“ HEPATITIS“
Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
DOSEN PENGAMPU :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
baik itu berupa sehat fisik, maupun akal pikiran sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami tidak sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan pada pasien Hepatitis” ini disusun guna
memenuhi tugas pada Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah II. Selain itu, Askep ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang“Asuhan keperawatan pada pasien Hepatitis”
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tidak terhingga kepada :
1. Ns. Mujahidin selaku dosen penanggungjawab dan tim pengajar pada mata kuliah Medikal
bedah II
2. Yofa Anggriani Utama, S.Kep., M.Kes., M.Kep selaku tim pengajar pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II.
3. Teman-teman mahasiswa mahasiswa yang turut serta dalam membantu dalam
menyelesaikan Asuhan keperawatan ini.
4. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Semoga ASKEP ini ada manfaatnya baik baik pembaca maupun penulis. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
Kelompok 7
DAFTAR ISI
iii
BAB III. PENUTUP .................................................................................................................
................................................................................................................................................24
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan
oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus
adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit
dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95%
kasus dari hepatitis virus akut (Ester Monica, 2002 : 93).
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh
dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala
sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya (Aru, w sudoyo, 2006 :
429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan
kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru
terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain
badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa
hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh
kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga
ketua kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis
menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang
meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia sekitar 10-15
persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10
persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala
sehingga tidak terdiagnosis. Karena itu, pemeriksaan menjadi penting.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang
tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang
lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan.
Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang
ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang
dari keadaan sebenarnya (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169).
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau
penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh
1
hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini
haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga
klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui
rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau
tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih
ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi
masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau
bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian
makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat
diinfuskan melalui vena sentral atau perifer (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758).
Pentingnya mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota
keluarga menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap menghadapi
resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga penderita mampu
menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu: penyediaan makanan dan air
bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang efektif, perhatikan higiene secara umum,
mencuci tangan, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga
kondisi tubuh dengan sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan
teratur berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya dan
bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang
tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti
memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan,
perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan hepatitis
1.3.2 Tujuan khusus
2
1. Definisi hepatitis
2. Jenis-jenis hepatitis
3. Penyebab dan cara penularan hepatitis
4. Tanda dan gejala
5. Pencegahan
6. Konsep Asuhan Keperawatan hepatitis
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pembaca
Untuk menambah pengetahuan pembaca tentang hepatitis serta dapat
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.
1.4.2 Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan penulis tentang hepatitis dan Asuhan Keperawatan
pada klien degan hepatitis serta dapat dijadikan bekal untuk melaksanakan praktik
klinik di rumah sakit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hepatitis
Hepatitis berarti peradangan atau pembengkakan liver atau hati. Hepatitis adalah
penyakit berbahaya karena menyerang hati, yang merupakan organ penting dengan
ratusan fungsi.
Hepatitis adalah peradangan pada hati karena toxin, seperti kimia atau obat
ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut
"Hepatitis Akut", hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut "Hepatitis
Kronis", Hepatitis Kronis adalah peradangan yang berlangsung selama minimal 6 bulan.
Hepatitis kronis lebih jarang ditemukan, tetapi bisa menetap sampai bertahun-
tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Biasanya ringan dan tidak menimbulkan gejala
ataupun kerusakan hati yang berarti. Pada beberapa kasus, peradangan yang terus
menerus secara perlahan menyebabkan kerusakan hati dan pada akhirnya terjadilah
sirosis dan kegagalan hati.
Gejala umum dari hepatitis adalah rasa sakit atau nyeri di bagian kanan bawah
perut, lemah, mual, demam dan diare. Dalam beberapa kasus, juga ditemukan, gejala
seperti flu dan penyakit kuning yang menandai kulit dan matanya kuning. Namun, gejala
hepatitis tidak selalu jelas, terutama dalam kasus kebanyakan anak-anak. Virus ini dapat
berpindah dari pasien ke orang yang sehat. Ketika sistem kekebalan tubuh (Buku
Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping Dan Nana Nic Noc)
4
a. HEPATITIS A
Hepatitis A adalah satu-satunya hepatitis yang tidak serius dan sembuh secara
spontan tanpa meninggalkan jejak. Penyakit ini bersifat akut, hanya membuat kita
sakit sekitar 1 sampai 2 minggu. Virus Hepatitis A (HAV) yang menjadi penyebabnya
sangat mudah menular, terutama melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh
tinja orang yang terinfeksi. Kebersihan yang buruk pada saat menyíapkan dan
menyantap makanan memudahkan penularan virus ini. Karena itu, penyakit ini hanya
berjangkit di masyarakat yang kesadaran kebersihannya rendah.
Hepatitis A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan
kerusakan perrnanen. Anda mungkin merasa seperti terkena flu, mual, lem as,
kehilangan nafsu makan, nyeri perut dan ikterik (mata/kulit berwarna kun ing' tinp
Eprwarna pucat dan urin berwarna gelap) atau mungkin tidak merasakan gejala sama
Sekali
Virus heptitis A biasanya menghilang sendiri setelah beberapa minggu. Untuk
ah infeksi HAV, ada vaksin hepatitis A untuk menangkalnya. Virus hepa- titis A
biasanya ditemukan dalam tinja pasien, dan virus hidup di air atau es. Virus ini
menyebar melalui seseorang VHA minum yang tercemar air atau makan makanan
yang tidak dimasak dengan benar, sehingga virus tetap hidup pada makanan atau bisa
juga karena orang yang mempersiapkan makanan tidak benar mencuci tangan dulu,
tapi bisa di tangan virus hepatitis A. Jangan mencuci tangan setelah menggunakan
toilet hadir juga menyebabkan virus dalam kotoran manusia akhirnya bergeser. Gejala
yang ditimbulkan tidak terlalu menonjol untuk kalangan anak-anak pada umumnya,
tapi sering tampak pada remaja dan orang dewasa. Apakah anda mengetahui mengapa
penyakit hepatitis A ini lebih di kenal dengan nama penyakit kuning. Karena dalarn
salah satu gejalanya terdapat perubahan warna pada warna kulit dan warna putih pada
bola mata. Selain itu juga penderita akan mengalami demam terus-menerus selama
terkena penyakit tersebut. Penderita penyakit hepatitis A juga mengalami kelelahan
dan akan merasa mual (hepatitis).
Orang penderita Hepatitis A akan mengalami penurunan dalam berat badan
akibat hilangnya nafsu makan (hepatitis), dan akan mengalami sakit perut kananatas.
Juga akan mengalami mencret atau diare dan muntah-muntah, yang paling mencolok
dari seseorang yang terkena penyakit ini ialah warna air seni yang dikeluarkan akan
berbeda dengan warna air seni secara normal. Warna air seni yang dikeluarkan akan
5
terlihat seperti kotoran berwarna dempul (hepatitis). Bukan hanya itu seorang
penderita hepatitis A akan mengalami sakit send (hepatitis).
Penyakit hepatitis A (hepatitis) merupakan jenis penyakit akut (hepatitis). Oleh
karena itu seseorang yang telah terkena penyakit ini dan sembuh besar kemungkinan
tidak akan terkena penyakit yang sama, tapi masih memiliki kemungkinan terkena
penyakit hepatitis lainnya (hepatitis). Tidak ada yang istimewa dalam penanganan
penyakit ini (hepatitis), karena bisa dikatakan tergolong merupakan penyakit yang
memiliki gejala penyakit biasa dan bisa di tangani, tapi bukan berarti penyakit ini
dapat di sepelekan begitu saja. Menjaga kebersihan lingkungan adalah cara terbaik
dalam mencegah terjangkitnya penyakit ini (hepatitis). Dengan mengolah makanan
dengan baik dan menjaga kebersihannya sebelum dikonsumsi maka bisa
menyebabkan penyakit ini tidak mudah menyerang siapapun. Dengan mengetahui
informasi mengenai penyakit hepatitis A ini akan membuat anda lebih mudah untuk
melakukan langkah penanggulangan dan pencegahan dari sejak dini dan melindungi
keluarga anda dari tertular dari penyakit hepatitis A ini (hepatitis).
b. HEPATITIS B
Pemberian Vaksin Hepatitis B adalah sebagai berikut :
a. Bayi
Vaksinasi I : Baru lahir s.d 2 bulan
Vaksinasi II : Usia 1 s.d 4 bulan
Vaksinasi III : Usia 6 s.d 18 bulan
a.
b. Pada orang dewasa :
Pada usia 18 tahun atau lebih, terutama untuk pengguna narkoba suntik,
tenaga kesehatan, pasien HIV, pasien liver kronis, dll. Vaksin diberikan 3 kali
dalam 6 bulan, yaitu pada bulan ke-0, 1 dan 6, atau pada bulan ke-0, 2, dan 4.
Hepatitis B adalah jenis penyakit liver berbahaya dan dapat berakibat fatal.
