ABSTRAK
Pendahuluan Tuberkulosis paru (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan di dunia
maupun di indonesia. Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terkena infeksi oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien Tuberculosis paru dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif.
Metodepenelitian berikut ini menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan di
RSUD Bangil Pasuruan partisipan yang digunakan adalah 2 klien yang di diagnosa medic
mengalami Tuberkulosis Paru dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif.Teknik
yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil intervensi yang dilakukan pada masalah bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu NOC:
status pernafasan: kepatenan jalan nafas. NIC: peningkatan managemen batuk, terapi
oksigen, pengaturan posisi. Kesimpulan maka hasil evaluasia akhir Tn.M masalah teratasi,
sedangkan Tn.R masalah teratasi sebagian. Jadi pada Tn.R masih memerlukan implementasi
lanjutan karena masalah belum teratasi seutuhnya. Saran Bagi Pasien di harapkan klien dan
keluarga mandiri untuk mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan baik bagi
diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
Kata kunci : Asuhan Keperawatan, TB Paru, Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Nafas
Implementasi yang dilakukan NIC yaitu : Perawat juga menilai diri sendiri apakah
managemen pernafasan yaitu : monitor mempunyai kemampuan interpersonal,
status oksigen pasien, monitor respirasi intelektual, teknik sesuai tindakan yanng
dan status O2, posisikan pasien untuk akan dilaksanakan.
memaksimalkan ventilasi, auskultasi suara Peneliti implementasi yang dilakukan pada
nafas catat adanya suara nafas tambahan studi kasus pada dua klien ini dengan
lakukan suction, keluarkan secret dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
mengajarkan batuk efektif pada klien : 1. sesuai dengan intervensi yang berisi
anjurkan klien untuk rileks napas selama kolaborasi dengan tim medis dalam
10 detik, setelah hitungan 10 detik klien perencanaan pemberian terapi tersebut
diminta untuk menghembuskan napas untuk mengobati penyakit TB Paru.
disertai batuk. 2. melakukan clapping
dengan tujuan untuk melepaskan sekret Evaluasi Pada tanggal 26April 2019, klien
yang bertahan atau melekat pada bronkus. 1 mengeluh masih sesak dan batuk, batuk
Clapping dilakukan dengan cara darah berkurang,Keadaan umum: lemah,,
membentuk kedua tangan seperti mangkok Kesadaran: Composmentis, GCS : 4-5-6,
selama 1-2 menit pada tiap sigmen paru, TD 110/70 mmHg, N 84x/menit, S
memberikan oksigen 4lpm, memposisikan 36,5 OC, RR 28X/menit, SPO2 94%, Ada
klien semifowler, adanya suara tambahan suara tambahan ronh, Sputum BTA ada
yaiut ronchi, irama napas tidak teratur dan Mycobacterium Tuberkulosis, Terpasang
mendapatkan terapi farmakologi injeksi O2 nasal kanul 3lpm, Ada dahak darah,
antrain 3x1 gr, injeksi omeprazole 1x40 Masalah belum teratasi, Lanjutkan
mg, injeksi ceftriaxon 2x1 gr, dan obat oral intervensi. Pada tanggal 27 April 2019
klien mengatakansesaknya sudah mulai Intervensi di lanjutkan oleh perawat
berkurang, batuknya berkurang , Keadaan ruangan penelitian di hentikan.
umum : lemah, Kesadaran composmentis, Griffith dan Cristensen (dalam
GCS 4-5-6, TD : 110/80 mmHg, N : Nursalam,2015), evalusi sebagai sesuatu
84x/menit, S : 36,7 OC, RR : 28x/menit, yang direncanakan dan perbandingan yang
SPO2 : 95%, Ada suara tambahan ronchi , sistematik pada status kesehatan klien.
