Anda di halaman 1dari 2

Data is The New Oil

Miftahul Arifin

Pada akhir tahun 2018 lalu aku mulai berkenalan dengan dunia data. Awalnya memang tidak
sengaja, karena ketika itu aku diajak bergabung dalam tim untuk mengikuti lomba data science.
Saat itu memang data science sedang booming-nya sampai dengan sekarang.

Aku masih cukup awam dengan dunia data saat itu, namun di sela-sela waktu aku coba
mempelajari hal-hal mendasarnya. Singkat cerita kami bisa lolos sampai tahap semifinal di
Jakarta. Pada tahap ini, dunia data science bener-benar membuatku terkagum.

Babak semifinal diadakan selama dua hari satu malam di mana kami diberi banyak data
berbentuk sheet mengenai customer di perusahaan tersebut. Aku pikir datanya dalam bentuk
satu lembaran sheet excel saja, namun ternyata tidak. Banyak sekali file dan column yang belum
tentu saling berkaitan, karena itu kami perlu memahami secara proses bisnisnya. Tantangan
yang diberikan pada kami sebenarnya cukup simpel yaitu memprediksi skor kredit setiap
pelanggan, sehingga kami dapat menentukan apakah suatu customer layak diberikan pinjaman
kredit atau tidak melalui latar belakang, riwayatnya, dan bisa saja lewat media sosialnya. Bagiku
ini cukup kompleks, tapi di balik itu ternyata dunia data sungguh menantang.

Setelah mengulik, mengolah, dan mempresentasikan model alhasil kami belum bisa menduduki
panggung. Banyak tim yang lebih siap dengan model prediksi terbaiknya. Meskipun gagal,
pengalaman tersebut menjadi batu loncatan bagiku untuk mengeksplor dunia data yang lebih
jauh, seperti kata-kata yang ditulis pada buku kesayakangan kita dulu “Pengalaman adalah guru
terbaik”.

Kini dunia data sudah tak asing lagi bagiku. Saat ini kita sudah melewati era internet kemudian
memasuki era data. Era internet membawa perubahan besar salah satunya hampir semua
aktivitas manusia bisa terekam dalam internet. Bayangkan setiap kita pergi ke suatu tempat
maka google maps akan merekam perjalanan kita, kemudian setiap kita beli sesuatu melalui
toko online maka riwayat transaksi kita akan terabadikan, lalu setiap kita curhat di media sosial
maka semuanya juga akan disimpan dalam kumpulan data yang besar.

Kita tahu bahwa minyak saat ini menjadi komoditas yang dicari-cari sebagai energi utama yang
menyuplai industri, militer, dan transportasi. Tanpa minyak sebuah negara bisa jadi akan
collapse sebab perlahan akan mengalami krisis energi. Sementara data saat ini menjadi The
New Oil, bukan berarti data sebagai pengganti minyak tetapi data memiliki peran yang sama
pentingnya dengan minyak.
Minyak yang baru diekstrak dari kedalaman bumi masih berwarna gelap dan tak bisa
dimanfaatkan sebelum dimurnikan dulu. Sama kasusnya dengan data, begitu banyak data yang
tersebar di segala penjuru dunia maya saat ini. Ada namanya data terstruktur dan tak
terstruktur. Data terstruktur bisa kita lihat seperti pada file excel yang sudah dicatat dengan
rapi, sementara data tak terstruktur seperti gambar, audio, serta teks yang bertebaran di media
sosial. Sebagian besar data yang ada tak terstruktur, data ini memerlukan pengolahan dulu agar
bisa didapatkan manfaat darinya.

Lalu mengapa data sekarang menjadi barang yang penting. Kita tahu manusia memiliki
kemampuan yang terbatas seperti terbatasnya kemampuan kita menyerap informasi, adanya
human error, serta energi yang kita miliki juga terbatas. Oleh karena itu, kita bisa
memanfaatkan data-data yang ada untuk menghadirkan berbagai alternatif solusi, contohnya
yang kita alami sehari-hari yaitu personalized recommendation. Secara kita tidak sadari setiap
kita melakukan browsing sesuatu maka itu akan menjadi rekaman data. Hal ini lah kemudian
diolah, sehingga suatu pihak bisa menyediakan iklan yang tepat sasaran. Kalau kita sering
melakukan browsing terkait hal-hal traveling, maka iklan yang muncul akan berhubungan
dengan traveling. Kemudian data juga bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan persebaran
Covid-19 yang terjadi sekarang. Salah satu contoh kasusnya dengan memetakan bersebaran
orang-orang yang positif, ODP, atau pun PDP agar bisa diketahui tingkat resiko setiap daerahnya
sampai tingkat terkecil.

Data memang sangat penting dalam era sekarang. Namun perlu diketahui data hanyalah data,
ia akan bernilai jika diolah menjadi pengetahuan. Lalu pengetahuan akan berguna bila
distrategikan. Semuanya tentu kembali lagi tentang bagaimana caranya mengolah data
tersebut. Tentunya untuk mengolahnya memerlukan domain knowledge seperti ilmu dibalik
masalah yang akan dicarikan solusinya layaknya kesehatan bila berbicara tentang masalah
Covid-19, kemudian keahlian analisis untuk menguraikan serta mencari keterkaitan antar fitur,
dan terakhir keahlian teknis sebagai alat untuk mengolah serta memprediksikan data.

Aku membayangkan negeri ini sungguh diuntungkan dengan besarnya populasi penduduknya,
sebab dengan banyaknya orang maka banyak data juga yang bisa dikumpulkan lalu bisa
menghasilkan suatu insight yang dalam dan beragam. Insight ini lah kemudian bisa kita gunakan
sebagai strategi untuk meningkatkan efisiensi dalam bidang bisnis, pemerintahan, pendidikan,
sosial, dan lain-lain. Ke depan data disertai teknologi kecerdasan buatan akan semakin
mendominasi, bukan berarti akan menggantikan peran manusia tetapi akan menjadi
pendamping manusia untuk mengambil keputusan yang lebih bijak. Inilah saatnya kita bergerak
dari sekarang!

Anda mungkin juga menyukai