Anda di halaman 1dari 10

KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ADINDA NURCAHYA SURYANA


E011211012

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
A. PENDAHULUAN
Dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal dan informal, organisasi
pemerintah maupun organisasi swasta, kepemimpinan sangat berperan dalam
proses berkembangnya. Pemimpin memiliki tanggung jawab dengan segala
keberhasilan dan kegagalan, menjadi komando dalam setiap langkah untuk
mencapai satu tujuan yang ditetapkan. Namun pemimpin tentunya tidak
melaksanakannya sendiri tanpa bantuan stakeholder dalam sebuah organisasi.
Tugas pemimpin yang tak kalah penting yaitu menentukan keputusan terbaik untuk
kelompoknya. Pengambilan keputusan merupakan tindakan yang akan menentukan
hasil dalam pemecahan masalah dengan memilih beberapa alternatif yang ada
melalui proses pemikiran yang logis, mengingat semua alternatif pastinya
mempunyai dampak yang negatif dan positif jangka pendek maupun jangka panjang.
Tentu dalam mencapai tujuan, pemimpin akan diberikan pilihan-pilihan, yang
harus secara bijak ditentukan alternatif mana yang akan dilaksanakan. Kendala
disetiap pengambilan keputusan oleh pemimpin akan diselesaikan sesuai dengan
gaya kepemimpinan masing-masing pemimpin. Ketepatan dalam pengambilan
keputusan pasti terukur dari kapabilitas seorang pemimpin yang berkompeten.
Seorang pemimpin dapat dikatakan efektif jika dalam pengambilan keputusannya, ia
dapat membaca situasi dalam menyelesaikan permasalahan, bertanggung jawab,
berintegritas dan terutama memiliki etika yang baik.
B. PEMBAHASAN
 KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata “leadership” yang berasal dari
kata leader. Pemimpinan (leader) adalah orang yang memimpin, sedangkan
pimpinan merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah
kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntunan.
Dari “pimpin” lahirlah kata kerja “memimpin” yang artinya membimbing dan
menuntun. Terdapat berbagai macam pandangan tentang pengertian kepemimpinan
menurut para ahli.
Menurut George R. Terry (1998) menjelaskan bahwa “Leadership is the
relationship in whichone person or the leader, influences other to work together
willingly on related taks to attain that which the leader disires”. Kepemimpinan
merupakan hubungan yang ada didalam diri seorang pemimpin, mempengaruhi
orang lain dalam bekerjasama secara sadar dalam ikatan tugas untuk mencapai
keinginan pemimpin. Adapun menurut Stephen P. Robbins (1991), kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi sekelompok anggota agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran. Sumber dari pengaruh dapat diperoleh secara formal,
yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang didudukinya dalam suatu
organisasi. Secara kompleks Newstrom (2011:171) menjelaskan kepemimpinan
adalah suatu proses memengaruhi dan mendukung orang lain untuk bekerja secara
antusias untuk mencapai sasaran. Kepemimpinan merupakan faktor kritis yang
membantu individual atau kelompok mengidentifikasi tujuannya serta memotivasi
dan memberikan bantuan mencapai. Intinya terdapat 3 komponen utama
kepemimpinan yaitu, influences/support (pengaruh/dukungan), voluntary effort
(usaha sukarela) dan goal achivement (pencapaian tujuan).
Secara keseluruhan menunjukkan bahwa terdapat unsur-unsur dalam
pengertian kepemimpinan yang mengandung persamaan. Dapat diambil kesimpulan
yaitu a) kepemimpinan adalah kemampuan dalam memengaruhi orang lain, b)
kepemimpinan merupakan suatu proses interaksi antar pemimpin dan pengikutnya,
c) kepemimpinan berfokus dalam mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan pada
dasarnya yaitu kemampuan yang dimiliki seorang atau pemimpin dalam
memengaruhi, memberikan motivasi, dan berkontribusi memberi bantuan kepada
sekelompok orang dengan menggunakan sumber daya dalam mencapai satu tujuan
bersama secara efektif dan efisien.
 Gaya Kepemimpinan
a) Kepemimpinan otokratis, dalam pengambilan keputusan pemimpin sangat
dominan dalam setiap kebijakan, dan mengatur prosedur sendiri. Kekuasaan
dipusatkan kepada pemimpin. Terkadang dengan gaya ini akan membatasi
inisiatif dan daya pikir pengikutnya. Jenis kepemimpinan otoriter biasanya
diterapkan dalam akademi militer atau kepolisian.
b) Kepemimpinan Birokrasi, gaya kepemimpinan ini biasanya ada dalam sebuah
perusahaan dan menjadi efektif jika seluruh stakeholder mengikuti prosedur
dan bertanggung jawab. Kekurangan dari gaya kepemimpinan ini yaitu
adanya batasan berinovasi dikarenakan telah diatur porsinya sesuai
prosedur.
c) Kepemimpinan Partisipatif, dalam gaya kepemimpinan ini melibatkan
partisipasi anggota (bawahan) untuk memberikan ide atau kontrol pemecahan
masalah. Pemimpin memberi wewenang dalam bekerjasama untuk
pengambilan keputusan yang disesuaikan dengan melihat kebutuhan dan
untuk menjawab permasalahan yang eksis.
d) Kepemimpinan Delegatif, kepemimpinan menurut Laissez-faire ini
menjelaskan bahwa pemimpin memberikan kebebasan secara mutlak kepada
seluruh stakeholder yang berkaitan untuk melaksanakan masing-masing
keputusan yang ditentukan. Jenis ini cukup merugikan karena menghilangkan
nilai semangat bekerjasama dalam pemecahan masalah. Terlebih jika dalam
pengambilan keputusan tidak terkontrol oleh pemimpin jika keputusan tidak
secara matang dipertimbangkan.
e) Kepemimpinan Transaksional, kepemimpinan ini melihat dari pandangan
reward yang diberikan oleh pemimpin. Jadi, seseorang akan dinilai dari
seberapa berhasil dalam melaksanakan tugas yang diselesaikan sesuai
kesepakatan. Antara pemimpin dan anggota (bawahan) memiliki tujuan dan
kepentingan masing-masing.
f) Kepemimpinan Melayani (Servant), gaya kepemimpinan jenis ini berorientasi
pada sifat melayani dengan standar moral spiritual dimana pemimpin
mengutamakan kebutuhan serta kepentingan dari aspirasi anggota daripada
kebutuhan pribadi.
g) Kepemimpinan Karismatik, pemimpin yang karismatik memiliki pengaruh yang
kuat karena karisma dan kepercayaan diri. Para pengikut kagum secara
emosional, percaya dan ingin berkontribusi bersama dengan pemimpin
karismatik.
h) Kepemimpinan Situasional, yang menerapkan jenis kepemimpinan situasional
lebih sering menyesuaikan setiap gaya kepemimpinan yang ada. Sejauh
mana kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap tugas. Gaya
kepemimpinan situasional mencoba mengkombinasikan proses
kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang ada. Setidaknya ada 4 gaya
yang diterapkan oleh pemimpin jenis ini, diantaranya:
a) Telling-Directing
b) Selling-Coaching
c) Participating-Supporting
d) Delegating

 PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Decision Making berasal dari dua suku kata yaitu “decision” yang artinya
keputusan dan “making” artinya membuat, mengambil. Jadi secara bahasa decision
making yaitu pembuatan keputusan atau pengambilan keputusan. Dalam Kamus
Besar Ilmu Pengetahuan pengambilan keputusan didefinisikan sebagai pemilihan
keputusan atau kebijakan yang didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut George R.
Terry (2000) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemelihan
alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif. Sedangkan
Sondang P. Siagian (2000) memaparkan bahwa pengambilan keputusan adalah
suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat.
Herbert A. Simon (1916-2001) dalam proses pengambilan keputusan ada tiga
tahapan, yang pertama Intelegence Acitivity atau proses penelitian situasi dan
kondisi dengan wawasan yang inteligen. Kedua, Design Acitivity yaitu proses
menemukan masalah mengembangkan pemahaman dan menganalisis
kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah yang akan terjadi serta
tindaklanjutnya, adanya perencanaan pola kegiatan. Ketiga, Choice Acitivity yakni
memilih salah satu tindakan terbaik dari banyaknya alternatif atau kemungkinan
pemecahan. Kegiatan-kegiatan pelaksanaan hasil keputusan biasanya dilaksanakan
oleh orang lain (stakeholder).
Dalam pengambilan keputusan memiliki dasar-dasar yang dijadikan metode.
Menurut George R. Terry, ada empat dasar metode dalam pengambilan keputusan
yang kemudian disusun menjadi alternatif pemecahan masalah yaitu :
a) Intuisi, dapat diartikan sebagai perasaan akan sesuatu hal (kausalitas)
yang dihadapi atau akan terjadi. Pengambilan keputusan berdasarkan
intuisi yaitu merujuk suatu istilah untuk kemampuan memahami sesuatu
tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas.
b) Fakta, pengambilan keputusan berdasarkan fakta yaitu segala sesuatu
yang tertangkap oleh indra manusia atau data kenyataan keadaan yang
terbukti. Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak sebagai hal yang
sebenarnya, karena kenyataan yang dialami orang sesungguhnya.
c) Pengalaman, ialah hasil persentuhan alam dengan panca indra manusia
yang meungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasilnya kemudian
disebut pengetahuan (vardiansyah, 2008). Pengambilan keputusan
berdasarkan pengalaman merujuk pada pengetahuan empirikal atau
pengetahuan posteriori.
d) Kekuasaan, adalah kemampuan seseorang atau sekolompok untuk
meemngaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lainnya sedemikian
rupa hingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan
dari yang memiliki kekuasaan.
e) Keputusan rasional, yaitu dengan menganalisis variabel terkait
menggunakan metode tertentu dengan tahapan yang jelas dan dikerjakan
oleh profesional. Dengan proses tersbeut makan keputusan rasional
mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi dan dapat diakuntabilitaskan.
Metode rasional yang digunakan berupa analisis SWOT, Cause and Effect
Analysis, Value Chain Analysis dan sebagainya. Proses dasar
pengambilan keputusan rasional hampir sama dengan keputusan
strategik.
Tahap pertama, pemahaman dan perumusan masalah yaitu para
pemimpin mengidentifikasi masalah dengan mudah dengna menguji
hubungan sebab akibat, mencari penyimpangan dan berkonsultasi dengan
pihak yang dapat memberikan pandangan berbeda. Tahap kedua,
pengumpulan dan analisis data yang relevan yaitu menentukan data-data
apa yang dibutuhkan dalam membuat keputusan yang tepat kemudian
mendapatkan informasi. Tahap ketiga, pengembangan alternatif-alternatif.
Tahap keempat, evaluasi alternatif yaitu menilai efektivitas setiap
alternatif. Tahap kelima, pemilihan alternatif terbaik. Tahap keenam,
impelementasi keputusan yaitu membuat rencana-rencana untuk
mengatasi masalah yangn akan dijumpai dalam pelaksanaan. Tahap
terakhir, evaluasi hasil keputusan yaitu memonitor secara berkala
keputusan-keputusan. Apakah impelementasi dilakukan secara lancar dan
hasil yang diinginkan.
Supranto (1998) mengemukanan empat kategori keputusan, yaitu: a)
keputusan kepastian (certainly), b) keputusan risiko (risk), c) keputusan
ketidakpastian (uncertainly), d) keputusan konflik (conflict). Secara kompleks
menurut Sondang P. Siagian (1988), teknik-teknik pengambilan keputusan yang
paling umum digunakan antara lain sebagai berikut :

