PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Interferometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengetahui pola-pola
interferensi suatu gelombang. Salah satu jenis interferometer tersebut
adalah Interferometer Michelson. Percobaan Interferometer Michelson pertama kali
dilakukan pada akhir abad ke-19 oleh Michelson dan Morley untuk
membuktikankeberadaan eter yang saat itu diduga sebagai medium perambatan
gelombangcahaya. Dari eksperimen yang didasarkan pada prinsip resultan kecepatan
cahayatersebut didapati bahwa keberadaan eter ternyata tidak ada.Percobaan
Interferometer Michelson dilakukan dengan meletakkansecara tegak lurus (sudut
90°) posisi Movable mirror dan adjustable mirror yang ditengahi oleh split.
Dengan posisi demikian, akan terjadi perbedaan lintasan yangdiakibatkan oleh
pola reflektansi dan tranmisivitas split dari cahaya yang masuk melewati lens 1,8
nm. Selanjutnya, perbedaan lintasan ini akan menyebabkanadanya beda fase dan
penguatan fase (yang biasa disebut sebagai interferensi)yang selanjutnya
menyebabkan munculnya pola-pola pada frinji. Interferensi merupakan sifat
cahaya yang dapat diamati ketika perbedaan gelombang cahaya dicampur
bersamaan. Contoh interferensi adalah pelangi yang kamu lihat dalam gelembung
sabun, spektrum warna opal, dan kilauan warna dari beberapa bulu burung.
Di sebagian area pola interferensi, gelombang cahaya berada dalam fase,
dengan bukit dan lembah saling menguatkan, membentuk daerah yang berkilau.
Di daeah lain, di luar fase, dengan bukit dan lembah yang berlawanan,
membentuk daerah yang suram. Terdapat berbagai variasi cara untuk
memperagakan interferensi, pada bagian daerah yang terang maupun daerah
suram, dan perbedaan warna menggambarkan perbedaan panjang gelombang
cahaya. Interferensi menghasilkan gelombang yang berhimpit. Ketika dua bukit
(titik tertinggi) gelombang bertemu, mereka bergabung menjadi gelombang yang
lebih besar. Ketika bukit sebuah gelombang dan lembah (titik terendah)
gelombang bertemu, gelombang saling mengapuskan satu sama lain. Dengan
ditemukannya sinar laser yang mempunyai sifat koheren, maka Interferometer
dapat menjadi perangkat yang sangat berguna dalam industri.
Aplikasi yang paling terkenal dari interferometer Michelson adalah
percobaan Michelson-Morley yang memberikan bukti untuk relativitas khusus.
Namun interferometer Michelson dapat pula digunakan untuk berbagai macam
aplikasi yang berbeda. Interferometer Michelson telah digunakan untuk
mendeteksi gelombang gravitasi sebagai inti spektroskopi transformasi Fourier.
Ada pula beberapa aplikasi menarik sebagai instrumen "nulling" yang digunakan
untuk mendeteksi planet di sekitar bintang-bintang terdekat. Sebuah aplikasi lebih
lanjut untuk menghasilkan interferometer delay line yang mengubah modulasi
fase ke modulasi amplitudo di jaringan DWDM. Interferometri astronomi pada
prinsipnya menggunakan interferometer Michelson (dan kadang-kadang jenis
lain). Aplikasi lain dari interferometer Michelson adalah pada OCT (optical
coherence tomography) yang merupakan teknik pencitraan medis.
Dalam perkembangan selanjutnya, Interferometer Michelson tidak
hanyadapat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter, akan tetapi dapat
puladigunakan dalam penentuan sifat-sifat gelombang lebih lanjut, misalnya
dalampenentuan panjang gelombang cahaya tertentu, pola penguatan interferensi
yangterjadi, dan sebagainya. Sehingga, mengingat nilai guna dari eksperimen ini
yangsedemikian luasnya, maka percobaan Interferensi Michelson ini menjadi
pentinguntuk dilakukan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Demontrasi prinsip kerja Interferometer Michelson.
2. Mengukur panjang gelombang cahaya dari cahaya laser.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Interferensi gelombang merupakan perpaduan antara dua gelombang
ataulebih pada suatu daerah tertentu pada saat yang bersamaan. Interferensi
duagelombang yag mempunyai frekuensi, amplitude, dan arah getaran sama
yangmerambat menurut garis lurus dengan kecepatan yang sama tetapi
berlawananarahnya, menghasilkan gelombang stasioner atau gelombang diam.
Interferensi desdruktif (saling meniadakan) terjadi bila gelombang-gelombang
yangmengambil bagian dalam interferensi memiliki fase berlawanan. Sedangkan
interferensi konstruktif (saling menguatkan) terjadi jika gelombang-
gelombangyang mengambil bagian dalam interferensi memiliki fase yang
sama. Interferensikonstruktif biasa disebut juga dengan superposisi gelombang
(Bahrudin, 200-6:140).
Salah satu alat yang dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi
polainterferensi tersebut adalah interferometer. Alat ini dapat dipegunakan
untuk mengukur panjang gelombang atau perubahan panjang gelombang dengan ketelitian
sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis interferensi. Walaupun pada awal
mula dibuatnya alat ini dipergunakan untuk membuktikan ada tidaknya eter.
(Halliday, 1994:715). Dalam interferometer ini, kedua gelombang yang
berinterferensi diperoleh dengan jalan membagi intensitas gelombang semula.
Contohnya adalah intreferometer Michelson yang menghasilkan kesimpulan
negatif tentang adanya eter, interferometer ini juga sangat berguna dalam
pengukuran indeks bias dan jarak. Prinsip kerja dari percobaan yang dilakukan
oleh A.A Michelson telahmenghasilkan beberapa variasi konfigurasi. Agar pola
interferensi yang misalnyaberwujud lingkaran-lingkaran gelap-terang dapat
terjadi, hubungan fase antara gelombang-gelombang di sembarang titik pada pola
interferensi haruslah koheren (Tjia, 1994: 181). Pada percobaan interferometer
Michelson ini menggunakan sebuah interferometer, dimana interferometer itu
sendiri berasal dari kata interferensi danmeter yang berarti suatu alat yang
digunakan unutuk mengukur panjang atauperubahan panjang dengan ketelitian
yang sangat tinggi berdasarkan penentuan garis-garis interferensi (Halliday,
1994 : 715).
Prinsip reflektansi dan transmisivitas pada eksperimen
InterferometerMichelson ini dapat dijelaskan sebagai berikut: sinar dikirim
mundur majumelalui gas beberapa kali oleh sepasang cermin sejajar, sehingga
sepertimerangsang emisi berdasarkan sebanyak mungkin atom yang tereksitasi.
Salahsatu cermin itu adalh tembus cahaya sebagian, sehingga sebagian dari berkas
sinaritu muncul sebagai berkas sinar ke luar (Zemansky, 1994 : 1087-1088).
Dengan menggerakkan micrometer secara perlahan-lahan sehinggapada
jarak dm tertentu serta menghitung jumlah lingkaran N, berapa kali pola frinji
kembali pada pola awal, maka panjang gelombang cahaya (λ) akan dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan:
2⋅d m
λ=
N
I =kd m
5
-6
Keterangan :
1. Adjustable mirror (Cermin M2)
2. Mikrometer Sekrup
3. Beam Splitter
4. Movable mirror (Cermin M1)
5. Meja
6. Cermin Laser
2. Laser He-Ne
Keterangan :
1. Badan Laser
2. Sumber cahaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Menentukan panjang gelombnag cahaya :
No. N ∆N dm(m) ∆dm(m) λ ( μm)
1. 20 20 7 x 10-6 7 x 10-6 700
2. 40 20 14 x 10-6 7 x 10-6 700
3. 60 20 20 x 10-6 6 x 10-6 600
4. 80 20 26 x 10-6 6 x 10-6 600
5. 100 20 32 x 10-6 6 x 10-6 600
6. 120 20 38, 50x 10-6 6,50 x 10-6 650
7. 140 20 44, 50 x 10-6 6 x 10-6 600
8. 160 20 50,50 x 10-6 6 x 10-6 600
9. 180 20 57,50 x 10-6 7 x 10-6 700
10. 200 20 63 x 10-6 5,50 x 10-6 550
4.2 Perhitungan
Menghitung Panjang Gelombang (λ)
2 Δd m 2⋅7×10−6 m
λ1 = = =700 μm
ΔN 20
2 Δd m 2⋅7×10−6 m
λ2 = = =700 μm
ΔN 20
2 Δd m 2⋅6×10−6 m
λ3 = = =600 μm
ΔN 20
2 Δd m 2⋅6×10−6 m
λ 4= = =600 μm
ΔN 20
2 Δd m 2⋅6×10−6 m
λ5 = = =600 nμm
ΔN 20
2 Δd m 2⋅6 ,50×10−6 m
λ6 = = =650 μm
ΔN 20
2 Δd m 2⋅6×10−6 m
λ7 = = =600 nμm
ΔN 20
2 Δd m 2⋅6×10−6 m
λ8 = = =600 μm
ΔN 20
2 Δd m 2⋅7×10−6 m
λ 9= = =700 μm
ΔN 20
2 Δd m 2⋅5 , 50×10−6 m
λ10 = = =550 μm
ΔN 20
4.3 Ralat
X X- X (X- X )2
700 70 4900
700 70 900
600 -30 900
600 -30 900
600 -30 400
650 20 900
600 -30 900
600 -30 4900
700 70 6400
550 -80 0
X =¿630 ∑(X- X )2= 21100
RM = √ ∑ ( X−X )2
n−1
= √
21100
9
= 48,4194
RM
×100 %
RN = X
48, 4194
×100 %
= 630
=7,6856%
4.4 Pembahasan
Interferensi gelombang adalah perpaduan dua gelombang atau lebih pada
suatu daerah tertentu pada saat yang bersamaan. Salah satu alat yang digunakan
untuk mengindentifikasi pola interferensi tersebut adalah interferometer. Salah
satu jenis interferometer tersebut adalah Interferometer Michelson.
