Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS

Disusun Oleh :

nama: nurul nepiana

npm : 19320023

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG 2021/2022


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr.,wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.,Tuhan Semesta alam Atas izin dan karunia-
Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Keperawatan Jiwa Komunitas ”tepat
pada waktunya .

Serta tak lupa saya haturkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar kami Muhammad
SAW, semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari kelak amin. Adapun makalahbertema
keselamatan pasien ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kami yaitu “Keperawatan jiwa
Komunitas” saya berharap semoga apa yang kami tulis ini bermanfaat untuk pembaca.

Saya selaku penulis dengan kerendahan hati,menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu apabila ada ketiksesuaian kalimat dan terdapat kesalahan katadalam
makalah ini saya mohon maaf yang sebesar besarnya, meskipun demikian , penulis terbuka pada
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Terimakasih.,

Wassalamualaikum wr.,wb.
Daftar Isi :

BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
C. Tujuan..................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. Pengertian............................................................................................................................6
B. Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa................................................................7
C. Jenis-Jenis CMHN..............................................................................................................8
D. Peran dan Fungsi Keperawatan Jiwa Komunitas.........................................................11
E. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas......................................................................12
F. Jenis Gangguan Jiwa yang ditangani pada (Anak, Remaja dan Lansia)....................17
BAB III.........................................................................................................................................22
PENUTUP....................................................................................................................................22
A. Kesimpulan........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi – tingginya di seluruh wilayah
Republik Indonesia. Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut
dirumuskan sebagai “Indonesia Sehat 2010”,menurut Depkes 1999.
(http://www.litbang.depkes.go.id).
Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan, maka penyelenggaraan
upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan umum, diantaranya adalah peningkatan
upaya kesehatan melalui pencegahan dan pengurangan angka kesakitan (morbiditas),
angka kematian (mortalitas) dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak
balita dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas melalui upaya peningkatan (promosi)
hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan dan
rehabilitasi. (http://www.litbang.depkes.go.id)
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
Negara-negara maju,modern dan industri.Keempat masalah kesehatan utama tersebut
adalah penyakit degeneratif,kangker,gangguan jiwa dan kecelakaan (Mardjono dalam
Hawari 2001).Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung,namun beratnya gangguan tersebut dalam arti
ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan
menghambat pembangunan,karena mereka tidak produktif dan tidak efisien
Mengingat masalah gangguan jiwa yang meningkat akhir-akhir ini dan terjadinya
gempa dahsyat dengan kekuatan 8.9 Skala Richter pada tanggal 28 Maret 2005 yang
melanda Kepulauan Nias, yang kesemuanya mengakibatkan dampak fisik dan psikologis,
maka WHO memandang perlu program CMHN.
Kegiatan program CMHN merupakan serangkaian kegiatan yang dimulai dari
proses rekruitmen perawat CMHN yang akan mengikuti pelatihan, pertemuan persiapan
yang melibatkan beberapa sector yang terkait seperti Dinas Kesehatan dan pemerintah
daerah setempat dalam rangka memperoleh dukungan pelaksanan CMHN, kegiatan
Pelatihan Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat (Basic Course of Community
Mental Health Nursing (BC-CMHN) berupa pemberian pengetahuan dan keterampilan
bagi perawat Puskesmas, sehingga memiliki kompetensi melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien gangguan jiwa, selanjutnya implementasinya di masyarakat
dan kegiatan supervise
WHO memandang pelaksanaan Program CMHN tersebut sangat positif karena
dapat memenuhi sasaran dalam upaya penanganan masalah pasien gangguan jiwa di
masyarakat.Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis mencantumkan judul sebagai
mana yaitu “Community Mental Healthy Nursing (CMHN)”yg berarti keperawatan
kesehatan jiwa komunitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar community mental heart nursing?
2. Bagaimana konseptual model keperawatan jiwa komunitas?
3. Bagaimana peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa komunitas?
4. Bagaimana kompetensi perawatan kesehatan jiwa komunitas (competent of caring)
5. Bagaimana pelayanan keperawatan jiwa komunitas ?
6. Bagaimana perkembangan keperawatan jiwa komunitas ?

