Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Jagung manis merupakan komoditas palawija dan termasuk dalam
keluarga (famili) rumput-rumputan (Gramineae) genus Zea dan spesies Zea mays
saccharata. Jagung manis memiliki ciri-ciri endosperm berwarna bening, kulit biji
tipis, kandungan pati sedikit, pada waktu masak biji berkerut (Koswara , 2009).
Tanaman jagung adalah salah satu jenis tanaman biji-bijian yang
menurut sejarahnya berasal dari Amerika. Orang-orang Eropa yang datang ke
Amerika membawa benih jagung tersebut kenegaranya. Melalui Eropa tanaman
jagung terus menyebar ke Asia dan Afrika. Baru sekitar abad ke-16 tanaman
jagung ini oleh orang Portugis dibawa ke Pakistan, Tiongkok dan daerah-daerah
lainnya di Asia termasuk Indonesia (WirawandanWahab, 2007).
Di Indonesia daerah-daerah penghasil tanaman jagung adalah Jawa
Tengah, Jawa Barat, JawaTimur, Madura, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus daerah
Jawa Timur dan Madura, tanaman jagung dibudidayakan cukup intensif karena
selain tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman jagung
(Warisno, 2007).
Jagung manis merupakan sumber sayuran yang kaya vitamin A, B, E
dan banyak mineral. Kandungan serat yang tinggi dapat berperan dalam
pencegahan penyakit pencernaan. Jagung manis merupakan salah satu komoditas
pertanian yang disukai oleh masyarakat karena rasanya yang enak, mengandung
karbohidrat, protein dan vitamin yang tinggi serta kandungan lemak yang rendah.
Jagung manis mengandung kadar gula, vitamin A dan C yang lebih tinggi
dibanding jagung biasa, serta memiliki kadar lemak yang lebih rendah dibanding
jagung biasa (Iskandar,2007). Pada Tabel 1 dapat diperlihatkan kandungan zat
gizi jagung manis tiap 100 g bahan.

1
Tabel 1. Kandungan zat gizi jagung manis tiap 100 g bahan

Zat gizi Jumlah


Energi (kal) 96,0
Protein (g) 3,5
Lemak (g) 1,0
Karbohidrat (g) 22,8
Kalsium (mg) 3,0
Fosfor (mg) 111
Besi (mg) 0,7
Vitamin A (SI) 400
Vitamin B (mg) 0,15
Vitamin C (mg) 12,0
Air (g) 72,7
(Iskandar,2007).
Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat
fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan
bahan baku industri. Dari seluruh kebutuhan jagung, 50% antaranya digunakan
untuk pakan. Permintaan pasar nasional dan internasional terhadap jagung manis
cenderung meningkat, seiring dengan Dalam perekonomian nasional, jagung
penyumbang terbesar ke-2 setelah padi dalam subsektor tanaman pangan.
Sumbangan jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat
setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi
jagung dalam perekonomian nasional mencapai Rp. 9,4 trilyun dan pada tahun
2003 meningkat menjadi 18,2 trilyun. Kondisi demikian mengindikasikan
besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan
dan perekonomian nasional secara umum (Akil dan Dahlan, 2003).
Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dan berlebihan dapat
menurunkan kesuburan tanah dan merusak lingkungan sehingga penggunaan
pupuk anorganic perlu dikurangi dengan meningkatkan penggunaan pupuk hayati.
Menurut Simarmata (2005), pupuk hayati memberikan munculnya negara yang
senantiasa membutuhkan jagung manis dalam jumlah besar. Potensi tanaman

2
jagung manis tiap hektarnya yang masih rendah sedang permintaan pasar terus
meningkat, sehingga berbudidaya jagung manis merupakan hal yang tepat dan
mempunyai peluang  pasar yang sangat bagus (Yulianti, 2010).
Alternatif yang tepat untuk memperbaiki, meningkatkan dan
mempertahankan kualitas tanah sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan
menaikkan hasil maupun kualitas berbagai tanaman dengan signifikan.
Mengingat akan hal tersebut, perlu dilakukan usaha untuk
membudidayakan jagung secara intensif dan komersial, sehingga kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas produksinya pun dapat memenuhi standart permintaan
konsumen (pasar). Caranya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya
dengan meningkatkan penggunaan pupuk, melakukan pengaturan jarak tanam atau
menggunakan berbagai macam zat pengatur tumbuh untuk mengaatur
petumbuhan dan produktivitas tanaman.
Salah satu pupuk hayati yang dapat dijadikan sebagai alternative adalah
pupuk hayati mikoriza. Cendawan mikoriza dapat bersimbiosis dengan akar
tanaman dan mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan tanaman.
Peranan tersebut diantaranya adalah meningkatkan serapan fosfor (P) dan unsure
hara lainnya, seperti N, K, Zn, Co, S dan Mo dari dalam tanah, meningkatkan
ketahanan terhadap kekeringan, memperbaiki agregat tanah, meningkatkan
pertumbuhan mikroba tanah yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman inang
serta sebagai pelindung tanaman dari infeksi pathogen akar (Halis et al, 2008).