Virus Hepatitis B (HBV) ditularkan melalui hubungan seksual, darah (injeksi
intravena, transfusi), peralatan medis yang tidak steril atau dari ibu ke anak pada
saat melahirkan. Pada 90% kasus HBV menghilang secara alami, tetapi pada 10%
kasus lainnya virus tersebut tetap bertahan dan mengembang_ kan penyakit kronis,
6
yang kemudian bisa menyebabkan sirosis atau kanker hati. Banyak bayi dan anak-
anak yang terkena hepatitis B tidak betul-betul sembuh, sehingga mendapatkan
masalah liver di usía dewasa. Anda perlu berhati-hati dengan virus HBV karena
dapat ditularkan oleh orang yang sehat (yang tidak mengembangkan penyakit
hepatitis B) tetapi membawa virus ini. Hepatitis B seringkali tidak menimbulkan
gejala. Bila ada gejala, keluhan yang khas dirasakan adalah nyeri dan gatal di
persendian, mual, kehilangan nafsu makan, nyeri perut, dan ikterik. Hepatitis B
dapat ditangkal dengan vaksin. Anak-anak biasanya mendapatkan vaksin ini
sebagai bagian dari program vaksinasi anak.
Virus (HBV) infeksi hepatitis B biasanya ditularkan melalui darah atau
cairan tubuh, seperti air liur, air mani atau cairan vagina ke dalam aliran darah
orang sehat. Ini adalah untuk Hepatitis B dalam darah dan cairan tubuh. Transfusi
darah, dapat digunakan untuk memindahkan pisau cukur, perawatan gigi, gunting
kuku, jarum suntik atau jarum untuk tato darah menginfeksi sejumlah kecil darah
dengan virus hepatitis. Bahkan bercak darah kering dapat dilampirkan ke obyek
lain dalam minggu pertama setelah infeksi. Cara lain untuk menyebarkan virus dan
dilakukan oleh rahim seorang ibu yang terinfeksi (keturunan) karena hubungan
seks. Hepatitis C cara penularan virus ini mirip dengan infeksi hepatitis B, tetapi
pada kebanyakan orang karena jarum suntik. Pengobatan dengan interferon alfa-2b
dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-
B yang diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif
sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu, yang merupakan risiko tertular
hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan
seksual. Hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan anti HBs positif berarti Anda
pernah terinfeksi virus Hepatitis B, namun virus tersebut sudah tidak ada Iagi
dalam darah Anda (HbsAg negatif). Itu bahkan menunjukkan bahwa Anda
sekarang sudah mempunyai kekebalan terhadap Hepatitis B (anti HBs positif).
Karena itu selama kadar antibodi anti HBs Anda tinggi, maka Anda tak perlu Iagi
divaksinasi. Imunisasi Hepatitis B dapat dimulai sejak bayi.
c. HEPATITIS C
Hepatitis C merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.
penyakit hepatitis C di sebabkan oleh virus hepatitis C (HCV) Sayangnya gejala
7
hepatitis C ini sulit di identifikasi. Biasanya penderita tidak akan menunjukkan gejala
hepatitis C apapun. Hepatitis C baru akan terlihat ketika penderita sudah berada dalam
titik kronis. Itulah sebabnya mengapa banyak penderita hepatitis C yang tidak bisa
tertolong Iagi karena memang sudah terlambat untuk menanganinya. Hepatitis C
menular terutama melalui darah. Sebelumnya, transfusi darah bertanggung jawab atas
80% kasus hepatitis C. Kini hal tersebut tidak Iagi terjadi berkat kontrol yang lebih
ketat dalam proses donor dan transfusi darah. Virus ditularkan terutama melalui
penggunaan jarum suntik untuk menyuntikkan obatobatan, pembuatan tato dan body
piercing yang dilakukan dalam kondisi tidak higienis. Penularan virus hepatitis C
(HCV) juga dimungkinkan melalui hubungan seksual dan dari ibu ke anak saat
melahirkan, tetapi kasusnya lebih jarang. Seperti halnya pada hepatitis B, banyak
orang yang sehat menyebarkan virus ini tanpa disadari.