a) Brainstorming
Teknik ini telah digunakan sejak dahulu dan cukup alternatif dalam
persepsi masalah yang dihadapi. Brainstorming merupakan bentuk diskusi
dalam menghimpun informasi, pengalaman, dan pendapat. Langkah-
langkah metode brainstorming yaitu : pemberian informasi dan motivasi,
identifikasi, klasifikasi, verifikasi dan konklusi (penyepakatan).
b) Teknik Delphy
Teknik Delphy dilakukan dengan tidak melibatkan orang dalam organisasi
dalam pengambilan keputusan melainkan dengan pihak luar contohnya
yaitu sekelompok ahli dibidang tertentu. Teknik Delphy dikembangkan
sebagai pendekatan analisis permasalahan ketika data yang tersedia
sangat sedikit atau sistem yang dipertimbangkan. Dalam teknik ini
sekelompok ahli terpilih membentuk panel yang menghasilkan jawaban
konsensus terhadap pertanyaan yang diajukan. Teori Delphi ini sangat
baik untuk memecahkan masalah yang bersifat general, dimana rencana
kebijakan tersebut berkaitan erat dengan ahli-ahli bidang tertentu.
c) Teknik Kelompok Nominal
Teknik kelompok nominal adalah salah satu teknik peran serta dalam
pengambilan keputusan yang lebih jarang dipakai dibanding dengan teknik
sumbang saran. Teknik ini dimaksudkan sebagai suatu cara untuk
mengumpulkan pandangan dan penilaian perorangan dalam suasana
ketidakpastian dan ketidaksepakatan mengenai inti persoalan suatu
masalah, lalu mencari jalan penyelesaian yang terbaik. Teknik kelompok
ini adalah proses terstruktur yang mengharuskan anggota kelompok
menulis ide secara perseorangan, kemudian melaporkannya kepada
kelompok .
d) Teknik Synetics
Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik brainstorming, melibatkan
seorang ahli dalam pengambilan keputusan, baik dari organisasi sendiri
atau orang luar yang bertindak sebagai nara sumber.
 KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan tidak terlepas dari peran kepemimpinan begitu juga


sebaliknya. Pada dasarnya dalam suatu kepemimpinan, akan dihadapkan dengan
berbagai pilihan untuk keberlangsungan suatu organisasi atau kelompok
pengikutnya. Teori mengenai kepemimpinan memberikan pandangan bahwa proses
kepemimpinan akan memengaruhi dalam pengambilan keputusan disetiap masalah.
Proses pengambilan keputusan mencakup mengidentifikasi, menganalisis, dan
memutuskan solusi terbaik kedalam tindakan efektif. Berkaitan dengan hal tersebut,
proses kepemimpinan berkaitan dengan wewenang dan tanggung jawab terhadap
pengikutnya untuk mencapai tujuan. Pemimpin dapat menilai karakteristik individual
atau sekolompok orang dan secara tidak sadar memengaruhi arah berjalannya
suatu kelompok orang atau organisasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kepemimpinan sangat besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan.

 Gaya Pengambilan Keputusan Pemimpin

Colquitt, LaPine dan Wesson (2015:468) menyebutkan gaya pengambilan


keputusan menangkap bagaimana seorang pemimpin memutuskan dan
menentukan.

a) Autocratic style, Pemimpin membuat keputusan tanpa meminta pendapat


atau saran dari pekerja dalam unit kerja.
b) Consultative style, pemimpin menunjukkan masalah kepada individual
atau kelompok pekerja dengan meminta pendapat atau saran sebelum
akhirnya membuat keputusan sendiri.
c) Facilitative style, pemimpin menunjukkan masalah kepada kelompok
pekerja dan mencari konsensus tentang solusi dan memastikan
pendapatnya sendiri. Gaya ini, pemimpin lebih merupakan fasilitator
daripada pengambil keputusan.
d) Delegative style, pemimpin memberi individual atau kelompok pekerja
tanggung jawab untuk membuat keputusan dengan batasan spesifik.
C. PENUTUP/KESIMPULAN

Pengambilan keputusan merupakan tindakan yang akan menentukan hasil


dalam pemecahan masalah dengan memilih beberapa alternatif yang ada melalui
proses pemikiran yang logis, mengingat semua alternatif pastinya mempunyai
dampak yang negatif dan positif jangka pendek maupun jangka panjang.
Sedangkan kepemimpinan merupakan hubungan yang ada didalam diri seorang
pemimpin, mempengaruhi orang lain dalam bekerjasama secara sadar dalam
ikatan tugas untuk mencapai keinginan pemimpin. Kepemimpinan pada dasarnya
yaitu kemampuan yang dimiliki seorang atau pemimpin dalam memengaruhi,
memberikan motivasi, dan berkontribusi memberi bantuan kepada sekelompok
orang dengan menggunakan sumber daya dalam mencapai satu tujuan bersama
secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Abevit, M., & Afriansyah, H. (2019). Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan
Keputusan. Jurnal Universitas Negeri Padang, 1-4.

Effendi, U. (2015). Asas Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.

Handoko, T. H. (2017). Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Muliani. (2017). Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan. Universitas Negeri


Padang. pp 1-9

Suparno. (2018). Peran Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan. Vol.6,


Jurnal FISIP UNTAG Semarang. Diakses tanggal 01/11/21, pukul 21:11 pada
http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php/mia/article/view/663/634

Suseno, G. P. (2017). Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Kepemimpinan.


Bandung : Institut Manajemen Koperasi Indonesia.

Wibowo. (2018). Kepemimpinan: Pemahaman Dasar, Pandangan Konvensional,


Gagasan Kontemporer. Depok: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai