Setelah melaksanakan shalat lima waktu, kita terbiasa berdoa seperti doa yang ada pada surat Al-
Baqarah ayat 201:
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jagalah kami dari
siksa neraka." Pertanyaannya, bagaimana agar kita terhindar dari siksa neraka? Tentu kita akan
menjawabnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah Nabi Muhammad ﷺ. Beliau telah memberikan
beberapa penjelasan, yang akan menghindarkan kita dari siksa neraka. Sebagaimana dijelaskan
dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab musnadnya Juz 7 halaman
53 sebagaimana berikut:
ِ ب ِمنَ ال َّن
اس َ ار ُك ُّل ه َِي ٍن لَ ِي ٍن
ٍ س ْه ٍل قَ ِري ِ َُّح ِر َم َعلَى الن
“Diharamkan atas api neraka, setiap orang yang rendah hati, lemah lembut, mudah, serta dekat
dengan manusia” (HR Ahmad).
Golongan pertama orang yang tidak masuk neraka adalah orang yang rendah hati, tidak sombong,
dan tidak meremehkan orang lain. Menurut Abu Hatim dalam kitab Raudlatul Uqala’ wa Nuzhatul
Fudlala’, wajib bagi orang yang berakal untuk rendah hati (tawadhu’) dan menjauhi sikap sombong
terhadap orang lain. Orang yang rendah hati akan selalu meningkat derajat dan posisinya. Hal
tersebut sesuai dengan Sabda Nabi:
ِ ط ُر ْال َح
ُ َوغ َْم،ق
ِ ط ال َّن
اس َ ْال ِكب ُْر َب
“Sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain” (HR Muslim).
Agar terhindar dari kesombongan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz menyisihkan hartanya setiap hari
satu dirham untuk memberi makan kepada umat Islam yang membutuhkan serta makan bersama
mereka. Selain itu, Gus Baha’ juga memiliki cara agar tidak sombong, yaitu membelanjakan uang
pemberian orang fakir, berapa pun jumlahnya, untuk membeli kebutuhan pokok. Hal itu dilakukan
agar beliau mengingat pernah makan uang orang fakir. Itu cara beliau agar dapat terhindar dari
kesombongan.
Kedua, (layyin) yaitu orang yang lemah lembut dan santun, baik dalam ucapan maupun perbuatan.
Menurut Imam At-Thabari dalam kitabnya Tafsir At-Thabari juz 6, beliau menyampaikan bahwa
sifat lemah lembut dan kasih sayang merupakan rahmat dari Allah ﷻuntuk umat manusia.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 159:
ِ ظ ْالقَ ْل
ب ََّل ْنفَضُّوا ِم ْن َح ْو ِل َك ًّ َت ف
َ ظا َغ ِلي َ ت لَ ُه ْم َولَ ْو ُك ْن
َ َّللاِ ِل ْن
َّ َفَ ِب َما َرحْ َم ٍة ِمن
“Dengan rahmat dari Allah ﷻengkau (Nabi Muhammad) lemah lembut terhadap umat, seandainya
engkau kaku dan keras hati niscaya umat akan menyingkir darimu.”
Imam At-Thabari menjelaskan bahwa dengan rahmat dan kasih sayang Allah terhadap Nabi dan
umatnya, Rasulullah menjadi pribadi yang penuh kasih sayang, mudah, dan penuh dengan kebaikan.
Nabi selalu menahan diri dari kaum yang menyakitinya, mengampuni orang yang berdosa, dan
bersikap lunak terhadap umatnya. Seandainya Nabi bersikap keras dan kaku, tentu umat akan
meninggalkan Nabi. Namun Allah memberikan rahmat-Nya kepada Nabi dan umatnya, sehingga
dengan rahmat Allah, Nabi mengasihi terhadap umatnya. Tidak hanya itu, sikap lemah lembut dan
kasih sayang merupakan prinsip dan pokok dari sebuah kebaikan. terbukti orang yang tidak
memiliki sikap lemah lembut dan kasih sayang, ia terhalang untuk melakukan kebaikan.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahih Muslim juz 4 hlm 2003:
َحتَّى يُ ِحبَّ ِِل َ ِخي ِه َما يُ ِحبُّ ِلنَ ْف ِس ِه،َّلَ يُؤْ ِم ُن أَ َحدُ ُك ْم
“Tidak sempurna iman dari kalian hingga kalian mencintai apa-apa bagi saudaranya sebagaimana ia
mencintai apa-apa bagi diri sendiri” (HR al-Bukhari).
Nabi juga menganjurkan umatnya untuk saling memberi hadiah. Imam al-Bukhari meriwayatkan
sebuah hadits dalam kitab Adabul Mufrad, juz 1. Nabi bersabda: