Anda di halaman 1dari 22

ABSTRAK

Sterilisasi adalah pemusnahan atau pengeleminasian semua mikroorganisme, termasuk


spora bakteri yang sangat resisten. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis
media dan cara pembuatannya, mengenal beberapa cara sterilisasi, memperoleh alat dan bahan
yang steril dan mengamati pertumbuhan mikroba pada media. Percobaan ini melakukan teknik
sterilisasi dengan cara kimia dan fisika. Sterilisasi secara kimia menggunakan senyawa disinfektan
yang pada percobaan ini berupa etanol 96%. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan pemanasan
dan pemijaran. Bahan yang digunakan dalam pembuatan media adalah kaldu ikan bandeng dan
daun kemangi. Penanaman pada percobaan ini menggunakan teknik penggoresan secara zig-zag
dengan bakteri yang digunakan dari bakteri EM4. Kemudian dilakukan penginkubasian selama 4
hari. Hasil dari praktikum ini terlihat pada pengamatan hari pertama pada kedua media memiliki
hasil yang sama yaitu belum ada koloni bakteri yang tumbuh dengan warna media coklat pudar,
kemudian pada hari kedua terjadi perubahan pada pada bau yang mulai busuk dan warna menjadi
sedikit gelap dari hari sebelumnya. Pada hari ketiga pengaman pada media padat danging ikan
lajang koloni bakteri mulai berkembang dan pada hari keempat atau terakhir pengamatan pada
media padat daging ikan lajang koloni bakteri sudah sangat berkembang dengan bau sedikit busuk
sedangkan pada media padat daun kelor masih belum menunjukkan adanya pertumbuhan koloni
sama sekali dengan bau sangat busuk. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhnya
bakteri yaitu suhu, cahaya, kelembapan, dan nutrisi.

Kata kunci: daun kemangi, EM4, ikan bandeng, inkubasi, sterilisasi

II-i
PERCOBAAN II
TEKNIK STERILISASI, PEMBUATAN MEDIA DAN PENANAMAN

2.1 PENDAHUUAN

2.1.1 Tujuan Perobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mengetahui jenis-jenis media dan cara pembuatannya.
2. Mengenal beberapa cara sterilisasi.
3. Memperoleh alat dan bahan yang steril.

2.1.2 Latar Belakang

Sterilisasi merupakan suatu cara teknik yang dilakukan untuk


mendapatkan suatu kondisi bebas mikroorganisme yang dilakukan secara fisika,
kimia dan mekanik. Dalam bidang mikrobiologi, baik dalam pengerjaan penelitian
atau praktikum, keadaan steril syarat utama berhasil tidaknya perkerjaan di
laboratorium (Hadietomo, 2009).
Sterilisasi yang sering digunakan adalah sterilisasi secara fisis dengan
pemanasan yaitu sterilisasi panas kering. Cara yang dilakukan pada sterilisasi
kering adalah pemijaran. Pemijaran merupakan suatu kegiatan membakar
langsung alat-alat seperti ujung ose, ujung pinset, ujung spatula yang berbahan
logam. Pemijaran dilakukan sampai alat-alat berwarna merah pijar (Khairunnisa,
2018).
Aplikasi dalam bidang industri pada percobaan ini yaitu pada pembuatan
ikan kaleng. Ikan kaleng disterilkan pada suhu 1200°C selama 90 menit dalam
rangka membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan untuk memperpanjang
waktu simpan ikan kaleng (Najih dan Metusalach, 2018). Oleh karena itu,
praktikum ini penting dilakukan agar dapat mengetahui dan menerapkan dalam
dunia industri.