Prinsip dari percobaan interferometer Michelson yang telah dilakukan,
yaitu seberkas cahaya monokromatik yang dipisahkan di suatu titik tertentu
sehingga masing-masing berkas dibuat melewati dua panjang lintasan yang
berbeda, dan kemudian disatukan kembali melalui pantulan dari dua cermin yang
letaknya saling tegak lurus dengan titik pembagi berkas tersebut. Setelah berkas
cahaya monokromatik tersebut disatukan maka akan didapat pola interferensi
akibat penggabungan dua gelombang cahaya tersebut. Pola interferensi itu terjadi
karena adanya perbedaan panjang lintasan yang ditempuh dua berkas gelombang
cahaya yang telah disatukan tersebut. Jika panjang lintasan dirubah dengan
diperpanjang maka yang akan terjadi adalah pola-pola cincin akan masuk ke pusat
pola. Jarak lintasan yang lebih panjang akan mempengaruhi fase gelombang yang
jatuh ke layar. Bila pergeseran beda panjang lintasan gelombang cahaya
mencapai λ maka akan terjadi interferensi konstruktif yaitu terlihat pola terang,
namun bila pergeserannya hanya sejauh λ/4 yang sama artinya dengan berkas
menempuh lintasan λ/2 maka akan terlihat pola gelap.
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah
mengkalibrasi interferometer Michelson dengan cara mengatur posisi laser, beam
splitter, kedua cermin dan lensa agar sinar laser yang melewati semua peralatan
tersebut tepat segaris. Kemudian mencari pola interferensi dengan cara
menggeser-geser salah satu cermin sampai dihasilkan pola gelap terang (cincin)
pada layar. Kalibrasi mikrometer ini bertujuan untuk menentukan nilai 1 skala
micrometer (d) pada alat belum tentu sama dengan pergeseran cermin (movable
mirror) sebesar 1μm. Kalibrasi mikrometer dilakukan dengan menggeser movable
mirror tiap 1mm, hingga mencapai 25 pergeseran skala mikrometer. Akibat
pergeseran skala mikrometer maka pada layar akan nampak perubahan jumlah
cincin. Sehingga dari transisi cincin yang terhitung dapat ditentukan nilai tiap
skala mikrometer dengan menganggap nilai panjang gelombang laser He-Ne
adalah 632,8 μm. Hasil dari kalibrasi micrometer tersebut kemudian digunakan
sebagai nilai patokan untuk perhitungan selanjutnya yaitu penentuan nilai panjang
gelombang laser.
Pada percobaan Interferometer Michelson ini di gunakan alat dan bahan
laser, cermin, dan layar (kertas). Laser adalah singkatan dari Light Amplification
by Stimulated Emission of Radiation atau cahaya yang dikuatkan dari stimulus
emisi/pancaran radiasi. Laser adalah sebuah alat yang menghasilkan pancaran
cahaya radiasi elektromagnetik yang koheren, intensitas tinggi, mudah diarahkan,
dan mempunyai lintasan lurus. Cahaya yang koheren berarti sinar-sinarnya
menghasilkan bukit dan lembah secara bersamaan setiap waktu (sama fasa).
Pembentukan laser terjadi jika suatu atom yang berada pada tingkat eksitasi
disinari dengan foton tertentu yang sesuai sehingga terangsang dan turun ke
tingkat energi yang lebih rendah dengan memancarkan foton cahaya tertentu pula.
