melalui kitab suci daerah di Indonesia, baik dalam eskalasi besar
masing-masing, negara turut hadir untuk maupun kecil telah membawa korban jiwa,
mengatur melalui perundang-undangan, harta, sumber mata pencaharian dan lainnya,
organisasi sosial keagamaan, dan kelompok sehingga menghancurkan sendi-sendi
aliran tertentu. kemanusian dan kebangsaan Indonesia.
Selanjutnya, jika melihat kenyataan Nampaknya kerusuhan sosial telah menjadi
masyarakat Indonesia memiliki tingkat gejala yang umum bagi perjalanan hidup
keanekaragaman yang sangat kompleks bangsa. Dari tahun 1996 tercatat terjadi
termasuk di dalamnya menyangkut aliran beberapa kali peristiwa/konflik yang bernuansa
kepercayaan. Masyarakat dengan berbagai sosial agama, seperti kerusuhan di Tasikmalaya
keanekaragaman tersebut, dikenal dengan 26 Desember 1996, di Karawang tahun 1997
istilah masyarakat multi-religius (Achmad, dan Tragedi Mei pada tanggal 13, 15, 17 Mei
2001:44-45). 1998, yang terjadi di Jakarta, Solo, Surabaya,
Artinya, Indonesia memiliki banyak Palembang, Medan, Ambon, Maluku, Nusa
agama, aliran, faham, dan gerakan organisasi Tenggara, Jawa Timur (Situbondo), Jawa
keagamaan lainnya dan pada saatnya seringkali Tengah (Temanggung), Yogjakarta, Jawa Barat
terjadi perbedaan prinsip dalam menjalankan (Cirebon, Indramayu), Banten, dan di DKI
kegiatan ritual keagamaan. Prinsip-prinsip Jakarta serta peristiwa-peristiwa kerusuhan
kegiatan ritual itulah yang seringkali melekat lainnya.
pada pengikut aliran yang dapat dikatakan

43
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

Meskipun akhir-akhir ini tidak sedangkan stabilitas nasional menjadi salah


diketemukan konflik sosial secara fisik, namun satu faktor penting dalam pembangunan
konflik melalui media terutama media sosial, nasional (Ishamudin, 1996:24).
isu keragaman dalam beragama sering menjadi Oleh sebab itu, masalah kerukunan
obyek saling fitnah melalui berita bohong antar umat beragama dan budaya, serta aliran
(hoax) dengan menggunakan kendaraan politik kepercayaan yang ada, secara lokal maupun
pada saat menjelang pelaksanaan pemilu nasional adalah masalah besar yang tidak boleh
maupun pilkada. diabaikan dan harus terus-menerus
Beberapa rentetan terjadinya memperoleh perhatian yang serius dari semua
kerusuhan di Indonesia yang lebih condong pihak sebab jika merujuk dasar ideologi bangsa
bernuansa sosial, ekonomi, politik, dan pada sila pertama dan kedua merupakan ajaran
keagaman. Termasuk studi kasus intoleransi manusia Indonesia untuk berke-Tuhanan. Jadi,
terjadi di Ibu Kota ketika sedang menghadapi jika konflik yang berlatarbelakang agama
PILKADA. Konflik intoleransi telah sering terjadi, maka dapat menghancurkan
mengkristal dengan menggunakan dalih agama, nilai-nilai dan sendi-sendi kehidupan manusia
budaya, politik, etnis, dan media sebagai alat (Colleman, 2008:74). Lantas bagaimana
pemicu. praktek sila pertama dan kedua tersebut
Secara normatif-doktrinal, agama dijalankan?
apapun sama-sama mengajarkan kedamaian, Permasalahan kerukunan hidup antara
persaudaraan, kerukunan individu dan umat beragama di Indonesia, seperti halnya
kelompok. Jadi, sebetulnya agama tidak pada umat-umat beragama di negeri lainnya.
menghendaki konflik perpecahan, permusuhan, Kenyataan seperti itu tidak jarang mencuat ke
bahkan pembunuhan baik fisik maupun permukaan oleh pemberitaan media cetak dan
karakter umat lain. Namun dalam elektronik. Secara kontekstual kerukunan
kenyataannya, yang ada menunjukkan antara umat beragama ini bisa menjadi labil,
pengaruh agama terhadap perilaku masyarakat padahal begitu banyak ayat-ayat Al-Qur'an dan
sering menimbulkan konflik. Hadis (dalam Islam), Alkitab (dalam Kristen),
Para ahli sejarah atau ilmuwan sosial dan kitab-kitab agama lainnya selalu
menyatakan, bahwa agama sering mempunyai menganjurkan, menyerukan, dan bahkan
efek yang negatif terhadap kesejahteraan memerintahkan umatnya selalu melakukan hal-
manusia. Isu-isu keagamaan sering dijadikan hal yang positif guna mencapai kerukunan,
isu timbulnya konflik baik fisik maupun non perdamaian, persatuan, dan kesatuan serta cinta
fisik apalagi dibumbui dengan isu bohong. dan kasih kepada sesama (Fatwa, 2007:27).
Keyakinan dalam suatu agama sering Konflik sosial sebagaimana dimaksud
menimbulkan sikap manusia yang tidak toleran mestinya harus segera dapat diatasi atau
(intoleransi). Kemudian loyalitas dalam agama diselesaikan agar tidak terjadi berkepanjangan,
hanya dapat menyatukan beberapa orang saja sehingga tidak menimbulkan dampak atau
dan memisahkan diri dari kebanyakan orang kurban yang lebih banyak baik fisik maupun
atau kelompok lainnya (Majid, 1992:47). materi. Atas dasar itulah diperlukan sistem atau
Secara sosiologis, konflik sosial strategi penyelesaian konflik sosial-keagamaan
memang lumrah terjadi, untuk itu diperlukan (Dahrendorf, 1986:42-43).
teori dan metode manajemen konflik dalam Media dalam hal ini dipandang sangat
rangka menuju rekonsiliasi dan kesepakatan tepat untuk dijadikan salah satu pertimbangan
membuat komitmen perubahan (ke arah yang dalam meredam konflik atau praktek
positif). Namun demikian persoalan mayoritas intoleransi. Alasan mendasar, saat ini media
dan minoritas dapat menjadi sumber konflik, massa baik cetak, elektronik, dan media sosial

44
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

menjadi salah satu kekuatan utama dalam disalahpahamkan dan dianggap sama dengan
mempengaruhi pandangan-pandangan individu kemerdekaan berpikir (freedom of thought),
dan masyarakat dalam mengimplementasikan padahal orang yang menganjurkan
nilai kebebasan beragama. kemerdekaan berpikir belum tentu setuju
Wacana media massa seringkali dengan kebebasan beragama. Kemerdekaan
menawarkan kerangka makna alternatif kepada berpikir adalah dasar filsafat yang menganggap
khalayak untuk mendefinisikan diri sendiri, dirinya mempunyai kebenaran mutlak,
orang lain, lingkungan sosial, peristiwa- sedangkan kebebasan beragama hanya
peristiwa, dan objek-objek di masyarakat merupakan suatu prinsip yuridis yang mengatur
(Achmad, 2001:29). Salah satu contoh ketika hubungan luar antara beberapa individu-
tayangan atau acara bertema agama dihadirkan individu atau kelompok (Ma’arif, 1987:38).
di media massa, implikasinya adalah Menurut gambaran tersebut di atas,
munculnya pemahaman dan pendefinisian kebebasan beragama nampak dalam tiga aspek.
nilai-nilai dan ajaran agama sesuai dengan Pertama: otonomi individu untuk menentukan
definisi yang ditanamkan oleh media massa, agama yang ia sukai, kedua: otonomi suatu
sehingga isi tayangan media massa menjadi kelompok masyarakat agama untuk melakukan
pertimbangan bahkan bisa ditiru oleh hal-hal mengenai masyarakat tersebut; dan
masyarakat. Jadi, media massa dengan ketiga: persamaan hak-hak agama dari segi
kemampuannya dalam menyajikan berita atau hukum dan pemerintah.
peristiwa sosial sudah selayaknya dihadapi Sebagai bangsa yang memegang teguh
dengan kritis. Jika tidak, maka akan dan mengembangkan falsafah kehidupan
membentuk gambaran dunia yang keliru, dengan menjunjung tinggi keteraturan sosial
termasuk gambaran mengenai agama baik berdasar atas falsafah Pancasila, UUD 1945,
Islam maupun non-Islam. Saat ini media massa dan peraturan perundang-undangan
memiliki peluang yang sangat besar untuk lainnya, maka tentu saja kita akan menjadikan
menanamkan prasangka antaragama (Achmad, kebebasan berbasis tanggungjawab sosial
2001:64). sebagai inti dari kebebasan yang kita
Sebagaimana digambarkan oleh media kembangkan. Tidak mungkin kita akan
Barat mengenai Islam yang radikal, mengembangkan kebebasan dalam konsepsi
fundamental, anarkis bahkan kerap kaum libertarian. Kebebasan tanpa batas berarti
diidentikkan dengan teroris. Bagi dunia, Islam kebebasan yang tidak ada batasannya. Orang
dianggap tidak cocok dengan modernisasi dan bebas melakukan apa saja tanpa mengindahkan
demokrasi, bahkan dikonotasikan dengan hak orang lain. Budaya kita juga tidak cocok
radikalisme agama (Bagader, 1983:82). Islam menggunakan model kaum otoritarian yang
seolah-olah tidak dapat lagi menjawab beranggapan bahwa tidak ada kebebasan,
permasalahan aktual dalam kehidupan semuanya diatur dan dikendalikan. Artinya,
umatnya, karena selalu memiliki konflik, baik praktek kebebasan itu penting, tetapi kebebasan
internal maupun eksternalnya (Noer, 1996:56). yang telah diatur oleh etika ideologi.
Realitas semacam ini menjadi kekhawatiran Jadi, dalam kajian ini memiliki
tersendiri terhadap nilai-nilai yang diserap oleh ruanglingkup yang cukup penting khususnya
masyarakat mengenai agama yang dianutnya. mengenai peran media. Media dalam hal ini
Media dalam hal ini memiliki dianggap sebagai agen sosial khususnya dalam
tanggungjawab sosial kepada masyarakat memberitakan atau menginformasikan nilai-
tentang permasalahan kebebasan dan nilai kebebasan dan perlindungan beragama di
perlindungan beragama (freedom of religious). masyarakat. Oleh karena itu, media cetak,
Pada sisi lain, kebebasan beragama elektronik maupun media sosial menjadi

45
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

central, karena selama ini media tersebut terhadap masyarakat luas melalui media
memiliki ciri khas masing-masing dalam terutama dalam mengatasi berbagai macam
memberitakan dan membangun kehidupan konflik sosial yang berlatarbelakang aliran,
beragama. faham, dan gerakan keagamaan baik
Jadi berangkat dari latarbelakang di masyarakat lokal maupun nasional, sehingga
atas, masalah yang perlu dijawab adalah baik remaja, tokoh masyarakat setempat,
bagaimana peran media dalam upaya maupun lembaga-lembaga terkait dapat
memperkuat toleransi beragama dan budaya di memberikan kontribusi positif.
Indonesia? Kemudian bagaimana upaya dan
tanggungjawab sosial yang perlu ditempuh oleh PEMBAHASAN
media dalam upaya membangun persepsi Kajian terkait toleransi beragama
masyarakat agar aliran, faham, dan gerakan umumnya telah dikemukakan oleh para ahli
keagamaan di Indonesia tidak menyebabkan sebelumnya. Namun demikian, penulis ingin
anarkisme yang mengarah ke intoleransi? berkontribusi melalui gagasan dengan
mendasarkan pada studi pustaka dan
Kontribusi Kajian pengamatan peristiwa sosial yang sering
Melalui metode pengamatan sosial, tayangkan dalam media.
media, dan kajian pustaka, maka kajian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi serta Konsep Toleransi
urgensi pada tataran akademis, praktis, dan Istilah toleransi berasal dari bahasa
sosial. Secara akademis, melalui kajian ini Latin dari kata "Tolerare" yang berarti dengan
merupakan upaya penulis untuk menggali sabar membiarkan sesuatu. Pengertian toleransi
mengenai kondisi sosial masyarakat khususnya secara luas adalah suatu perilaku atau sikap
mengenai peran dan tanggungjawab sosial manusia yang tidak menyimpang dari aturan,
media baik cetak, elektronik, dan media sosial dimana seseorang menghormati atau
khususnya membangun masyarakat yang damai menghargai setiap tindakan yang dilakukan
di tengah banyaknya aliran, faham, dan gerakan orang lain (Ihsan, 2009:24-25).
keagamaan di Indonesia, sehingga kajian ini Dalam bahasa Arab, istilah yang lazim
dapat bermanfaat bagi kalangan akademisi dipergunakan sebagai padanan kata toleransi
dalam memperkaya acuan pustaka bagi adalah samanah atau tasamuh, artinya sikap
pengkaji berikutnya. lapang dada atau terbuka dalam menghadapi
Kemudian secara praktis, hasil kajian perbedaan yang bersumber dari kepribadian
diharapkan dapat menerangkan kepada publik, yang mulia (Enginer, 2004:8). Dengan
melalui peran media di masyarakat di tengah demikian, makna kata tasamuh memiliki
banyaknya aliran, faham, dan gerakan keutamaan, karena melambangkan sikap pada
keagamaan dapat dijadikan acuan bagi kemulian diri dan keikhlasan.
kalangan pengambil kebijakan (decision Oleh karena itu, toleransi dalam
making). Oleh karena itu, jika kita cermat dan konteks sosial budaya dan agama yang berarti
tidak bijak, eksistensi agama seringkali menjadi sikap dan perbuatan yang melarang adanya
akar masalah atau konflik, sehingga diperlukan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok
hasil kajian yang relevan. Di samping itu, yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh
kajian ini dapat dijadikan model pembinaan mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya
toleransi masyarakat pada tataran lokal maupun adalah toleransi beragama dimana penganut
nasional melalui pendekatan media. mayoritas dalam suatu masyarakat
Secara sosiologis kegunaan kajian ini mengizinkan keberadaan agama lainnya.
diharapkan dapat memberikan kontribusi