II-1
2.2 DASAR TEORI

Sterilisasi dapat didefinisikan sebagai proses yang secara efektif


membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang dapat terpindah seperti
jamur, bakteri dan virus dari permukaan peralatan. Mikroorganisme dapat
dikendalikan yaitu dihambat atau dimatikan dengan menggunakan berbagai
proses. Metode sterilisasi dapat dibagi menjadi dua kelompok umum yaitu fisik
dan kimia meskipun sterilisasi dapat dicapai dengan bahan kimia tertentu,
umumnya metode fisik lebih handal. Salah satu metode paling efektif untuk
mematikan mikroorganisme adalah menggunakan suhu tinggi. Salah satu obat
sterilisator yang menggunakan metode panas uap bertekanan adalah autoclave
(Hardono dan Kuat, 2020)
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu
substrat yang disebut medium. Dengan adanya medium pertumbuhan, aktivitas
mikroba dapat dipelajari dan dengan medium tumbuh dapat dilakukan isolasi
mikrobia dengan kultur murni, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis, dan
perhitungan jumlah mikroba. Keragaman yang luas dalam tipe nutrisi untuk
mikroba yaitu diimbangi oleh tersedianya berbagai media yang banyak macamnya
untuk kultivasinya. Media-media yang digunakan seperti pepton, ekstrak daging,
ekstrak khamir, dan agar. Bahan yang paling umum digunakan untuk membuat
medium menjadi padat dipakai agar (Sutedjo, 1991).
Mikroorganisme adalah makhluk hidup berukuran sangat kecil hanya bisa
diamati dengan mikroskop. Menurut klasifikasi makhluk hidup, mikroorganisme
dapat digolongkan ke dalam 5 kerajaan yaitu protista, fungi, monera, virus dan
prion. Meskipun terdapat ribuan jenis makhluk hidup, jika ditinjau dari struktur
selnya ternyata hanya tersusun oleh dua jenis sel yaitu sel prokariotik dan
eukariotik (Fardiaz, 1992).
Mikroba dapat tumbuh dengan baik jika dalam media tersebut memenuhi
syarat-syarat antara lain sebagai berikut (Frobisher, 1974) :
1. Harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba.

II-2
II-3

2. Harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan pH yang


sesuai dengan mikroba yang dibutuhkan.
3. Tidak mengadung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
4. Harus berada dalam kondisi steril sebelum digunakan, agar mikroba yang
diinginkan dapat tumbuh dengan baik.
Bahan atau peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi harus
keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan
kehadirannya baik yang menganggu atau yang merusak media atau menganggu
kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia
maupun mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama
mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo, 2005).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk
dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai
perhitungan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni
bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara
mengubah komposisi nutrient dan menambahkann indikator. Komposisi media
bakteri dapat dimodifikasi sehingga dapat digolongkan menjadi media umum,
media selektif (bakteri tertentu saja yang dapat tumbuh) dan media diferensial
(bakteri tumbuh dengan memberikan ciri-ciri tertentu) (Achmad, 2007).
Bakteri mengalami pertumbuhan sama halnya dengan makhluk lain.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan optimum bakteri. Faktor
tersebut diantaranya sebagai berikut (Cahya, 2016) :
1. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan terpenting bagi kelangsungan hidup
bakteri. Bakteri hidup dalam kisaran suhu tertentu. Kondisi suhu lingkungan
yang keluar dari kisaran akan menyebabkan pertumbuhan bakteri terhambat
atau mati.
2. Derajat Keasaman / pH
II-4