I.2. Rumusan Masalah


Seberapa besar potensi pupuk hayati mikoriza untuk meningkatkan
pertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung manis

I.3. TujuanPenelitian
Untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati mikoriza dan varietas terhadap
pertumbuhan dan hasil jagung manis serta interaksi antara kedua faktor yang
diteliti.

3
I.4. Hipotesis Penelitian
1. Pupuk hayati mikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
beberapa varietas jagung manis pada tanah Andisol.
2. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis pada
tanah Andisol.
3. Terdapat interaksi anatara dosis pupuk hayati mikoriza dengan beberapa
varietas jagung manis pada tanah Andisol.

I.5. Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk
menentukan dosis pupuk hayati mikoriza yang tepat dan memilih jenis varietas
yang baik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung manis pada tanah
Andisol.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Botani Tanaman Jagung Manis


Dalam sistematika (Taksonomi) tumbuhan ,kedudukan tanaman jagung
manis diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminae
Familia : Poaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays saccharata Sturt.
(Rukmana,2010).
Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim. Akar tanaman jagung
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang subur
dangembur, jumlah akar tanaman jagung sangat banyak. Sementara pada tanah
yang kurang baik akar yang tumbuh jumlahnya terbatas. Batang tanaman jagung
bulat silindris, tidak ber lubang, dan beruas–ruas (berbuku–buku) sebanyak 8 – 20
ruas. Jumlah ruas tersebut bergantung pada varietas yang ditanam dan umur
tanaman.
Tanaman jagung tingginya sangat bervariasi, tergantung pada jenis
varietas yang ditanam dan kesuburan tanah. Struktur daun tanaman jangung
terdiriatas tangkai daun, lidah daun, dan telinga daun. Jumlah daun setiap tanaman
jagung bervariasi antara 8 – 48 helai, namun pada umumnya berkisar antara18 -
12 helai tergantung pada varietas dan umur tanaman daun jagung berbentukpita
atau garis dengan letak tulang daun di tengah- tengah daun sejajar dengan daun,
berbulu halus,serta warnanya bervariasi (Rukmana, 2010). Daun tanaman jagung
dan keluar dari buku – buku batang. Daun terdri dari tiga bagian yaitu kelopak

5
daun, lidah daun dan helai daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang
(Purwono dan Hartono, 2008).
Pada saat jagung berkecambah, akar yang berada dekat ujung biji yang
menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar
samping. Akar adventatif merupakan bentukan akar lain yang tumbuh daripangkal
batang di atas permukaan tanah kemudian menembus dan masuk ke dalam tanah
(Suprapto dan Marzuki, 2005).

II.2. Karakteristik Umum Jagung Manis


Jagung manis sulit dibedakan dengan jagung biasa. Perbedaannya
terletak pada warna bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan pada jagung
manis berwarna putih sedangkan jagung biasa berwarna kuning kecoklatan.
Rambut pada jagung manis berwarna putih sedang jagung biasa berwarna
kemerahan (Admaja, 2006).
Jagung manis siap dipanen ketika tanaman berumurantara 60 – 70 hari.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menghasilkan produksi jagung manis.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung manis dapat ditempuh
dengan pemberian pupuk dan pengaturan jarak tanam. Pupuk terbagi menjadi dua
macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik (Rahmi dan Jumiati, 2003).
Fachrudin (2002) dalam Idham (2004) menyatakan bahwa berimbangnya
antara pertumbuhan vegetatif dan generatif pada awal fase generatif dapat
memperbaiki organ reproduktif secara keseluruhan.

II.3. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung


II.3.1. Iklim
Iklim sedang hingga daerah beriklim basah. Pada lahan tidak beririgasi,
curah hujan ideal 85-200 mm/bulan dan harus merata.  Sinar matahari cukup dan
tidak ternaungi Suhu 21-340C, optimum 23-270C. Perkecambahan benih
memerlukan suhu ± 300C (Effendi, 1999).

