PENDAHULUAN
1
Tabel 1. Kandungan zat gizi jagung manis tiap 100 g bahan
2
jagung manis tiap hektarnya yang masih rendah sedang permintaan pasar terus
meningkat, sehingga berbudidaya jagung manis merupakan hal yang tepat dan
mempunyai peluang pasar yang sangat bagus (Yulianti, 2010).
Alternatif yang tepat untuk memperbaiki, meningkatkan dan
mempertahankan kualitas tanah sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan
menaikkan hasil maupun kualitas berbagai tanaman dengan signifikan.
Mengingat akan hal tersebut, perlu dilakukan usaha untuk
membudidayakan jagung secara intensif dan komersial, sehingga kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas produksinya pun dapat memenuhi standart permintaan
konsumen (pasar). Caranya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya
dengan meningkatkan penggunaan pupuk, melakukan pengaturan jarak tanam atau
menggunakan berbagai macam zat pengatur tumbuh untuk mengaatur
petumbuhan dan produktivitas tanaman.
Salah satu pupuk hayati yang dapat dijadikan sebagai alternative adalah
pupuk hayati mikoriza. Cendawan mikoriza dapat bersimbiosis dengan akar
tanaman dan mempunyai peranan yang penting dalam pertumbuhan tanaman.
Peranan tersebut diantaranya adalah meningkatkan serapan fosfor (P) dan unsure
hara lainnya, seperti N, K, Zn, Co, S dan Mo dari dalam tanah, meningkatkan
ketahanan terhadap kekeringan, memperbaiki agregat tanah, meningkatkan
pertumbuhan mikroba tanah yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman inang
serta sebagai pelindung tanaman dari infeksi pathogen akar (Halis et al, 2008).
I.3. TujuanPenelitian
Untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati mikoriza dan varietas terhadap
pertumbuhan dan hasil jagung manis serta interaksi antara kedua faktor yang
diteliti.
3
I.4. Hipotesis Penelitian
1. Pupuk hayati mikoriza berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil
beberapa varietas jagung manis pada tanah Andisol.
2. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis pada
tanah Andisol.
3. Terdapat interaksi anatara dosis pupuk hayati mikoriza dengan beberapa
varietas jagung manis pada tanah Andisol.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
5
daun, lidah daun dan helai daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang
(Purwono dan Hartono, 2008).
Pada saat jagung berkecambah, akar yang berada dekat ujung biji yang
menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar
samping. Akar adventatif merupakan bentukan akar lain yang tumbuh daripangkal
batang di atas permukaan tanah kemudian menembus dan masuk ke dalam tanah
(Suprapto dan Marzuki, 2005).
II.3.2. Tanah
6
Tanah gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol,
grumosol, dan tanah berpasir. Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah
yang baik. Tanah terbaik bertekstur lempung/liat berdebu. pH tanah 5,6 – 7,5.
Aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Kemiringan ≤ 8%, lahan miring >
8%, perlu di teras. Tinggi tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl
(Sukarsono, 2003).
7
akaryang bermikoriza akancepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena
hifajamur mampu menyerap air yang ada pada pori–pori tanah saat akar
tanamantidak mampu lagi menyerap air. Penyerapan hifa yang sangat luas di
dalamtanah menyebabkan jumlah air yang diambil akan meningkat.
Akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan menyebabkan
akartersebut terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akarakan
terhambat, disamping itu mikoriza akan menggunakan semua
kelebihankarbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang
tidakcocok bagi pertumbuhan patogen. Dipihak lain, jamur mikoriza ada yang
dapatmelepaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen. Mikoriza
dapatmengurangi perkembangan penyakit busuk akar yang disebabkan
olehPhytopthora cinamomi dan dapat juga menekan serangan nematoda
bengkakakar (Max, 1982 dalam Dewi,2007).
Hubungan timbal balik antara cendawan mikoriza dengan
tanamaninangnya mendatangkan manfaat positif bagi keduanya (simbiosis
mutualistis).Karenanya inokulasi cendawan mikoriza dapat dikatakan sebagai
“biofertilization”, baik untuk tanaman pangan, perkebunan, kehutanan
maupuntanaman penghijauan (Killham, 1994).