pH mempengaruhi aktivitas enzim. Enzim akan mengkatalis reaksi lebih


cepat pada pH optimum. pH optimum bagi sebagai besar bakteri adalah
antara 6,5 dan 7,5.
3. Nutrisi
Setiap bakteri memerlukan nutrisi untuk pertumbuhannya. Sumber nutrisi
yang dibutuhkan bakteri meliputi sumber energi cahaya (fototrof) dan
senyawa kimia (kemotrof) seperti sumber karbon, sumber nitrogen dan unsur
logam.
4. Cahaya dan Zat Kimia
Cahaya dangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Cahaya dapat
merusak sel bakteri yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet (uv) yang dapat
membunuh bakteri memiliki panjang gelombang 210-300 nm.
5. Kelembaban
Bakteri memerlukan kelembaban yang cukup tinggi, yaitu sekitar 85%.
Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme
terhenti, misal pada prosess pembekuan dan pengeringan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sterilisasi yaitu (Bhana dkk., 2013):
1. Tingkat Kekeringan
2. Temperatur dan kelembaban area pempropesan
3. Kondisi sterilisator
4. Susunan alat dalam sterilisator
5. Pemilihan metode yang sesuai
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu cara
mekanik, cara fisik dan cara kimiawi (Widodo, 2016) :
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori
sangat kecil (0,22 mikron dan 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka
panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran
a. Pemanasan
II-5

1) Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara


langsung, contoh alat : jarum inoculum (jarum ose), pinset, batang L.
2) Panas kering: sterilisasi dengan oven kira – kira 60-1800C. Sterilisasi
panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca, misalnya
Erlenmeyer, tabung reaksi, cawan.
3) Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air lebih tepat menggunakan metode ini supaya tidak
terjadi dehidrasi.
4) Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf
b. Penyinaran dengan ultraviolet (uv)
Sinar uv juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior safety
cabinet dengan disinari lampu uv
3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan,
antara lain alkohol.
Inkubasi merupakan masa antara inokulasi atau infeksi sampai
pertumbuhan koloni yang karakteristik. Inkubasi terjadi sampai adanya gejala
penyakit yang khas yang ditimbulkan oleh jasad renik. Inkubasi adalah proses
memanfaatkan kemampuan mikroba untuk menghasilkan metabolit primer dan
metabolit sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan (Sulistyarsi dkk.,
2016)
Effective Microorganism 4 (EM4) merupakan campuran dari
mikroorganisme yang menguntungkan. Jumlah mikroorganisme fermentasi di
dalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 jenis. Mikroorganisme tersebut dipilih yang
dapat bekerja secar efektif dalam memfermentasikan bahan organic. Dari sekian
banyak mikroorganisme, ada lima golongan pokok yaitu bakteri fotosintetik,
lactobacillus sp, streptomices sp, ragi (yeast) dan actinomicetes (Meriatna dkk.,
2018)
Sifat fisika dan kimia dari NaCL yaitu (Smartlab, 2019) :
1. Bentuk : padat
2. Warna : putih
II-6

3. pH : 4,5 – 7,0 pada 100 g/l 200C


4. Titik didiH : 1,4610C pada 1,013 hPa
5. Tekanan uap : 1,3 hPa pada 8650C
6. Densitas : 2,17 g/cm3 pada 200C
7. Kelarutan dalam air : 358g/l pada 200C
Pepton merupakan derivate sekunder dari protein yang berfungsi sebagai
Sumber nitrogen pada media pertumbuhan bakteri. Pepton merupakan
hidrosilat protein yang mengandung asam amino, dipeptida, peptida dan
campuran polipeptida yang dapat diperoleh dengan menghidrolisis bahan – bahan
yang mengandung protein melalui reaksi hidrolisi asam atau secara enzimatis.
Perkembangan bioteknologi di Indonesia menjadi semakin besar (Laoli, 2015)
Agar merupakan polisakarida galaktan yang terikat pada dinding sel
rumput laut merah khususnya dari genus Gracilaria dan Gelidium. Perolehan dan
sifat fisik agar – agar seperti gel strength, suhu gelling, dan sifat kimia
menentukan nilai komersial agar – agar. Sifat gel yang dimiliki oleh biopolymer
agar – agar sudah banyak digunakan sebagai gelling agent dan stabilizing agent
pada bidang bioteknologi (Munifah, 2021).
Ikan bandeng (Chanos Chanos Forsk) merupakan ikan yang banyak
dibudidayakan di Asia Tenggara. Ikan bandeng merupakan ikan yang banyak
digemari masyarakat dan mempunyai kandungan protein sekitar 20 – 24% yang
terdiri dari asam amino glutamate 1,23% dan lisin 2,25%. Selain kandungan
protein, ikan bandeng juga kaya akan kandungan asam lemak omega 3 yang
mencapai 12,4 % dari total lemak (Nusantari, 2016).
Daun kemangi memiliki banyak kandungan senyawa kimia antara lain
seperti saponin, flavonoid, tanin dan minyak atsiri. Kandungan paling utama pada
kemangi yaitu minyak atsiri. Minyak atsiri dalam daun kemangi memiliki
kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus,
Estericia Coli, Bacilus Cereus, Bacillus Subtilis (Maylita, 2014).
Pertumbuhan adalah meningkatnya jumlah kuantitas massa sel dengan
cara terbentuknya sel – sel baru. Terjadinya proses pertumbuhan tergantung dari
kemampuan sel dalam membentuk protoplasma baru dari nutrient yang tersedia di
II-7

lingkungan. Pada bakteri, pertumbuhan secara aseksual dan disebut dengan


pembelahan atau kelipatan secara eskponensial (Riadi, 2016).

Gambar 2.1 Fase Pertumbuhan Bakteri

a. Fase lag adalah kondisi dimana bakteri baru saja diinokulasikan atau
dibiarkan dengan medium.
b. Fase Exponensial adalah fase dimana bakteri melakukan pembelahan secara
biner dengan jumlah kelipatan eksponensial.
c. Fase Stasioner adalah fase dimana bakteri melakukan pembelahan lagi.
d. Fase kematian adalah fase keterlanjutan dari fase stationer adalah fase
kematian, dimana akan terjadi pengurangan jumlah sel bakteri yang hidup.
II-8

2.3 METODOLOGI PERCOBAAN

2.3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini gelas beker 250 mL dan
500 mL, gelas arloji, sudip, neraca analitik, jarum ose, petridish, oven, kompor
gas, saringan, talenan, panci, pisau, pengaduk kaca dan matches.

2.3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu daging ikan


bandeng 100 gram, daun kemangi 100 gram, pepton 3 gram, alkohol 96%, NaCl 3
gram, agar- agar 3 gram, akuades, kertas HVS, bakteri EM4 dan karet gelang.

2.3.3 Prosedur Percobaan


2.3.3.1 Sterilisasi Petridish
Langkah pertama petridish dicuci dengan sabun dan di bilas dengan air
mengalir. Kemudia dikeringkan dengan tisu. Setelah itu, petridish dilap dengan
tisu yang sudah diberi alkohol 96%. Lalu diletakkan secara terbalik.

2.3.3.2 Pembuatan Media Padat


Pertama, sampel daging ikan bandeng dicuci bersih dan ditimbang
sebanyak 100 gram. Kemudian daging ikan bandeng dimasukkan ke dalam panic
dan ditambahkan akuades sebanyak 250 mL, lalu direbus hingga terbentuk kaldu.
Kaldu tersebut disaring dengan menggunakan saringan dan dimasukkan ke dalam
gelas beker 250 mL. Setelah itu kaldu ikan bandeng diambil sebanyak 100 mL
dimasukkan ke dalam panci untuk dipanaskan kembali. Selanjutnya ditambahkan
3 gram NaCl, 3 gram pepton dan 3 gram agar-agar lalu diaduk hingga homogen
sambil dipanaskan hingga mendidih. Kemudian dituangkan ke dalam petridish
yang sudah disterilkan. Bungkus petridish dengan kertas HVS, dipanaskan di
dalam oven selama 15 menit dengan suhu 1210C, lalu didinginkan sampai suhu
petridish sama dengan suhu ruangan dan media agar memadat. Langkah-langkah
diatas dilakukan kembali untuk sampel kemangi.
II-9

2.3.3.3 Penanaman

Jarum ose yang telah disiapkan, disterilkan dengan cara dilap dengan tisu
yang diberi alkohol 96% dan kemudian dipanaskan langsung di atas api sampai
berpijar. Lalu jarum ose didiamkan selama 10 detik dan setelah itu dicelupkan ke
dalam bakteri EM4 dan digoreskan secara zig-zag pada media ekstraksi daging
ikan bandeng dan buncis di dalam petridish. Kemudian petridish dibungkus
dengan kertas HVS dan karet gelang kemudian diinkubasi selama 4 hari dalam
keadaan terbalik.

2.3.4 Diagram Alir

2.3.4.1 Sterilisasi Petridish

Petridis
h -Dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air mengalir
-Dikeringkan dengan tisu
-Dilap dengan tisu yang sudah diberi alkohol 96%
-Diletakkan secara terbalik
Hasil

Gambar 2.2 Diagram Alir Sterilisasi Petridish


II-10

2.3.4.2 Pembuatan Media Padat

Daging ikan bandeng dan daun kemangi


nllkkkkdauterong
-Dicuci bersih dan ditimbang sebanyak 100 gram
-Dimasukkan ke dalam panci
-Ditambahkan akuades sebanyak 250 mL
-Dipanaskan hingga terbentuk kaldu
Kaldu daging ikan bandeng dan daun kemangi
-Disaring dan dimasukkan lagi kedalam gelas beker 250 mL
-Diambil sebanyak 100 mL dan dimasukkan ke dalam panci
-Dipanaskan dan ditambahkan 3 gram NaCl, 3 gram pepton dan 3 gram
agar- agar
-Diaduk hingga homogen
-Dimasukkan ke dalam petridish
Petridish
-Dibungkus dengan kertas HVS
-Dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit dengan suhu 121oC
-Didinginkan sampai suhu petridish sama dengan suhu ruangan dan media
agak memadat.
Hasil

Gambar 2.3 Diagram Alir Pembuatan Media Padat


II-11

2.3.4.3 Penanaman

Jarum ose
-Disterilkan dengan dilap menggunakan tisu yang diberi alkohol 96%
-Dipanaskan langsung di atas api hingga berpijar
-Didiamkan hingga 10 detik
-Dicelupkan ke dalam bakteri EM4
-Digoreskan secara zig-zag pada medium pada media ekstraksi ikan
bandeng dan daun kemangi
-Ditutup dengan kertas HVS dan dibungkus dengan karet gelang
Petridish
-Diinkubasi selama 4 hari dalam keadaan terbalik
Hasil

Gambar 2.4 Diagram Alir Penanaman


1.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4 1 Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Media Penanaman
No Gambar Keterangan
1 Nutrien agar ekstrak ikan bandeng + bakteri
EM4
Hari pertama
Pengamatan :
Koloni : Belum ada
Bau : Normal
Warna : Kuning Bening
2 Nutrien agar ekstrak kemangi + bakteri
EM4
Hari pertama
Pengamatan :
Koloni : Belum ada
Bau : Normal
Warna : Kuning Keruh
3 Nutrien agar esktrak ikan bandeng + bakteri
EM4 hari kedua
Pengamatan :
Koloni : Belum ada
Bau : Normal
Warna : Kuning Bening
4 Nutrien agar esktrak kemangi + bakteri
EM4 hari kedua
Pengamatan :
Koloni : Belum ada
Bau : Normal
Warna : Kuning Keruh

II-12
II-13

No Gambar Keterangan
5 Nutrien agar esktrak ikan bandeng + bakteri
EM4 hari ketiga
Pengamatan :
Koloni : Belum Ada
Bau : Mulai Busuk
Warna : Kuning Keruh

6 Nutrien agar ekstrak kemangi + bakteri EM 4


hari ketiga
Pengamatan :
Koloni : Belum ada
Bau : Mulai busuk
Warna : Kuning Kecokelatan
7 Nutrien agar ekstrak ikan bandeng + bakteri
EM4 hari keempat
Pengamatan :
Koloni : Sangat berkembang
Bau : Busuk
Warna : Kuning Keruh

8 Nutrien agar ekstrak kemangi + bakteri EM4


hari keempat
Pengamatan :
Koloni : Berkembang
Bau : Busuk
Warna : Kuning Kecokelatan
II-14

2.4.2 Pembahasan

Percobaaan ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis media dan cara


pembuatannya, mengenal beberapa cara sterilisasi serta memperoleh alat dan
bahan yang steril. Menurut Fardiaz (1992) sterilisasi adalah proses untuk
membunuh semua mikroorganisme yang ada dan jika ditumbuhkan pada medium
tidak ada organisme yang tumbuh dan berkembang biak. Sterilisasi yang
dilakukan dalam percobaan ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi pada
media yang akan ditumbuhkan bakteri.
Sterilisasi yang digunakan pada percobaan ini adalah teknik sterilisasi
secara kimia dan fisika. Sterilisasi secara kimia dilakukan menggunakan senyawa
desinfektan (Cahyani, 2014). Dimana alkohol 96% pada percobaan ini berfungsi
sebagai desinfektan, dilakukan dengan menggunakan tisu yang dilapkan pada
petridish. Sedangkan sterilisasi secara fisika dilakukan menggunakan prinsip uap
air bertekanan pada saat pemanasan dengan oven karena uap air panas dengan
tekanan tinggi memperbesar kemungkinan terjadinya penetrasi uap air ke dalam
sel mikrooorganisme, yang menyebabkan koagulasi protein pitoplasma sehingga
mengakibatkan kematian sel mikroorganisme (Hafsan, 2014). Pada percobaan ini
petridish dipanaskan secara langsung dengan menggunakan oven dan
menggunakan teknik pembakaran untuk mensterilkan jarum ose sebelum
dilakukan penanaman bakteri.
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba (Sutedjo, 1991). Media yang
digunakan pada percobaan ini adalah media padat yang dibuat dari ekstrak ikan
bandeng dan kemangi dengan komposisi NaCl, pepton dan agar-agar bubuk.
Media harus mengandung nutrisi yang mampu memenuhi kebutuhan dasar
makhluk hidup (Wheeler dan Volk, 1993). NaCl berfungsi sebagai media selektif
atau media penghambat dalam penekanan pertumbuhan mikroorganisme lain da
merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan (Desroier, 2008). Sedangkan
pepton berfungsi sebagai sumber utama senyawa organic nitrogen, vitamin dan
karbohidrat (Nurhayati, 2012). Fungsi agar-agar adalah sebagai bahan pemadat
yang dapat mengeras pada suhu 450C (Gunawan, 1992).
II-15