46
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

Toleransi juga dapat dikatakan istilah menganut paham kebebasan beragama seperti
pada konteks agama dan sosial budaya yang Indonesia sendiri, telah terjadi beberapa contoh
berarti sikap dan perbuatan yang melarang konflik semacam ini. Hendropuspito, (1986:
adanya diskriminasi terhadap golongan- 32) mengemukakan bahwa paling tidak ada
golongan yang berbeda atau tidak dapat empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial
diterima oleh mayoritas pada suatu masyarakat. yang bersumber dari agama yaitu:
Misalnya toleransi beragama dimana penganut 1. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
agama mayoritas dalam sebuah masyarakat Perlu disadari atau tidak semua pihak
mengizinkan keberadaan agama minoritas umat beragama yang sedang terlibat dalam
lainnya. Jadi, toleransi antar umat beragama bentrokan masing-masing menyadari bahwa
berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi
beragama dan mempunyai keyakinan, untuk penyebab dari benturan itu. Entah sadar atau
saling menghormati dan menghargai manusia tidak, setiap pihak mempunyai gambaran
yang beragama lain (Giddens, 1987:73). tentang ajaran agamanya, membandingkan
Pada sila pertama dalam Pancasila, dengan ajaran agama lawan, memberikan
disebutkan bahwa bertaqwa kepada Tuhan penilaian atas agama sendiri dan agama
menurut agama dan kepercayaan masing- lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat
masing merupakan hal yang mutlak. Oleh (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan
karena itu, semua umat beragama juga harus kepada agamanya sendiri dan agama sendiri
saling menghargai, sehingga terbina kerukunan selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan
hidup antar umat beragama. Dalam kajian ini, lawan dinilai menurut patokan itu.
penulis memberikan arti bahwa toleransi adalah Agama Islam dan Kristen di Indonesia,
hidup berdampingan secara damai dalam merupakan agama samawi (revealed religion),
menjalankan aspek kehidupan (Digdoyo, yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi,
2005:78). Dalam ajaran agama apapun, setiap sering memiliki rasa superior, sebagai agama
manusia memiliki tanggungjawab sosail untuk yang berasal dari Tuhan. Kelompok ini begitu
saling menghargai dan menjaga perdamaian. agresif dan mempertahankan argumen masing-
Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita masing, kurang toleran, dan terkadang fanatik
praktekkan dalam kegiatan yang bersifat sosial dan malah menganut garis keras. Karena itu,
kemasyarakatan serta tidak menyinggung faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan
keyakinan pemeluk agama lain. Melalui kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya
praktek toleransi diharapkan terwujud andil sebagai pemicu konflik.
ketertiban, kearifan, ketenangan dan keaktifan 2. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
dalam menjalankan ibadah menurut agama dan Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan
kepercayaan masing-masing. ras dan agama memperlebar jurang permusuhan
antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah
Konflik Sosial Agama dan Budaya Pemicu dengan perbedaan agama menjadi penyebab
Intolerasi lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan
Sepanjang sejarah peradaban manusia, antar kelompok dalam masyarakat. Contoh di
agama dan keyakinan sebetulnya telah banyak wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku
memberikan sumbangsih besar bagi terciptanya Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang
perdamaian di muka bumi. Akan tetapi, karena beragama Islam dan Suku Batak yang beragama
pengetahuan dan kedewasaan masyarakat yang Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup
kurang mengenal toleransi, persoalan agama dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik
justru kerap menjadi pemicu lahirnya konflik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman
horizontal (Wach, 1971:35). Di negara yang dan keamanan, termasuk konflik antar suku di

47
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

Papua. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras dilatarbelakangi oleh seringnya terjadinya
disertai perbedaan agama ikut memicu konflik hubungan antar umat beragama di
terjadinya konflik. Indonesia (Sardar, 1988:48). Untuk itu, jika
3. Perbedaan Tingkat Kebudayaan belajar dari kasus konflik antar umat bergama
Agama sebagai bagian dari budaya umumnya disebabkan antara lain:
melalui praktek ritual manusia. Kenyataan 1. Terbatasnya pengetahuan para pemeluk
tersebut membuktikan perbedaan budaya agama akan agamanya sendiri dan agama
berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara pihak lain.
sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya 2. Kaburnya batas antara sikap memegang
dalam masyarakat, yakni budaya tradisional teguh keyakinan agama dan toleransi dalam
dan budaya modern. Kelompok masyarakat kehidupan masyarakat.
setempat memiliki budaya yang sederhana atau 3. Sikap tanggungjawab dari setiap pemeluk
tradisional, sedangkan kaum pendatang agama, yang mengandung misi dakwah
memiliki budaya yang lebih maju atau modern. dan tugas dakwah masing-masing.
Karena itu,perbedaan budaya dan gaya hidup 4. Keterbatasan pengertian dalam menghadapi
masyarakat tradisional dan modern sering masalah perbedaan pendapat dalam
mengalami konflik. Perbedaan budaya dalam menjalan ibadah agama.
kelompok masyarakat yang berbeda agama di 5. Fanatisme para pemeluk agama yang tidak
suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor mampu mengontrol diri, sehingga tidak
pendorong yang ikut mempengaruhi menghormati bahkan memandang rendah
terciptanya konflik antar kelompok agama di agama lain.
Indonesia. 6. Adanya kecurigaan antar umat
4. Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan beragama, baik intern maupun eksternal
Agama antar umat beragama dengan pemerintah.
Fenomena konflik sosial mempunyai 7. Masalah ketidakadilan ekonomi dan sosial,
aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat artinya jika ekonomi mengalami
memiliki agama yang pluralis biasanya menjadi ketimpangan, ekonomi akan menjadi
penyebab konflik berikut masalah mayoritas pemicu konflik.
dan minoritas golongan agama. Jadi, tentunya Jadi, sikap toleransi agama hanya dapat
bagi Indonesia yang multikulture dan multi dicapai seandainya masing-masing kelompok
talenta menjadi kebanggaan identitas nasional, bersikap lapang dada satu sama lain untuk
namun pada sisi lain dapat menjadi pemicu menjaga perdamaian bersama. Sikap lapang
konflik jika tidak bijak menyikapi kenyataan dada dalam kehidupan beragama akan memiliki
tersebut. makna bagi kemajuan
Kenyataan lain konflik sosial dapat dan kehidupan masyarakat plural, apabila ia
terjadi berlatarbelakang ekonomi. Sebab diwujudkan dalam sikap; saling mempercayai
masalah ekonomi menjadi kebutuhan dasar atas itikad baik golongan agama lain, saling
hidup manusia. Dari berbagai kasus konflik menghormati hak orang lain yang menganut
sosial ekonomi biasanya akan berimbas pada ajaran agamanya, dan saling menahan diri
keyakinan masyarakat. terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasan
kelompok agama lain yang berbeda, yang
Membina Sikap Toleransi sebagai Budaya mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan
Membina sikap toleransi umat dan kebiasaan sendiri.
beragama di Indonesia menjadi tanggungjawab Lapang dada maksudnya dalam kajian
sosial bersama dan merupakan budaya positif ini adalah jiwa yang perlu dibangun oleh warga
yang perlu dilanjutkan. Pandangan ini muncul negara Indonesia dalam arti bijak menyikapi