C. Tujuan
a. Memperoleh informasi tentang keberadaan CMHN pada ilmu keperawatan saat ini.
b. Mengetahui konseptual model keperawatan kesehatan jiwa masayarakat yang ada.
c. Memperoleh pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada kesehatan jiwa
komunitas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang
komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa ,
rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta
pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa). Pelayanan keperawatan komprehensif adalah
pelayanan yang berfokuskan pada pencegahan primer pada anggota masyarakat yang
sehat jiwa, pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah
psikososial (resiko gangguan jiwa) dan pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa
dengan proses pemulihan. Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh
pada semua aspek kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-cultural dan spiritual.
a. Aspek (bio-fisik)
Dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan orang tubuh yag dialami
anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dala rangka adaptasi
mereka terhadap kondisi fisiknya. Demikian pula dengan penyakit fisik lain baik yang
akut,kronis maupun terminal yang memberi dampak pada kesehatan jiwa.
b. Aspek psikologis
Dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami masyarakat seperti
ketakutan, trauma,kecemasan maupun kondisi yang lebih berat yang memerlukakan
pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut.
c. Aspek sosial
Dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak , keluarga dekat, kehilangan pekerjaan ,
tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari berbagai sektor
terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial yang memuaskan.
d. Aspek cultural
Dikaitkan dengan tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat digunakan sebagai
sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ditemukan.
e. Aspek spiritual
Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat diperdayakan sebagai
potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah kesehatan yang
terjadi. Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang
pelayanan yaitu dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan kesehatan jiwa
integratif dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat.
Perberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada dimasyarakat diupayakan
agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya.

B. Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa


a. Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat
dengan klien).
b. Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
c. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
d. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
e. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam
keperawatan jiwa).
f. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya
dalam keperawatan jiwa).
g. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan
dalam keperawatan jiwa).
h. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
i. Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan: dengan standar- standar perawatan).
j. Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards
(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar
professional).
C. Jenis-Jenis CMHN
a. Basic Course (BC) CMHN
Sasaran : perawat keswamas (puskesmas)
Kegiatan :perawat diberikan pelatihan cara memberikan asuhan keperawatan (7 Dx
Keperawatan) pada klien dan keluarga pasien gangguan jiwa dirumah.
b. Intermediate Course (IC) CMHN
Sasaran : Kader Keswa dan Perawat Keswa (Puskesmas)
Kegiatan :
1. Membentuk desa siaga sehat jiwa
2. Merekrut dan melatih kader keswa untuk skreening ggn jiwa di masyarakat,
masalah psikososial dan sehat jiwa.
3. Melatih perawat keswa mengintervensi klien dengan masalah psikososial dan
mengembangkan rehabilitasi pasien gangguan jiwa.
c. Advance Course (AC) CMHN
Sasaran : individu, keluarga, staf puskesmas, kelompok formal dan informal serta
masyarakat luas
Kegiatan :
1. Manajemen keperawatan kesehatan jiwa
2. Kerjasama Lintas sektoral
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson). Model ini menjelaskan bahwa gangguan
jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam
mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang
dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan,
norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong
terjadinyapenyimpangan perilaku (deviation of Behavioral). Faktor penyebab
lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis terutama
pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak
tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk
belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda
pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan
traumatic yang membekas pada masa dewasa. Proses terapi pada model ini
adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen
untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan
ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah
sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic
masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan
keahlian dan latihan yang khusus. Dengan cara demikian, klien akan
mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya
untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien. Peran perawat adalah
berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan
traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya
( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar,
diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).
2. Interpersonal ( Sullivan, peplau). Menurut konsep model ini, kelainan jiwa
seseorang bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut
menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang
akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak
atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Proses terapi menurut konsep ini
adalh Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman pada klien),
Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang
saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain
sehingga klien merasa berharga dan dihormati. Peran perawat dalam terapi
adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang
dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan
dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya
bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam
berhubungan dengan orang lain.
3. Social ( Caplan, Szasz). Menurut konsep ini seseorang akan mengalami
gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social
dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang
( social and environmental factors create stress, which cause anxiety and
symptom). Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini
adalah environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial) Peran perawat dalam memberikan
terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah
menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat,
atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali
system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di
masyarakat atau tempat kerja.
4. Existensial ( Ellis, Rogers). Menurut teori model ekistensial gangguan
perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati
dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya.
Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Body imagenya.
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar
berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang
lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan caraintrospeksi (self
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in
group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik
atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self
and control behavior). Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk
berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk
memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya
melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas
kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment
5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland). Penyebab gangguan jiwa dalam
konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek
biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-
batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah
cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek
sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai,
bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua
hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena
tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-
masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu
diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan
masalahnya. Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi
coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya
menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan
coping klien yang adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin). Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung
muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic,
lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus
lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan
teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis
dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist
berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi,
menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang
digunakan