Cahaya radiasi ini bisa berasal dari sinar inframerah, cahaya tampak, atau
ultraviolet. Manfaat laser sangat banyak, salah satunya adalah dalam bidang
kesehatan/kedokteran. Sedangkan pada percobaan ini sinar laser di gunakan
sebagai berkas cahaya yang akan di pisah menjadi dua oleh splitter. Sedangkan
layar(kertas) digunakan untuk melihat hasil dua set spot dari laser. Hal yang perlu
di lakukan pada percobaan ini yang pertama adalah menyatukan berkas sinar dari
laser dengan cara menghidupkan laser kemudian dari laser tersebut sinar akan
lansung menuju ke cermin cembung dimana cermin cembung ini di gunakan
sebagai pengumpul cahaya setelah itu sinar akan menuju pemisah berkas (Spliter)
cahaya yang dipisahkan akan masing-masing menuju ke cermin bergerak dan
cermin tetap dari dua cermin tersebut sinar laser akan kembali lagi ke pemisah
berkas yang kemudian menuju ke layar maka akan terlihat di layar cincin-cincin
lingkaran terang dan gelap. Apabila kedua sinar tersebut saling menguatkan maka
akan terlihat terang pada bagian tengah apabila kedua sinar tersebut saling
melemahkan maka akan menghasilkan sinar gelap pada bagian tengahnya.
Langkah selanjutnya adalah menyatukan dua berkas cahaya yang terlihat pada
layar dengan cara memutar tombol alignment screw pastikan dua berkas cahaya
tersebut bertumpuk.
Interferometer Michelson adalah salah satu jenis dari interferometer, yaitu
suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan suatu pola interferensi.
Interferometer Michelson merupakan alat yang paling umum digunakan dalam
mengukur pola interferensi untuk bidang optik yang ditemukan oleh Albert
Abraham Michelson. Interferometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
panjang atau perubahan panjang dengan ketelitian yang sangat tinggi berdasarkan
penentuan garis-garis interferensi yang ditemukan oleh Michelson pada tahun
1881. Sebuah pola interferensi dihasilkan dengan membagi seberkas cahaya
menggunakan sebuah alat yang bernama pembagi sinar (beam splitter).
Interferensi terjadi ketika dua buah cahaya yang telah dibagi digabungkan
kembali. Seperti halnya celah ganda Young, interferometer Michelson mengambil
cahaya monokromatik yang berasal dari sebuah sumber tunggal dan membaginya
ke dalam dua gelombang yang mengikuti lintasan-lintasan yang berbeda.
Interferometer ini digunakan oleh Michelson untuk percobaan Michelson-Morley
bersama dengan Edward Morley. Dalam satu versi percobaan Michelson-Morley,
interferometer menggunakan cahaya bintang sebagai sumber cahaya. Cahaya
bintang adalah cahaya yang memiliki koherensi temporal, namun titik sumber
cahaya itu memiliki koherensi spasial dan akan menghasilkan sebuah pola
interferensi.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah sinar laser HeNe
diteruskan pada sebuah basic interferometer yang mengenai cermin dua yang
terfokus dan dikembalikan lagi kesumber cahaya kemudian menggunakan lensa
convex yang diletakkan diantara sumber cahaya dan beam splitter dimana beam
splitter digeser sejauh 45o dari posisi semula untuk membagi berkas sinar dari
sumber cermin pertama sehingga akan terbentuk sebuah pola gelap terang
berbentuk cincin atau frinji. Hal ini dilakukan untuk mengukur panjang
gelombang dari frinji yang terbentuk dengan cara menggerakan knope kekiri atau
kekanan serta memutar micrometer yang dilakukan sebanyak 10 kali agar dapat
ditentukan fringe untuk masing-masing titik terang pusat fringe.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh panjang gelombang secara
berturut-turut dengan beda lintasan optik (dm) 700 μm, 700 μm, 600 μm, 600 μm,
600 μm, 650 μm, 600 μm, 600 μm, 700 μm, 550 μm. Dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa semakin besar beda lintasan optik maka semakin besar pula panjang
gelombang atau berbanding lurus. Jika hasil tersebut dibandingkan dengan
literatur menurut Zemansky (1994), belum sesuai karena panjang gelombang yang
dihasilkan melebihi dari nilai yang terdapat pada literatur tersebut yakni 700 μm
yang seharusnya panjang gelombang dari laser adalah 632,8 μm dengan presentasi
kesalahan 7,7 %. Hal ini disebabkan karena sinar laser yang dipantulkan tidak
sejajar dengan basic interferometer, sehingga cahaya laser kurang terfokus pada
saat mengenai cermin pertama (M1) maupun cermin kedua (M2). Selain itu,
disebabkan karena kurangnya ketelitian pada saat pengambilan data seperti
pembacaan skala pada micrometer maupun kesalahan pada saat menghitung
jumlah fringe yang terdapat dilayar, sehingga menyebabkan hasil yang diperoleh
belum sesuai dengan literatur. Fenomena interferensi selalu berkaitan dengan teori
gelombang cahaya. Pada hakekatnya cahaya mempunyai besaran amplitudo,
panjang gelombang, fase serta kecepatan. Apabila cahaya melewati sebuah
medium maka kecepatannya akan menglami perubahan. Jika perubahan tersebut
diukur, maka dapat diperoleh informasi tentang keadaan objek / medium yang
bersangkutan missal indeks bias, tebal medium dari bahan yang dilewatinya dan
panjang gelombang sumbernya.