Bagi tanaman inang, adanya asosiasi ini,dapat memberikan manfaat yang
sangat besar bagi pertumbuhannya, baik secaralangsung maupun tidak langsung.
Secara tidak langsung, cendawan mikorizaberperan dalam perbaikan struktur
tanah, meningkatkan kelarutan hara danproses pelapukan bahan induk. Sedangkan
secara langsung, cendawan mikorizadapat meningkatkan serapan air, hara dan
melindungi tanaman dari pathogen akar dan unsur toksik. Nuhamara (1994)
mengatakan bahwa sedikitnya ada 5 halyang dapat membantu perkembangan
tanaman dari adanya mikoriza ini, yaitu:
1. Mikoriza dapat meningkatkan absorpsi hara dari dalam tanah
2. Mikoriza dapat berperan sebagai penghalang biologi terhadapinfeksi patogen
akar.
3. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan dankelembaban yang
ekstrim.
8
4. Meningkatkan produksi hormon pertumbuhan dan zat pengaturtumbuh lainnya
seperti auxin.
5. Menjamin terselenggaranya proses biogeokemis.
Pupuk hayati mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter diameter
batang, panjang tongkol dan persentase akar terinfeksi mikoriza. Pemberian
pupuk hayati mikoriza dapat meningkatkan bobot tongkol berkelobot/m 2 sebesar
17.9 % dibandingkan tanpa pemberian pupuk hayati mikoriza (Hartanti,2013).
9
sayuran atau bunga-bungaan (seperti di daerah Lembang Kabupaten Bandung).
Andisol diperkirakan meliputi sekitar 1% dari luas permukaan daratan dunia.
Di Indonesia, Andisol terbentuk dari lahar, tuffa, dan debu volkanik
berasal dari pegunungan Bukit Barisan di Sumatera dan daerah pegunungan di
Pulau Jawa yang menjalar dari barat sampai ke timur. Lahar merupakan bahan-
bahan volkanik lepas dan tersusun dari pecahan-pecahan batuan, butir-butir
mineral, dan gelas volkanik (Tan, 1998).
10
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III.2.2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, meteran, tali
raffia, garu, gembor, gunting,jangka sorong, timbangan duduk (kapasitas 10 kg),
timbangan analitik (kapasitas 4 g), papan sampel, alat tulis dan alat lain yang
diperlukan.
11
Faktor varietas Jagung Manis (V) terdiri atas 3 taraf:
V1 = Bonanza
V2 = Jambore
V3 = Talenta
Dengan demikian, terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan tiga ulangan
sehingga diperoleh 36 satuan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri dari 38
tanaman sehingga terdapat 1368 tanaman dengan 5 sampel tanaman disetiap
satuan percobaannya. Adapun susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan antara Dosis Pupuk Hayati
Mikoriza dan varietas Jagung Manis.
12
Model matematika dari rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
BNT
0.05= t 0.05 db galat
√ 2 KT galat
u
Keterangan:
BNT 0.05 = Beda nyata terkecil pada taraf 5%
t0.05 db galat = Nilai table T db galat pada taraf 5%
KT galat = Kuadrat Tengah galat
U = Jumlah ulangan
III.4.1.Persiapan Lahan
Lahan atau areal yang telah diukur dibersihkan dari gulma-gulma dan
sisa-sisa tanaman yang ada. Pembersihan lahan dilakukan secara manual, yaitu
dengan menggunakan alat seperti parang babat, cangkul, serta alat-alat lain yang
mendukung.
13
III.4.2.Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali. Pengolahan pertama
dengan mencakul secara kasar kemudian dibiarkan selama 2-3 hari agar gas-gas
beracun yang ada di dalam tanah hilang. Pengolahan kedua penghalusan tanah
supaya didapat tanah yang gembur.