48
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

perbedaan keyakinan, sehingga ajaran dalam merubah jadwal ibadah paginya pada Minggu
ideologi Ketuhanan untuk Kemanusiaan perlu menjadi siang hari, agar tidak mengganggu
dijunjung tinggi. Menjunjung tinggi sila umat Islam yang sedang menjalankan shalat
Ketuhanan dan Kemanusiaan berarti turut Idul Fitri. Kemudian pengurus masjid
mempraktekan toleransi dalam kehidupan memperbolehkan halaman masjid untuk parkir
penuh kedamaian. kendaraan bagi umat kristiani GKJ
Sikap toteransi antar umat beragama Joyoningratan saat ibadah Paskah
dan budaya umumnya telah dipraktekkan di maupun Natal.
masyatakat lokal misalnya; Pusat ibadah masjid Jadi, hal tersebut merupakan contoh
Istiqlal dan Gereja Betel yang berdampingan, kecil toleransi antarumat beragama yang hingga
toleransi antarumat beragama antara pemeluk saat ini terus dipelihara. Baik pihak gereja
Agama Islam dan Kristen di Gereja Kristen maupun pihak masjid, saling menghargai dan
Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al memberikan kesempatan untuk menjalankan
Hikmah, Serengan, Kota Solo, Jateng, dua ibadah dengan khusyuk dan lancar bagi masih-
bangunan tersebut berdampingan serta masing pemeluknya. Seandainya terdapat
memiliki alamat yang sama, yaitu di Jalan Gatot oknum tertentu yang akan mengusik kerukunan
Subroto Nomor 222, Solo, tempat peribadatan antar umat beragama di tempat tersebut, baik
di Klaten, Yogjakarta, Temanggung, Surabaya, pihak masjid maupun gereja akan berupaya
dan beberapa tempat ibadah lainya di Indonesia untuk mencegahnya.
menunjukkan pembinaan toleransi beragama. Jadi, berpijak pada sila Ketuhanan dan
Dalam kontek toleransi perbedaan Kemanusiaan atau Kemanusiaan yang
keyakinan tidak menyurutkan semangat Berketuhanan dalam kajian ini merupakan
pemeluk umat beragama setempat untuk saling ajaran budaya bangsa yang terus dipublikasikan
menjaga kerukunan, menghormati dan kepada seluruh warga negara. Jika merujuk
mengembangkan sikap toleransi. Bangunan peran media, maka media saat ini memiliki
Masjid Al Hikmah didirikan pada tahun 1947 andil besar. Namun eksistensi media perlu
sedangkan GKJ Joyodingratan didirikan 10 benar, netral dan adil dalam mengekspos berita
tahun sebelumnya atau sekitar 1937, namun yang menyangkut toleransi agama dan budaya.
Toleransi antarumat beragama telah tercipta
sejak lama. Pusat peribadatan masyarakat Upaya Mewujudkan Kerukunan Umat
Muslim di Bali (Pegayaman, Klungkung, Beragama
Negara, Gel-Gel) telah hidup damai dengan Menciptakan kerukunan umat
masyarakat Hindu. Beberapa Komunitas beragama di bumi nusantara tentunya menjadi
Muslim, Budha, Konghucu, atau sekalipun tanggungjawab negara dan seluruh warga
masyarakat penganut aliran kepercayaan negara. Tanggung jawab meliputi ketentraman,
sebetulnya telah menjaga prinsip-prinsip keamanan, dan ketertiban termasuk
toleransi dalam menjaga perdamaian. Upaya memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat
masyarakat dalam mewujudkan toleransi dan beragama, menumbuhkembangkan
perdamaian juga dilakukan masyarakat di Jawa keharmonisan, saling menghormati, dan saling
Timur dengan menamakan Desa Pancasila percaya di antara umat beragama (hidup
(Kompas, 17 November 2016). berdampingan secara damai).
Studi kasus lain, misalnya saat Dalam hal ini, untuk menciptakan
pelaksanaan Idul Fitri yang jatuh pada Minggu, kerukunan umat beragama dapat dilakukan
pengelola gereja langsung menelepon pengurus dengan berbagai cara; saling tenggang rasa,
masjid untuk menanyakan soal kepastian menghargai, dan toleransi antar umat
perayaan Idul Fitri. Kemudian pengurus gereja beragama,tidak memaksakan

49
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

kehendak seseorang untuk memeluk agama ter 2. Membangun harmoni sosial dan persatuan
tentu, melaksanakan ibadah sesuai agamanya, nasional, dalam bentuk upaya mendorong
mematuhi peraturan keagamaan baik dalam dan mengarahkan seluruh umat beragama
agamanya maupun peraturan untuk hidup rukun dalam bingkai teologi
negara atau pemerintah. dan implementasi dalam menciptakan
Namun demikian akhir-akhir ini kebersamaan dan sikap toleransi.
prinsip toleransi bisa dibangun melalui media 3. Menciptakan suasana kehidupan beragama
sebagai penyampai informasi kepada orang yang kondusif, dalam rangka memantapkan
lain, tetapi juga sering diketemukan oknum pendalaman dan penghayatan agama serta
yang mempergunakan media sebagai ajang pengamalan agama, yang mendukung bagi
penyebaran berita bohong (hoax) yang pembinaan kerukunan hidup intern umat
mengarah kepada ujaran kebencian. beragama dan antar umat beragama.
Sikap tenggang rasa, menghargai, dan 4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang
toleransi antar umat beragama merupakan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari
indikasi dari konsep trilogi kerukunan. Seperti seluruh keyakinan plural umat manusia,
dalam paparan sebelumnya upaya mewujudkan yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman
dan memelihara kerukunan hidup umat bersama dalam melaksanakan prinsip-
beragama, tidak boleh memaksakan seseorang prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial
untuk memeluk agama tertentu. Karena hal ini satu sama lainnya dengan memperlihatkan
menyangkut hak asasi manusia (HAM) yang adanya sikap keteladanan.
telah diberikan kebebasan untuk memilih baik 5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual
yang berkaitan dengan kepercayaan, maupun yang implementatif bagi kemanusiaan yang
hak lainnya. mengarahkan kepada nilai-nilai ketuhanan,
Kerukunan antar umat beragama dapat agar tidak terjadi penyimpangan-
terwujud dan senantiasa terpelihara, apabila penyimpangan nila-nilai sosial
masing-masing umat beragama dapat kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
mematuhi aturan-aturan yang diajarkan oleh 6. Menempatkan cinta dan kasih dalam
agamanya masing-masing, serta mematuhi kehidupan umat beragama dengan cara
peraturan yang telah disyahkan negara atau menghilangkan rasa saling curiga terhadap
sebuah instansi pemerintahan. Umat beragama pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta
juga tidak diperkenankan untuk membuat suasana kerukunan yang manusiawi tanpa
aturan-aturan pribadi atau kelompok, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
berakibat pada timbulnya konflik atau 7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu
perpecahan diantara umat beragama yang realita dalam kehidupan bermasyarakat,
diakibatkan karena adanya kepentingan oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan
ataupun misi secara pribadi dan golongan mozaik yang dapat memperindah fenomena
(Hadisaputro, 2002:18). kehidupan beragama.
Selain itu, agar kerukunan hidup umat 8. Perlu mempraktekan prinsip Ketuhanan,
beragama dapat terwujud dan senantiasa kemanusiaan, persatuan, dan keadilan sosial
terpelihara, perlu memperhatikan upaya-upaya yang terkandung dalam Pancasila.
yang mendorong terjadinya kerukunan secara Dalam upaya memantapkan kerukunan
mantap dalam bentuk: itu, hal serius yang harus diperhatikan adalah
1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal fungsi pemuka agama, tokoh masyarakat, dan
dan antar umat beragama, serta antar umat pemerintah. Dalam hal ini pemuka agama,
beragama dengan pemerintah. tokoh masyarakat adalah figur yang dapat
diteladani dan dapat membimbing, sehingga

