Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN ANAK

Asuhan Keperawatan By. N dengan Atresia Esophagus


di Instalasi Perawatan Neonatus ( IPN )

Disusun oleh :
Dian Rosviani S. Kep
Sri Artuti, S. Kep
Nadya Muharanu Putri, S. Kep
Nelvica Salny, S. Kep
Winda Sari, S. Kep

Pembimbing:
Ns. Dini Maulinda, M. Kep
Ns. Sri Wahyuni, S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2019
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN ANAK


Asuhan Keperawatan By. N dengan Atresia Esophagus
di Instalasi Perawatan Neonatus ( IPN )

Telah diperiksa dan disetujui

Pekanbaru, Januari 2019

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Ns. Sri Wahyuni, S. Kep Ns. Dini Maulinda, M. Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
nikmat yang telah dilimpahkan kepada klompok penyusun, sehingga kelompok
dapat menyelesaikan usulan seminar dengan kasus “ Asuhan Keperawatan BayiN
dengan Atresia Esophagusdiruangan IPN RSUD Arifin Achmad Pekanbaru”.
kelompok mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan seminar ini antara lain: Ibu
Ns. Sri Wahyuni, S.Kep selaku Presseptor Klinik yang telah banyak meluangkan
waktu, pemikiran maupun tenaga dalam memberikan bimbingan, motivasi, kritik
dan saran yang membangun kepada kelompok sehingga penyusunan seminar ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Kelompok penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
hasil yang baik, namun apabila terdapat kekurangan semua itu disebabkan
keterbatasan kemampuan kelompok. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kelompok harapkan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan penyusunan ini. Akhirnya kelompok berharap semoga penyusunan
seminar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 03 Desember 2019

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................2
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
C. Manfaat Penulisan..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi BBLR.........................................................Error! Bookmark not defined.
B. Klasifikasi BBLR.....................................................Error! Bookmark not defined.
C. Etiologi.....................................................................Error! Bookmark not defined.
D. Manifestasi Klinis....................................................Error! Bookmark not defined.
E. Patofisiologi.............................................................Error! Bookmark not defined.
F. Komplikasi...............................................................Error! Bookmark not defined.
G. Pemeriksaan Diagnostik...........................................Error! Bookmark not defined.
H. Penatalaksanaan.......................................................Error! Bookmark not defined.
I. Konsep Asuhan Keperawatan BBLR.......................Error! Bookmark not defined.
J. Diagnosa Keperawatan.............................................Error! Bookmark not defined.
K. Intervensi Keperawatan............................................Error! Bookmark not defined.
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian............................................................................................................14
B. Diagnosa keperawatan..........................................................................................32
C. Intervensi..............................................................................................................36
D. Implementasi dan Evaluasi...................................................................................40
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian............................................................................................................59
B. Diagnosa..............................................................................................................60
C. Intervensi..............................................................................................................60
D. Implementasi........................................................................................................61

iii
E. Evaluasi................................................................................................................63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................67
B. Saran....................................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA

iv
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia esophagus merupakan kelainan malformasi kongenital yang
mengancam jiwa penderitanya, karena berhubungan dengan morditas dan
mortalitas yang signifikan pada neonatus. Beberapa penelitian menyatakan
bahwa kehamilan usia kehamilan dan berat bayi baru lahir dengan atresia
esophagus lebih rendah dibandingkan dengan bayi-bayi normal. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh oleh Watreson dkk tahun 2010, angka
kematian neonatus prematur dengan atresia esophagus mencapai 60%. Seiring
bertambahnyan pengetahuan mengenai atresia esophagus dan penanganan
perioperatif dan perawatan intenshif neonatus, angka kematian diturunkan
menjadi 20-40% pada bayi prematur dengan atresia esophagus. Bahkan
penelitian terbaru berdasarkan data Kohot di Prancis menyatakan bahwa angka
mortalitas sangat ditekan dan ditingkatkan sampai 90%.
Angka kejadian atresia esophagus yaitu 1 dalam setiap 2500 sampai 4500
kelahiran hidup yang artinya dengan jumlah penduduk Indonesia 240 juta dan
tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1867-
3360 bayi dengan atresia esophagus yang artinya adanya pengenalan terhadap
resiko-resiko penyebab tinggi angka morbiditas dan mortalitas, serta
penanganan lanjut untuk dapat menununkan kejadian resiko-resiko tersebut
sangat diperlukan.
Atresia esophagus meliputi kelainan kongenital terdiri dari gangguan
kontuinitas esophagus dengan tanpa hubungan dengan trakea. Pada 86% kasus
terdapat fistula trakea esophageal di distal, pada 7% kasus tanpa fistula
sementara 4% terdapat traceheosphageal tanpa atresia, terjadi pada 1 dari 2500
kelahiran hidup. Bayi dengan atresia esophagus tidak mampu untuk menelan
dan ditandai dengan jumlah saliva yang sangat banyaj dan membutuhkan
suction berulangkali.
3