D. Peran dan Fungsi Keperawatan Jiwa Komunitas


Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang
terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan
fungsinya dengan baik, sanggup menjelaskan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya.
Dalam mengembangkan upaya pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat penting
untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami beberapa
konsep dasar yang berhubungan dengan asuhan keperawatan jiwa.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan
jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan
pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan perilaku manusia
untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasari praktik keperawatan.
1. Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
2. Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
3. Berperan serta dalam pengelolaan kasus
4. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit
mental - penyuluhan dan konseling
5. Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
6. Memberikan pedoman pelayanan kesehatan

E. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas


Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan jiwa yang
diberikan pada masyarakat pasca bencana dan konflik, dengan kondisi masyarakat yang
sangat beragam dalam rentang sehat – sakit yag memerlukan pelayanan keperawatan
pada tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa yang komprehensif mencakup 3 tingkat pencegahan yaitu pencegaha primer ,
sekunder, dan tersier.
1. Pencegahan primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya
gangguan jiwa , mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa. Target pelayanan
yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan
kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Aktivitas pada
pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan.program stimulasi
perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa, manajemen stress, persiapan
menjadi orang tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Memberikan pendidikan kesehatan pada orangtua antara lain :
1. Pendidikan menjadi orangtua
2. Pendidikan tentang perkembangan anak sesuai dengan usia.
3. Memantau dan menstimulasi perkembangan
4. Mensosialisasikan anak dengan lingkungan
b. Pendidikan kesehatan mengatasi stress
1. Stress pekerjaan
2. Stress perkawinan
3. Stress sekolah
4. Stress pasca bencana
c. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu yang
kehilangan pasangan , pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat tinggal , yang
semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan
adalah :
1. Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan
2. Menggerakkan dukunganmasyarakat seperti menjadi orangtua asuhbagi anak
yatim piatu
3. Melatih keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan
4. Mnedapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat
tinggal.
d. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering
digunakan sebagai koping untuk mengtasi masalah. Kegiatan yang dilakukan:
1. Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stress
2. Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa menyakiti
orang lain.
3. Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada diri
seseorang.
e. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputus asaan. Oleh karena
itu perlu dilakukan program :
1. Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
tanda-tanda bunuh diri.
2. Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
3. Melatih keterampilan koping yang adaptif.
2. Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan
penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa.Tujuan pelayanan
adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa.Target pelayanan adalah anggota
masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan gangguan
jiwa. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Melakukan pengkajian 2menit untuk memperoleh data fokus pada semua
pasien yang berobat kepukesmas dengan keluhan fisik.
2. Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi
maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan
kesehatan jiwa.
3. Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di
tempat– tempat umum)
4. Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai
dengan standar pendelegasian program pengobatan (bekerja sama dengan
dokter) dan memonitor efek samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan
pasien minum obat.
5. Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang
dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada
gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).
6. Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar
melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang
tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut.
7. Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang
aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan
rujukan jika mengancam keselamatan jiwa.
8. Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk
membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok , terapi
keluarga dan terapi lingkungan.
9. Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga, atau
kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang mebahas
masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara
penyelesaiannya.
10. Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan dalam 24
pukul melalu telepon berupa pelayan konseling.
11. Melakukan tindakkan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayana
keperawatan adalah : pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi
kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa.Target pelayanan yaitu
anggota masyarakat mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktifitas pada
pencegahan tersier meliputi :
a. Program dukungan sosial dengan menggerakan sumber-sumber dimasyarakat
seperti : sumber pendidikan, dukungan masyrakat (tetangga, teman dekat, tokoh
masyarakat), dan pelayan terdekat yang terjangkau masyarakat. Beberapa
kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap
penerima pasien gangguan jiwa.
2. Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam
penanganan pasien yang melayani kekambuhan.
b. Program rehabilitas untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri
berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan cara :
1. Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat
2. Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan
masyarakat.
3. Menyediakan pelatihan dan kemampuan dan potensi yang perlu
dikembangkan oleh pasien, keluarga dan masyarakat agar pasien produktif
kembali.
4. Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan
untuk dirinya
c. Program sosialisasi
1. Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
2. Mengembangkan keterampilan hidup (aktifitas hidup sehari-hari
[ADL],mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi
3. Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat
rekreasi.
4. Kegiatan sosial dan keagamaan (arisan bersama, pengajian bersama, majelis
taklim, kegiatan adat)
d. Program mencegah stigma. Stigma merupaka anggapan yang keliru dalam
masyarakat terhadap gangguan jiwa, oleh karena itu, perlu diberikan program
mencegah stigma untuk menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien
gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang dilakukan, yaitu :
1. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan jiwa
dan gangguan jiwa, serta tentang sikap dan tindakan menghargai pasien
gangguan jiwa.
2. Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, atau orang yang
berpengaruh dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan
jiwa.
F. Jenis Gangguan Jiwa yang ditangani pada (Anak, Remaja dan Lansia)
1. Jenis gangguan jiwa yang ditangani pada Anak
Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007, persentase gangguan jiwa mencapai
11,6 % dari sekitar 19 juta penduduk yang berusia di atas 15 tahun. Hal ini
menjadikan masalah kesehatan jiwa sebagai prioritas bagi Kementerian Kesehatan
karena merupakan tantangan yang besar dengan kompleksitas tinggi di berbagai
lapisan dan aspek kehidupan. Anak-anak dapat menderita gangguan jiwa, sebagai
berikut:
a. Gangguan kecemasan : Anak-anak dengan gangguan kecemasan menanggapi hal-
hal tertentu atau situasi dengan rasa takut dan ketakutan, serta dengan tanda-tanda
fisik dari kecemasan (gugup), seperti detak jantung yang cepat dan berkeringat.
b. Gangguan perilaku : Anak-anak dengan gangguan ini cenderung untuk menentang
aturan dan sering mengganggu di lingkungan terstruktur, seperti sekolah.
c. Gangguan perkembangan : Anak-anak dengan gangguan ini biasanya pola
pemikiran mereka memiliki masalah dalam memahami dunia di sekitar mereka.
d. Gangguan makan : Gangguan makan dapat melibatkan emosi dan sikap, serta
perilaku yang tidak biasa, terkait dengan kondisi tubuh bahkan makanan.
e. Gangguan Eliminasi : Gangguan ini mempengaruhi perilaku yang terkait dengan
pembuangan limbah tubuh (feses dan urin).
f. Gangguan Afektif : Gangguan ini melibatkan perasaan sedih terus menerus
bahkan berubahnya suasana hati dengan cepat.
g. Skizofrenia : Ini adalah gangguan serius yang melibatkan persepsi terdistorsi dan
pikiran.
h. Gangguan Tic : Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan aktifitas
yang sama serta berulang, gerakan tiba-tiba dan tak terkendali serta sering.
Beberapa penyakit, seperti gangguan kecemasan, gangguan makan,
gangguan afektif, dan skizofrenia, dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-
anak.Sedangkan gangguan perilaku dan gangguan perkembangan, gangguan
eliminasi, gangguan belajar dan komunikasi dimulai pada masa kanak-kanak saja,
meskipun dapat berlanjut terus sampai dewasa.Dalam kasus yang jarang terjadi,
gangguan tic dapat terjadi pada orang dewasa.Tetapi hal yang tidak biasa bagi
seorang anak memiliki lebih dari satu gangguan.
2. Jenis Gangguan jiwa yang ditangani pada Remaja
a. Gangguan Cemas
Cemas (ansietas) adalah perasaan gelisah yang dihubungkan dengan suatu
antisipasi terhadap bahaya, ini berbeda dengan rasa takut, yang merupakan bentuk
respon emosional terhadap bahaya yang obyektif, walaupun manifestasifisiologik
yang ditimbulkannya sama cemas merupakan suatu bentuk pengalamanan yang
umum, tapi dapat ditemui dalam bentuk yang berbeda pada gangguan psikiatrik
dan gangguan medis Diagnosis mengenai cemas ditegakkanapabila gejala cemas
mendominasi dan menyebabkan distres (rasa tertekan) atau gangguan yang nyata.
b. Gangguan Depresi
Dalam perkembangan normal pun seorang remaja mempunyai kecenderungan
untuk mengalami depresi, oleh karena itu sangatlah penting untuk membedakan
secara jelas dan hati-hati antara depresi yang disebabkan oleh gejolak mood yang
normal pada remaja (adolescent turmoil) dengan depresi yang patologik. Akibat
sulitnya membedakan antara kedua kondisi diatas, membuat depresi pada remaja
sering tidak terdiagnosis, bila tidak ditangani dengan baik, gangguan psikiatrik
pada remaja sering kali akan berlanjut sampai masa dewasa. Menurut Carlson,
seperti yang dikutip oleh shafii membagi depresi pada remaja menjadi tipe primer
dan sekunder.
1. Tipe primer : bila tidak ada gangguan psikiatrik sebelumnya
2. Tipe sekunder : bila gangguan yang sekarang mempunyai hubungan dengan
gangguan psikiatrik sebelumnya. Pada gangguan depresi yang sekunder
biasanya lebih kacau, lebih agresif, mempunyai lebih banyak kelelahan
sometik, dan lebih sering terlihat mudah tersinggung, putus asa, mempunyai
ide bunuh diri, problem tidur, penurunan prestasi sekolah, harga diri yang
rendah , dan tidak patuh.
c. Gangguan somatoform ( Psikosomatik )
Gangguan ini lebih dikenal di masyarakat umum sebagai gangguan psikosomatik .
Ciri uatama dari gangguan somatoform adalah adanya keluhan gejala fisik yang
berulang, yang disertai dengan dengan permintaan pemeriksaan medis : meskipun
sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan oleh dokter
bahwa tidak ditemukan kelainan fisik yang menjadi dasar keluhannya. Pasien
biasanya menolak adanya kemungkinan penyebab psikologis, walaupun
ditemukan gejala ansietas dan depresi yang nyata.
d. Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik adalah suatu kondisi terdapatnya gangguan yang berat dalam
kemampuan menilai realitas, yang bukan karena retardasi mental atau gangguan
penyalahgunaan NAPZA. Terdapat gejala yaitu waham , halusinasi, perilaku yang
sangat kacau , pembicaraan yang inkoheren ( kacau ) , tingkah laku agitatif dan
disorientasi yang termasuk gangguan psikotik antara lain :
1. Skizofrenia
2. Gangguan mood / afektif yang disertai dengan gejala psikotik
3. Gangguan waham
4. Gangguan mental organik dengan gejala psikotik ( yang ditandai oleh adanya
antara lain delirium,demensia )
Skizofrenia pada masa kanak dan remaja didefinisikan sama dengan
skizofrenia pada masa dewasa, dengan gejala psikotik yang khas, seperti
adanya defisit pada fungsi adaptasi, waham, halusinasi, asosiasi yang
melonggar atau inkoherensi ( isi pikir yang kacau ), katatonia, afek yang
tumpul atau tidak dapat diraba-rabakan.
e. Gangguan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan zat
Adikiflainnya)
Penyalahgunaan Napza di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini semakin
meningkat .faktor risiko yang dapat diidentifikasi pada remaja penyalahgunaan
NAPZA:
1. Konflik keluarga yang berat
2. Kesulitan Akademik
3. Adanya komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain, seperti gangguan
tingkah laku dan depresi.
4. Penyalahgunaan NAPZA oleh orang –tua dan teman
5. Impulsivitas
6. Merokok pada usia terlalu muda. Semakin banyak faktor risiko yang ada,