Sputum BTA ada Mycobacterium Dengan mengukur perkembangan klien
Tuberkulosis, Terpasang O2 nasal kanul dalam mencapai suatu tujuan maka
3lpm, Batuk darah berkurang, Masalah perawat dapat menentukan efektivitas
teratasi sebagian, Lanjutkan intervensi. asuhan keperawatan. Meskipun tahap
Pada tanggal 28 April 2019 Klien evaluasi diletakkan diakhir proses
mengatakan sesaknya sudah tidak ada, keperawatan tetapi tahap ini merupakan
batuknya mereda, batuk darah tidak ada,, bagian integral pada setiap tahap proses
Keadaan umum : lemah, Kesadaran keperawatan. Pengumpulan data perlu
composmentis, GCS 4-5-6, TD : 120/70 direvisi untuk menentukan kecukupan data
mmHg, N : 80x/menit, S : 36,6 OC, RR : yang telah dikumpulkan dan kesesuaian
22x/menit, SPO2 : 98%, Ada suara perilaku yang dionservasi. Diagnosa juga
tambahan ronchi , Sputum BTA ada diperlukan pada tahap intervensi untuk
Mycobacterium Tuberkulosis, masalah menentukan apakah tujuan intervensi
teratasi, intervensi di hentikan pasien tersebut dapat dicapai secara keseluruhan
pulang berikan HE :anjurkan minum obat (Nursalam,2015).
rutin, hidup sehat , istirahat cukup, kontrol
rutin. Hasil pengkajian kasus yang ada maka
diketahui bahwa hasil evaluasi yang ada
Pada tanggal 26April 2019 klien mengeluh menentukan tindakan keperawatan
masih sesak, masih batuk,Keadaan umum : berikutnya. Setelah dilakukan evaluasi
lemah, Kesadaran composmentis, GCS 4- pada hari pertama terhadap perkembangan
5-6, TD : 130/90 mmHg, N : 86x/menit, S : status sakit klien, maka akan di lanjutkan
36,7 OC, RR : 28x/menit, SPO2 : 95%, Ada menyusun implementasi berikutnya agar
suara tambahan ronchi , Sputum BTA ada kondisi klien semakin membaik. Kegiatan
Mycobacterium Tuberkulosis, Retraksi yang dilakukan dalam evaluasi ini adalah
dada berkuran, Masalah belum teratas, mengevaluasi kondisi kesehatan klien
Intervensi di lanjutkan. Pada tanggal 27 berdasarkan penilaian subyektif klien ,
April 2019 Pasienya mengatakan sesaknya untuk dibandingkan dengan hasil obyektif
sudah mulai berkurang, batuk masih ada , yang selama tindakan dilakukan,.
Keadaan umum : lemah, Kesadaran kemudian hasil tersebut dianalisuis untuk
composmentis, GCS 4-5-6, TD : 120/80 kemudian diambil kesimpulan bahwa
mmHg, N : 88x/menit, S : 36,5 OC, RR : masalah teratasi, teratasi sebagian, atau
27x/menit, SPO2 : 96%, Ada suara tidak teratasi. Setelah itu baru disusun
tambahan ronchi , Sputum BTA ada perencanaan lanjutan yang akan dilakukan
Mycobacterium Tuberkulosis, Retraksi berdasarkan hasil analisa. Semua tahapan
dada berkurang, Masalah teratasi evaluasi tersebut telah dilakukan selama
sebagian,, lanjutkan intervensi. Pada studi kasus ini dengan hasil analisa terakhir
tanggal 28 April 2019 pasien mengatakan (pengamatan ketiga) untuk Tn.M masalah
sesaknya sudah berkurang , batuknya teratasi pasien boleh pulang dengan
berkurang, Keadaan umum : lemah, kondisi klien batuk sudah berkurang, sudah
Kesadaran composmentis, GCS 4-5-6, tidak sesak,kemudian di berikan HE
TD : 120/70 mmHg, N : 84x/menit, S : mengenai meminum obat secara teratur,
36,2 OC, RR : 28x/menit, SPO2 : 96%, Ada dan rutin, pola hidup sehat, serta istirahat
suara tambahan ronchi , Sputum BTA ada cukup dan kontrol secara rutin. Sedangkan
Mycobacterium Tuberkulosis, Retraksi pada Tn.R masalah teratasi sebagian
dada tidak ada, Masalah teratasi sebagian, dengan kondisi klien sesak berkurang,
batuk berkurang , perlu dilanjutkan
intervensi oleh perawat ruangan karena Saran
penelitian di hentikan. Jadi tidak dapat
kesenjangan anatar konsep teori dan 1. Bagi Klien
praktek di lapangan. Sebaiknya klien menjaga kesehatan
yang lebih baik, mengkontrol pola
hidup sesuai anjuran dokter. Dan
SIMPULAN DAN SARAN mengikutsertakan keluarga dalam
memberikan dukungan dan keaktifan
Simpulan akan sangat menunjang dalam
mengatasi permasalahan klien.
