Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU

DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF


(Studi Kasus di Ruang Teratai RSUD Bangil Pasuruan)
*Nurul Aisah**Dr.Hariyono***Inayatur Rosyidah

ABSTRAK
Pendahuluan Tuberkulosis paru (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan di dunia
maupun di indonesia. Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terkena infeksi oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien Tuberculosis paru dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif.
Metodepenelitian berikut ini menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan di
RSUD Bangil Pasuruan partisipan yang digunakan adalah 2 klien yang di diagnosa medic
mengalami Tuberkulosis Paru dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif.Teknik
yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil intervensi yang dilakukan pada masalah bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu NOC:
status pernafasan: kepatenan jalan nafas. NIC: peningkatan managemen batuk, terapi
oksigen, pengaturan posisi. Kesimpulan maka hasil evaluasia akhir Tn.M masalah teratasi,
sedangkan Tn.R masalah teratasi sebagian. Jadi pada Tn.R masih memerlukan implementasi
lanjutan karena masalah belum teratasi seutuhnya. Saran Bagi Pasien di harapkan klien dan
keluarga mandiri untuk mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan baik bagi
diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang
optimal.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, TB Paru, Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Nafas

NURSING CARE IN CLIENT OF PULMONARY TUBERCULOSIS WITH


AIRWAY CLEARANCE IS INEFFECTIVE
(Study In Teratai Room in the local Hospital of Bangil Pasuruan)
ABSTRACT
Introdaction Pulmonary TB is still a major health problem in the world and in indonesia. An
estimed one-third of the world’s population has been exposed to infection by mycobacterium
tuberculosis. Purpose of the case study is to carry out nursing care in pulmonary
tuberculosis client with ineffective airway clearance problem. The method used and
diagnosis of research is descriptive. The study wash conducted at RSUD Bangil Pasuruan
with 2 cliens and diagnosis of pulmonary tuberculosis with ineffective airway clearance.
Resultof interventions conducted on the prolem of airway clearance is not effective as
follows NOC respiratory status patency of thr airway. NIC: improved managemen of cough,
oxygen therapy, positioning. Concluusion of the final evalution result Tn.M problem
resolved. While the Tn.R problem is partially resolved. So Tn.R still requires further
implementation because the problem is not resolved entirely. Suggestion For patients to
family, to improve, and to maintain health, family, and the environment in order to achieve
optimal health degrees.
Keywords : Nursing care, Pulmonary TB, Airway Clearance is Ineffective
PENDAHULUAN pribadi sendiri adalah kebiasaan merokok.
(Kemenkes RI,2010).
Tuberkulosis paru (TB)masih menjadi
masalah utama kesehatan di dunia maupun Latihan Batuk efektif merupakan salah
di indonesia. Diperkirakan sepertiga satu upaya yang di lakukan perawat
penduduk dunia telah terkena infeksi oleh (Somantri,2008). Batuk efektif yaitu
kuman Mycobacterium tuberculosis kegiatan perawat untuk membersihkan
(Siswanto,dkk 2015). Penularan utama sekresi pada jalan nafas, Intervensi atau
penyakit Tuberkulosis oleh bateri yang kegiatan keperawatan yang lain untuk
terdapat dalam droplet yang di keluarkan Tuberkulosisdengan masalah bersihan
penderita sewaktu bersin batuk bahkan jalan nafas tidakefektif yaitu batuk efektif,
berbicara (Muttaqin, 2008). mengatur posisi fowler/ semifowler tinggi
dan bantu berlatih napas dalam. (Muttaqin,
peningkatan produksi sekret, pecahnya 2008).
pembuluh darah jalan nafas yang berakibat
munculnya batuk produktif, batuk darah, Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
sesak nafas dan penurunan kemampuan di lakukan di RSUD Bangil Kota Pasuruan
batuk efektif sehingga mengakibatkan terhadap penyakit Tuberkulosis Paru,
bersihan jalan nafas tidak efektifan peneliti tertarik untuk melakukan studi
(Muttaqin, 2008). kasus pada Asuhan Keperawatan
Tuberkulosis Paru Dengan Masalah
World Health Organitation (WHO) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif di
(2013), menyatakan bahwa ada sekitar 8,6 RSUD Bangil Pasuruan
juta orang jatuh sakit dengan TB Paru dan
1,3 juta meninggal akibat TB Paru.