Hepatitis C merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.
penyakit hepatitis C di sebabkan oleh virus hepatitis C (HCV) Sayangnya gejala
hepatitis C ini sulit di identifikasi. Biasanya penderita tidak akan menunjukkan gejala
hepatitis C apapun. Hepatitis C baru akan terlihat ketika penderita sudah berada dalam
titik kronis. Itulah sebabnya mengapa banyak penderita hepatitis C yang tidak bisa
tertolong Iagi karena memang sudah terlambat untuk menanganinya. Hepatitis C
menular terutama melalui darah. Sebelumnya, transfusi darah bertanggung jawab atas
80% kasus hepatitis C. Kini hal tersebut tidak Iagi terjadi berkat kontrol yang lebih
ketat dalam proses donor dan transfusi darah. Virus ditularkan terutama melalui
penggunaan jarum suntik untuk menyuntikkan obatobatan, pembuatan tato dan body
piercing yang dilakukan dalam kondisi tidak higienis. Penularan virus hepatitis C
(HCV) juga dimungkinkan melalui hubungan seksual dan dari ibu ke anak saat
melahirkan, tetapi kasusnya lebih jarang. Seperti halnya pada hepatitis B, banyak
orang yang sehat menyebarkan virus ini tanpa disadari.
Gejala hepatitis C sama dengan hepatitis B. Namun, hepatitis C lebih
berbahaya karena virusnya sulit menghilang. Pada sebagian besar pasien (70% lebih),
virus HCV terus bertahan di dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi liver.
Evolusi hepatitis C tidak dapat diprediksi. Infeksi akut sering tanpa gejala
(asimtomatik). Kemudian, fungsi liver dapat membaik atau memburuk selama
beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun. Pada sekitar 20% pasien penyakitnya
8
berkembang sehingga menyebabkan sirosis. Saat ini belum ada vaksin yang dapat
melindungi kita terhadap hepatitis C.
Cara ampuh yang bisa digunakan seseorang untuk mengetahui apakah dia
terserang hepatitis C atau tidak adalah dengan memeriksakan diri ke laboratorium dan
melakukan serangkaian tes berkenaan dengan penyakit tersebut. Namun demikian,
sebenarnya kita bisa mendeteksi sendiri gejala hepatitis C itu sebagai langkah awal
untuk mengenali penyakit ini dan gejala hepatitis C yang ditimbulkannya.
Di bawah ini beberapa gejala hepatitis C yang bisa kita identifikasi sejak clini
yaitu:
a. Gejala hepatitis C yang pertama adalah mudah lelah dan capek. Bila orang normal
pada umumnya tidak akan merasa capek ketika melakukan kegiatan tersebut, maka
tidak begitu dengan orang yang memiliki gejala hepatitis C Untuk kegiatan yang
tidak terlalu berat saja, seseorang yang memiliki gejala hepatitis C akan langsung
mengalami kelelahan luar biasa.
b. Gejala hepatitis C berikutnya adalah kurang atau tidak adanya nafsu makan.
Sebenarnya, berkurang atau tidak adanya nafsu makan bisa dikatakan nor. mal bila
hal ini tidak berlangsung dalam jangka waktu lama. Toh, banyak juga di antara kita
yang mungkin sering mengalami rasa enggan untuk makan. Namun, bagi seseorang
yang memiliki gejala hepatitis C tidak adanya nafsu makan sangat terlihat jelas dan
berlangsung terus menerus.
c. Gejala hepatitis C yang ketiga adalah warna urine menjadi lebih pekat atau gelap.
Bila hal tersebut terjadi, maka, sudah seharusnya penderita segera memeriksakan
diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
d. Gejala hepatitis C yang keempat adalah sakit perut. Meskipun dalam kondisi
normal, sakit perut dikatakan sebagai gejala yang wajar.
9
dan kanker hati. Hanya sebagian kecil saja penderita Hepatitis B yang berkembang
menjadi kanker hati. Begitu pula pada penderita Hepatitis C hanya sebagian yang
menjadi kanker hati. Biasanya diperlukan waktu 17 sampai dengan 20 tahun seorang
yang menderita Hepatitis C untuk berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Anti HCV negatif artinya anda belum pernah terinfeksi Hepatitis C. Sampai sekarang
ini belum ada vaksin untuk Hepatitis C sehingga Anda dianjurkan agar berhati-hati
sehingga tidak tertular Hepatitis C. Jadi hindari kontak dengan cairan tubuh orang
Iain. Sekarang memang ada obat baru untuk Hepatitis B yang disebut lamivudin. Obat
ini berupa tablet yang dimakan sekali sehari. Sedangkan jika diperlukan pengobatan
untuk Hepatitis C
tersedia obat Interferon (suntikan) dan Ribavirin (kapsul). Namun
penggunaan obat-obat tersebut harus dilakukan di bawah pengawasan dokter.
d. HEPATITIS D
Hepatitis D, juga disebut virus delta, adalah virus cacat yang memerlukan
pertolongan virus hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada
orang yang terinfeksi hepatitis B. Virus hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang
tapi paling berbahaya dari semua virus hepatitis.
Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar 15
juta orang di dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis D.
Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena
hepatitis B kronis (superinfeksi).
Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami
penyakit akut serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang terkena
superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi hepatitis D kronis yang
berpeluang besar (70% - 80%) menjadi sirosis. Tidak ada vaksin hepatitis D, namun
dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B maka otomatis Anda akan terlindungi dari
virus ini karena HDV tidak mungkin hidup tanpa HBV.
Hepatitis D Virus (HDV) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak
lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan
melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis
D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
Hepatitis E Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan
sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri (selflimited), kecuali bila terjadi pada
10
kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang
terkontaminasi tinja manusia. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dan mengganggu serta merusak organ hati. Dengan mengetahui bagaimana
penyakit ini dapat terjadi, gejalagejala yang ditimbulkan, serta pencegahan yang dapat
dilakukan akan mengurangi kasus penyakit ini. Berobatlah ke dokter bila merasakan
gejalagejala seperti di atas, mengingat cara penularan penyakit ini yang melalui banyak
cara. Yang harus diingat adalah penyakit ini memerlukan istrihat (bedrest) untuk
pemulihan organ hati.
e. HEPATITIS E
Hepatitis E mirip dengan hepatitis A. Virus hepatitis E (HEV) ditularkan
melalui kotoran manusia ke mulut dan menyebar melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Tingkat tertinggi infeksi hepatitis E terjadi di daerah bersanitasi buruk
yang mendukung penularan virus.
Hepatitis E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi
kronis. Secara umum, penderita hepatitis E sembuh tanpa penyakit jangka panjang.
Pada sebagian sangat kecil pasien (1-4%), terutama pada ibu hamil, hepatitis E
2.3 Etiologi
a. Hepatitis A
Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari melalui mulut, misalnya melalaui
gelas atau sendok bekas yang di pakai penderita hepatitis A. Kadang – kadang dapat
juga melalui keringat penderita atau melalui jarum suntik bekas yang di pakai pada
penderita pengdapa hepatitis A.
b. Hepatitis B
Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang manusia. Pada ibu hamil
bila terserang virus ini dapat menularkan pada bayinya yang ada dalam kandungan
atau waktu menyusui bayi itu. Bentuk penularan seperti inilah yang banyak di jumpai
pada penyakit hepatitis B. Pada saat ini jenis hepatitis yang paling banyak di pelajari
ialah hepatitis B dan telah dapat pula di cegah melalui vaksinasi. Walaupun infeksi
virus ini jarang terjadi pada populasi orang dewasa, kelompok tertentu dan orang yang
memiliki cara hidup tertentu berisiko tinggi. Kelompok ini mencakup :
Imigran dari daerah endemis hepatitis b
11
Pengguna obat IV yang sering bertukar jarum dan alat suntik
Pelaku hubungan seksual dengan banyak orang atau dengan orang yang terinfeksi
Pria homoseksual yaang secara seksual aktif
Pasien rumah sakit jiwa
Narapidana pria
Pasien hemodialisis dan penderita hemofilia yang menerima produk tertenu dari
plasma
Kontak serumah denag karier hepatitis
Pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama yang banyak kontak dengan darah
c. Hepatitis C
Penularan hepatitis C dan Delta pada orang dewasa bisa terjadi melalui kontak
seksual dan bisa pula melalui makanan dan minuman, suntikan ataupun transfusi
darah. Virus hepatitis C juga berbahaya karena sebagian besar penyakit Hepatitis C
dapat berkembang menjadi kronis/menahun dan menjadi pengidap yang selanjutnya
akan menjadi sumber infeksi bagi orang sekitarnya.
Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara klinis
hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Dokter hanya dapat memperkirakan saja
jenis hepatitis apa yang di derita pasiennya dan untuk membedakannya secara pasti
masih diperlukan bantuan melalui pemeriksaan darah penderita.gejala penderita hepatitis
virus mula mula badanya terasa panas, mual dan kadang-kadang muntah, setelah
beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian matanya terlihat kuning,
dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis virus biasnya dapat
sembuh setelah satu bulan. Hampir semua penderita hepatitis A dapat sembuh dengan
sempurna, sedangkan penderita hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis
delta dan E belum dapat di ketahui sevara pasti bagaimana perjalanan penyakitnya.
12
Sebagian besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi sebagian kecil
(kira-kira 10%) akan mengalami kronis (menahun) atau meninggal.penderita hepatitis B
yang menahun setelah 20-40 tahun kemudian ada kemungkinan hatinya
mengeras(sirosis), dan ada pula yang berubah menjadi kanker hati.