III.4.3.Pembuatan Plot
Pembuatan plot dikerjakan setelah pengolahan tanah selesai, yaitu
dengan membentuk plot-plot penelitian sebanyak 36 plot berukuran 3 m x 4 m,
dan satu plot cadangan untuk tanaman sisipan. Adapun 36 plot ini dibagi menjadi
3 ulangan. Dalam pembuatan plot sekaligus dibuat jarak antar ulangan dan jarak
antar plot masing-masing 100 cm dan 50 cm yang juga berfungsi sebagai
pembuangan atau pengaliran air ketika terjadi hujan.
III.4.4.Penanaman Benih
Benih ditugal dengan kedalaman tugalan 3 cm, kemudian setiap lubang
diisi dengan 2 benih jagung dan ditutup kembali dengan tanah. Adapun jarak
tanam yang digunakan adalah 40 x 80 cm. Setelah penanaman benih selesai,
dilakukan penyiraman pertama dengan menggunakan gembor secara merata.
III.4.6.Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari selama masa pertumbuhan
tanaman, yaitu pada pagi dan sore hari dengan menggunkan gembor. Dan apabila
terjadi hujan pada malam hari maka penyiraman pada pagi hari tidak dilakukan,
jika hujan terjadi pada siang hari, maka penyiraman sore hari tidak dilakukan.
14
b. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dilakukan 7 HST dengan cara meninggalkan satu tanaman
yang pertumbuhannya baik. Sedangkan penyulaman dilakukan apabila tanaman
pada lubang tanam tidak ada yang tumbuh atau mati.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma di sekitar tanaman.
Penyiangan dilakukan satu minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang
masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, maupun garu. Penyiangan
jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut karena
masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari.
d. Pembumbunan
Pembumbunan dimaksudkan untuk memperkokoh berdirinya tanaman dan
mendekatkan unsur hara. Pembumbunan dilakukan secara bersamaan dengan
penyiangan ke-2 yaitu pada umur 42 HST.
f. Panen
Panen jagung manis dilakukan sekitar umur 95-100 HST, dimana pada
saat tersebut, buah tanaman sudah dikatakan masak secara fisiologis dengan ciri-
ciri daun dan kelobot sudah mengering(menguning), bila kelobot dibuka biji
sudah tampak kisut 100%.
15
III.5. Parameter Pengamatan
III.5.1.Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dari pangkal tumbuh tanaman
pada permukaan tanah yang sudah ditandai dengan menggunakan patok standar
sampai pada ujung daun tertinggi. Pengukuran dimulai pada saat tanaman
berumur 2 MST sampai muncul bunga jantan, dengan interval waktu pengukuran
1 minggu sekali.
16
III.5.7.Bobot tongkol Berkelobot (g)
Setiap tongkol ditimbang dengan menggunakan timbangan tanpa
dipisahkan kelobotnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Admaja, Genta. 2006. Evaluasi Adaptabilitas Tiga Genotipe Jagung Manis diDua
Lokasi Dataran Rendah. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian
Bogor.
Akil, M., M. Rauf, A.F. Fadhly, I.U. Firmansyah, Syafruddin, Faesal, A. Dahlan,
R. Efendi, A. Najamuddin, R.Y. Arvan, A. Kamaruddin, dan E.Y.
Hosang. 2003. Teknologi budi daya jagung untuk pangan dan pakan yang
efisien dan berkelanjutan pada lahan marjinal. Laporan Akhir. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 68 p.
Gomez, K.A. & A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian
(Terjemahan A. Sjamsuddin & J.S. Baharsyah). Edisi Kedua. UI Press,
Jakarta.
Halis, P. Murni dan A.B Fitria. 2008. Pengaruh Jenis Dan Dosis Cendawan
Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan Cabai (Capsicum annuum
L.) Pada Tanah Ultisol.Jurnal Biospecies, volume 2:59-62.
18
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Jagung (Teori dan Praktek).
http://www.eBook Pangan.com. Diakses pada 15 Maret 2015.
Nuhamara, S.T. 1994. Peranan Mikoriza untuk Reklamasi Lahan Kritis. Program
Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza.