Bakteri yang digunakan dalam percobaan ini adalah bakteri EM 4 (Effective


Microorganisme 4 (EM4). EM4 merupakan campuran dari mikroorganisme di
dalam EM4 sangat banyak, sekitar 80 jenis yang dapat bekerja secara efektif
dalam memfermentasikan bahan organic (Meriatna dkk, 2018). Penanaman
bakteri pada percobaan ini memindahbiakkan kultur murni media padat
menggunakan jarum ose dengan teknik cawan digores secara zig –zag. Sebelum
melakukan penanaman, jarum ose disterilkan dengan alkohol 96% dan dipanaskan
di atas api. Hal ini bertujuan agar jarum ose tidak terkontaminasi. Setelah itu
didiamkan terlebih dahulu selama 10 detik agar bakteri tidak mati karena suhu
yang tinggi pada jarum ose. Kemudian mencelupkan jarum ose ke bakteri EM4
dan memindahbiakkan murni ke dalam media yang akan ditumbuhkan bakteri
dengan menggoreskan jarum ose secara zig – zag pada media. Menurut Menthora
(2009), teknik penggoresan dapat menghemat bahan, media dan waktu serta
mendapat koloni bakter yang banyak. Setelah melakukan teknik penggoresan
media dibungkus dengan kertas HVS dan karet gelang. Hal ini bertujuan agar
media menjadi steril. Kemudian dilakukan inkubasi selama 4 hari dengan posisi
terbalik. Hal ini bertujuan agar uap air yang dihasilkan selama proses
pertumbuhan bakteri tidak kembali menetes dan jatuh ke bawah, sehingga tidak
ada kerusakan pada media atau air yang merusak media (Agustin, 2000).
Berdasarkan hasil pengamatan selama 4 hari menunjukkan respon positif
pada media pertumbuhannya. Pengamatan hari pertama belum ada terlihat
pertumbuhan bakteri pada media ikan bandeng dan kemangi, baunya normal, dan
warna pada media ikan bandeng kuning bening sedangkan pada media kemangi
kuning keruh. Hal ini disebabkan bakteri masih ada dalam fase beradaptasi
dengan media yang ada. Pengamatan hari kedua, bakteri juga masih dalam fase
beradaptasi yang ditandai dengan tidak adanya koloni yang berkembang terlihat,
baunya tidak sedap dan tidak terjadi perubahan warna. Pengamatan hari ketiga
media ikan bandeng belum ada pertumbuhan koloni, baunya mulai busuk dan
warnanya kuning keruh. Sedangkan pada media kemangi sudah berkembang,
baunya busuk dan warnanya kuning kecoklatan hal ini menandakan adanya respon
positif pada kedua media pada hari keempat. Apabila dikaitkan dengan kurva
II-16

pertumbuhan bakteri hari pertama pada kedua media mengalami fase lag atau
pertumbuhan.
EM4 dapat tumbuh pada media padat karena pada ikan bandeng terdapat
Nutrien berupa protein sedangkan pada kemangi terdapat nutrien berupa
karbohidrat. Serta penambahan NaCl dan pepton yang membantu pertumbuhan
bakteri EM4. Perubahan yang terjadi pada kedua media menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri pada nutrien agar ekstrak ikan bandeng lebih banyak
daripada nutrien agar kemangi. Hal ini disebabkan kandungan protein pada daging
ikan bandeng yaitu 20 - 24% lebih besar daripada kandungan protein kemangi
(Nusantari, 2016) karena kandungan pada daging ikan bandeng lebih banyak dari
kemangi. Nutrisi inilah yang memicu berkembangnya (Munifah, 2021) bakteri
pada media. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak ikan bandeng
adalah media yang baik dan ideal untuk perkembangan mikroorganisme. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya koloni yang dihasilkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah suhu
nutrisi dan kelembaban. Bakteri hidup dalam kisaran suhu tertentu, kondisi suhu
lingkungan yang keluar dari kisaran akan menyebabkan pertumbuhan bakteri
terhambat atau mati setiap bakteri memerlukan nutrisi untuk pertumbuhannya,
sumber nutrisi yang dibutuhkan bakteri meliputi sumber energi cahaya dan
senyawa kimia. Bakteri memerlukan kelembaban yang cukup tinggi yaitu 85%
II-17

2.5 PENUTUP

2.5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :


1. Media yang digunakan pada percobaan ini adalah media padat dari ekstrak
ikan bandeng dan kemangi yang ditambah dengan NaCl, pepton, agar-agar
dan bakteri EM4
2. Teknik sterilisasi yang digunakan pada percobaan ini adalah sterilisasi
menggunakan alkohol 96% dan pemanasan secara langsung menggunakan
matches.
3. Penanaman bakteri EM4 dilakukan dengan teknik penggoresan secara zig-zag
pada media petridish menggunakan jarum ose. Percobaan ini menghasilkan
respon positif pada kedua media ditandai dengan munculnya koloni bakteri
pada hari keempat. Perubahan bau yang awalnya normal menjadi berbau
busuk pada hari keempat pada kedua media, dan terjadinya perubahan warna
pada media padat ekstrak ikan bandeng dari kuning bening menjadi kuning
keruh, sedangkan perubahan warna pada media padat kemangi dari kuning
keruh menjadi kuning kecokelatan. Koloni yang tumbuh pada media ikan
bandeng sangat pesat dibandingkan pada media kemangi yang hanya sedikit
berkembang.