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit
yang mencolok, kegagalan hati, dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis
hepatitis yaitu :
a. Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas
virus selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini
disebut praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus biasanya
belum dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh:
Malese umum
Anoreksia
Sakit kepala
Rasa malas
Rasa lelah
Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas
Mialgia (nyeri otot)
b. Stadium ikterus. Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang
stadium ini ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:
Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal
Pembesaran dan nyeri hati
Splenomegali
Mungkin gatal ( pruritus ) dikulit
c. Stadium pemulihan. Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini:
Gejala-gejala mereda termasuk icterus
Nafsu makan pulih
Apabila tedapat splenomegali, akan segera mengecil
2.5 Patofisiologi
Masa inkubasi hepatitis A berkisar dari 1 sampai 7 minggu dengan rata-rata 30
hari. Perjalanan penyakt dapat berlangsung lama, dari 4 hingga 8 minggu. Umumnya
13
untuk hepatitis A berlangsung lebih lama dan lebih berat pada penderita yang berusia di
atas 40 tahun. Virus hepatitis A hanya terdapat dalam waktu singkat di dalam serum;
pada saat timbul ikterus kemungkinan pasien tidak infeksius lagi.
Perjalanan penyakit dan faktor resiko. Berbeda dengan hepatitis A yang terutama
ditularkan lewat jalur fekal-oral, hepatitis B terutama ditularkan melalui darah ( jalur
perkutan dan permukosa ). Virus tersebut pernah ditemukan pada darah, saliva, semen
serta sekret vagina dan dapat ditularkan melalui membran mukosa serta luka pada kulit.
Hepatitis B memiliki masa inkubasi yang panjang rata-rata 70-80 hari. Virus
hepatitis B mengadakan replikasi dalam hati dan tetap pada serum selama periode yang
relatif lama sehingga memungkinan penularan virus tersebut. Dengan demikian, individu
yang beresiko untuk terkena hepatitis B adalah para dokter bedah, pekerja laboratorium
klinik, dokter gigi, perawat, dan terapis respiratorik. Staf dan pasien dalam unit
hemodialisis serta onkologi dan laki-laki biseksual dan homoseksual yang aktif dalam
hubungan seksual dan para pemakai obat-obat IV juga beresiko tinggi.
Skrining HbsAg pada donor darah sangat menurunkan insidens hepatitis B pasca
transfusi.
Masa inkubasi hepatitis C bervariasi dan dan dapat berkisar dari 15 hingga 160
hari. Perjalanan klinis hepatitis C yang akut serupa dengan hepatitis B; gejala hepatitis C
biasanya ringan. Meskipun demikian, status karier yang kronis sering terjadi dan terdapat
peningkatan resiko untuk menderita penyakit hati yang kronis sesudah hepatitis C,
termasuk sirosis dan kanker hati. Terapi interferon dosis rendah untuk jangka waktu yang
lama terbukti efektif dalam sejumlah uji cobaa pendahuluan pada beberapa penderita
hepatitis C. walaupun begitu, respon tersebut hanya bersifat sementara. Kombinasi
preparat interferon dengan rabavirin suatu analaog nukelosida, kini telah diuji untuk
menentukan apakah ada manfaat yang lebih lama ( Fried & Hoofnagle, 1995).
Pemeriksaan skrining hepatitis C pada darah yang akan digunakan untuk transfusi telah
mengurangi jumlah kasus hepatitis yang berkaitan dengan transfusi. Masa inkubasi
hepatitis D rata-rata 35 hari dan masa inkubasi hepatitis E rata-rata 42 hari.
14
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
urobilirubin direk
bilirubun serum total
bilirubin urine
urobilinogen urine
urobilinogen feses
2. Waktu protombin
3. Radiologi
15
kolestogram dan kalangiogram
arteriografi pembuluh darah seliaka
4. Pemeriksaan tambahan
Laparoskopi
biopsi hati
1. Pencegahan
1. Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi donor
darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
2. pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang
baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
2. Obat-obatan terpilih.
a. Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun yang
berlebihan.
Contoh :
e. Roboransia.
16
f. Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
3. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
4. Jika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan infus
glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
5. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang mengubah
susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa dapat
diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah
menjadi asam.