50
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

apa yang diperbuat mereka akan dipercayai dan dasar fakta atau kenyataan pada waktu dan
diikuti secara taat. Selain itu mereka sangat tempat tertentu adalah sebagai berikut:
berperan dalam membina umat beragama Pertama yaitu nilai Ketuhanan dan
dengan pengetahuan dan wawasannya dalam kemanusiaan. Secara kodrati manusia adalah
pengetahuan agama. sebagai makhluk individu dan sosial. Manusia
Kemudian pemerintah juga berperan senantiasa membutuhkan pertolongan orang
dan bertanggung jawab demi terwujud dan lain dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya
terbinanya kerukunan hidup umat beragama. baik itu sandang, pangan, papan dan pelestarian
Hal ini menunjukkan bahwa kualitas umat lingkungan hidup. Begitu mendasarnya
beragama di Indonesia belum berfungsi kebutuhan ini, sehingga memaksa setiap orang,
sebagaimana mestinya, yang diajarkan oleh golongan atau kelompok untuk saling
agama masing-masing, sehingga ada beradaptasi, berkomunikasi dan bergaul satu
kemungkinan timbul konflik di antara umat dengan yang lainnya.
beragama. Dorongan naluri manusia untuk
Oleh karena itu, pemerintah sebagai bergantung dengan orang lain memunculkan
mediator atau fasilitator merupakan salah satu sikap toleransi. Untuk menuju persaudaraan
elemen yang dapat menentukan kualitas atau yang sejati, maka sikap saling mengejek,
persoalan umat beragama tersebut. Pada menghina harus dihindari. Persaudaraan
prinsipnya, umat beragama perlu dibina melalui sesama umat manusia harus diiringi dengan
pelayanan aparat pemerintah yang memiliki sikap saling pengertian dan tolong-menolong.
peran dan fungsi strategis dalam menentukan Berangkat dari mengerjakan sesuatu yang baik
kualitas kehidupan umat beragama, melalui dan besar tidak mungkin sendirian, maka kita
kebijakannya (Hadisaputro, 2002:19-20). perlu membutuhkan orang lain. Misalnya
Untuk menjaga dan meningkatkan menanggulagi banjir, mengatasi masalah
kerukunan hidup umat beragama dan keutuhan ekonomi, konflik sosial, ekologis, dan penyakit
bangsa, perlu dilakukan upaya-upaya: sosial tidak mungkin sendirian. Harus sama-
1. Meningkatkan efektifitas fungsi lembaga- sama bergandengan tangan untuk mengatasi itu
lembaga kearifan lokal dan keagamaan semua. Dalam hal ini tidak membahas masalah
masyarakat akidah agama melainkan mengedepankan rasa
2. Meningkatkan wawasan keagamaan kemanusiaan (kesalehan sosial).
masyarakat Nilai kemanusiaan dapat dituangkan
3. Menggalakkan kerjasama sosial dengan sikap saling menghormati dan
kemanusiaan lintas agama, budaya, etnis menghargai antar tetangga. Apabila terdapat
dan profesi tetangga yang membutuhkan pertolongan,
4. Memperkaya wawasan dan pengalaman maka harus dibantu tanpa memandang orang itu
tentang kerukunan melalui program sosial kaya atau miskin. Hidup di dalam lingkungan
kemasyarakatan maupun dalam dunia masyarakat yang dibutuhkan adalah sikap
pendidikan. tolong-menolong, sehingga dapat mewujudkan
5. Pertemuan tokoh lintas agama secara lingkungan pergaulan hidup yang aman, damai
berkelanjutan sebagai model pembinaan dan sejahtera.
umat beragama yang tidak hanya dilakukan Kedua adalah nilai nasionalisme.
ketika terjadi konflik. Mengingat, bangsa Indonesia memiliki
Apabila ditinjau secara empirik, berarti beragam agama dan budaya yang merupakan
nilai-nilai yang menjadi landasan terbentuknya warisan nenek moyang. Sudah seharusnya
toleransi antar umat beragama dibangun atas sebagai rakyat Indonesia memiliki kesadaran
untuk merasa senasib sepenanggungan. Tidak

51
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

bisa mengkotak-kotakkan diri. Rasa agama. Tokoh masyarakat baik formal maupun
nasionalisme telah mendorong masyarakat non formal mampu mengayomi masyarakat
untuk merasa seperti saudara, sehingga dengan cara memberikan waktu dan tempat
perbedaan yang ada tidak dijadikan tonggak kepada masing-masing umat beragama untuk
untuk saling menjatuhkan melainkan dijadikan beribadah sesuai dengan ajaran agamanya serta
sebagai aset untuk bersatu. Hal ini sesuai sekaligus melibatkan warga dalam kegiatan
dengan sila ketiga Pancasila bahwa meskipun masyarakat.
terdiri dari beragam suku, agama, bahasa, ras Kelima yaitu nilai kesabaran. Hidup
dan budaya tetap bersatu. Nilai budaya gotong- berdampingan secara damai (toleransi) di
royong tidak memandang manusia berdasarkan lingkungan masyarakat yang heterogen
agama, ras dan pangkat, melainkan memiliki dibutuhkan kesabaran. Mengingat, tiap
kedudukan yang setara. individu memiliki kepentingan dan kebebasan
Ketiga yaitu nilai historis. Pada sendiri-sendiri. Nilai kesabaran diharapkan
dasarnya sejak dahulu masyarakat Indonesi mampu membangkitkan kesadaran masyarakat
sudah saling menghormati dan menghargai satu bahwa suatu kebebasan tidak dapat dilakukan
dengan yang lain. Berlandaskan warisan nenek secara mutlak karena dibatasi oleh kebebasan
moyang biasanya masyarakat telah memiliki orang lain. Sikap sabar dapat diwujudkan
sikap toleran terhadap perbedaan agama yang dengan tidak mengejek ataupun menghina umat
ada, bahkan telah menganggap saudara. Segala yang tidak beragama, melainkan memberikan
perbedaan tidak dijadikan suatu permasalahan waktu dan tempat kepada orang yang tidak
melainkan sebagai tonggak untuk saling seagama untuk beribadah sesuai dengan
mengenal satu sama lain, sehingga hubungan kepercayaannya masing-masing. Jadi, prinsip
antar umat beragama dapat terbina sangat baik. yang tepat bukan mengejek umat yang tidak
Perbedaan pandangan dalam suatu menjalankan ibadah, melainkan mengingatkan
hubungan kemasyarakatan merupakan hal yang bagi umat yang belum menjalankan ibadah.
wajar. Apabila mampu menyelesaikannya
secara bijaksana, maka tidak akan Peran Pemerintah dalam Membina
mempengaruhi dan mengurangi hubungan Hubungan antarumat Beragama
persaudaraan diantara sesama. Bahkan Berdasarkan Peraturan Bersama
dijadikan sebagai sarana untuk saling mengenal Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri
karakter dan watak masing-masing individu. Nomor 9 Tahun 2006/Nomor 8 Tahun 2006,
Hal ini didasarkan pada pemikiran agama yang pemeliharaan kerukunan umat beragama
terbuka dan selalu mengutamakan kerukunan menjadi tanggung jawab bersama umat
hidup. Berusaha memiliki pemikiran dan beragama, pemerintah daerah dan pemerintah
pemahaman yang terbuka akan esensi hidup. pusat. Dengan demikian pemerintah memiliki
Karena yang namanya saudara tidak mungkin peran strategis dalam memelihara toleransi
saling menyakiti, mengejek ataupun saling dalam umat beragama. Adapun sikap
curiga. pemerintah yang dimaksud adalah:
Keempat yaitu nilai keteladanan tokoh 1. Memfasilitasi pembangunan sarana
masyarakat (kepemimpinan). Eksistensi tokoh peribadatan dengan baik.
agama dalam mengajarkan sikap toleransi pada 2. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan keagamaan
masyarakat lokal/desa tidak diragukan. dengan baik
Prinsipnya sebagai pemimpin harus dapat 3. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang
memberikan contoh, baik itu ucapan dan melibatkan berbagai agama
perilaku yang mencerminkan sikap saling 4. Pemerintah bersikap tegas dalam menyikapi
menghormati dan menghargai perbedaan kasus penistaan agama

