Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TAKHSIS & MUKHASIS

OLEH :

NAMA : TIARA NUR’AINI FITRI

KELAS : XII-IPA2

MAPEL : FIKIH

MADRASAH ALIYAH NEGERI

TEBING TINGGI

2022
(1)
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya saya dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Takhsis dan Mukhasis ”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Fikih.

Dalam penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan dan kekeliruan baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan
demi penyempurnaan penyusunan makalah ini.

Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan atau
pengetahuan tentang takhsis dan mukhasis. Untuk mereka yang telah memberikan bantuan dalam
penyusunan makalah ini semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin...

Tebing Tinggi, Februari 2022

(2)
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................5
A. Pengertian Takhsis dan Mukhasis............................................................................5
B. Pembagian Takhsis..................................................................................................6
C. Macam-Macam Takhsis...........................................................................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................8
A. Kesimpulan..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

(3)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang
Sebagaimana telah diketahui sumber ajaran Islam, baik Al-Qur’an maupun Sunnah adalah sumber
ajaran yang berbahasa arab. Oleh karena itu, untuk memahami hukum-hukum yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Sunnah harus benar-benar memahami gaya bahasa (uslub) yang ada dalam bahasa
arab dan cara penunjukkan nash kepada artinya.

Para ulama ahli ushul fikih mengarahkan perhatian mereka kepada penelitian terhadap uslub-
uslub dan ibarat-ibarat bahasa arab yang lazim digunakan untuk memahami nash-nash syariat secara
benar sesuai pemahaman orang arab sendiri yang nash itu diturunkan dalam bahasa mereka.

Oleh karena itu, maka diperlukan adanya pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman
tentang uslub-uslub bahasa arab untuk memahami sumber hukum Islam dengan benar.

Para ushuliyyin menetapkan bahwa, perhubungan lafadz dengan makna mempunyai beberapa
segi yang harus dibahas. Mereka membagi lafadz dalam hubungannya kepada beberapa bagian,
yang diantaranya yaitu pembagian tentang lafadz dari segi kandungan pengertian ; yang dalam
makalah ini akan membahas takhsis dan mukhasis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan takhsis dan mukhasis?


2. Apa saja pembagian takhsis?
3. Apa saja macam-macam takhsis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian takhsis dan mukhasis.
2. Untuk mengetahui pembagian takhsis.
3. Untuk mengetahui macam-macam takhsis dan contohnya.

(4)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Takhsis dan Mukhasis


Takhsis adalah menyebut sebagian benda dari yang umum atau mengeluarkan satuan-satuan
materi yang umum, sedangkan satuan lainnya belum atau tidak disebutkan. Dengan demikian,
keumumannya masih berlaku bagi satuan yang tersisa.
Sedangkan mukhasis adalah dalil yang menjadi dasar atau hujjah dikeluarkannya satuan dari
yang umum.
Kaitannya antara takhsis dan mukhasis dijelaskan oleh Hanafi melalui satu contoh,
sebagaimana dalam QS. Al-A’raf [7] : 32.

Dalam ayat diatas diterangkan bahwa semua perhiasan boleh dipakai. Perhiasan itu meliputi
cincin emas, pakaian, intan, kalung, dan lain-lain. Masing-masing disebut satuannya (afrad al-‘amm).
Cincin emas kemudian dikeluarkan dari ketentuan surah Al-A’raf ayat 32 tersebut sebab tidak boleh
diapakai oleh kaum laki-laki. Ini dinamakan takhsis. Pengeluaran ini berdasarkan hadits. Karena
membatasi keumuman ayat tersebut (sebab tidak meliputi cincin emas), maka haditsnya dinamai
mukhasis.
Dengan demikian, takhsis ialah membatasi jumlah afrad al-‘amm (taqlil). Berbeda dengan nasakh
karena nasakh ialah membatalkan hukum yang telah ada dan mengganti dengan hukum yang baru
(tabdil). Takhsis bisa dengan kata-kata Al-Qur’an dan hadits, dan bisa juga dengan dalil-dalil syara’
berupa ijma’, qiyas, dan dengan dalil akal. Nasakh hanya bisa dengan kata-kata.
Takhsis hanya masuk pada dalil umum, sedangkan nasakh bisa masuk kepada dalil umum
maupun khusus. Dengan perkataana lain, yang ditakhsiskan hanya dalil umum, dalil khusus tidak
bisa. Sedangkan nasakh, yang bisa dibatalkan dalil umum maupun dalil khusus.

