Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

“ ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN YANG TERPASANG


VENTILATOR MEKANIK “

OLEH :

NAMA : Mawar Anggela

NIM : 21117080

IKEST MUHAMMADIYAH PALEMBANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2020
VENTILATOR MEKANIK

A. DEFINISI

Ventilator mekanik adalah proses penggunaan suatu peralatan untuk menfasilitasi


transpor oksigen dan karbodioksida antara atmosfer dan alveoli untuk tujuan
meningkatkan pertukaran gas paru-paru( Urden,Stacy,Lough,2010)

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.Ventilator mengirimkan
gas ke paru-paru dengan menggunakan tekanan positif pada tingkat tertentu. Jumlah
gas yang disampaikan dapat dibatasi oleh waktu, tekanan atau volume. Lamanya
dapat berjalan oleh waktu, tekanan atau aliran. Tujuan pemasangan ventilator adalah
untuk; (1) Memberikan kekuatan mekanis pada sistem paru untuk mempertahankan
ventilasi yang fisiologis, (2) Memanipulasi “air way pressure” dan corak ventilasi
untuk memperbaiki efisiensi ventilasi dan oksigenasi dan (3) Mengurangi kerja
miokard dengan jalan mengurangi kerja nafas.

Ventilator merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang


dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode waktu yang
lama (Smeltzer, Bare, Hinkle, Cheever, 2008).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PERNAPASAN

1. ANATOMI

Sistem pernapasan termasuk hidung , rongga hidung dan

sinus , faring , laring (kotak suara),trakea (tenggorokan ) , dan

saluran-saluran yang lebih kecil yang mengarah ke pertukaran gas di

permukaan paru-paru . Saluran pernapasan terdiri dari saluran udara

yang membawa udara dari dan ke permukaan tersebut . Saluran

pernapasan dapat dibagi menjadi bagian konduksi dan bagian

pernapasan

Bagian konduksi terdapat dari jalan masuk udara dihidung ke

rongga hidung ke bronkiolus terkecil dari paru-paru . Bagian


pernapasan termasuk saluran bronkiolus pernapasan dan kantung

udara halus , atau alveoli ( al - VE ) , di mana terjadi pertukaran gas .

Sistem pernapasan termasuk saluran pernapasan dan jaringan terkait ,

organ , dan struktur pendukung . Saluran-saluran kecil ini

menyesuaikan kondisi udara dengan menyaring , pemanasan , dan

melembabkan itu , sehingga melindungi bagian konduksi yang peka

dan melindungi pertukaran sistem pernapasan bawah dari partikel-

partikel , patogen , dan lingkungan ekstrem ( Martini et al 2012)

Nose

Nasal Cavity
Pharynx
Oral Cavity

Right Primary
Bronchus
Larynx

Lungs Trakhea

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan (Gerard & Bryan,2009)

Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai

berikut, rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus,

paru- paru (bronkiolus,alveolus). Rongga hidung dilapisi selaput

lender yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung

dengan lapisan faring dan selaput lender. Faring adalah pipa berotot

yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan

oesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Faring terbagi

menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring

kemudian Laring, laring berperan untuk pembentukan suara dan

untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan


cairan. Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16

sampai 20 cincin kartilago yang terdiri dari tulang- tulang rawan

yang terbentuk seperti C.

Bronkus merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus

primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki

sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin kecil. Struktur

mendasar dari paru-paru adalah percabangan bronchial yang

selanjutnya secara berurutan adalah bronki,bronkiolus,bronkiolus

terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar.

2. FISIOLOGI PERNAPASAN VENTILATOR MEKANIK

Respirasi terdiri atas 2 proses, yaitu respirasi eksternal dan respirasi


internal. Respirasi eksternal adalah absorpsi O2 dan pembuangan CO2 dari
seluruh tubuh, sedangkan respirasi internal adalah penggunaan O2 dan
produksi CO2 oleh sel dan pertukaran gas antara sel-sel dan media cairan
tersebut.
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis.
Normalnya, hanya terdapat satu lapisan tipis di antara paru-paru dan
dinding dada (ruang intrapleural). Paru-paru mudah bergerak pada dinding
dada akibat adanya ruang intrapleural, namun paru-paru tidak dapat ditarik
menjauh dari dinding dada. Tekanan pada ruang di antara paru-paru dan
dinding dada (tekanan intrapleural) adalah subatmosferik. Jika dinding
dada terbuka, paru-paru akan kolaps, dan jika paru-paru kehilangan
elastisitasnya, dada akan mengembang dan berbentuk barrel.