52
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

5. Pemerintah bersikap tegas dalam menyikapi diberlakukan secara tegas oleh pemerintah
kasus kekerasan antar umat beragama tanpa membeda-bedakan agama.
6. Pemerintah melindungi kebebasan Belajar dari praktek toleransi
beribadah setiap pemeluk agama antarumat beragama di Kota Bandung
7. Pemerintah bersikap tegas dalam menyikapi menunjukkan kategori “Tinggi” (Hermawati,
kasus penyimpangan ajaran agama 2016:46-47). Capaian ini menunjukkan bahwa
8. Pemerintah memiliki prosedur perizinan persepsi, sikap, dan kerja sama dalam interaksi
pembangunan tempat ibadat yang berlaku sosial antarumat beragama di Kota Bandung
dan menjamin hak yang sama bagi setiap sudah berlangsung secara kondusif. Jarak sosial
agama secara konsisten yang ada masih tergolong wajar karena
9. Pemerintah memfasilitasi dialog antar umat kecenderungan penolakan terhadap pemeluk
agama dengan baik agama berbeda hanya berkaitan dengan ranah
Jadi, berdasarkan Peraturan Bersama yang sangat pribadi atau berkaitan dengan
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri identitas in-group dari suatu pemeluk agama.
Nomor 9 Tahun 2006/Nomor 8 Tahun 2006 Dalam hal interaksi sosial lainnya, ada
terdapat persyaratan administratif, persyaratan keterbukaan untuk menerima dan bergaul
teknis dan persyaratan khusus yang harus dengan pemeluk agama yang berbeda.
ditempuh masyarakat dalam pendirian rumah
beribadah. Analisis Peran Media dan Tanggungjawab
Dalam perspektif ketatanegaraan, Sosial
perizinan merupakan salah satu bentuk Kajian ini menurut hemat penulis lebih
pengendalian dan merupakan pengecualian atas tepat jika menggunakan pedekatan teori
suatu larangan. Oleh karenanya, prosedur yang tanggungjawab sosial media. Teori tersebut
ada harus konsisten diterapkan, sehingga dapat menyatakan bahwa media harus meningkatkan
menjamin hak yang sama bagi setiap warga standar secara mandiri, menyediakan materi
negara. Sosialisasi diperlukan dalam rangka dan pedoman netral bagi warga negara untuk
menumbuhkembangkan keharmonisan, saling mengatur dirinya sendiri. Hal ini sangat penting
pengertian, saling menghormati dan saling bagi media, karena kemarahan publik akan
percaya diantara umat beragama (Nazsir, memaksa pemerintah untuk menetapkan
2008:106). peraturan untuk mengatur media (Wridgh,
Persoalan perizinan pembangunan 1985).
rumah ibadat selama ini dinilai oleh responden Teori tanggung jawab sosial
sebagai penyebab utama munculnya konflik dikembangkan setelah Roosevelt, ketika para
antarumat beragama. Sementara, ranah penerbit berpengaruh tidak populer di kalangan
perizinan berada dalam kewenangan publik. Publik selalu curiga terhadap pers,
pemerintah. Hal ini berarti bahwa ada persoalan bahkan ketika para pemimpin industri ini
regulasi yang juga perlu dibenahi oleh diganti dengan yang baru. Pers telah
pemerintah agar interaksi antarumat beragama merumuskan “kode etik’ selama berdekade
tidak mengarah pada munculnya penilaian (Masyarakat Editor Surat Kabar Amerika
negatif ketika ada rencana pembangunan rumah (ASNE) menerapkan “aturan jurnalisme” (The
ibadat agama lain di lingkungan permukiman. Canons of Journalism) di tahun 1923) dan
Isu tentang perizinan sangat rentan dipolitisasi televisi menjadi media paling populer pada saat
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung itu.
jawab, sehingga kepastian regulasi dan Pers memiliki tanggung jawab utama
prosedur perizinan perlu disosialisasikan dan untuk menentukan dan menerapkan standar
tanggung jawab sosial, tapi prosesnya juga

53
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

harus “sejalan dan sistematis dengan usaha- edukasi bagi segenap masyarakat Indonesia.
usaha masyarakat, konsumen dan pemerintah” Aspek mendidik menjadi bagian yang tidak
(Wridgh, 1985). Teori tanggung jawab sosial terpisahkan dari media massa. Berita yang
tidak bertentangan dengan hukum yang dimuat mengenai suatu hal akan menjadi bahan
berlaku. Ia menjelaskan bahwa wilayah hak- bagi masyarakat karena aspek dari berita itu
hak moral berbeda dengan wilayah hak-hak sendiri yaitu pemberi informasi pada
hukum. Teori tanggung jawab sosial memiliki masyarakat.
pandangan liberal terhadap diskursus publik Media massa sebagai agen perubahan
yang sehat. Ia mematuhi gagasan pasar dituntut untuk selalu bertanggung jawab karena
pemikiran (marketplace of ideas) tapi juga perannya sebagai penyalur opini kepada publik.
memahami bahwa pasar tersebut harus berada Untuk itu, berita yang dimuat oleh media massa
dalam sebuah medium. Dengan kata lain, di harus menjadi tolak ukur dalam kebudayaan
mana sebelumnya media bersaing di pasar, toleransi antar umat beragama yaitu sebagai
sekarang pasar berada dalam media dan pers. aspek penyatu bagi setiap lapisan masyarakat.
Teori tanggungjawab sosial punya Peranan media sebagai instrumen komunikasi
asumsi utama: bahwa kebebasan, mengandung memberikan sumbangan besar terhadap
di dalamnya suatu tanggung jawab yang mobilitas personal bahkan sosial
sepadan; dan pers yang telah menikmati kemasyarakatan. Mustahil dinafikkan bahwa
kedudukan terhormat, maka harus dapat pertumbuhan media masa kini telah
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat membentuk pola pikir masyarakat.
dalam menjalankan fungsi-fungsi penting Lebih jauh lagi, media telah
komunikasi massa dalam masyarakat modern. memberikan warna signifikan terhadap pola-
Pada dasarnya fungsi pers di bawah teori pola keagaman dan keberagamaan dalam
tanggungjawab sosial sama dengan fungsi pers kehidupan. Ketergantungan masyarakat kepada
dalam teori Libertarian. media semakin menguat seiring dengan
Terkait dengan adanya media cetak pertumbuhan globalisasi yang tidak mungkin
maupun elektronik, saat ini menjadi sarana dibendung laju pertumbuhannya. Pertumbuhan
penyampai informasi (berita), hiburan, maupun pola-pola kehidupan keagamaan dan
model perniagaan baru di dunia global tentunya keberagamaan masyarakat akan menjadi sangat
perlu dibangun dengan wacana bahwa bervariasi beriringan dengan frekuensi
tanggungjawab sosial media sangat penting jika pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Kesadaran
dilihat dari berbagai aspek kehidupan. masyarakat akan kehidupannya menjadi sangat
Terkait tema kajian ini perlu ditegaskan bersentuhan dengan dinamika kehidupan yang
bahwa media massa sebagai media informasi mengitarinya. Tak pelak lagi, peranan media
untuk segenap lapisan masyarakat memiliki dalam membentuk sosio-kultur dan agama
peranan penting dalam membangun arti dari dalam masyarakat menjadi keniscayaan. Media
toleransi antar umat beragama baik secara memberikan input wawasan sosio-kultur dan
nasional maupun dalam kancah internasional. nilai-nilai keagamaan kepada segenap
Media massa secara langsung harus masyarakat. Eksistensinya seringkali
memberikan perannya sebagai pengontrol dan memberikan potret hakiki akan pertumbuhan
juga sebagai agen dari perubahan sosial dinamika kehidupan di antara semua unsur
khususnya dalam hal menghadirkan ajaran sosial di masyarakat.
agama dalam bingkai yang lebih kontekstual, Seiring dengan pesatnya media, maka
toleran, dan interpretatif. tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan
Media massa memiliki peranan yakni kehidupan masyarakat juga akan semakin
sebagai sarana penyampai informasi dan kompleks. Kompleksitas ini terjadi bersamaan