II.3.2. Tanah

6
Tanah gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol,
grumosol, dan tanah berpasir. Tanah grumosol memerlukan  pengolahan tanah
yang baik. Tanah terbaik bertekstur lempung/liat berdebu. pH tanah  5,6 – 7,5.
Aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Kemiringan ≤ 8%, lahan miring >
8%, perlu di teras. Tinggi tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl
(Sukarsono, 2003).

II.4. Peranan Pupuk Hayati Mikoriza


Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan
akar tanaman (Brundrett, 1996). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat
bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu:
endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis
tanamanpertanian), ektomikoriza (pada jenis tanaman kehutanan), dan
ektendomikoriza (Harley and Smith, 1983) Peranan FMA dalam meningkatkan
pertumbuhan danproduksi tanaman telah banyak dilaporkan dan dari hasil
penelitian belakangan ini banyak laporan yang memuat aplikasi dan usaha
produksi inokulan FMAyang diusahakan secara komersil.
Berdasarkan struktur dan cara jamur menginfeksi akar, mikoriza dapat
dikelompokan menjadi Ektomikoriza (jamur yang menginfeksi tidak masuk ke
dalam sel akar tanaman dan hanya berkembang diantara dinding sel jaringan
korteks, akar yang terinfeksi membesar dan bercabang), Endomikoriza (Jamur
yang menginfeksi masuk ke dalam jaringan sel korteks dan akar yang terinfeksi
tidak membesar). Peranan penting FMA dalam pertumbuhan tanaman adalah
kemampuannya untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro.
Selain itu akar yang mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara
dalam bentuk terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Hifa eksternal pada
mikoriza dapat menyerap unsur fosfat dari dalam tanah, dan segera dirubah
menjadi senyawa poli fosfat.
Tanaman yang mempunyai mikoriza cenderung lebih tahan terhadap
kekeringan dibandingkan dengan tanaman yang tidak mempunyai mikoriza.
Rusaknya jaringan kortek akibat kekeringan dan matinya akar tidak permanen
pengaruhnya pada akar yang bermikoriza. Setelah periode kekurangan air,

7
akaryang bermikoriza akancepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena
hifajamur mampu menyerap air yang ada pada pori–pori tanah saat akar
tanamantidak mampu lagi menyerap air. Penyerapan hifa yang sangat luas di
dalamtanah menyebabkan jumlah air yang diambil akan meningkat.
Akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan menyebabkan
akartersebut terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akarakan
terhambat, disamping itu mikoriza akan menggunakan semua
kelebihankarbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang
tidakcocok bagi pertumbuhan patogen. Dipihak lain, jamur mikoriza ada yang
dapatmelepaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen. Mikoriza
dapatmengurangi perkembangan penyakit busuk akar yang disebabkan
olehPhytopthora cinamomi dan dapat juga menekan serangan nematoda
bengkakakar (Max, 1982 dalam Dewi,2007).
Hubungan timbal balik antara cendawan mikoriza dengan
tanamaninangnya mendatangkan manfaat positif bagi keduanya (simbiosis
mutualistis).Karenanya inokulasi cendawan mikoriza dapat dikatakan sebagai
“biofertilization”, baik untuk tanaman pangan, perkebunan, kehutanan
maupuntanaman penghijauan (Killham, 1994).
Bagi tanaman inang, adanya asosiasi ini,dapat memberikan manfaat yang
sangat besar bagi pertumbuhannya, baik secaralangsung maupun tidak langsung.
Secara tidak langsung, cendawan mikorizaberperan dalam perbaikan struktur
tanah, meningkatkan kelarutan hara danproses pelapukan bahan induk. Sedangkan
secara langsung, cendawan mikorizadapat meningkatkan serapan air, hara dan
melindungi tanaman dari pathogen akar dan unsur toksik. Nuhamara (1994)
mengatakan bahwa sedikitnya ada 5 halyang dapat membantu perkembangan
tanaman dari adanya mikoriza ini, yaitu:
1. Mikoriza dapat meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah
2. Mikoriza dapat berperan sebagai penghalang biologi terhadapinfeksi patogen
akar.
3. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dankelembaban yang
ekstrim.