1. Pengkajia yang didapatkan pada klien 2. Bagi Perawat
1 dan 2 pada tanggal 11 april 2018 secara Sebagai petugas kesehatan atau perawat
subjektif, klien mengatakan batuk, dan dalam melakukan asuhan keperawatan
akhirnya keluarga membawa ke RSUD klien yang mengalami penyakit
Bangil Pasuruan, dengan keluhan pada tuberkulosis paru diharapkan selalu
klien 1 batuk dan pada klien 2 batuk dan berkolaborasi dengan tim kesehatan dan
sesak. Maka penulis mengambil diagnosa dokter agar hasilnya maksimal.
keperawatan bersihan jalan nafas tidak 3. Bagi peneliti lainnya
efektif yang berhubungan dengan Sebagai acuan untuk peneliti
penumpukan secret pada jalan nafas. selanjutnya dalam melakukan penelitian
2. Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan 2 sesuai dengan kasus dan masalah yang
adalah bersihan jalan nafas tidak efektif sama.
berhubungan dengan penumpukan secret
dan ditandai berbagai tanda dan gejala
seperti sesak nafas, yang berlangsung
lama dan batuk yang di sertai produksi
secret sedikit. KEPUSTAKAAN
3. Intervensi keperawatan yang di berikan
kepada klien sesuai dengan NIC 2015 Muttaqin. 2008 . Buku Ajar Asuhan
mengenai bersihan jalan nafas tidak Keperawatan Klien Dengan
efektif adalah dengan mengajarkan batuk Gangguan Sistem Pernafasan.
efektif. Kolaborasi dengan tim medis Jakarta:Salemba Medika.
untuk pemberian terapi.
Nurarif&Kusuma. 2015 . APLIKASI
4. Tindakan keperawatan pada klien 1 dan 2
Asuhan Keperawatan Berdasarkan
penyakit tuberkulosis paru dengan
Diagnosa & NANDA NIC-NOC.
masalah bersihan jalan nafas tidak efekti.
Jogjakarta: MediAction..
Memposisikan pasien semi fowler,
memebrikan nebulizer, mengajarkan Siswanto,dkk. 2015 . Hubungan
klien batuk efektif, mengajarkan klien Pengetahuan dan Dukungan
nafas dalam, mengauskultasi suara nafas, Keluarga Dengan Kepatuhan Minum
catat adanya suara nafas tambahan, Obat Anti Tuberkulosis. Jurnal
memonitor respirasi O2, kolaborasi Kesehatan Andalas Vol.4 No.3.
dengan dokter dan tim medis lainnya
untuk pemberian terapi. Soemantri. 2009. Asuhan Keperawatan
5. Evaluasi pada hari pertama klien 1 teratasi Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
sebagian sedangkan klien 2 belum Pernapasan. Jakarta: Salemba
teratasi, pada hari kedua klien sudah Medika.
teratasi sebagian, pada hari ketiga Yuni. 2016. Hubungan Fase Pengobatan
keluhan klien ke 2 masih teratasi Tuberkulosis dengan Pengetahuan
sebagian. Tentang MDR Dengan Kepatuhan
Pengobatan Pasien Tuberkulosis.
Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol.4
No.3 September 2016:301-312.