Pada saat inspirasi pernapasan normal yang spontan diawali dengan


terjadi kontraksi otot diafragma dan otot pernapasan yang lain sehingga
volume dada mengembang dan membuat tekanan negatif dalam rongga
dada. Tekanan negatif ini menyebabkan udara di luar yang bertekanan
lebih tinggi masuk ke dalam paru- paru.dan terjadilah inspirasi. Jumlah
udara yang masuk akan dianggap cukup setelah otot-otot diafragma dan
pernapasan mulai relaksasi dan tekanan dalam rongga dada sama dengan di
luar tubuh. Ketika otot-otot kembali ke posisi semula terjadilah ekspirasi
karena kini tekanan dalam rongga dada lebih tinggi daripada diluar tubuh.

Pada penggunaan ventilasi mekanik, aliran udara dapat masuk ke


paru-paru karena adanya tekanan positif buatan oleh ventilator, dimana
fase ekspirasinya terjadi secara pasif. Ventilator mengirimkan udara
dengan memompakan ke paru- paru pasien, sehingga tekanan selama
inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat.
Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga toraks paling positif. Perbedaan
tekanan baik pada proses inspirasi dan ekspirasi menimbulkan dampak
terhadap kondisi hemostasis yang fisiologik.

Efek pada kardiovaskular terlihat karena tekanan positif yang diberikan


menyebabkan penurunan aliran darah balik ke jantung sehingga curah jantung
menurun. Penderita dengan status hemodinamik baik akan dapat
mengkompensasi perubahan ini dengan vasokontriksi, namun pada penderita
dengan gangguan saraf simpatis dan sedang mengalami hipovolemik sehingga
hemostatis terganggu dan pasien bisa jatuh dalam keadaan syok.

Perubahan pada paru sendiri sangat bervariasi tergantung keadaan


paru dari pasien. Tekanan inflasi yang tinggi dan lama dapat merusak
membran kapiler paru, kerusakan surfaktan, atelektasis, barotrauma,
malditribusi gas, perubahan V/Q ratio dan penurunan kapasitas residu
fungsional.

Penggunaan ventilasi mekanik juga dapat mempengaruhi


keseimbangan asam basa dalam tubuh dikarenakan volume ventilasi yang
besar dapatmenyebabkan hipocarbia dan alkalosis respiratorik. Hal ini
menyebbakan vasokontriksi serebral dan peningkatan afinitas oksigen-
hemoglobin. Hipokarbia tersebut dapat diatasi dengan menggunakan ruang
rugi tambahan.

Efek pada organ lain bisa dilihat dari menurunnya aliran darah ke
hari dan ginjal akibat penurunan curah jantung. Penurunan perfusi pada
ginjal akan mengakibatkan sekresi ADH dan aldosteron sehigga terjadi
retensi natrium dan air, dimana berujung pada eksresi urin yang menurun.1

C. TUJUAN VENTILATOR MEKANIK

1. Mampu menjelaskan tentang Control Mode


2. Mampu menjelaskan tentang Asissted Mode
3. Mampu menjelaskan tentang SIMV (Sincronous Intermitten Minute Volume)
4. Mampu menjelaskan tentang Pressure Support (PS)
5. Mengurangi kerja pernapasan
6. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
7. Pemberian MV yang akurat
8. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
9. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat
10. Pasien dengan gagal nafas
11. Insufisiensi jantung
12. Disfungsi neurologist
13. Tindakan operasi

D. INDIKASI VENTILATOR MEKANIK

1. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)


2. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
3. Post Trepanasi dengan black out.
4. Respiratory Arrest.

E. KLASIFIKASI VENTILATOR MEKANIK

KLASIFIKASI VENTILASI MEKANIK


Negative Pressure Tank Respiratory Support (Ventilasi Bertekanan Negatif)

Mekanismenya, penderita diletakkan di dalam sebuah silinder yang


bertekanan udara sub-atmosfer (tekanan negatif) sehingga mengakibatkan
dada mengembang dan tekanan jalan napas menjadi negatif. Prinsip dari
ventilator jenis ini adalah mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.

Pada saat bernapas spontan, tekanan negatif diciptakan oleh rongga


pleura melalui otot-otot pernapasan, sehingga gradien tekanan yang terjadi
antara tekanan atmosfer dan tekanan di dalam toraks menghasilkan aliran
udara ke dalam paru. Pada ventilator bertekanan negatif ini, udara ditarik
secara mekanik untuk membentuk ruang vakum di dalam tanki, sehingga
tekanan menjadi negatif.

Tekanan negatif tersebut akan menyebabkan terjadinya ekspansi dada,


yang menyebabkan turunnya tekanan intrapulmoner sehingga meningkatkan
aliran udara sekitar ke dalam paru. Ketika vakum dilepaskan, tekanan di
dalam tangki menjadi sama dengan sekitar, menyebabkan terjadinya ekshalasi
pasif dada dan paru Kelebihan dari alat ventilasi mekanik jenis ini adalah
tidak diperlukannya pemasangan pipa endotrakea, akan tetapi alat ini
memiliki kekurangan dimana alat yang terlalu besar, volume semenit tidak
pasti dan kesulitan dalam perawatan penderita. Selain itu penggunan
ventilator jenis ini tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang
kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering. Dengan kekurangan-
kekurangan tersebut, alat ventilator mekanik tipe ini kurang populer
aplikasinya di klinik.

Positive Pressure Ventilation (Ventilasi Bertekanan Positif)

Ventilator tipe ini akan memberikan tekanan positif di atas tekanan


atmosfer sehingga dada dan paru mengembang pada fase inspirasi,
selanjutnya pada akhir inspirasi tekanan kembali sama dengan tekanan
atmosfer sehingga udara keluar secara pasif pada fase ekspirasi.

Selama ventilasi bertekanan positif, inflasi paru dicapai dengan secara


berkala menerapkan tekanan positif ke saluran napas bagian atas melalui
masker ketat (ventilasi mekanik non-invasif) atau melalui endotrakeal tube
atau trakeostomi. Peningkatan resistensi saluran napas dan penurunan
complians paru bisa diatasi dengan memanipulasi aliran dan tekanan gas
inspirasi. Kelemahan utama dari ventilasi bertekanan positif yakni mengubah
rasio ventilasi-perfusi, efek pada peredaran darah yang berpotensi merugikan,
dan risiko barotrauma paru dan volutrauma. ventilasi bertekanan positif
meningkatkan ruang mati (dead space) fisiologis karena aliran gas secara
khusus dialirkan ke bagian paru yang lebih compliant, daerah nondependent
dari paru-paru, sedangkan aliran darah (yang dipengaruhi oleh gravitasi)
mengisi daerah paru yang dependen. Penurunan curah jantung terutama
disebabkan oleh penurunan aliran balik vena ke jantung karena tekanan
intratoraks yang meningkat. Barotrauma berkaitan erat dengan paparan
berulang dari puncak-puncak tekanan inflasi yang sedangkan volutrauma
terkait dengan beruangnya kolaps dan pengembangan kembali paruyang
normal ataupun yang patologis.

Semua ventilator memiliki empat fase: inspirasi, perubahan dari


inspirasi ke ekspirasi, ekspirasi, dan perubahan dari berakhirnya inspirasi.
Manipulasi pada fase ini menentukan VT (tidal volume), tingkat ventilasi,
waktu inspirasi, aliran gas inspirasi, dan waktu ekspirasi.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, ventilator jenis ini dibagi menjadi