8
4. Meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengaturtumbuh lainnya
seperti auxin.
5. Menjamin terselenggaranya proses biogeokemis.
Pupuk hayati mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter diameter
batang, panjang tongkol dan persentase akar terinfeksi mikoriza. Pemberian
pupuk hayati mikoriza dapat meningkatkan bobot tongkol berkelobot/m 2 sebesar
17.9 % dibandingkan tanpa pemberian pupuk hayati mikoriza (Hartanti,2013).

II.5. Peranan Varietas


Menurut Sadjad (1993), perbedaan daya tumbuh antar varietas yang
berbeda ditentukan oleh faktor genetiknya. Selain itu, potensi gen dari suatu
tanaman akan lebih maksimal jika didukung oleh faktor lingkungan.
Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil
jagung manis, baik dari tinggi tanaman, diameter pangkal batang, jumlah dan
panjang batang, maupun panjang, bobot dan jumlah biji per kelobotnya
(Syafruddin et al, 2012).

II.6. Karakteristik Tanah Andisol


Tanah Andisol adalah tanah yang berwarna hitam kelam, sangat porous,
mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf, terutama alofan serta sedikit
silika, alumina atau hodroxida-besi. Tanah yang terbentuk dari abu vulkanik ini
umumnya ditemukan didaerah dataran tinggi (>400 m di atas permukaan laut)
(Darmawijaya, 1990).
Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti abu
vulkan, batu apung, silinder, lava dan sebagainya, dan atau bahan volkanik lastik
yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral “short range order” (alofan,
imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Dalam keadaan lingkungan
tertentu, pelapukan alumino silikat primer dalam bahan induk non-vulkanik dapat
menghasilkan mineral “short range order”, sebagian tanah seperti ini yang
termasuk dalam Andisol (Hardjowigeno, 1993).
Andisol cenderung menjadi tanah yang cukup produktif, terutama setelah
diberi masukan amelioran (seperti pupuk anorganik). Andisol seringkali
dimanfaatkan orang untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan sayur-

9
sayuran atau bunga-bungaan (seperti di daerah Lembang Kabupaten Bandung).
Andisol diperkirakan meliputi sekitar 1% dari luas permukaan daratan dunia.
Di Indonesia, Andisol terbentuk dari lahar, tuffa, dan debu volkanik
berasal dari pegunungan Bukit Barisan di Sumatera dan daerah pegunungan di
Pulau Jawa yang menjalar dari barat sampai ke timur. Lahar merupakan bahan-
bahan volkanik lepas dan tersusun dari pecahan-pecahan batuan, butir-butir
mineral, dan gelas volkanik (Tan, 1998).

10
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dimulai pada bulan Maret sampai bulan Mei 2015.
Dilaksanakan di Balai Benih Hortikultura Saree, Aceh Besar, Aceh.

III.2. Bahan dan Alat Penelitian


III.2.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih jagung hibrida
varietas Bonanza yang diproduksi oleh PT. East West Seed Indonesia, varietas
Jambore dan Talenta yang diproduksi oleh PT. Agri Makmur Pertiwi, pupuk
hayati mikoriza yang diperoleh dari Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala
dan Tanah Andisol yang berada di BBH Saree, Aceh Besar.

III.2.2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, meteran, tali
raffia, garu, gembor, gunting,jangka sorong, timbangan duduk (kapasitas 10 kg),
timbangan analitik (kapasitas 4 g), papan sampel, alat tulis dan alat lain yang
diperlukan.

III.3. Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Ranacangan Acak
Kelompok (RAK) pola faktorial 4x3 dengan 3 ulangan. Dengan dua faktor yang
diteliti yaitu:
Faktor Dosis Pupuk Hayati Mikoriza (D) terdiri atas 4 taraf:
D0 = Tanpa Perlakuan (kontrol)
D1 = 5 gr/tan
D2 = 10 gr/tan
D3 = 15 gr/tan

11
Faktor varietas Jagung Manis (V) terdiri atas 3 taraf:
V1 = Bonanza
V2 = Jambore
V3 = Talenta
Dengan demikian, terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan
sehingga diperoleh 36 satuan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri dari 38
tanaman sehingga terdapat 1368 tanaman dengan 5 sampel tanaman disetiap
satuan percobaannya. Adapun susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan antara Dosis Pupuk Hayati
Mikoriza dan varietas Jagung Manis.