Sedangkan jumlah kematian yang di
sebabkan oleh Tuberkulosis di perkirakan BAHAN DAN METODE PENELITIAN
61.000 kematian tiap tahunnya (Kemenkes Desain penelitian yang di gunakan adalah
RI, 2011). Berdasarkan Global Report dalam studi kasus, yaitu studi yang
2015 dari 9,6 juta kasus. Tuberkulosis baru mengeksplorasi suatu masalah
pada tahun 2014, terdapat 58% berada di keperawatan dengan batasan terperinci,
Asia Tenggara dan Pasifik Barat. memiliki pengambilan data yang
Provinsi Jawa Timur menjadi penyumbang mendalam dan menyertakan berbagai
jumlah penemuan penderita Tuberkulosis sumber informasi. Penelitian studi kasus di
Paru terbanyak kedua di bawah Provinsi batasi oleh waktu dan tempat, serta kasus
Jawa Barat (Kemenkes,2011). Pasien yang di pelajari berupa peristiwa, aktivits
Tuberkulosis pada Provinsi Jawa Timur atau individu.
Tahun 2015 tercatat hingga Bulan Febuari Studi kasus ini adalah untuk
Tahun 2016 mencapai 38.912 orang. mengeksplorasi sebuah masalah Asuhan
Angka kematian di Jawa Timur akibat Keperawatan pada Klien Tuberkulosis
penyakit Tuberkulosis mencapai 119 kasus Paru yang mengalami Bersihan Jalan
sepanjang 2014 hingga Maret 2015 Nafas Tidak Efektif.
(Dinkes Jatim, 2016).
Beberapa faktor yang menjadi resiko
terjadinya Tuberkulosi Paru diantaranya HASIL PENELITIAN
faktor kependudukan meliputi (umur, jenis
Pengkajian secara wawancara dan
kelamin, status gizi, peran keluarga,
observasi diperoleh data subyektif Tn.M
tingkat pendidikan). Faktor lingkungan
mengeluh sesak nafas, Batuk di peroleh
(luas vetilasi, kepadatan hunian, intensitas
data obyektif pernafasan 28x/menit, pasien
pencahayaan lantai, dinding,)dan
terpasang oksigen 3 lpm. Batuk
sedangkan yang di sebabkan oleh perilaku
mengeluarkan dahak berwarna hijau, suara
nafas ronchi. Sedangkan Tn.R keluhan
utama yaitu batuk dan sesak nafas dan di TTV : S : 36,5 ºC, N : 84x/menit, TD :
peroleh data obyektif pernafasan pasien 110/70 mmHg, RR : 28x/menit, GCS: 4-5-
28x/menit, pasien terpasang oksigen nasal 6, KU : Lemah, Kes : Compos mentis,
kanul 4lpm batuk dengan dahak berwarna SPO2 : 94%, Sputum BTA (+), Retraksi
hijau. dada (+)
Sedangkan data subyektif pada kasus 2 Tn.
