Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS NY.

M
DENGAN ABSES PEDIS

DISUSUN OLEH:
MANTASIA
17CP1011

CI LAHAN CI INSTITUSI

(Muh.Alwi S.kep,Ns)
( Kamriana,S.kep,NS,Miomed)

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


PROGRAM SI KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ABSES PEDIS

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Defenisi
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati)
yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh
bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau
jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah
penyebaran/perluasan infeksi ke bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan
subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.(Siregar, 2004).
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi
yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan
nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim
autolitik. (Morison, 2003)

2. Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara:

1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak
steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
4. Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :Terdapat kotoran atau benda
asing di daerah tempat terjadinya infeksi

5. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang


6. Terdapat gangguan sistem kekebalan
2
7. Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

3. Manifestasi Klinis

Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum,
danotot.Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika
timbul diwajah.
Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:

1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam

4. Patofisiologi

Sjamsuhidajat et al (1998: 5) mengemukakan bahwa kuman penyakit yang masuk ke


dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan cara mengeluarkan toksin.
Underwood, J.C.E (1999: 232) menjelaskan bahwa bakteri melepaskan eksotoksin yang
spesifik yaitu suatu sintesis, kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang atau
melepaskan endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel. Reaksi
hipersensitivitas terjadi bila perubahan kondisi respons imunologi mengakibatkan tidak
sesuainya atau berlebihannya reaksi imun yang akan merusak jaringan. Sedangkan agen
fisik dan bahan kimiawi yang iritan dan korosif akan menyebabkan kerusakan jaringan.
Kematian jaringan merupakan stimulus yang kuat untuk terjadi infeksi.

3
5. Komplikasi

Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan
yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren). Pada sebagian besar
bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tindakan medis
secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan akan adanya abses. Suatu abses
dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal.Meskipun jarang, apabila abses tersebut
mendesak struktur yang vital, misalnya abses leher dalam yang dapat menekan trakea.
(Siregar, 2004)

Sepsis juga termasuk dalam komplikasi ases karena dapat mengancam jiwa ketika bahan
kimia yang dilepaskan di dalam aliran darah untuk melawan infeksi memicu peradangan
diseluruh tubuh ,dapat menyebabkan berbagai perubahan yang merusak berbagai system
organ.dan kadang menyebabkan kematian.

6. Pemeriksaan penunjang
Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan. Pada penderita abses biasanya:

1. pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk


menentukan ukuran dan lokasi abses dalam,

2. bisa dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT scan atau MRI.

7. Penatalaksanaan
Abses luka biasanya tidak membutuhkan penananganan menggunakan antibiotik.
Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah,debridemen,
dan kuretase. hal yang sangat penting untuk diperhatikan bahwa penanganan hanya
dengan menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan

4
yang efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam
abses, selain bahwa antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH yang
rendah. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya,
utamanya apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus
diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan
diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgesik dan mungkin juga
antibiotik.
Drainase abses menggunakan pembedahan biasanya diindikasikan apabila abses telah
berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak.
Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan
pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu
dilakukan.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian.
a. Identitas
Abses bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja,namun yang
paling sering diserang adalah bayi dan anak-anak.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Nyeri, panas, bengkak, dan kemerahan pada area abses.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali,
sedangkanabses dalam seringkali sulit ditemukan.
b. Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau
terkenapeluru, dll.
c. Riwayat infeksi (suhu tinggi) sebelumnya yang secara
cepatmenunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak
bisadikeluarkan.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit menular dan kronis, seperti TBC dan diabetes mellitus.
d. Pemeriksaan fisik

5
1. Sistem pernafasan
Dalam batas normal
2. Sistem kardiovaskuler
Dalam batas normal
3. Sistem persarafan
Dalam batas normal
4. Sistem perkemihan
Dalam batas normal
5. Sistem pencernaan
Dalam batas normal
6. Sistem musculoskeletal
Dalam batas normal.
7. Sistem integument
Bengkak, kemerahan dan luka pada daerah abses
8. Sistem endokrin
Dalam batas normal
9. Sistem reproduksi
Dalam batas normal.

3. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi atau insisi pembedahan
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan.
4. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan luka terbuka
5. Intevensi

No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. Nyeri Akut NOC: NIC:
berhubungan dengan  Pain level 1. Observasi TTV
agen injuri biologi  Pain control 2. Kaji skala, lokasi,

6
atau insisi  Comfort level. dan karakteristik
pembedahan nyeri.
Kriteria hasil : 3. Observasi reaksi
1. Mampu mengontrol non verbal dari
nyeri ketidaknyamanan.
2. Melaporkan bahwa 4. Dorong
nyeri berkurang dengan menggunakan
menggunakan teknik manajemen
manajemen nyeri relaksasi.
3. Mampu mengenali nyeri 5. Kolaborasikan obat
(skala, intensitas, analgetik
frekuensi dan tanda sesuaiindikasi.
nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.
2. Hipertermi NOC : NIC:
berhubungan dengan  Thermoregulation 1. Observasi ttv
proses penyakit Kriteria Hasil : 2. Anjurkan kien
1. Suhu tubuh dalam banyak minum
rentang normal minimal 8
2. Nadi dan RR dalam gelas/hari
rentang normal 3. Lakukan kompres
3. Tidak ada perubahan hangat
warna kulit dan tidak 4. Monitor tingkat
ada pusing, merasa kesadaran
nyaman 5. Kolaborasi dalam
pemberian
antiperetik
3. Kerusakan NOC: NIC:
Intergritas kulit  Tissue integrity : 1. Observasi ttv

7
berhubungan dengan skin and mucous 2. Hindari kerutan
trauma jaringan membranes pada tempat tidur
 Hemodynalisis 3. Jaga kebersihan
akses kulit agar tetap
Kriteria hasil : bersih dan kering
1. Integritas kulit yang 4. Monitor kulit akan
baik bias adanya kemerahan
dipertahankan 5. Kolaborasi dengan
2. Tidak ada luka /lesi dokter
pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Resiko penyebaran NOC: NIC:
infeksi berhubungan  Immune status 1. Monitor tanda dan
dengan luka terbuka  Knowledge: gejala infeksi
infection control 2. Lakukan perawatan
 Risk control luka dengan aseptic
Kriteria hasil : 3. Inspeksi kondisi
1. Klien bebeas dari luka insisi/bedah
tanda dan gejala 4. Ajarkan pasien dan
infeksi keluarga tanda dan
2. Mendeskripsikan gejala infeksi
proses penularan 5. Kolaborasi dengan
penyakit dokter dalam
3. Menunjukkan pemberian
kemampuan untuk antibiotic
mencegah timbulna
infeksi

8
DAFTAR PUSTAKA

Doenges at al, Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta


Price & Wilson, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI: Jakarta
Nanda International. 2012. Nursing Diagnoses : Definition and classification. Wiley-Blackwell:
United Kingdom

Anda mungkin juga menyukai