Dosis Pupuk Hayati Mikoriza


No Kombinasi Perlakuan Varietas
g/tan
1 D0V1 Tanpa Perlakuan (kontrol) Bonanza
2 D0V2 Tanpa Perlakuan (kontrol) Jambore
3 D0V3 Tanpa Perlakuan (kontrol) Talenta
4 D1V1 5 gr/tan Bonanza
5 D1V2 5 gr/tan Jambore
6 D1V3 5 gr/tan Talenta
7 D2V1 10 gr/tan Bonanza
8 D2V2 10 gr/tan Jambore
9 D2V3 10 gr/tan Talenta
10 D3V1 15 gr/tan Bonanza
11 D3V2 15 gr/tan Jambore
12 D3V3 15 gr/tan Talenta

12
Model matematika dari rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Yijk = µ + βk + Di + Vj + (DV)ij + εijk


Keterangan:
Yijk = Hasil pengamatan dari pengaruh Dosis Pupuk Hayati Mikoriza
(D) pada taraf ke- i dan varietas (V) pada taraf ke- j pada kelompok
ke-k.
µ = Rata-rata umum
βk = Pengaruh kelompok ke- (k=1,2,3)
Di = Pengaruh Dosis Pupuk Hayati Mikoriza (D) taraf ke-i (i=1,2,3)
Vj = Pengaruh Varietas (V) taraf ke-j (j=1,2,3)
(DV)ij = Pengaruh interaksi faktor D taraf ke-i dan faktor V taraf ke-j
εijk = Galat percobaan

Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, maka akan dilanjutkan


dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% (BNT 0.05) untuk
membandingkan rata-rata perlakuan. Rumus BNT adalah sebagai berikut :

BNT
0.05= t 0.05 db galat
√ 2 KT galat
u

Keterangan:
BNT 0.05 = Beda nyata terkecil pada taraf 5%
t0.05 db galat = Nilai table T db galat pada taraf 5%
KT galat = Kuadrat Tengah galat
U = Jumlah ulangan

III.4. Pelaksanaan Penelitian

III.4.1.Persiapan Lahan
Lahan atau areal yang telah diukur dibersihkan dari gulma-gulma dan
sisa-sisa tanaman yang ada. Pembersihan lahan dilakukan secara manual, yaitu
dengan menggunakan alat seperti parang babat, cangkul, serta alat-alat lain yang
mendukung.

13
III.4.2.Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali. Pengolahan pertama
dengan mencakul secara kasar kemudian dibiarkan selama 2-3 hari agar gas-gas
beracun yang ada di dalam tanah hilang. Pengolahan kedua penghalusan tanah
supaya didapat tanah yang gembur.

III.4.3.Pembuatan Plot
Pembuatan plot dikerjakan setelah pengolahan tanah selesai, yaitu
dengan membentuk plot-plot penelitian sebanyak 36 plot berukuran 3 m x 4 m,
dan satu plot cadangan untuk tanaman sisipan. Adapun 36 plot ini dibagi menjadi
3 ulangan. Dalam pembuatan plot sekaligus dibuat jarak antar ulangan dan jarak
antar plot masing-masing 100 cm dan 50 cm yang juga berfungsi sebagai
pembuangan atau pengaliran air ketika terjadi hujan.

III.4.4.Penanaman Benih
Benih ditugal dengan kedalaman tugalan 3 cm, kemudian setiap lubang
diisi dengan 2 benih jagung dan ditutup kembali dengan tanah. Adapun jarak
tanam yang digunakan adalah 40 x 80 cm. Setelah penanaman benih selesai,
dilakukan penyiraman pertama dengan menggunakan gembor secara merata.

III.4.5.Aplikasi Pupuk Mikoriza


           Pengaplikasian ini dilakukan pada saat penanaman sebelum panen dengan
dosisi per aplikasi 5 gr/tanaman, 10 gr/tanaman dan 15 gr/tanaman. Pemberian
pupuk dilakukan pada saat penanaman benih,mikoriza dianjurkan mengenai benih
jagung manis yang ditanam.

III.4.6.Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari selama masa pertumbuhan
tanaman, yaitu pada pagi dan sore hari dengan menggunkan gembor. Dan apabila
terjadi hujan pada malam hari maka penyiraman pada pagi hari tidak dilakukan,
jika hujan terjadi pada siang hari, maka penyiraman sore hari tidak dilakukan.