54
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

dengan daya terima masyarakat terhadap Sayangnya, usaha mediasi tersebut dicemari
eksistensi media dalam kehidupan mereka. pesan berantai yang menyebutkan bahwa
Pertumbuhan media dari kenyataannya yang masjid dilarang mengumandangkan azan.
sederhana kepada kondisi yang Tanpa meneliti benar tidaknya pesan tersebut,
semakinmengglobal menunjuk kepada respon masyarakat setempat tersulut kemarahannya
luas masyarakat terhadap realitas sekitar dari dan membakar tidak hanya tempat ibadah,
pertumbuhan dinamika kehidupannya (Masudi, namun juga mobil, motor, dan becak.
2013:147-148). Sementara itu, berita lainnya terkait
Berita-berita yang beredar di linimasa, dengan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya
baik media sosial dan media-media lainnya, yang mendapatkan kritik dari Komnas HAM
terutama yang berkaitan dengan isu terkait dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor
keberagaman, sangat menarik perhatian banyak 1 tahun 1999 tentang Visi Misi Religius Islami
kalangan. Menarik, karena dapat disebut negara karena dianggap melanggengkan praktik
kita sebagai contoh bagaimana keberagaman itu intoleransi dalam kehidupan beragama di
ada sejak lama. Selain itu, dapat disebut berita- masyarakat (Radartasikmalaya.com, 27 Juli
berita tersebut mengejutkan karena banyak 2016), serta reaksi terhadap kritik
hal yang sebenarnya kita tidak mengalaminya ini disuarakan oleh HMI serta Ketua Presidium
secara lanjut justru dapat mencederai Solidaritas Mahasiswa Tasikmalaya.
keberagaman yang sudah ada sejak lama. Di belahan Indonesia Timur, tepat di
Masyarakat mungkin sudah terbiasa dengan isu Tolikara, satu berita sempat mencuat ke
keberagaman yang melibatkan suku dan agama, permukaan ketika kasus pelarangan salat Idul
dalam banyak keseharian mereka sudah banyak Fitri tercantum dalam surat edaran yang
berelasi dengan kelompok-kelompok yang mengatasnamakan jemaat Gereja Injili di
berbeda suku, ras, dan agama, contohnya dalam Indonesia (Obsessionnews,
pendidikan dan pekerjaan. obsessionnews.com, 18 Juli 2015). Sebenarnya,
Pada sisi lain, masyarakat dihadapkan secara umum GIDI wilayah Toli melarang
kepada banyaknya pertentangan yang justru agama lain serta Gereja aliran lainnya untuk
melibatkan perbedaan suku, ras, dan agama mendirikan bangunan ibadah, akan tetapi
yang tampaknya pada akhir-akhir ini lebih larangan melaksanakan shalat Idul Fitri
terlihat memanas dan membawa pandangan menjadi indikasi jelas adanya ketimpangan
negatif terhadap kelompok-kelompok dalam penerimaan keberagaman di suatu
tertentu. Salah satu berita yang baru saja daerah.
menjadi sorotan banyak pihak adalah mengenai Mengapa hal-hal tersebut di atas
pembakaran 7 wihara dan kelenteng yang muncul secara masif? Peran media masih
terjadi di Tanjung Balai, Sumatera Utara oleh sangat signifikan dalam menyebarkan
sejumlah warga beragama Islam pada tanggal informasi kepada khalayak luas. Media
29 Juli 2016 (Tempo.co.id, 30 Juli 2016). Hal memiliki target audiens yang beragam,
ini sebenarnya dipicu oleh keberatan salah satu sehingga berita yang disajikan tentu akan jelas
penduduk keturunan Tionghoa yang merasa bervariasi sesuai kebutuhan audiens yang
suara azan magrib yang berasal dari pengeras ditargetnya. Dalam era keterbukaan informasi,
suara mengganggu karena terletak persis di media tampil sebagai pusat informasi ekspansif
depan rumah. ditandai dengan cepatnya berita masuk serta
Sebenarnya, penduduk tersebut dirilis untuk masyarakat.
bersama dengan jemaah masjid serta anggota Saat ini media cetak, elektronik, dan
kepolisian setempat dan pihak kelurahan telah sosial telah menjamur ditingkat lokal dan
bersama-sama duduk dalam satu mediasi. nasional. Berikut gambaran data media yang

55
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

secara aktual selalu menyampaikan berita melalui media tanpa batas, sebenarnya hal ini
terkait kehidupan toleransi agama dan budaya, memberikan dampak positif dan negatif.
misalnya: Masyarakat dapat menjadi lebih teliti dalam
Tabel: 1 mendapatkan informasi, sehingga apa yang
Jumlah Media Cetak, Elektronik, dan diserapnya bukan hanya berita-berita yang
Sosial di Indonesia sifatnya lebih mengarah kepada provokasi,
Media Media Media Sosial namun juga bagaimana mereka menjadi dapat
Cetak Elekronik bersikap dengan lebih bijaksana dan tidak
Koran Televisi Jejaring Sosial terpancing emosinya.
Harian Nasional: Terpopuler:10 Contoh yang sangat terlihat dalam hal
Nasional: 115 terkait di atas adalah di media sosial, di mana
29 terjadi penyebaran tautan berita serta respon
Koran Televisi masyarakat dapat langsung dilihat dalam
Harian Lokal: 180 interaksi berupa komentar-komentar yang
Lokal: 63 bahkan dapat direspon langsung dalam bentuk
Majalah: Televisi kesetujuaan maupun ketidaksetujuan.
12 Jaringan: 11 Menariknya, dari interaksi sosial
Radio masyarakat tersebut justru dapat dilihat sikap
Nasional dan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan
Lokal: 654 isu keberagaman dan toleransi yang akhir-akhir
Radio ini banyak diperdebatkan oleh berbagai
Komunitas: kalangan.
39 Keterbukaan reaksi masyarakat akan
Sumber: Di kutip dari Wikipedia.com, 08 suatu berita pada saat ini merupakan ciri
November 2017 demokrasi, suatu hal yang sangat mahal
dibandingkan pada masa pemerintahan
Data jumlah media tersebut dalam Soeharto. Pada masa sekarang, tidak ada
berbagai peristiwa dapat dipastikan keraguan bagi masyarakat untuk memberikan
menyampaikan informasi terkait dengan pratek kritik keras terhadap isu-isu yang berkembang.
penerapan toleransi maupun in-toteransi agama Lebih jauh lagi, isu tentang etnis dan
dan budaya di masyarakat. Sebagai bagian dari agama yang seharusnya tidak menjadi isu yang
praktek sistem demokrasi, media merupakan dibesar-besarkan karena masyarakat Indonesia
corong utama informasi sosial politik yang juga tinggal dalam keberagaman semakin sering
berguna bagi sarana berpikir bagi masyarakat, diberitakan, dan tidak jarang respon-respon
tidak hanya untuk berpolitik, tetapi juga negatif yang justru menafikan keberadaan
memberikan dinamika kehidupan berbangsa di keberagaman lebih sering muncul dan
Indonesia. Media turut serta membangun cenderung lebih menampilkan saling berbalas
kesadaran masyarakat mengenai isu yang pernyataan dan komentar (Santosa, 2017:199-
sedang berkembang di negara mereka tinggal 214). Hal ini pada akhirnya akan berujung pada
(McDevitt (1996:270), serta Lindsey (1994: tajamnya segregasi kelompok mayoritas dan
163) menyatakan bahwa media memiliki peran minoritas, dua kubu yang lebih dilihat dari
sentral dalam menyaring informasi dan identitas etnis dan agama (Saerang, 2000:12).
membentuk opini masyarakat (Medinah Suarti. Sebagai alat untuk kontrol sosial, maka
BatamToday.com, 16 Juni 2015). media seharusnya bisa berperan lebih
Ketika masyarakat yang sangat majemuk signifikan dalam kehidupan keberagaman
di Indonesia ini diberikan akses informasi masyarakat di Indonesia.Isi berita dalam media