Rahmi dan Jumiati. 2003 Anonim. 2008. Tanaman Jagung Manis(Sweet Corn).
Diakses di: www.usahawantani.com/Tanaman-Jagung- Manis-
Sweet.Corn. tanggal 14 Maret 2015. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu
Pemupukan POC Supwer ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
Manis. Fakultas Pertanian Universitas Tujuh Belas Agustus 1945
Samarinda.
Sepriliyana, W. R., 2010. Analisis Potensi Hasil dan Kualitas Hasil Beberapa
Varietas Jagung (Zea maysL.) Sebagai Jagung Semi (Baby Corn). IPB.
Bogor.
19
Syafruddin et al. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Beberapa Varietas Jagung Manis. Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala. Banda Aceh. Jurnal Floratek 7:107-114.
Tan, Kim H. 1998. Dasar-dasar Kimia Tanah. Terjemahan D.H Goenadi dan B.
Radjagukguk. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Wirawan, G.N. dan M.I. Wahab. 2007. Teknologi Budidaya Jagung. Diakses dari
http://www.pustaka-deptan.go.id. Tanggal 14 Maret 2015.
20
LAMPIRAN
Nomor SK 2071/kpts/SR.120/5/2009
Tanggal 7 Mei 2009
Asal PT East West Seed Thailand
Golongan Hibrida silang tunggal
Potensi Hasil
34
(max)-
Beradaptasi pada dataran rendah
Keterangan
dengan altitude 900 - 1200 m dpl
BONANZA
Asal East West Seed Thailand
Silsilah G-126 (F) x G-133 (M)
Golongan varietas Hibrida silang tunggal
Bentuk tanaman Tegak
Tinggi tanaman 220 – 250 cm
Kekuatan akar pada tanaman dewasa Kuat
Ketahanan terhadap kerebahan Tahan
Bentuk penampang batang Bulat
Diameter batang 2,0 – 3,0 cm
Warna batang Hijau
Ruas pembuahan 5 – 6 ruas
Bentuk daun Panjang agak tegak
Ukuran daun Panjang 85,0 – 95,0 cm, lebar 8,5
– 10,0 cm
Tepi daun Rata
Bentuk ujung daun Lancip
Warna daun Hijau tua
Permukaan daun Berbulu
Bentuk malai (tassel) Tegak bersusun
Warna malai (anther) Putih bening
Warna rambut Hijau muda
Umur mulai keluar bunga betina 55 – 60 hari setelah tanam
Umur panen 82 – 84 hari setelah tanam
Bentuk tongkol Silindris
Ukuran tongkol Panjang 20 ,0 – 22,0 cm,
21
diameter 5,3 – 5,5 cm
Berat per tongkol dengan kelobot 467 – 495 g
Berat per tongkol tanpa kelobot 300 – 325 g
Jumlah tongkol per tanaman 1 – 2 tongkol
Tinggi tongkol dari permukaan tanah 80 – 115 cm
Warna kelobot Hijau
Baris biji Rapat
Warna biji Kuning
Tekstur biji Halus
Rasa biji Manis
Kadar gula 13 – 15 obrix
Jumlah baris biji 16 – 18 baris
Berat 1.000 biji 175 – 200 g
Daya simpan tongkol dengan kelobot pada 3 – 4 hari setelah panen
suhu kamar (siang 29 – 31 oC, malam 25 –
27ºC)
22
Umur panen : 65-75 hari setelah tanam.
Tinggi tanaman : 164– 180 cm.
Panjang tongkol : 18–21 cm dengan diameter 4,7–5,4 cm.
Jumlah Baris : 14–16 baris/tongkol.
Berat tongkol : 325–450 gram.
Potensi hasil : ± 23 ton/ha.
Kadar gula : ± 13,5° brix.
Jarak tanam anjuran : 75 x 20 cm.
Warna : Kekuningan
SK Mentan : No.3593/Kpts/SR.120/10/2009, tanggal 19
Oktober 2009
23
Lampiran 3. Deskripsi Varietas Talenta
24
Lampiran 4. Bagan Percobaan
25