2.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah bisa menggunakan
metode pemanasan yang lain. Contohnya seperti metode agar tuang koch.
Sehingga hasil yang didapat bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, D. (2007): Media Agar Ide Besar Peneliti.

Agustin, W. G. (2000): Usaha Pembibitan Jamur. PT Niaga Swadaya. Jakarta

Bhana, N., Zanwar, A. G., Trivedi, V. dan Jain, D. (2013): A Review : Steam
Sterilisation A Method of Sterilization. Journal Biol Sel Opin. 1(2):138-
141

Cahya, W. B. V. (2016): Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keberadaan


Bakteri Udara di Ruang Kelas. Skripsi UMS. Semarang

Cahyani, V. R. (2014): Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pertanian Program


Studi Agroteknologi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Desroier, N. M. (2008): Teknologi Pengawetan Makanan. UI Press. Jakarta

Fardiaz, S. (1992): Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Frobisher (1974): Fundamentals of Microbiology. Saunders Company. London

Gunawan, L. W. (1992): Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bioteknologi IPB.


Bogor

Hadietomo (2009): Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi.


Gramedia. Jakarta

Hardono, T. dan Kuat, S. (2020): Modifikasi Autoclave Berbasis Atmega 328


(suhu). Jurnal Teknik Elektromedik Indonesia. 1(2) : 59-65

DP.II-1
DP.II-2

Khairunnisa, D. (2018): Sterilisasi Pembuatan Media dan Teknik Inokulasi.


Gunung Samudera. Malang

Laoli, E. K. (2015): Respon Petani Terhadap Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan


Pekarangan Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta

Maylita, N. (2014): Daun Kemangi (ocinum annum) sebagai Alternatif


Pembuatan Hand Sanitizer. 9(2):136-142

Meriatna, M., Suryati, S. dan Aulia, F. (2018): Pengaruh Waktu Fermentasi dan
Volume Bio Activator EM4 pada Pembuatan Pupuk Organik Cair dari
Limbah Buah-Buahan. Jurnal Teknologi Kimia. UNIMAL.

Munifah, I. (2021): Limbah pada Industri Agar-Agar. Penerbit NEM. Pekalongan

Najih, M. R. dan Metusalach (2018): Pengaruh Kombinasi Lama Waktu dan Suhu
Sterilisasi Proses Pengalengan Terhadap Mutu Bandeng. Jurnal Sains &
Teknologi. 18. No 63 : 267-273

Nurhayati, L. (2012): Manajemen Mutu Penanaman. EOC. Jakarta

Nusantari, E. (2016): Ikan Bandeng Tanpa Duri (chanos channos) Sebagai


Peluang Bisnis Masyarakat. Agrokreatif. 3(1) : 78-87

Riadi, M. (2016): Pertumbuhan Bakteri.

Smartlab. (2019): MSDS NaCl.


DP.II-3

Sulistyarsi, A., Pujiati dan Ardhi, W. M. (2016): Pengaruh Konsentrasi dan Lama
Inkubasi Terhadap Kadar Protein Crude Enzim Selulase dari Kapang
Aspergillus Niger. Vol 13(1) : 781-786.

Sutedjo (1991): Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta

Waluyo, I. (2005): Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang.


Malang

Widodo, L. U. (2016): Dasar-Dasar Praktikum Biologi. Universitas Terbuka.


Jakarta

Anda mungkin juga menyukai