Data yang diketahui bahwa terdapat R mengatakan bahwa ia mengalami batuk
persamaan pada pola batuk antara Tn. M kurang lebih 3 minggu, nyeri dada saat
dan Tn.R, dimana pada Tn.M dan Tn.R batuk, dan batuk mengeluarkan dahak
batuk di sertai dahak yang sama sama kental berwarna hijau. Dan data obyektif
berwarna hijau. Hal ini jika ditinjau dari terdapat suara tambahan saat bernafas
gejala respiratorik salah satu gambaran yaitu Ronchi (+), Sputum BTA (+),
klinis dari pasien TBC adalah masalah Retraksi dada (+), Dengan TTV S : 36,7
batuk. Batuk terjadi karena adanya iritasi ºC, N : 86x/menit, TD : 130/90 mmHg,
pada bronkus sifat batuk dimulai dari batuk RR : 28x/menit, GCS : 4-5-6, KU :
kering (non produktif) kemudian setelah Lemah , Kes : Compos mentis, SPO2 : 95%
timbul peradangan menjadi produktif dan juga terdapat pemasangan O2 nasal 4
(menghasilkan sputum). Ini terjadi lebih lpm. Konsep teori, Bersihan jalan nafas
dari 3 minggu (Wahid,2015). Selain batuk tidak efektifKetidakmampuan
sesak nafas, dimana sesak nafas akan membersihkan secret atau obstruksi jalan
ditemukan pada penyakit yang sudah napas untuk mempertahankan jalan napas
lanjut, pada kondisi ini infiltrasinya sudah tetap patenTanda dan Gejala
setengah bagian dari paru-paru Mayor:Subyektif(Tidak tersedia), Obyektif
(Wahid,2015). ,Batuk tidak efektif, Tidak mampu batuk,
Sputum berlebih, Mengi, whezzing, dan
Hasil peneliti berdasarkan data yang ada ronchi, Mekonium di jalan napas (pada
diketahui bahwa terdapat persamaan pola neonatus). Tanda dan Gejala Minor :
batuk antara Tn.M dan Tn.R dimana pada Subyektif, Dispnea, Sulit bicara,,
Tn.M, dimana pada Tn.M dan Tn.R batuk Ortopnea, Obyektif , Gelisah , Sianosis,
di sertai dahak yang sama sama berwarna Bunyi napas menurun, Frekuensi napas
hijau. Sesak dan batuk produktif ini di berubah, Pola napas berubah.
alami oleh keduanya merupakan tanda dan
gejala obyektif. Peneliti memprioritaskan diagnosa
bersihan jalan nafas tidak efektif karena
Diagnosa keperawatan adalah cara merupakan suatu kebutuhan dasar manusia
mengidentifikasi, memfokuskan dan yang harus dipenuhi, hal ini jika tidak
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta segera dilakukan penanganan akan terjadi
respon terhadap masalah aktual, resiko kolap paru. Menurut peneliti diagnosa
tinggi maupun potensial. Sedangkan data keperawatan tersebut sudah sesuai dengan
tersebut dapat ditegakkan prioritas beberapa kriteria yang disyaratkan pada
diagnosa keperawatan Ketidakefektifan diagnosa tersebut. Dengan demikian hasil
bersihan jalan nafas berhubungan dengan laporan studi kasus ini sesuai dengan teori
penumpukan sekret. Diangnosa tersebut atau tidak ada kesenjangan antara laporan
ditegakkan dengan alasan, karena pada saat dengan teori.
pengkajian didapatkan data subyektif kasus
1 Tn. M mengatakan bahwa dirinya Intervensi yang dilakuan pada studi kasus
mengalami Sesak nafas, Batuk sejak 3 hari ini mengarah Nursing Outcome
yang lalu mengeluarkan dahak berwarna Classification (NOC) yang meliputi :
hijau, nyeri dada saat menarik nafas dan status pernafasan : kepatenan jalan nafas.
kalau batuk kadang mengeluarkan darah. Dan Nursing Income Classification (NIC)
Data obyektif terdapat suara nafas yang meliputi : monitor status pernafasan
tambahan yaitu Ronchi (+) ada gangguan dan oksigenasi, posisikan pasien untuk
pada saat aktivitas dan istirahat, dengan meringankan sesak nafas, motivasi pasien
untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan isoniasid 1x150mg, rifamphisin 1x300mg,
batuk, auskultasi suara nafas, catat area parasinamid 1x750mg, etambutol
yang ventilasinya menurun, atau tidak 1x500mg, dan mendapatkan nebul
adanya suara nafas tambahan, kelola udara pulmicort /18jam. Sedangkan pada Tn.R
atau oksigen yang dilembabkan, memberikan oksigen 4lpm, irama nafas
instruksikan bagaimana agar melakukan tidak teratur, terdapat suara nafas
batuk efektif. tambahan ronchi, dan mendapatkan terapi
farmakologi injeksi paracetamol 2x1 dan
Nurarif dan Kusuma (2016), pada OAT di lanjutkan.
diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas
tidak efektif maka NOC yang ada adalah Barah (2014), implementasi adalah sebuah
status pernafasan : kepatenan jalan nafas pengolahan dan perwujudan dari rencana
dan NIC yang digunakan antara lain keperawatan yang telah disusun pada tahap
managemen pernafasan, peningkatan perencanaan. Jenis tindakan pada
(managemen) batuk, status pernafasan. implementasi ini terdiri dari tindakan
Adapun untuk intervensi disesuaikan mandiri, saling ketergantungan atau
dengan kondisi masing-masing klien. kolaborasi, dan tindakan rujukan atau
ketergantungan. Implementasi tindakan
Menurut Nursalam (2015), rencana keperawatan dengan masalah bersihan
keperawatan sederhana dapat diartikan jalan nafas tidak efektif disesuaikan
sebagai suatu dokumentasi tulisan tangan dengan rencana tindakan keperawatan pada
dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan situasi nyata sering implementasi jauh
intervensi keperawatan berbeda dengan rencana. Oleh karena itu,
Peneliti intervensi keperawatan di berikan sebelum melaksanakan tindakan yang
pada klien bersihan jalan nafas tidak sudah direncanakan perawat perlu
efektif sudah sesuai dengan teori dan hasil memvalidasi dengan singkat apakah
penelitian, sehingga tidak di temukan rencana tindakan masih sesuai dan
kesenjangan antara hasil laporan kasus dibutuhkan klien sesuai dengan kondisi
dengan teori. saat ini.

Implementasi yang dilakukan NIC yaitu : Perawat juga menilai diri sendiri apakah
managemen pernafasan yaitu : monitor mempunyai kemampuan interpersonal,
status oksigen pasien, monitor respirasi intelektual, teknik sesuai tindakan yanng
dan status O2, posisikan pasien untuk akan dilaksanakan.
memaksimalkan ventilasi, auskultasi suara Peneliti implementasi yang dilakukan pada
nafas catat adanya suara nafas tambahan studi kasus pada dua klien ini dengan
lakukan suction, keluarkan secret dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
mengajarkan batuk efektif pada klien : 1. sesuai dengan intervensi yang berisi
anjurkan klien untuk rileks napas selama kolaborasi dengan tim medis dalam
10 detik, setelah hitungan 10 detik klien perencanaan pemberian terapi tersebut
diminta untuk menghembuskan napas untuk mengobati penyakit TB Paru.
disertai batuk. 2. melakukan clapping
dengan tujuan untuk melepaskan sekret Evaluasi Pada tanggal 26April 2019, klien
yang bertahan atau melekat pada bronkus. 1 mengeluh masih sesak dan batuk, batuk
Clapping dilakukan dengan cara darah berkurang,Keadaan umum: lemah,,
membentuk kedua tangan seperti mangkok Kesadaran: Composmentis, GCS : 4-5-6,
selama 1-2 menit pada tiap sigmen paru, TD 110/70 mmHg, N 84x/menit, S
memberikan oksigen 4lpm, memposisikan 36,5 OC, RR 28X/menit, SPO2 94%, Ada
klien semifowler, adanya suara tambahan suara tambahan ronh, Sputum BTA ada
yaiut ronchi, irama napas tidak teratur dan Mycobacterium Tuberkulosis, Terpasang
mendapatkan terapi farmakologi injeksi O2 nasal kanul 3lpm, Ada dahak darah,
antrain 3x1 gr, injeksi omeprazole 1x40 Masalah belum teratasi, Lanjutkan
mg, injeksi ceftriaxon 2x1 gr, dan obat oral intervensi. Pada tanggal 27 April 2019
klien mengatakansesaknya sudah mulai Intervensi di lanjutkan oleh perawat
berkurang, batuknya berkurang , Keadaan ruangan penelitian di hentikan.
umum : lemah, Kesadaran composmentis, Griffith dan Cristensen (dalam
GCS 4-5-6, TD : 110/80 mmHg, N : Nursalam,2015), evalusi sebagai sesuatu
84x/menit, S : 36,7 OC, RR : 28x/menit, yang direncanakan dan perbandingan yang
SPO2 : 95%, Ada suara tambahan ronchi , sistematik pada status kesehatan klien.