Pengukuran panjang gelombang cahaya dapat dilakukan dengan cara
interferensi. Untuk mendapatkan pola interferensi ada berbagai metode, antara
lain dengan interferometer Michelson, interferometer Fabry Perol dan
interferometer Twymen Green. Interferometer yang dikembangkan oleh A.A
Michelson pada tahun 1881 menggunakan prinsip membagi amplitude gelombang
cahaya menjadi dua bagian yang beridentitas sama.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Prinsip dari percobaan interferometer Michelson yang telah dilakukan,
yaitu seberkas cahaya monokromatik yang dipisahkan di suatu titik
tertentu sehingga masing-masing berkas dibuat melewati dua panjang
lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan kembali melalui pantulan
dari dua cermin yang letaknya saling tegak lurus dengan titik pembagi
berkas tersebut, didapat pola interferensi akibat penggabungan dua
gelombang cahaya tersebut. Bila pergeseran beda panjang lintasan
gelombang cahaya mencapai λ maka akan terjadi interferensi konstruktif
yaitu terlihat pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh λ/4 yang
sama artinya dengan berkas menempuh lintasan λ/2 maka akan terlihat
pola gelap.
2. Perbandingan panjang gelombang laser He-Ne pada literature dengan
panjang gelombang laser He-Ne pada saat percobaan : Panjang gelombang
pada literature: λ = 632,8 μm. Panjang gelombang saat percobaan: λ1 =
700 μm; λ2 = 700 μm; λ3 = 600 μm; λ4 = 600 μm; λ5 = 600 μm, λ6= 650
λ7= 600 μm, λ8=600 μm, λ9=700 μm, λ10=550 μm.
5.2 Saran
Diharapkan pada saat pengambilan data seperti pembacaan skala pada
micrometer maupun pada saat menghitung jumlah fringe yang terdapat dilayar,
praktikan harus lebih teliti lagi. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan
data.
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, Drs. MM. 200-6. Kamus Fisika Plus. Bandung: Epsilon Group.
Falah, M. 2008. Analisis Pola Interferensi pada Interferometer Michelson Untuk
Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya. Semarang : Skripsi S1
FMIPA UNDIP.
Halliday, D. dan Resnick, R. 1999. Physics(terjemahan Pantur Silaban dan Erwin
Sucipto). Jilid 2. Edisi 3. Penerbit Erlangga: Jakarta
Halliday, D. Dan Resnick, R.198-6. Fisika jilid 2 edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Hariharan, P. 2007. Basic Of Interferometry. Sydney: Academic Press
Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Jember. 200-6. Buku Panduan Eksperimen Fisika II (MAF 325). Jember:
Universitas Jember.
Oktavia, A. 200-6. Penggunaan Interferometer Michelson Untuk Menentukan
Panjang Gelombang Laser Dioda dan Indeks Bias Bahan Transparan.
Semarang : Skripsi S1 FMIPA UNDIP.
Setyaningsih, A. 2009. Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan
Interferometer Michelson. Semarang : Skripsi S1 FMIPA UNDIP.
Soedojo, P. 1992. Azas-azas Ilmu Fisika Jilid 3 Optika. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Solihin, A. 2010. Eksperimen Interferometer Michelson Laporan Eksperimen
Fisika II. Jember : Laboraturium Optoelektronika dan Fisika Modern
Jurusan Fisika Universitas Negeri Jember.
Tim Penyusun. 2018. Penuntun Praktikum Eksprimen Fisika Modern. Palu:
UNTAD
Tippler, P.A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Tjia, M.O. 1994. Dasar-dasar Fisika Modern. Bandung: ITB.
Wahyu, M., A. Romadhon., Z. Abidin., B. Richy., Karnaji. 201-6. Analisis Pola
Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk Menentukan Panjang
Gelombang Sumber Cahaya Laser He-Ne. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Zemansky, Sears. 1994. Fisika untuk Universitas 3 Optika Fisika Modern.
Bandung: Bina cipta.