semakin besar kemungkinan seorang remaja akan menjadi penggunaan
NAPZA
3. Jenis Gangguan Jiwa yang ditangani pada Lansia
a. Skizofernia
Skizofrenia Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat
dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut
menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena
menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya.
Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut
usia (lansia) (Dep.Kes.1992).
Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh gangguan pada
alam pikiran sehingga pasien memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga
menyebabkan gangguan emosi sehingga emosi menjadi labil misalnya cemas,
bingung, mudah marah, mudah salah faham dan sebagainya.Terjadi juga
gangguan perilaku, yang disertai halusinasi, waham dan gangguan
kemampuan dalam menilai realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu,
tempat maupun orang. Ganguan skizofrenia berawal dengan keluhan
halusinasi dan waham kejaran yang khas seperti mendengar pikirannya sendiri
diucapkan dengan nada keras, atau mendengar dua orang atau lebih
memperbincangkan diri si penderita sehingga ia merasa menjadi orang ketiga.
b. Parafrenia
Parafrenia merupakan gangguan jiwa yang gawat yang pertama kali timbul
pada lanjut usia (lansia), (misalnya pada waktu menopause pada wanita).
Gangguan ini sering dianggap sebagai kondisi diantara Skizofrenia paranoid
di satu pihak dan gangguan depresif di pihak lain. Lebih sering terjadi pada
wanita dengan kepribadian pramorbidnya (keadaan sebelum sakit) dengan
ciri-ciri paranoid (curiga, bermusuhan) dan skizoid (aneh, bizar).Mereka
biasanya tidak menikah atau hidup perkawinan dan sexual yang kurang
bahagia, jika punya sedikit itupun sulit mengasuhnya sehingga anaknyapun
tak bahagia dan biasanya secara khronik terdapat gangguan
pendengaran.Umumnya banyak terjadi pada wanita dari kelas sosial rendah
atau lebih rendah.
c. Gangguan Jiwa Afektif
Gangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya
gangguan emosi (afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh
ketergangguan keadan emosi. Gangguan afektif ini antara lain:
1. Gangguan Afektif tipe Depresif
2. Gangguan Afektif tipe Manik
d. Neurosis
Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia (lansia).
Sering sukar untuk mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia) karena
disangka sebagai gejala ketuaan. Hampir separuhnya merupakan gangguan
yang ada sejak masa mudanya, sedangkan separuhnya lagi adalah gangguan
yang didapatkannya pada masa memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan
neurosis pada lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah
psikososial dalam memasuki tahap lanjut usia (lansia). Gangguan ini ditandai
oleh kecemasan sebagai gejala utama dengan daya tilikan (insight) serta daya
menilai realitasnya yang baik.Kepribadiannya tetap utuh, secara kualitas
perilaku orang neurosis tetap baik, namun secara kuantitas perilakunya
menjadi irrasional. Secara umum gangguan neurosis dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Neurosis cemas dan panic
2. Neurosis obsesif kompulsif
3. Neurosis fobik
4. Neurosis histerik (konversi)
5. Gangguan somatoform
6. Hipokondriasis
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan Jiwa adalah pelayan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu
perilaku, Ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respon
psikososial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapetik dan dan
terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan
untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan
jiwa. klien, (individu, keluarga, kelompok komunitas).
Keperawatan kesehatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya
untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mendukung pada fungsi yang
terintegrasi sehingga sanggup mengembangkan diri secara wajar dan dapat melakukan
fungsinya dengan baik, sanggup menjelaskan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya,
Dalam mengembangkan upaya pelayanan keperawatan jiwa, perawat sangat penting
untuk mengetahui dan meyakini akan peran dan fungsinya, serta memahami beberapa
konsep dasar yangf berhubungan denga asuhan keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic.
Jakarta: EGC. Makalah Keperawatanku, Community Mental Health Nursing. Post 14
Maret 2012.
2. Dunia Remaja, Beberapa jenis gangguan jiwa yang banyak terjadi pada masa remaja.
3. Kesehatan komposiana, Gangguan Jiwa Pada Anak

Anda mungkin juga menyukai