17
2.8 Pathway
18
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS
1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien :
a. Jenis klelamin: pada penyakit hepatitis B banyak dialami laki-laki dibandingkan
perempuan karena terkait dengan beberapa faktor penyebab, pengunaan obat
suntikan, homoseksual, heteroseksual dan orang-orang yang terkait hepatitis B
(Muttaqin, 2013).
b. Lingkungan: pada daerah endemitas tinggi dan sebaliknya pada derah dengan
pravelensi rendah penularan secra horizontal telah terjadi oleh penyalah penggunaan
obat, penggunaa instrumens yang tidak steril, tusuk jarum dan tindik (Juffri, 2012).
c. Umur : infeksi sering terjadi pada usia yang lebih tua, ditularkan secra horizontal
pada masa anak dengan kontak erat penggunaan sikat gigi, pisau cukur atau
berciuman dan kontak seksual pada dewasa muda. (Juffri, 2012).
2. Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama : klien merasakan mual muntah, demam, ikterus pada daerah mata
dan kulit, nyeri abdomen kanan atas (Muttaqin, 2013).
b. Riwayat penyakit sekarang : didapatkan keluhan mual muntah,keluhan nyeri pada
abdomen dan terjadi kelelahan dalam melakukan aktivitas (Muttaqin, 2013).
c. Riwayat penyakit dahulu : anggota keluarga yang juga pernah mengalami penyakit
hepatitis B dan khususnya pada ibu yang pernah menderita hepatitis kronik.
(Muttaqin, 2013).
19
P : Tidak terdapat massa, tidak terdapat odem, tidak terdapat nyeri tekan.
c. Telinga:
I : Bentuk normal,warna coklat, tidak terdapat lesi, tidak terdapat odem, tidak
terdapat serumen, kotoran maupun perdarahan.
P : Tidak terdapat nyeri tekan.
d. Hidung:
I: Keadaan kulit tidak terdapat lesi, tidak terdapat pembengkakan, lubang hidung
simetris.
P: Tidak terdapat nyeri tekan pada tulang hidung, pada sinis-sinus hidung tidak
mengalami nyeri tekan.
e. Mulut:
I: Mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi, warna lidah pucat tidak terdapat kelainan
pada dasar mulut dan palut lidah atau kecacatan.
P: Tidak terdapat nyeri tekan pada lidah, tidak adanya massa atau tumor.
f. Leher:
I: Bentuk leher simetris,warna kulit leher ikterus tidak adanya pembengkakan, tidak
terdapat pembesaran tiroid.
P: Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesran limfe.
g. Dada:
I: Bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak terdapat odem,tidak terdapat
peradangan.
P: Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat massa, kesimetrisan ekspansi dada
normal.
P: Terdapat suara paru sonor pada ics 1-.5.
A: Terdapat suara vesikuler.
h. Perut:
I : Bentuk perut flat, tidak ada lesi, tidak ada odem.
A:Terdapat suara bising usus 10-12 kali/menit.
P: Terdapat suara timpani.
P: Tidak terdapat nyeri tekan, dan tidak terdapat massa.
i. Genetalia:
I: Tidak terdapt lesi, tidak terdapat perdangan, pertumbuhan rambut pubis merata,
tidak terdapat odem.
20
P: Tidak terdapat nyeri tekan,tidak terdapat massa.
j. Alat gerak:
I: Tidak terdapat atrofi maupun hipertrofi, tidak terdapat kontraktur, tidak terjadi
tremor tidak terdapat kelemahan(paralisi).
P: Tidak terdapat odem,atau nyeri tekan,tidak terdapat krepitasi.
P: Kekuatan otot bisep dan trisep normal.
3. Intervensi keperawatan
21
a. Klien akan menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternatif
pencegahan nyeri.
b. Klien melaporkan nyeri yang timbul, lamanya frekensi dan lokasi nyeri.
c. klien tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau wajah.
d. Klien tampak tenang tidak gelisah.
Intervensi keperawatan menurut (NOC,2008):
a. Berikan informasi tentang nyeri,seperti penyebab, seberapa lama nyeri akan
berakhir.
Rasional:
Klien disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang dirasakan ini
akan memberi efek klien akan lebih tenang dibanding klien yang mendapakan
penjelasan yang kurang.
b. Lakukan observasi nyeri yang komperhensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan,
frekensi, intesitas atau tingkat keparahan nyeri.
Rasional: untuk mengetahui tingkat perkembangna klien mengenai nyeri yang
dirasakan.
c. Berikan massase punggung dan posisi yang nyaman.
Rasional : dengan memberikan posisi yang tepat akan memberikan rasa nyaman.
Ajarkan teknik nonfamakologi yaitu distraksi, relaksasi, terapi musik, kompres
hangat sebelum, setelah nyeri terjadi atau meningkat.
