DISUSUN OLEH:
NURUL NEPIANA
19320023
Puji dan Syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN BERDUKA
DAN KEHILANGAN”, shalawat serta salam senantiasa kita limpah curahkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa II Dalam menyusun makalah ini, saya sebagai
penyusun banyak sekali menghadapi berbagai kendala dan hambatan. Namun
berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak juga dengan usaha dan do’a,
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Maka dengan segala kerendahan hati
penyusun mengucapkan terimakasih.
Penyusun menyadari masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam
menyusun makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mohon maaf atas segala
kekurangan dan tidak lupa penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak.
Bandar Lampung, 28
Desember 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar Isi.........................................................................................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang4
Permasalahan.......................................................................................................................................5
Tujuan Penulisan.................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI
Kehilangan 6
Berduka......................................................................................................................................................9
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian.........................................................................................................................................13
Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................................................13
Rencana Tindakan Keperawatan............................................................................................................................13
Hasil Pasien Yang Diharapkan/Kriteria Pulang.....................................................................................................17
Evaluasi 17
Dokumentasi 17
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 19
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang
sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu
kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih
banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi
sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari
bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila
menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan
dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan
persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap
(Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima
kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks
kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan
terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan
keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami
kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-
kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat
mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
Permasalahan
Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka disfungsional.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:
1. Tujuan umum
a. Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.
b. Mengetahui asuhan keperawatan pada kehilangan dan berduka disfungsional
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui jenis-jenis kehilangan.
b. Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kehilangan
A. Definisi kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah
suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak
kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa
kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa
kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert
dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan
cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik
sebagian atau seluruhnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. Kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. Kondisi fisik dan psikologi individu.
B. Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:
1. Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya
amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya
menjadi menurun.
C. Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:
1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti
adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar
biasa dan tidak dapat ditutupi.
Berduka
A. Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada
dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi
adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang
aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan
fungsional sebelum terjadinya kehilangan.
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
1) Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas,
atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare,
detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
2) Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus
asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba
terjadi.
3) Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena
kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
4) Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa merasa
bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.
5) Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase
ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah
berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada perilaku
dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
1) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk mempercayai
bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau
“Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
2) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap orang dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk
menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi
kehilangan.
3) Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk
mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
4) Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut.
Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai
memecahkan masalah.
5) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan sikap
penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah
pada pengunduran diri atau berputus asa.
3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang
tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor
yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan
biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
4. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
1) Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
2) Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-ulang
melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
3) Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki kembali
secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup
dengan kehidupan mereka.
PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA
ENGEL (1964) MARTOCCHIO (1985) RANDO (1991)
KUBLER-
ROSS (1969)
Shock dan tidak percaya Menyangkal Shock and disbelief Penghindaran
Berkembangnya kesadaran Marah Yearning and protest
Restitusi Tawar-menawar Konfrontasi
Anguish, disorganization and despair
Idealization Depresi Identification in bereavement
Reorganization / the out come Penerimaan Reorganization and restitution akomodasi
BAB III
ASKEP BERDUKA DISFUNGSIONAL
Pengkajian
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
1. Perasaan sedih, menangis.
2. Perasaan putus asa, kesepian
3. Mengingkari kehilangan
4. Kesulitan mengekspresikan perasaan
5. Konsentrasi menurun
6. Kemarahan yang berlebihan
7. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
8. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
9. Reaksi emosional yang lambat
10. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis.
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis berhubungan dengan koping individu
tak efektif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas.
^ Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah / kronis
• Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
• Tujuan Khusus :
- Klien dapat membina hubungan saling perbaya dengan perawat.
- Klien dapat memahami penyebab dari harga diri : rendah.
- Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.
- Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.
- Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi
dengan orang lain.
• Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien. R/ Rasa percaya merupakan dasar dari
hubungan terapeutikyang mendukung dalam mengatasi perasaannya.
2. Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan fikiran dan perasaannya. R/ Motivasi
meningkatkan keterbukaan klien.
3. Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah. R/ Dengan mengetahui penyebab
diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perasaannya.
4. Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi. R/ Empati
dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi tidak terlibat
secara emosi.
5. Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya. R/
Meningkatkan harga diri.
6. Beri dukungan, Support dan pujian setelah klien mampu melakukan aktivitasnya. R/
Pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi.
7. Ikut sertakan klien dengan aktifitas yang R/ Mengikut sertakan klien dalam aktivitas
sehari-hari yang dapat meningkatkan harga diri klien.
> Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tak efektif
sekunder terhadap respon kehilangan pasangan.
• Tujuan :
• Tujuan khusus :
- Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan. R/ Sosialisasi bagi klien
sangat diperlukan dalam proses menyembuhkannya.
- Menganjurkan klien untuk mandi. R/ Pengertian yang baik dapat membantu klien
dapat mengerti dan diharapkan dapat melakukan sendiri.
- Menganjurkan pasien untuk mencuci baju. R/ Diharapkan klien mandiri.
- Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri. R/ Diharapkan klien
mandiri.
- Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi. R/ Diharapkan klien mandiri R/
Terapi kelompok membantu klien agar dapat bersosialisasi dengan klien yang
lain.
3. Memahami dan menerima hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan
dirinya,
Dokumentasi
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang
meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan
keperawatan, dan evaluasi.
CONTOH KASUS
Seorang ibu rumah tangga, Ny.N baru saja ditinggal pergi suaminya yang meninggal secara
tiba-tiba. setelah ditinggalkan, keluarga mengatakan klien mengalami gangguan dalam menjalankan
perannya sebagai ibu semenjak suaminya meninggal karena meminum racun ditempat ia bekerja.
menurut kesaksian ada seseorang yang melihat sosok Tn. B sudah tak bernafas dan mulut berbusa
ketika ditemukan ditempat kerja. keluarga mengatakan bahwa 1 minggu yll Ny.N minta cerai pada
Tn.B klien mengungkapkan bahwa dirinya merasa hampa dalam hidupnya dan mengatakan bahwa
dirinya yang berdosa atas meninggalnya suami. ketika diamati, pasien terlihat berbicara dengan nada
marah, dan membentak, kadang-kadang terlihat melamun walaupun bersama orang lain.
ANALISIS DATA
Ds :
Keluarga mengatakan klien mengalami gangguan dalam menjalankan perannya sebagai ibu. Klien
mengungkapkan bahwa dirinya merasa hampa dalam hidupnya dan mengatakan bahwa dirinya yang
berdosa atas meninggalnya suami.
Do :
Pasien terlihat berbicara dengan nada marah, dan membentak, kadang-kadang terlihat melamun
walaupun bersama orang lain.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan