Anda di halaman 1dari 2

Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengumumkan pada hari Rabu bahwa ia telah

memerintahkan proyek infrastruktur untuk ibu kota baru di Kalimantan Timur


untuk melanjutkan, dan bahwa ia berharap beberapa fasilitas dasar dapat
beroperasi pada tahun 2024.

Berbicara pada pertemuan dengan wartawan di Istana Negara, Presiden


mengatakan bahwa pekerjaan ibu kota baru yang sedang berlangsung hanya akan
menggunakan anggaran proyek infrastruktur yang ada untuk menghindari
pengalihan dana dari program-program penting untuk respons COVID-19 negara.

"Saya sudah perintahkan agar BUMN yang terlibat dalam proyek [infrastruktur]
itu bekerja sama dengan swasta," kata Jokowi.

Presiden mengharapkan ibu kota baru akan berdiri dan berjalan dalam 15 hingga
20 tahun. "Kalau bukan karena pandemi, itu akan lebih cepat," tambahnya.

Dalam pertemuan sebelumnya dengan anggota parlemen, Kepala Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan
bahwa badan tersebut memproyeksikan bahwa 15 hingga 20 tahun akan
diperlukan untuk memindahkan ibu kota negara.

Proyek ini diperkirakan menelan biaya Rp 466 triliun (US $ 32,7 miliar) yang hanya
19 persen berasal dari APBN, sisanya berasal dari sektor swasta dan investor
asing.

Ibu kota baru akan menempati 256.000 hektar di Kabupaten Penajam Paser
Utara dan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur, dan diperkirakan akan
menghilangkan sebagian tekanan dari Jakarta, yang saat ini berfungsi sebagai
pusat administrasi dan pusat bisnis negara.
Jokowi menegaskan pada pengarahan hari Rabu bahwa pemindahan ibu kota
negara ke Kalimantan akan menciptakan budaya kerja baru di birokrasi.

“Kami tidak hanya akan pindah ke sana secara fisik, tetapi saya berharap kami
akan memiliki nilai-nilai baru dan etos kerja baru,” katanya.

"Kita bisa bekerja lebih efisien," kata Presiden seraya menambahkan bahwa
pegawai pemerintah juga akan mendapat manfaat dari udara segar dan
lingkungan hijau di sekitar ibu kota baru.

Anda mungkin juga menyukai