Sputum BTA ada Mycobacterium Dengan mengukur perkembangan klien
Tuberkulosis, Terpasang O2 nasal kanul dalam mencapai suatu tujuan maka
3lpm, Batuk darah berkurang, Masalah perawat dapat menentukan efektivitas
teratasi sebagian, Lanjutkan intervensi. asuhan keperawatan. Meskipun tahap
Pada tanggal 28 April 2019 Klien evaluasi diletakkan diakhir proses
mengatakan sesaknya sudah tidak ada, keperawatan tetapi tahap ini merupakan
batuknya mereda, batuk darah tidak ada,, bagian integral pada setiap tahap proses
Keadaan umum : lemah, Kesadaran keperawatan. Pengumpulan data perlu
composmentis, GCS 4-5-6, TD : 120/70 direvisi untuk menentukan kecukupan data
mmHg, N : 80x/menit, S : 36,6 OC, RR : yang telah dikumpulkan dan kesesuaian
22x/menit, SPO2 : 98%, Ada suara perilaku yang dionservasi. Diagnosa juga
tambahan ronchi , Sputum BTA ada diperlukan pada tahap intervensi untuk
Mycobacterium Tuberkulosis, masalah menentukan apakah tujuan intervensi
teratasi, intervensi di hentikan pasien tersebut dapat dicapai secara keseluruhan
pulang berikan HE :anjurkan minum obat (Nursalam,2015).
rutin, hidup sehat , istirahat cukup, kontrol
rutin. Hasil pengkajian kasus yang ada maka
diketahui bahwa hasil evaluasi yang ada
Pada tanggal 26April 2019 klien mengeluh menentukan tindakan keperawatan
masih sesak, masih batuk,Keadaan umum : berikutnya. Setelah dilakukan evaluasi
lemah, Kesadaran composmentis, GCS 4- pada hari pertama terhadap perkembangan
5-6, TD : 130/90 mmHg, N : 86x/menit, S : status sakit klien, maka akan di lanjutkan
36,7 OC, RR : 28x/menit, SPO2 : 95%, Ada menyusun implementasi berikutnya agar
suara tambahan ronchi , Sputum BTA ada kondisi klien semakin membaik. Kegiatan
Mycobacterium Tuberkulosis, Retraksi yang dilakukan dalam evaluasi ini adalah
dada berkuran, Masalah belum teratas, mengevaluasi kondisi kesehatan klien
Intervensi di lanjutkan. Pada tanggal 27 berdasarkan penilaian subyektif klien ,
April 2019 Pasienya mengatakan sesaknya untuk dibandingkan dengan hasil obyektif
sudah mulai berkurang, batuk masih ada , yang selama tindakan dilakukan,.
Keadaan umum : lemah, Kesadaran kemudian hasil tersebut dianalisuis untuk
composmentis, GCS 4-5-6, TD : 120/80 kemudian diambil kesimpulan bahwa
mmHg, N : 88x/menit, S : 36,5 OC, RR : masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
27x/menit, SPO2 : 96%, Ada suara tidak teratasi. Setelah itu baru disusun
tambahan ronchi , Sputum BTA ada perencanaan lanjutan yang akan dilakukan
Mycobacterium Tuberkulosis, Retraksi berdasarkan hasil analisa. Semua tahapan
dada berkurang, Masalah teratasi evaluasi tersebut telah dilakukan selama
sebagian,, lanjutkan intervensi. Pada studi kasus ini dengan hasil analisa terakhir
tanggal 28 April 2019 pasien mengatakan (pengamatan ketiga) untuk Tn.M masalah
sesaknya sudah berkurang , batuknya teratasi pasien boleh pulang dengan
berkurang, Keadaan umum : lemah, kondisi klien batuk sudah berkurang, sudah
Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, tidak sesak,kemudian di berikan HE
TD : 120/70 mmHg, N : 84x/menit, S : mengenai meminum obat secara teratur,
36,2 OC, RR : 28x/menit, SPO2 : 96%, Ada dan rutin, pola hidup sehat, serta istirahat
suara tambahan ronchi , Sputum BTA ada cukup dan kontrol secara rutin. Sedangkan
Mycobacterium Tuberkulosis, Retraksi pada Tn.R masalah teratasi sebagian
dada tidak ada, Masalah teratasi sebagian, dengan kondisi klien sesak berkurang,
batuk berkurang , perlu dilanjutkan
intervensi oleh perawat ruangan karena Saran
penelitian di hentikan. Jadi tidak dapat
kesenjangan anatar konsep teori dan 1. Bagi Klien
praktek di lapangan. Sebaiknya klien menjaga kesehatan
yang lebih baik, mengkontrol pola
hidup sesuai anjuran dokter. Dan
SIMPULAN DAN SARAN mengikutsertakan keluarga dalam
memberikan dukungan dan keaktifan
Simpulan akan sangat menunjang dalam
mengatasi permasalahan klien.