(5)
B. Pembagian Takhsis
1) Mukhasis muttasil
Yaitu mukhasis yang tidak dapat beridiri sendiri, tetapi pengertiannya selalu berhubungan
dengan dalil. Yang termasuk mukhasis muttasil ialah :

 ‘Istisna : mengeluarkan sesuatu dari pembicaraan yang sama dengan


menggunakan “kecuali”. (Contoh : Qs. Al-Ahqaf ayat 25)
 Syarat yang dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Syarat tunggal, seperti jika telah wudhu kamu bersih dari najis.
b) Syarat berbilang, yaitu suatu hal yang harus menyatu, seperti jika kamu rajin
belajar dan bekerja kamu akan pintar.
 Sifat disebut dibelakang dengan satu lafadz atau beberapa lafadz. (Contoh : QS.
An-Nisa ayat 25)
 Ghayah : penghabisan sesuatu yang mengharuskan tetapnya dan tidak adanya
huku bagi sesudahnya. (Contoh : Qs. Al-Maidah ayat 6)
 Badal ba’da min kulli. (Contoh : Qs. Ali ‘Imran ayat 97)

2) Mukhasis munfasil
Yaitu mukhasis yang dapat berdiri dengan sendiri. Yang termasuk mukhasis munfasil ialah :

 Peraturan-peraturan syariat yang umum.


 ‘Urf (kebiasaan).
 Nash-nash hukum syara’, yaitu Al-Qur’an, hadits, ijma’, dan qiyas.

C. Macam-Macam Takhsis
1) Mentakhsis Ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an.

"Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu) tiga kali
quru'." (QS. Al-Baqarah [2] : 228)

Lafadz ini bersifat umum, yaitu semua wanita yang ingin ditalak masa iddahnya harus
menunggu tiga kali suci. Namun pada ayat yang lain ada menerangkan sebagai takhsis dari ayat di
atas, bahwa wanita yang hamil ketika ditalak masa iddahnya hanya menunggu sampai melahirkan.

2) Mentakhsis Ayat Al-Qur’an dengan Hadits.

"Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk)


anak-anakmu,” (QS. An-Nisa' [4] : 11)

Lafadz ini bersifat umum, yaitu anak-anak yang mendapat harta warisan. Kemudian ada
hadits Nabi yang bersifat khas, yaitu anak yang kafir yang tidak akan mendapatkan warisan.

(6)
3) Mentakhsis Hadits dengan Al-Qur’an.

4) Mentakhsis Hadits dengan Hadits.

5) Mentakhsis Ayat Al-Qur’an dengan Ijma’.

Lafadz ayat di atas bersifat umum, sebab tidak ada batasan (semua orang yang beriman).
Akan tetapi, para ulama telah sepakat (ijma’) bahwa perempuan, dan para budak tidak berkewajiban
sholat jum’at. Kesepakatan para ulama (ijma) ini tentunya adanya qarinah dari nash sendiri secara
tidak langsung.

6) Mentakhsis ayat Al-Quran dengan Qiyas.

(7)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Takhsis ialah menyebut sebagian benda dari yang umum atau mengeluarkan satuan-satuan
materi dari yang umum, sedangkan satuan lainnya belum atau tidak disebutkan. Dengan demikian,
keumumannya masih berlaku bagi satuan yang tersisa.
Mukhassis ialah dalil yang menjadi dasar atau hujjah dikeluarkannya satuan dari yang umum.
Mukhassis terbagi menjadi dua, yaitu mukhassis muttasil, dan mukhassis munfasil.
Mukhassis muttasil terbagi menjadi :
1. ‘Istisna
2. Syarat
3. Sifat
4. Ghayah
5. Badal
Mukhassis munfasil terbagi menjadi :
1. Peraturan-peraturan syariat yang umum
2. ‘Urf (kebiasaan)
3. Nash-nash hukum syara’, yaitu Al-Qur’an, hadits, ijma’, dan qiyas.
Macam-macam takhsis :
1. Mentakhsis Ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an
2. Mentakhsis Ayat Al-Qur’an dengan Hadits
3. Mentakhsis Hadits dengan Al-Qur’an
4. Mentakhsis Hadits dengan Hadits
5. Mentakhsis Ayat Al-Qur’an dengan Ijma
6. Mentakhsis ayat Al-Quran dengan Qiyas

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/38931920/Makalah_Ushul_Fiqh_Khas_dan_Takhsis_

(8)

Anda mungkin juga menyukai