beberapa mode. Penting untuk memahami mode-mode tersebut yang
dikategorikan berdasarkan volume, tekanan, dan waktu, karena berperan
dalam mengaplikasikan ventilasi yang aman dan efektif. Alasan mengapa
mode ventilator dibagi berdasarkan siklus tekanan, volume atau waktu adalah
untuk mengidentifikasi variabel apa yang dapat dikontrol oleh operator, dan
variabel yang tidak dapat dikontrol ditentukan berdasarkan fisiologi dan
patofisiologi parenkim paru, jalan napas dan dinding dada pasien.
Adapun mode ventilator dibagi berdasarkan cycling (perubahan dari inspirasi
ke ekspirasi), antara lain:
1. Pressure limited/pressure cycled
Pressure-cycle ventilator berjalan ke fase ekspirasi ketika tekanan udara
mencapai tingkat yang telah ditentukan sebelumnya. VT dan waktu inspirasi
bervariasi, yang terkait dengan resistensi saluran napas dan paru serta
komplians sirkuit. Dalam aplikasinya alat ini lebih mudah dipacu oleh usaha
napas pasien, namun pada peningkatan tahanan jalan napas atau penurunan
daya regang dada atau paru, akan terjadi penurunan volume tidal dan volume
semenit.
2. Time cycled
Time-cycled ventilator masuk ke fase ekspirasi setelah interval yang telah
ditentukan yang dihitung dari awal inspirasi. VT (tidal volume) adalah produk
dari waktu inspirasi dan laju aliran inspirasi. Ventilator time-cycled biasanya
digunakan untuk neonatus dan di ruang operasi.

3. Volume cycled
Ventilator jenis ini dapat menghasilkan volume tertentu yang disesuaikan
dengan kebutuhan penderita. Apabila volume yang ditentukan sudah dicapai,
fase inspirasi akan berakhir. Banyak ventilator untuk pasien dewasa
menggunakan volume-cycled tapi dilengkapi dengan batas sekunder pada
tekanan inspirasi untuk melindungi paru-paru dari barotrauma. Jika tekanan
inspirasi melebihi batas tekanan, siklus mesin berlanjut ke ekspirasi bahkan jika
volume yang dipilih belum disampaikan.
4. Flow cycled
Fase inspirasi akan berganti menjadi ekspirasi ketika aliran udara jatuh ke
level tertentu. Ventilator flow-cycle memiliki sensor tekanan dan aliran yang
memungkinkan ventilator untuk memantau aliran inspirasi pada tekanan
inspirasi yang ditentukan sebelumnya; ketika aliran ini mencapai tingkat yang
telah ditentukan.

F. KOMPLIKASI VENTILATOR MEKANIK

Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila


perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:

1. Paru-Paru
 Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis,
emboli udara vaskuler.
 Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
 Infeksi paru
 Keracunan oksigen
 Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi,
tersumbat.
 Aspirasi cairan lambung
 Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
 Kerusakan jalan nafas bagian atas
2. Sistem kardiovaskuler

Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya


aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada
pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.

3. Sistem saraf pusat


a) Vasokonstriksi cerebral
b) Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2)
dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
c) Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal
akibat dari hipoventilasi.
 Peningkatan tekanan intra kranial
 Gangguan kesadaran
 Gangguan tidur.
4. Sistem gastrointestinal
 Distensi lambung, illeus
 Perdarahan lambung.
 Gangguan psikologi

5. Kolaps dari sistem kardiovaskular: Biasanya terjadi pada awal
pemakaian ventilasi mekanik dengan tekanan positif. Penyebabnya
adalah efek depresi dari obat sedasi, hambatan pada daya dorong
torak yang akan mengakibatkan peningkatan venous return
,tamponade ventrikel kiri akibat tekanan intra torak yang positif.
Tinggi nya tekanan inflasi dan PEEP akan memperberat keadaan.
Perburukan akan terjadi pada penderita yang hipovolumia, sepsis atau
syok kardiogenik.
6. Ketidak seimbangan asam basa: Asidosis respiratoris atau alkalosis
sangat mungkin terjadi bila minute volume tidak tercapai.
Hiperventilasi yang berkepanjangan akan menyebabkan penurunan
kapasitas sistem bufer di CSF ; sehingga pada saat proses penyapihan
setiap kenaikan PaCO2 akan menyebabkan penurunan pH di CSF
yang besar dan tak terprediksi. Penderita tampak semakin sesak.
7. Atropi otot pernafasan: Cara kerja ventilator yang memang dl buat
untuk mengurangi beban kerja otot pernafasan akan menyebabkan
disuse athropy. Dan akan menyebabkan proses penyapihan menjadi
lebih sulit.