14
b. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dilakukan 7 HST dengan cara meninggalkan satu tanaman
yang pertumbuhannya baik. Sedangkan penyulaman dilakukan apabila tanaman
pada lubang tanam tidak ada yang tumbuh atau mati.

c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma di sekitar tanaman.
Penyiangan dilakukan satu minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang
masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, maupun garu. Penyiangan
jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut karena
masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.

d. Pembumbunan
Pembumbunan dimaksudkan untuk memperkokoh berdirinya tanaman dan
mendekatkan unsur hara. Pembumbunan dilakukan secara bersamaan dengan
penyiangan ke-2 yaitu pada umur 42 HST.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit


Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama
yang dapat membahayakan proses produksi jagung manis. Dianjurkan
menggunakan pengendalian hayati terlebih dahulu, apabila tidak memperlihatkan
perubahan, maka alternatif terakhir menggunakan pestisida sesuai kebutuhan.

f. Panen
Panen jagung manis dilakukan sekitar umur 95-100 HST, dimana pada
saat tersebut, buah tanaman sudah dikatakan masak secara fisiologis dengan ciri-
ciri daun dan kelobot sudah mengering(menguning), bila kelobot dibuka biji
sudah tampak kisut 100%.

15
III.5. Parameter Pengamatan
III.5.1.Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari pangkal tumbuh tanaman
pada permukaan tanah yang sudah ditandai dengan menggunakan patok standar
sampai pada ujung daun tertinggi. Pengukuran dimulai pada saat tanaman
berumur 2 MST sampai muncul bunga jantan, dengan interval waktu pengukuran
1 minggu sekali.

III.5.2.Jumlah Daun (helai)


            Pengamatan atau penghitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang
telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 2
MST sampai tanaman mengeluarkan bunga jantan, dengan interval waktu
pengamatan 1 minggu sekali.

III.5.3.Luas Daun (cm2)


Luas daun di hitung dengan cara mengukur lebar dikali panjang daun
dibagi jarak tanam dikalikan dengan faktor koreksi 0,92. Diukur setiap 21 hari
sekali selama tiga kali yaitu umur 21, 42, dan 63 HST.

III.5.4.Diameter Pangkal Batang (mm)


Dihitung dengan menggunakan jangka sorong, dihitung pada bagian
pangkal yang terbesar.

III.5.5.Jumlah Tongkol per Tanman (Tongkol)


perhitungan dihitung pada saat pemanenan pada sampel setiap bloknya.

III.5.6.Panjang Tongkol (cm)


            Pengukuran panjang tongkol dilakukan setelah panen, yaitu setalah
tongkol dipisahkan dari kelobotnya (dikelupas). Pengukuran dilakukan dari
pangkal sampai ujung tongkol dengan menggunakan meteran atau sejenisnya.

16
III.5.7.Bobot tongkol Berkelobot (g)
Setiap tongkol ditimbang dengan menggunakan timbangan tanpa
dipisahkan kelobotnya.

III.5.8.Bobot Tongkol Tanpa Kelobot (g)


Setiap tongkol ditimbang dengan menggunakan timbangandipisahkan
dari kelobotnya.

III.5.9.Diameter Tongkol (mm)


Diukur dengan menggunakan jangka sorong, pada bagian tengah tongkol
jagung manisnya.

III.5.10. Berat Tongkol Per Plot (g)


            Penghitungan dilakukan dengan menimbang seluruh tanaman jagung pada
tiap-tiap plot, yaitu dengan meggunakan alat timbangan.

III.5.11. Produksi Per Plot (kg)


            Penghitungan produksi per plot dilakukan dengan menimbang seluruh
tanaman jagung pada tiap-tiap plot. Penimbangan buah jagung dilakukan dengan
kondisi buah jagung masih utuh, yaitu dalam kondisi seperti jagung baru dipanen
dari tanamannya.

III.5.12. Derajat Infeksi Mikoriza


Persentase infeksi akar diukur dengan melihat akar yang terinfeksi oleh
mikoriza. Untuk menghitung persentase akar yang terinfeksi oleh mikoriza
terlebih dahulu dilakukan teknik pewarnaan akar yang dikembangkan oleh Phylip
dan Hayman (1970) dalam Nurhayati, (2012).

17
DAFTAR PUSTAKA

Admaja, Genta. 2006. Evaluasi Adaptabilitas Tiga Genotipe Jagung Manis diDua
Lokasi Dataran Rendah. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.

Akil, M., M. Rauf, A.F. Fadhly, I.U. Firmansyah, Syafruddin, Faesal, A. Dahlan,
R. Efendi, A. Najamuddin, R.Y. Arvan, A. Kamaruddin, dan E.Y.
Hosang. 2003. Teknologi budi daya jagung untuk pangan dan pakan yang
efisien dan berkelanjutan pada lahan marjinal. Laporan Akhir. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 68 p.

Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and N. Malajczuk. 1996. Working


with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32.
374 +x p.

Darmawijaya, Isa M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada


University.Yogyakarta.

Dewi,Intan R. 2007. Peran, Prospekdan Kendala Dalam Pemenfaatan


Endomikoriza. Universitas Padjajaran. Bandung.

Effendi, S. 1999. Bercocok Tanam Jagung. Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta.

Gomez, K.A. & A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian
(Terjemahan A. Sjamsuddin & J.S. Baharsyah). Edisi Kedua. UI Press,
Jakarta.

Halis, P. Murni dan A.B Fitria. 2008. Pengaruh Jenis Dan Dosis Cendawan
Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan Cabai (Capsicum annuum
L.) Pada Tanah Ultisol.Jurnal Biospecies, volume 2:59-62.

Hardjowigeno, Sarwono. 1993. Ilmu Tanah. Akademika Presindo: Jakarta.

Harley, J. L. and M. S. Smith. 1983. Mycorrhizal Symbiosis. Academic Press, Inc.


New York. 483p.

Hartanti, D. W., B. S. Amanto. 2013. Kajian karakteristik Fisikokimia Tepung


Sukun (Artocarpus Communis) Termodifikasi dengan Variasi
Konsentrasi dan Lama Perendaman Asam Laktat. Jurnal Teknosains
Pangan Vol. 2 No. 4.

Iskandar, D. 2003. Pengaruh Dosis Pupuk N, P Dan K Terhadap Produksi


Tanaman Jagung Manis Di Lahan Kering.Di dalam prosiding Seminar
Untuk Negeri.

Killham, K, 1994. Soil ecology. Cambridge University Press.

18
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Jagung (Teori dan Praktek).
http://www.eBook Pangan.com. Diakses pada 15 Maret 2015.

Koswara, S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai. Pustaka Sinar Harapan,


Jakarta.

Nuhamara, S.T. 1994. Peranan Mikoriza untuk Reklamasi Lahan Kritis. Program
Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza.

Nurhayati. 2012.Invektivitas Mikoriza Pada Berbagai Jenis Tanaman Inang dan


Beberapa Jenis Sumber Inokulum. Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala. Banda Aceh. Jurnal Floratek 7:25-31.

Purwono dan R. Hartono. 2008. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Sawadaya,


Jakarta.

Rahmi dan Jumiati. 2003 Anonim. 2008. Tanaman Jagung Manis(Sweet Corn).
Diakses di: www.usahawantani.com/Tanaman-Jagung- Manis-
Sweet.Corn. tanggal 14 Maret 2015. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu
Pemupukan POC Supwer ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
Manis. Fakultas Pertanian Universitas Tujuh Belas Agustus 1945
Samarinda.

Rukmana, R. 2010. Jagung Budidaya, Pascapanen, Penganekaragaman Panagan.


Semarang. CV. Aneka Ilmu.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia.


Jakarta.

Sepriliyana, W. R., 2010. Analisis Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Beberapa
Varietas Jagung (Zea maysL.) Sebagai Jagung Semi (Baby Corn). IPB.
Bogor.

Simarmata, T. 2005. Revitalisasi Kesehatan Ekosistim Lahan Kiritis dengan


Memanfaatkan Pupuk Biologis Mikoriza dalam Percepatan
Pengembangan Pertanian Ekologis di Indonesia dalam Prosiding AMI
Jambi. Hal 1-23.

Sirait, M. (1989). Pemanfaatan Tanaman Obat, Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial RI. Hal. 45.

Sukarsono, 2003. Kajian Pemisahan Komponen-Komponen dari Minyak


Cengkeh. Puslitbang Teknologi Maju BATAN. Yogyakarta.

Suprapto dan Marzuki R.2005. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

19
Syafruddin et al. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Beberapa Varietas Jagung Manis. Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala. Banda Aceh. Jurnal Floratek 7:107-114.

Tan, Kim H. 1998. Dasar-dasar Kimia Tanah. Terjemahan D.H Goenadi dan B.
Radjagukguk. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Warisno. 2007. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta.

Wirawan, G.N. dan M.I. Wahab. 2007. Teknologi Budidaya Jagung. Diakses dari
http://www.pustaka-deptan.go.id. Tanggal 14 Maret 2015.

20
LAMPIRAN

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Bonanza

Nomor SK 2071/kpts/SR.120/5/2009
Tanggal 7 Mei 2009
Asal PT East West Seed Thailand
Golongan Hibrida silang tunggal
Potensi Hasil
34
(max)-
Beradaptasi pada dataran rendah
Keterangan
dengan altitude 900 - 1200 m dpl

BONANZA
Asal East West Seed Thailand
Silsilah G-126 (F) x G-133 (M)
Golongan varietas Hibrida silang tunggal
Bentuk tanaman Tegak
Tinggi tanaman 220 – 250 cm
Kekuatan akar pada tanaman dewasa Kuat
Ketahanan terhadap kerebahan Tahan
Bentuk penampang batang Bulat
Diameter batang 2,0 – 3,0 cm
Warna batang Hijau
Ruas pembuahan 5 – 6 ruas
Bentuk daun Panjang agak tegak
Ukuran daun Panjang 85,0 – 95,0 cm, lebar 8,5
– 10,0 cm
Tepi daun Rata
Bentuk ujung daun Lancip
Warna daun Hijau tua
Permukaan daun Berbulu
Bentuk malai (tassel) Tegak bersusun
Warna malai (anther) Putih bening
Warna rambut Hijau muda
Umur mulai keluar bunga betina 55 – 60 hari setelah tanam
Umur panen 82 – 84 hari setelah tanam
Bentuk tongkol Silindris
Ukuran tongkol Panjang 20 ,0 – 22,0 cm,

21
diameter 5,3 – 5,5 cm
Berat per tongkol dengan kelobot 467 – 495 g
Berat per tongkol tanpa kelobot 300 – 325 g
Jumlah tongkol per tanaman 1 – 2 tongkol
Tinggi tongkol dari permukaan tanah 80 – 115 cm
Warna kelobot Hijau
Baris biji Rapat
Warna biji Kuning
Tekstur biji Halus
Rasa biji Manis
Kadar gula 13 – 15 obrix
Jumlah baris biji 16 – 18 baris
Berat 1.000 biji 175 – 200 g
Daya simpan tongkol dengan kelobot pada 3 – 4 hari setelah panen
suhu kamar (siang 29 – 31 oC, malam 25 –
27ºC)

Hasil tongkol dengan kelobot 33,0 – 34,5 ton/ha


Jumlah populasi per hektar 53.000 tanaman (2 benih per
lubang)
Kebutuhan benih per hektar 9,4 – 10,6 g
Keterangan Beradaptasi dengan baik di
dataran tinggi dengan altitude
900 – 1.200 m dpl
Pengusul PT. East West Seed Indonesia
Peneliti Jim Lothlop (East West Seed
Thailand), Tukiman Misidi dan
Abdul Kohar (PT. East West
Seed Indonesia)

Lampiran 2. Deskripsi Varietas Jambore

22
Umur panen : 65-75 hari setelah tanam.
Tinggi tanaman : 164– 180 cm.
Panjang tongkol : 18–21 cm dengan diameter 4,7–5,4 cm.
Jumlah Baris : 14–16 baris/tongkol.
Berat tongkol : 325–450 gram.
Potensi hasil : ± 23 ton/ha.
Kadar gula : ± 13,5° brix.
Jarak tanam anjuran : 75 x 20 cm.
Warna : Kekuningan
SK Mentan : No.3593/Kpts/SR.120/10/2009, tanggal 19
Oktober 2009

23
Lampiran 3. Deskripsi Varietas Talenta

Tanaman kokoh : Tinggi 160-170 cm.


Tahan penyakit bulai : Karat dan hawar daun.
Tongkol panjang : ± 22 cm, diameter ± 6 cm
Bobot per tongkol : 300–400 gram.
Umur panen : 70 -76 HST.
Biji : Berwarna kuning
Kadar Gula : Kadar gula 12–14° brix.
Potensi hasil : 18 – 25 ton/ha.
SK Mentan : No.3634/Kpts/SR.120/10/2009, tanggal 19
Oktober 2009

24
Lampiran 4. Bagan Percobaan

Blok I Blok II Blok III

D0V1 D1V2 D2V3

D2V1 D3V1 D2V2

D2V2 D0V1 D3V2

D0V2 D2V1 DIV1

D3V1 D1V1 D0V2

D1V1 D3V2 D3V3

D2V3 D2V2 D1V3

D1V3 D2V3 D0V3

D1V2 D3V3 D2V1

D3V2 D0V2 D1V2

D3V3 D1V3 D0V1

D0V3 D0V3 D3V1

25

Anda mungkin juga menyukai