Oleh:
Nia Dwi Puspitasari
Abstrak
1. Pendahuluan
Produk akhir dari budidaya larva BSF adalah pupuk kompos bernilai hara tinggi, bebas
pathogen dan gulma, dan biomassa larva yang dihasilkan kaya protein serta lemak yang bernilai
ekonomi cukup tinggi. Larva serangga tidak hanya merombak biomassa limbah organik,
namun juga memberikan kondisi yang aerobik, membantu mengurangi volume dan kadar air
bahan terombak, dan juga mengurangi bau yang biasa ditimbulkan dalam degradasi bahan
organik. Larva serangga, biasa disebut maggot, juga akan memodifi kasi mikrofl ora kompos,
menghilangkan mikroba patogenik, dan mengurangi senyawa-senyawa yang berpotensi
menyebabkan pencemaran pada lingkungan. Preferensi dan kemampuan dekomposisi bahan
organik oleh BSF telah dilaporkan lebih baik dibandingkan cacing tanah, yang saat ini sudah
banyak dikembangkan sebagai agensia pengomposan. Oleh sebab itu, teknologi pengomposan
sekaligus produksi bahan pakan menggunakan BSF sangat potensial untuk dikembangkan.
Apalagi untuk dilakukan di perkotaan perkotaan yang memiliki tingkat produksi bahan organik
sangat banyak dan cepat, memiliki keterbatasan luas lahan, tenaga serta waktu dalam
mengelola limbah organik diperkotaan. Konversi bahan organik demikian akan memberikan
keuntungan yang berlipat bagi masyarakat. Keuntungan tersebut tidak hanya dalam pemenuhan
kebutuhan pupuk organik namun juga pakan, sehingga mendorong tumbuh-kembangnya bisnis
pertanian di kota dan sekitarnya.
2. Dasar Teori
BSF merupakan serangga yang tidak berbahaya yang memiliki potensi menjanjikan untuk
masalah pakan ternak dan juga dapat dimanfaatkan sebagai solusi atas limbah organik. Secara
singkat keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan larva BSF (Popa dan Green, 2012)
adalah:
- Mendegradasi sampah organik lebih dari 50% dan dijadikan sumber nutrisi untuk
pertumbuhannya
- Mengkonversi sampah organik menjadi kompos dengan kandungan penyubur yang
tinggi
- Mengontrol bau dan hama, serta dapat mengurangi emisi gas rumah kaca pada saat
proses dekomposisi sampah
- Tubuhnya mengandung zat kitin dan protein yang cukup tinggi yang dapat digunakan
sebagai pakan ternak atau ikan.
- Kandungan lemak yang tinggi pada tubuh larva BSF dapat dimanfaatkan sebagai bahan
biofuel.
Siklus Hidup BSF Siklus hidup BSF sama dengan serangga Diptera lainnya, yaitu mulai dari
telur menetas menjadi larva yang mengalami proses metamorposa menjadi pupa dan serangga
dewasa (Fahmi et al., 2007). Siklus metamorfosis BSF berlangsung dalam rentang kurang lebih
40 hari, tergantung pada suhu dan kelembaban tempat hidup BSF, dan asupan nutrisi yang
dimakan (Alvarez, 2012). Berikut adalah gambar siklus hidup larva BSF secara umum:
Gambar 2.1 Siklus hidup larva BSF.
3. Metode Pelaksanaan
d. Selanjutnya ditunggu sampai 1-2 hari, maka telur-telur akan menetas dan siap dicampur dengan
dedak yang basah. Di sekeliling baskom ditaburkan dengan dedak yang kering. Hal ini
bertujuan agar larva yang telah menetas tidak merambat keluar dari baskom.
Gambar 3.2 Telur larva BSF yang telah menetas dicampur dengan dedak basah.
e. Setelah 3 hari maka larva telah memasuki tahap aktif makan. Larva yang telah menetas
memiliki warna tubuh putih. Larva muda dipelihara selama 16 hari setelah penetasan
untuk digunakan sebagai biomassa pengolahan sampah organik.
f. Setelah memasuki usia lebih dari 18-21 hari, maka kemampuan larva untuk memakan sampah
organik semakin berkurang. Pada fase ini, larva telah berubah menjadi prepupa dan telah
berwarna hitam / coklat. Prepupa dapat digunakan sebagai makanan hewan ternak khsusnya
unggas atau ikan. Atau dapat juga dikeringkan terlebih dahulu untuk kemudian dijual kepada
peternak atau pengelola kolam ikan.