8. Barotruama pada paru: Pemaparan pada paru dengan tekanan


puncak (peak airway pressure ) > 35 - 40cm H2O akan meningkatkan
risiko pneumotorak. Kerusakan ini disebabkan oleh karena shears
forces yang terjadi bila alveolus yang kolaps berulang kali
mengembang kembali (reinflated) saat inspirasi. Disini PEEP dapat
membantu mengurangi kerusakan tersebut dengan menjaga supaya
alveolus tetap terbuka selama siklus pernafasan .

9. Ventilator lung : Regangan lama dan berkepanjangan pada paru


dengan volume tidal yang tinggi akan menyebabkan kerusakan paru

10. Intubasi endotrakea:

 Kerusakan laring dan faring terjadi bila ETT terpasang


selama > 3 minggu. Pemasangan ETT akan menyebabkan
kebersihan rongga mulut tidak dapat terjaga dengan memadai
sehingga terjadi mikro aspirasi dari cairan faring yang
infeksius; ini akan mengakibatkan infeksi nosokomial. Sering
kali dl perlukan pemberian obat sedasi untuk mempermudah
proses intubasi (terutama melalui oral).
 Intubasi melalui nasotrakea membawa risiko sinusitis

G. SETTING VENTILATOR MEKANIK


Setelah pipa endotrakeal atau trakeostomi terpasang baik, dilanjutkan dengan
pemberian napas buatan dengan pompa manual, sambil menilai masalah sistem
organ yang lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan penataan ventilator :

1. Volume tidal awal 10-15 ml/kgBB, volume ini 50% lebih besar dari ukuran
normal. Tujuannya adalah untuk membuka alveoli yang sempat kolaps atau
atelektasis agar pertukaran gas lebih baik.
2. Frekuensi ditentukan 12-15 menit pada orang dewasa, relatif lebih lambat
untuk mencegah kenaikan rasio VD/VT (volume ruag rugi/volume tidal)
3. Rasio waktu inspirasi : ekspirasi=I/E=1:2 menit
4. Fraksi inspirasi oksigen (FiO2)= 100% selama 15-30 menit
5. Tekanan inflasi < 35-40 cmH2O untuk menegah barotrauma atau goncangan
fungsi kardiovaskular
6. Pemberian volume inspirasi sekitar 2x atau lebih dikenal dengan istilah “sigh”
pada periode tertentu untuk mencegah atelektasis paru. Biasanya tidak
digunakan bila sudah mempergunakan volume tidak yang besar. Setelah 15-
30 menit aplikasi dilakukan, periksa analisis gas darah.
7. Berdasarkan hasil analisis gas darah ditentukan metode ventilasi mekanik
yang akan diberikan, tata kembali parameter tersebut diatas apakah perlu PEP
atau tidak. Setiap perubahan ventilasi mekanik 15-30 menit kemudian periksa
analisis gas darah untuk menilai kondisi yang pantas bagi penderita.1

    Setting ventilator meliputi:

 Mode ventilator
 CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
 SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
 ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
 CPAP (Continous Possitive Air Presure)
 FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
 PEEP: Positive End Expiratory Pressure
 Frekwensi nafas
1. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
2. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
3. Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
4. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
5. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
6. Humidifier: kehangatan dan batas aqua
7. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
8. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
9. Hasil foto thorax terakhir

H. WEANING VENTILATOR MEKANIK

Weaning (menyapih) ventilasi mekanik


1. Pasien yang mendapatkan ventilasi mekanik dalam waktu singkat
misalnya setelah operasi besar sering kali dapat disapih dengan cepat
seperti yang dilakukan diruangan operasi yaitu mengakhiri sedasi,
kemudian dengan cepat memakai T-piece lalu diekstubasi.
2. Kondisi ini berbeda sekali dengan pasen sakit kritis yang kadang
dalam proses penyapihan ventilator mengalami hambatan.
3. Perubahan kondisi pasen dari hari kehari pada masa pemulihan fungsi
organ pernafasan sering kali secara temporer membutuhkan bantuan
ventilasi mekanik kembali.

Pengukuran fungsi sistem pernafasan sehubungan dengan


keberhasilan proses penyapihan dari ventilasi mekanik adalah:

1. Volume tidal > 5 ml/kg


2. Kapasitas vital > 10-15 ml/ kg
3. Fungsional Residual Capacity >50 % nilai prediksi
4. Kekuatan inspirasi maksimal > -25 cmH2O
5. Laju nafas < 30x/ menit
6. Minute Volume < 10 L/ menit
7. 7. PH > 7,3
8. Peningkatan PaCO2 pada respirasi spontan < 1,5 kPa
9. PaO2 > 8 kPa pada kadar oksigen < = 40 %.

Yang paling penting pada penilaian ini adalah keberhasilan


pertukaran gas. Oleh karena itu penilaian klinis menjadi
sangat penting dan dapat memberikan petunjuk adanya
kegagalan pernafasan yang memerlukan bantuan ventilasi.

Faktor-faktor yang berhubungan denga kesulitan saat


menyapih dari ventilator mekanik adalah :
1. Kelainan patologi primer yang menetap.
2. Gagal ginjal atau kardiovaskular yang tidak dapat
diobati
3. Malnutrisi
4. Sepsis atau pireksia (peningkatan kebutuhan
metabolik).
5. Kelebihan cairan
6. Residual dari zat sedatif
7. Ketidakseimbangan elektrolit (terutama Ca, Mg, K,
PO4)
8. Anemia
9. Nyeri
10. Distensi abdommen

Pada weaning, bantuan ventilator diturunkan secara perlahan mnggunakan

beberapa strategi ventilasi yang dapat berbeda dengan yang telah disebutkan diatas.

Contoh nya seperti di bawah ini :

1. Controlled ventilator dengan atau tanpa PEEP, dilanjutkan dengan

(2.SIMV) + Pressure Support dengan atau tanpa PEEP, dilanjutkan

dengan

2. Pressure support dengan atau tanpa PEEP, dilanjutkan dengan

( (1CPAP)Tracheostomi merupakan salah cara proses penyapihan ,

terutama pada pasien yang telah lama sakit.

Keuntungan tracheostomi adalah:

1. Mengurangi kebutuhan zat sedatif. Kebanyakan pasien yang

ditracheostomi membutuhkan hanya sedikit atau tidak sama

sekali sedatif dibandingkan dengan pemasangan ETT

(karena lebih mengakibatkan stimulasi).


2. Karena penderita menjadi lebih tenang maka metabolisme

menjadi lebih efisien dan nutrisi lebih mudah diperbaiki

3. Memperbaiki oropharingeal toilet sehingga dapat

mengurangi kejadian infeksi nosokomial.

4. Mengurangi resistensi jalan nafas.

5. Mempermudah pengeluaran sekret dari saluran nafas bagian

bawah.

6. Memberikan kemudahan dalam mengganti sistem bantuan

pernafasan(misalnya penderita

I. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN VENTILATOR


MEKANIK

Beberapa faktor risiko dicurigai dapat memicu terjadinya VAP, antara lain:

usia lebih dari 60 tahun, derajat keparahan penyakit, penyakit paru akut atau

kronik, sedasi yang berlebihan, nutrisi enteral, luka bakar yang berat, posisi tubuh

yang supine, Glasgow Coma Scale (GCS) kurang dari 9, penggunaan obat

pelumpuh otot, perokok dan lama pemakaian ventilator. Pemakaian ventilator

mekanik dengan pipa yang diintubasikan ke tubuh pasien akan mempermudah

masuknya kuman dan menyebabkan kontaminasi ujung pipa endotrakeal pada

penderita dengan posisi terlentang.


Lama penggunaan ventilator mekanik diduga merupakan salah satu faktor risiko

penting yang terkait dengan kejadian VAP. Philippe Vanhems, dkk.,

J. MONITORING PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK

Pengaturan Pernafasan pada Pasien Terpasang Ventilasi Mekanik

Jumlah dan tekanan udara yang diberian kepada klien diatur oleh ventilator
(Smith-Temple & Johnson, 2011):

1. Volume tidal (VT): jumlah udara dalam mililiter dalam satu kali nafas,
yang diberikan selama inspirasi. Pengaturan awal adalah 7-10 ml/kg; dapat
ditingkatkan sampai15 ml/kg

2. Frekuensi: jumlah nafas yang diberikan per menit. Pengaturan awal


biasanya10 kali dalam 1 menit tetapi akan bervariasi sesuai dengan kondisi
klien

3. Fraksi oksigen terinspirasi oksigen (fraction of inspired oxygen, FiO2):


persentase oksigen dalam udara yang diberikan. Udara kamar memiliki
FiO2 21%. Pengaturan awal berdasarkan pada kondisi klien dan biasanya
dalam rentang 50% sampai 65%. Dapat diberikan sampai 100%, tetapi FiO2
lebih dari 50% dihubungkan dengan toksisitas oksigen.

4. PEEP: tekanan positif yang konstan dalam alveolus yang membantu alveoli
tetap terbuka dan mencegahnya menguncup dan atelektasis. Pengaturan
PEEP awal biasanya adalah 5 cmH2O. Tetapi dapat juga mencapai hingga
40 cmH2O untuk kondisi seperti sindrom gawat nafas pada orang dewasa
(ARDS). Setiap perubahan yang dilakukan pada pengaturan ventilator
harus dievaluasi setelah 20 sampai 30 menit melalui analisis gas darah
arteri, hasil pengukuran SaO2, atau hasil pembacaan karbon dioksida tidal-
akhir untuk melihat keefektivitasan ventilator

K. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PASIEN VENTILATOR


MEKANIK
1. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada psien yang mendapat nafas buatan dengan
ventilator adalah:

1) Biodata

Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama,


alamt, dll.Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar
belakang status sosial ekonomi, adat kebudayaan dan keyakinan
spritual pasien, sehingga mempermudah dalam berkomunikasi dan
menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.

2) Riwayat penyakit/riwayat keperawatan

Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang


sekarang dapat diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain)
karena kondisi pasien yang dapat bentuan ventilator tidak mungkin
untuk memberikan data secara detail. Pengkajian ini ditujukan untuk
mengetahui kemungkinan penyebab atau faktor pencetus terjadinya
gagal nafas/dipasangnya ventilator.

3)   Keluhan

Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa


dilakukan dengan cara pasien diberi alat tulis untuk menyampaikan
keluhannya. Keluhan pasien yang perlu dikaji adalah rasa sesak nafas,
nafas terasa berat, kelelahan dan ketidaknyamanan.

 Sistem pernafasan

Setting ventilator meliputi:


 Mode ventilator
 CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory
Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation)
 SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation)
 ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport)
 CPAP (Continous Possitive Air Presure)
 FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan
 PEEP: Positive End Expiratory Pressure
 Frekwensi nafas
10. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator
11. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak
12. Suara nafas: adalah ronkhi, whezing, penurunan suara nafas
13. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan
14. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau
15. Humidifier: kehangatan dan batas aqua
16. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas
17. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen
18. Hasil foto thorax terakhir
19.
 Sistem kardiovaskuler

Pengkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui  adanmya gangguan


hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu tinggi) atau
disebabkan karena hipoksia. Pengkajian meliputi tekanan darah, nadi, irama jantung,
perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan keringat.

 Sistem neurologi
Pengkajian meliputi tingkat kesadaran, adalah nyeri kepala, rasa ngantuk,
gelisah dan kekacauan mental.
 Sistem urogenital
Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal)
 Status cairan dan nutrisi
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status
nutrisi dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang berlebihan dan
albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.

 Status psycososial

Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami depresi
mental lyang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi, merasa
terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang mendapat bantuan nafas
mekanik/dipasang ventilator diantaranya adalah:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus berlebihan