56
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

memang berada dalam koridor yang sudah lebih menyebarkan berita bohong di
bebas diakses masyarakat, dan memang tidak masyarakat.
dapat disalahkan pula jika pada akhirnya isi
berita dianggap semakin dapat memperuncing Saran
situasi yang sudah panas, seperti yang terjadi Saran penulis melalui kajian ini adalah:
dalam berita pembakaran tempat ibadah di 1. Sila Ketuhanan dan Kemanusiaan bagi
Tanjung Balai, Tolikara, dan beberapa kasus bangsa Indonesia sudah final, untuk itu
lainnya. pemerintah bersama tokoh agama dan
Objektivitas pemberitaan media apa masyarakat tetap menjadi pengontrol dan
pun itu diperlukan untuk menghindari salah pengendali masalah kehidupan toleransi
tanggap dari masyarakat, sehingga isu yang beragama dan budaya secara adil.
berhubungan dengan etnis dan agama tidak 2. Eksistensi media punya andil dalam
semakin memperparahkonflik antara dua menciptakan perdamaian di masyarakat
kelompok mayoritas dan minoritas, sekaligus melalui tanggungjawab sosial media.
mereduksi kecurigaan satu sama lain. Jadi, 3. Masyarakat sebaiknya tetap memegang
kajian ini tidak menyudutkan eksistensi media teguh prinsip toleransi, bijak dalam
tertentu, tetapi lebih pada peran masyarakat menyikapi perbedaan sebagai ciri khas
dalam menggunakan media sosial terutama masyarakat yang penuh dengan
dalam menyampaikan peristiwa sosial yang peradaban dan pluralitas.
tidak salah dan menimbulkan isu intoleransi. 4. Prinsip Ketuhanan dan Kemanusiaan
dalam Pancasila perlu
PENUTUP diimplementasikan melalui proses
Kesimpulan pendidikan dan pengajaran, sehingga
Berdasarkan paparan di atas, dapat tidak hanya dimaknai sebagai prinsip
disimpulkan bahwa: ideologis tetapi dapat dimaknai secara
1. Eksistensi media massa saat ini merupakan praktis.
salah satu sarana penyampai peristiwa, dan
masyarakat berhak memilih media apapun, DAFTAR RUJUKAN
namun mestinya juga merupakan filter Buku:
dalam menyeleksi pemberitaan berbagai Abdullah, Taufik (Ed). 1983. Agama dan
peristiwa, sehingga media dapat menjadi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali
perekat sosial salah satunya dalam isu Achmad, Nur. 2001. Pluralitas Agama,
toleransi beragama. Kerukunan dalam Keragaman. Jakarta:
2. Sebagai sarana penyampai informasi, Kompas
maka eksistensi media dituntut Ali, Mohammad Daud. 1986. Islam Untuk
tanggungjawab sosial. Jika media salah Disiplin Ilmu Hukum, Sosial dan Politik.
menyampaikan peristiwa sosial Jakarta: CV Wirabuana
masyarakat, secara otomatis akan Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku
mengakibatkan dampak yang sangat fatal Tengah. 1999. Maluku Tengah dalam
di masyarakat. Sebab masyarakat biasanya Angka. Masohi: BPS
tanpa menyaring kebenaran informasi Bagader, Abu Baker A. 1983. Islam dalam
yang mengakibatkan masyarakat menjadi Perspektif Sosiologi Agama.
korban informasi. Yogyakarta: Titian Ilahi Press
3. Eksistensi media bukanlah sebagai sarana Colleman, James S. 2008. Dasar-Dasar Teori
untuk membuli, mencemooh, Sosial, (Terj. Imam Muttaqien, Derta Sri

57
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

Widowtie dan Siwi Purwandari). Kuntowijoyo. 1985. Dinamika Sejarah Umat


Bandung: Nusa Media Crapps Islam Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
Dahrendorf, Ralf. 1986. Konflik dan Konflik Pelajar
dalam Masyarakat Industri, Sebuah Madjid, Nurcholish. 1992. Islam Doktrin dan
Analisa Konfik. (Jakarta: Rajawali, Peradaban, Sebuah Telaah Kritis
Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan tentang Masalah Keimanan,
Terjemahannya. Jakarta: Intermassa Kemanusiaan dan Kemodernan. Jakarta:
Departemen Agama RI. 2003. Konflik Sosial Yayasan Wakaf Paramadina
Bernuansa Agama di Indonesia. Ma’arif, Ahmad Syafii. 1987. Islam dan
(Jakarta: Departemen Agama RI Badan Masalah Kenegaraan, Studi Tentang
Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Percaturan Dalam Konstituante.
Puslitbang Kehidupan Beragama Bagian Jakarta: LP3ES
Proyek Peningkatan Pengkajian Noer, Deliar. 1996. Gerakan Modern Islam di
Kerukunan Hidup Umat Beragama Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES
Digdoyo, Eko. 2005. Ilmu Sosial dan Budaya Nazsir, Nasrullah. 2008. Teori-Teori Sosiologi.
Dasar. Bogor: PT Galia Indonesia Bandung: Widya Padjadjaran
Enginer, Asghar Ali. 2004. Liberalisasi Teologi Sardar, Ziauddin. 1988. Tantangan Dunia
Islam, Membangun Teologi Damai Islam Abad 21 Menjangkau Informasi
dalam Islam (Terj. Rizqon Khamami). (Terj. A. E. Priyono dan Ilyas Hasan).
Yogyakarta: Alenia Jakarta: Mizan
Fatwa, Achmad Fajruddin. 2007. Jembatan Wach,Joachim. 1971.Sosiology of Religion.
Hukum Islam Menyikapi Kekerasan Atas Chicago and London: University of
Nama Agama, dalam Qualita Ahsana Chicago Press
Vol. IX No. 1. April 2007. Lembaga Wridgh, Charles R. 1985. Sosiologi
Penelitian IAIN Sunan Ampel Surabaya. Komunikasi Massa (Terj. Lilawati Trimo
Giddens, Anthony. 1987. Perdebatan Klasik dan Jalaluddin Rahmat). Bandung:
dan Kontemporer Mengenai Kelompok, Remadja Karya
Kekuasaan dan Konflik. Jakarta:
Rajawali Jurnal dan Media:
Hadisaputro, Muhda. 2002. Peranan
Kerukunan Hidup Antar Umat Hermawati, Paskarina, Runiawati,
Beragama. Yogyakarta: Salahuddu Press 2016.ToleransiKerukunan Hidup
Hendropuspito, 1986.Sosiologi Agama. Beragama. UMBARA : Indonesian
Yogyakarta: Pustaka Journal of Anthropology 121 Volume 1
Ihsan, Bakir. 2009. Menebar Toleransi (2) Desember 2016 eISSN 2528-1569
Menyemai Harmoni. Bandung: PT pISSN 2528-2115
Remaja Rosdakarya Mas’udi. 2013. Agama Masyarakat:
Ishamuddin. 1996. Sosiologi Agama, Menggagas Prinsip-Prinsip Etis dalam
Pluralisme Agama dan Interpretasi Jurnalistik. AT-TABSYIR, Jurnal
Sosiologis. Malang: UMM Press Komunikasi Penyiaran Islam, Volume 1,
Nomor 2, Juli – Desember 2013
Koentjaraningrat. 1975. Manusia dan Medinah Suarti.2015. Peran Media sebagai
Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Alat Perekat Bangsa.Batam Today.com,
Djambatan 16 Juni 2015
Rasimin. 2016. Toleransi dan Kerukunan Umat
Beragama di Masyarakat Randuacir.

58
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

INJECT: Interdisiplinary Juornal of


Comunication. Volume 1, No. 1, Juni
2016: h. 99-118.
Saerang, Joppy A. 2000. Konflik Antar
Kelompok Agama di Indonesia. Jurnal
Pelita Zaman. Volume 15 No. 1 tahun
2000
Santosa, Bend Abidin. 2017. Peran Media
Masa dalam Mencegah Konflik. Program
Studi Ilmu Komunikasi Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 2,
Januari 2017, hlm 199-214
Salmony, Rooy John. Kerusuhan Ambon
sebagai Konflik Sosial,
http://www.suaramerdeka.com/harian/9
908/11/kha2.htm (10 Agustus 2009)
Satori, Akhmad. Konsep Ibn Khaldun tentang
Pemerintahan dan Negara, htp //
politepress.
Blogsport.com/2007/N//new-artcle 2-
25.htmi (5 Pebruari 2009)
Tunny, Aziz. Nadi Toleransi di Lumbung
Konflik, Pela-Gandong Salam-Sarane,
source:
http://www.geocities.com/lokkie2005/rv
p070306.htm (5 Maret 2006)
Kompas, 17 November 2016
Tempo.co.id, 30 Juli 2016
Radar Tasikmalaya, adartasikmalaya.com, 27
Juli 2016
Obsessionnews, obsessionnews.com, 18 Juli
2015

59
JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 1, Januari 2018
ISSN 2527-7057 (Electronic), ISSN 2545-2683 (Print)

60

Anda mungkin juga menyukai