g. Jika prepupa tidak dimanfaatkan atau dibiarkan, maka selanjutnya akan berubah menjadi Pupa
yang kemudian berubah menjadi lalat BSF setelah 1-4 minggu kemudian. Lalat BSF tidak
dikenali sebagai hama karena lalat BSF tidak tertarik pada habitat manusia atau makanan
(Furman et al., 1959). Lalat BSF tidak memerlukan makanan, lalat bertahan hidup pada
cadangan lemak tubuh yang diserap pada tahap larva.
h. Sedangkan untuk kompos yang telah didapat dari sisa pencernaan larva BSF, dapat digunakan
sebagai pupuk untuk tanaman.
Larva BSF dapat mengkonsumsi material organik dalam jumlah yang banyak dan
tergolong sangat cepat dan efisien jika dibandingkan spesies lalat jenis lainnya. Kemampuan
mengkonsumsi material organic tersebut didukung mulut yang kuat dan enzim pencernaan
yang dimiliki larva BSF (Sheppard et al., 2002). Dalam sistem pengomposan, larva BSF justru
dapat menekan keberadaan lalat rumah yang biasanya berkembang di dalam biomassa sampah
organik. Demikian juga halnya dengan bakteri pathogen khususnya Escherichia coli dan
Salmonella sp. dan beberapa mikroba patogen tanaman. Larva BSF dapat melepaskan beberapa
senyawa anti bakteri di dalam biomassa kompos. Hal tersebut menyebabkan kompos hasil
dekomposisi menjadi bersih dan terbebas dari mikroba berbahaya yang dapat mengganggu
kesehatan manusia, ternak, dan tanaman.
Alvarez, L. 2012. A Disertation: The Role of Black Soldier Fly, Hermetia illucens (L.)
(Diptera: Stratiomyidae) in Sustainable Management in Northern Climates.
University of Windsor. Ontario, Kanada
Diener, S., Solano, N.M.S., Gutiérrez, F.R., Zurbrügg,C.,Tockner, K. 2011. Biological
Treatment of Municipal Organic Waste using Black Soldier Fly Larvae. Waste
Biomass Valor, 2 : 357-363.
Diener, S., Zurbrügg,C., Gutiérrez, F.R., Nguyen, D.H., Morel, A., Koottatep, T., Tockner, K.
2011. Black Soldier Fly Larvae for Organic Waste Treatment-Prospects and
Constraints. Rangkuman ‘WasteSafe 2011-2nd International Conference on Solid
Waste Management in the Developing Countries’. KhulnaBangladesh, 13-15 Februari
2011. M. Alangir, Q.H. Bari, I.M. Rafizul, S.M.T. Islam, G. Sarkar, M.K. Howlader
(eds).
Dortmans, B. 2015. Valorisation of organic waste-Effect of the feeding regime on process
parameters in a continuous black soldier fly larvae composting system. Theses.
Swedish University of Agricultural Sciences, Swedish.
Fahmi, M.R., Hem, S., Subamia, I.W. 2007. Potensi Mangot Sebagai Salah Satu Sumber
Protein Pakan Ikan. Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII.
Nirmala W, Purwanigrum P, Indrawati D. Pengaruh Komposisi Sampah Pasar Terhadap
Kualitas Kompos Organik dengan Metode Larva Black Soldier Fly (BSF). 2020;1–5.
Popa, R. dan Green, T. 2012. DipTerra LCC e-Book ‘Biology and Ecology of the Black Soldier
Fly’. DipTerra LCC.
Popa, R. dan Green, T. 2012. DipTerra LCC e-Book ‘Black Soldier Fly Applications’.
DipTerra LCC.
Sheppard DC, Thomberlin JK, Joyce JA, Kiser BC, Sumner SM. 2002. Rearing methods for
the black soldier fly (Diptera: Stratiomyidae). J Med Entomol 39: 695-698.
Sheppard. C.D., Newton, G.L., Thompson, S.A., Savage, S. 1994. A Value Added Manure
Management System Using the Black Soldier Fly. Bioresource Technology. 50: 275-
279.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan Pengembangannya.
Kanisius. Jakarta.
https://www.youtube.com/watch?v=u6xnsgKNVk8
https://www.youtube.com/watch?v=A0fX9Y9SKpg