b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan

Perencanaan

1. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan.
Tujuan: Meningkatkan dan mempertahankan status pernafasan: kepatenan jalan
nafas
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Manajemen jalan nafas
- Dyspnea diharapkan masalah 1. Posisikan pasien
- Gelisah pernafasan dapat teratasi untuk
- Adanya suara dengan kriteria hasil: memaksimalkan
nafas tambahan 1. Frekuensi ventilasi
- Sputum dalam pernafasan dalam 2. Auskultasi duara
jumlah batas normal nafas, catat area
berlebihan 2. Irama pernafasan yang ventilasinya
dalam batas normal menurundan
- Mata terbuka 3. Dipsneasaat adanya suara nafas
lebar istirahat tidak ada tambahan
4. Suaranafas 3. Lakukan
tambahan tidak ada penyedotan
5. Penggunaan otot melalui
bantu moninafas endotrakea atau
tidak ada nasotrakea,
sebagaimana
mestinya
4. Posisikan untuk
meringankan
sesak nafas
5. Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi
Tujuan: mempertahankan status pernafasan: pertukaran gas (0402)
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Monitor Pernafasan
- Gelisah diharapkan masalah status 1. Monitor suara
- Dyspnea pernafasan: pertukaran gas nafas tambahan
- Gas darah arteri dapat teratasi dengan seperti ngorok
abnormal kriteria hasil: atau mengi
- Hipoksia 1. Tekanan parsial 2. Monitor saturasi
- Warna kulit oksigen di darah oksigen (mis:
abnormal arteri (PaO2) dalam SaO2, SpO2)
- Somnolen batas normal 3. Auskultasi suara
- Takikardi (040208) nafas, catat area
2. Tekanan parsial dimana terjadi
karbondioksida di penurunan atau
daraharteri (PaCO2) tidakadanya
dalam batas normal ventilasidan
3. PH arteri normal keberadaan
4. Saturasioksigen suaranafas
normal tambahan
5. Keseimbangan dan 4. Catat perubahan
perfusi dalam batas pada saturasi O2
normal volume tidal
akhir CO2, dan
perubahan nilai
analisa darah
5. Monitor sekresi
pernafasan

3. Diagnosa Keperawatan
Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan keletihan otot pernapasan
Tujuan: mempertahankan status pernafasan: ventilasi
ANALISA DATA NOC NIC
DO: Dalam waktu 3x24 jam Bantuan ventilasi
 Dyspnea diharapkanmasalah pernafasan 1. Pertahankan
 Penurunan dapat teratasi dengan kriteria kepatenan jalan
SaO2 hasil: nafas
 Penurunan 1. Penggunaan otot 2. Posisikan untuk
PO2 bantu nafas tidak memfasilitasi

 Gelisah ada pencocokan


2. Volume tidal ventilasi
dalam batas normal 3. Posisikan untuk
3. Kedalaman meminimalkan
inspirasi dalam upaya bernafas
batas normal 4. Monitor
4. Retraksi dinding kelelahan otot
dada tidak ada pernafasan
L. DAFTAR PUSTAKA
Chulay, M. and S. M. Burns (2006). Essensial Of Critical Care Nursing. United States
of America, The McGraw-Hill Companies.

Cortes, G.A., Dries, D.J., Marini, J.J. (2012). Annual Update in Intensive Care and
Emergency Medicine: Position and the Compromised Respiratory System. New
York, Springer.

Departemen Kesehatan RI, (2006). Standar Pelayanan Keperawatan di ICU.

Fink, M. P., Abraham, E., Vincent, J., Kochanek, P.M. (2005). Textbook of Critical
Care. Philadelphia, Elsevier Saunder.

Grap, M. J. (2009). Not-So-Trivial Pursuit: Mechanical Ventilation Risk Reduction.


American Journal of Critical Care, 18, 299-309. doi: 10.4037/ajcc2009724.

Grossbach, I., Chlan, L., Tracy, M.F. (2011). Overview of Mechanical Ventilatory Support and
Management of Patient and Ventilator-Related Responses. Critical Care Nurse, 31, 30-
44. doi: 10.4037/ccn2011595.

Hudak C.M. & Gallo B.M. (2010). Critical Care Nursing: A Holistic Approach.

Philadelphia: J.B. Lippincott Company.

Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. (2006) Medical Surgical Nursing: Critical
Thinking for Collaborative Care. Philadelphia, Elsevier.

Kementerian Kesehatan RI, (2011). Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah
Sakit.

LeMone, P. & Burke, K. (2008). Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking in Client


Care. United Stated, Pearson Prentice Hall.

Malbrain, M.L.N.G., Laet, D., Cheatham, M. (2007). Consensus Conference Definitions and
Recommendations on Intra-Abdominal Hypertension (IAH) and The Abdominal
Compartment Syndrome (ACS) -The Long Road to the Final Publications, How Did We Ge
There? Acta Clinica Belgica, 62, Supplement 1, 4

Anda mungkin juga menyukai