Rasional:
Teknik distraksi memberikan pengalihan klien mengenai nyeri yang dirasakan
sedangakan relaksasi akan mempengaruhi ketenangan klien terhadap nyeri dengan
pengambilan nafas dalam.
d. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian analgetik.
Rasional: pengobatan secara farmakologi untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
klien.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik karena anoreksia, mual dan muntah (Padilla, 2012).
Tujuan menurut (NOC, 2008):
22
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 Jam diharapkan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.
Kriteria hasil:
a. Klien asupan makanan, cairan, dan zat gizi tercukupi.
b. Menunjukkan peningkatan berat badan dan tanda-tanda malnutrsi.
c. Mempertahankan massa tubuh dan dan berat badan ndalam batas normal.
d. Menunjukkan nilai laboratorim (tranferin,albumon dan elektrolit) dalam bats normal.
e. Menunjukkan status gizi cukup ditandai dengan asupan makanan, cairan dan zat gizi
seimbang.
Intervensi keperawatan menurtut (NIC, 2008):
23
3. Hypertemi berhubungan dengan invansi virus agent dalm sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
Tujuan menurut (NOC, 2008):
Setelah dilakukan tindakan keperawtan …x24 jam diharapkan hypertermi teratasi.
Kriteria hasil:
a. Menunjukkan Suhu tubuh dalam batas normal.
b. Nadi dan pernapasan dalam batang normal.
c. Perubahan warna kulit tidak ada.
d. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi keperawatan Menurut (NIC, 2008):
a. Berikan informasi pada klien dan keluarga klien mengenai penyebab timbulnya
hipertermi dan tindakan yang akan dilakukan.
Rasional:
Keluarga klien dapat mengerti penyenbab hipertemi yang dirasakan, klien dapat
koopertaif dalan tindakan keperawatan.
b. Pada suhu minimal setiap 2 jam sesuai dengan kebutuhan.
Rasional: dapat menegetahu tingkat perkembangan klien.
c. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat untuk mecegah
dehidrasi.
Rasional: Dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu
dehidrasi.
d. Berikan kompres hangat pada lipatan paha, aksila, dan kening.
Rasional:
Menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatsi kulkit
dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
penguapan.
e. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan hanya selembar kain.
Rasional: memberikan baju tipis pada klien berfungsi mengurangi panas melalui
prose evaporasi.
f. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian antipiretik.
Rasional:
Pengobatan farmakologi dapat menekan inasi penyebaran virus dan mencegah
terjadinya hipertermi.
24
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi sekunder
terhadap hepatitis,malaise umum, pembatasan aktivitas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ….x 24 jam diharapkan intolenrasi aktivitas
teratasi.
Kriteria hasil menurut (NOC, 2008):
a. Klien tidak lelah
b. Tidak ada takikardi
c. Dapt melakukan aktivitas sehari-hari
d. Dapat melakukan perawatan diri
Intervensi keperawatan menurut (NIC, 2008):
a. Berikan informasi penyebab keletihan individu.
Rasional:
Dengan penjelasan penyebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenaang.
b. Bantu klien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar, duduk dan berdiri.
Rasional:
Melatih klien untuk setiap aktivitas dan kemandirian klien dan mencegah decubitus.
c. Anjurkan klien untuk tirah baring.
Rasional: tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga
metaolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
d. Observasi bersama tingkat keletihan selam 24 jam meliputi waktu puncak energi,
waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan.
Rasional:
Keletihan dapat segera dinimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat
menimbulkan.
e. Bantu klien individu untuk mengidentivikasi kemampuan-kemampuan dan minat.
Rasional:
Memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting
dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
4. Implementasi
25
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010). Tujuan
implementasi ini membantu pasien dalam meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawtaan dimana kegiatan yang
disengaja dan terus-menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati.
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi
virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G
terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut (Ester Monica, 2002 : 93).
Dalam memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang
tepat, disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti
memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak
dilakukan.
3.2 Saran
Kami mengharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada kesalahan
atau kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan agar memberikan saran dan kritik yang
bisa mengubah penulis kearah yang lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Manurung Nixson (2018) Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping Dan Nanda
NIC Noc Jakarta TIM .
Inayah, Iin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat A. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Wikinson Judith. (2007). Buku Saku Diasagnosis Keperawatan Intervensi NIC dan
NOC .Jaka Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses
keperawatan), Bandung
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakartarta: EGC.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By
Mosby-Year book.Inc,Newyork
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta:
EGC.
28
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA
29