1. Pengkajia yang didapatkan pada klien 2. Bagi Perawat
1 dan 2 pada tanggal 11 april 2018 secara Sebagai petugas kesehatan atau perawat
subjektif, klien mengatakan batuk, dan dalam melakukan asuhan keperawatan
akhirnya keluarga membawa ke RSUD klien yang mengalami penyakit
Bangil Pasuruan, dengan keluhan pada tuberkulosis paru diharapkan selalu
klien 1 batuk dan pada klien 2 batuk dan berkolaborasi dengan tim kesehatan dan
sesak. Maka penulis mengambil diagnosa dokter agar hasilnya maksimal.
keperawatan bersihan jalan nafas tidak 3. Bagi peneliti lainnya
efektif yang berhubungan dengan Sebagai acuan untuk peneliti
penumpukan secret pada jalan nafas. selanjutnya dalam melakukan penelitian
2. Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan 2 sesuai dengan kasus dan masalah yang
adalah bersihan jalan nafas tidak efektif sama.
berhubungan dengan penumpukan secret
dan ditandai berbagai tanda dan gejala
seperti sesak nafas, yang berlangsung
lama dan batuk yang di sertai produksi
secret sedikit. KEPUSTAKAAN
3. Intervensi keperawatan yang di berikan
kepada klien sesuai dengan NIC 2015 Muttaqin. 2008 . Buku Ajar Asuhan
mengenai bersihan jalan nafas tidak Keperawatan Klien Dengan
efektif adalah dengan mengajarkan batuk Gangguan Sistem Pernafasan.
efektif. Kolaborasi dengan tim medis Jakarta:Salemba Medika.
untuk pemberian terapi.
Nurarif&Kusuma. 2015 . APLIKASI
4. Tindakan keperawatan pada klien 1 dan 2
Asuhan Keperawatan Berdasarkan
penyakit tuberkulosis paru dengan
Diagnosa & NANDA NIC-NOC.
masalah bersihan jalan nafas tidak efekti.
Jogjakarta: MediAction..
Memposisikan pasien semi fowler,
memebrikan nebulizer, mengajarkan Siswanto,dkk. 2015 . Hubungan
klien batuk efektif, mengajarkan klien Pengetahuan dan Dukungan
nafas dalam, mengauskultasi suara nafas, Keluarga Dengan Kepatuhan Minum
catat adanya suara nafas tambahan, Obat Anti Tuberkulosis. Jurnal
memonitor respirasi O2, kolaborasi Kesehatan Andalas Vol.4 No.3.
dengan dokter dan tim medis lainnya
untuk pemberian terapi. Soemantri. 2009. Asuhan Keperawatan
5. Evaluasi pada hari pertama klien 1 teratasi Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
sebagian sedangkan klien 2 belum Pernapasan. Jakarta: Salemba
teratasi, pada hari kedua klien sudah Medika.
teratasi sebagian, pada hari ketiga Yuni. 2016. Hubungan Fase Pengobatan
keluhan klien ke 2 masih teratasi Tuberkulosis dengan Pengetahuan
sebagian. Tentang MDR Dengan Kepatuhan
Pengobatan Pasien Tuberkulosis.
Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol.4
No.3 September 2016:301-312.

Anda mungkin juga menyukai