Angka hadarapan hidup bayi atresia esophagus telah meningkat tajam


sejak tahun 1950 ( <40% ) hingga mencapai 85- 95%. Sedangkan angka
keselamatan berhubungan langsung terutama dengan berat badan lahir dan
kelainan jantung, angka keselamatan bisa mendekati 100%, sementara jika
ditemukan adanya satu faktor resiko mengurangi angka keselamatan hingga
80% dan bisa hingga 30-50% jika ada dua faktor resiko.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa prevalensi kejadian atresia
esophagus di dunia, dan Indonesia masih tinggi dan masih menjadi
penyumbang terbanyak kematian neonatus, sehingga perlu diberikan perhatian
khusus melalui asuhan keperawatan agar anak dengan masalah atresia
esophagus mendapat perawatan dengan baik.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
atresia esophagus.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien anak dengan atresia
esophagus.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
pada pasien anak dengan atresia esophagus.
c. Mampu menyusun rencana tindakan pada pasien anak dengan
atresia esophagus.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan
atresia esophagus.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan
atresia esophagus.
4

C. Manfaat Penulisan
1. Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan informasi bagi pelayanan kesehatan dalam menyusun
rencana perawatan dan asuhan keperawatan yang sistematis dan
komperhensif pada anak dengan atresia esophagus.
2. Bagi Institusi pendidkan
Sebagai sumber informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
3. Bagi Mahasiswa keperawatan
Sebagai informasi dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada
pasien anak dengan atresia esophagus.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Athresia Esophagus adalah perkembangan embrionik abnormal esophagus
yang menghasilkan pembentukan suatu kantong (blind pouch), atau lumen
berkurang tidak memadai yang mecegah perjalanan makanan / sekresi dari faring
ke perut.
Atresia Esophagus adalah kealinan kontinuitas lumen esophagus dimana
bagian distal esophagus sampai kardia tidak mau membuka sehingga mengganggu
aliran makanan (Sudaryat, 2005).
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang mengakibatkan
gangguan kontinuitas esophagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan
trakea (Whaley & Wong, 2010). Terlihat keadaan pada bagian proksimal dan
distal esophagus tidak berhubungan.

B. ETIOLOGI
1. Secara umum
Salah satu nya adalah kegagalan pada fase embrio terutama pada bayi yang
lahir prematur, dan ada Beberapa etiologi yang dapat menimbulkan kelainan
konginital Atresia Etsopgus diantaranya:
a. Faktor obat
Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu thali
domine .
b. Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan
kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi pada
gen
c. Faktor gizi
7

2. Secara khusus
Secara epidemologi anomali ini terjadi pada umur kehamilan 3-6 minggu
akibat :
a. Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari
masing –masing menjadi esopagus dan trachea .
b. Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan
terjadinya atresia.
c. Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga
terjadi fistula trachea esophagus

C. PATOFISIOLOGI
Motilitas dari esophagus selalu dipengaruhi pada atresia esophagus.
Gangguan peristaltic esophagus biasanya paling sering dialami pada bagian
esophagus distal. Janin dengan atresia tidak dapat dengan efektif menelan cairan
amnion. Sedangkan pada atresia esophagus dengan fistula trkeoesofageal distal,
cairan amnion masuk melaalui trakea kedalam usus. Polihydramnion bisa terjadi
akibat perubahan dari sirkulasi amnion pada janin. 
Neonates dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan
banyak sekali  air liur atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat
menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada atresia dengan distal TEF, sekresi dengan
gaster dapat masuk keparu-paru dan sebaliknya, udara juga dapat bebas masuk
dalam saluran pencernaan saat bayi menangis ataupun mendapat ventilasi
bantuan. Keadaan-keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster yang fatal.
Diketahui bahwa bagian esophagus distal tidak menghasilkan peristaltic dan ini
bisa menyebabkan disfagia setelah perbaikan esophagus dan dapat menimbulkan
reflux gastroesofageal.
Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia esophagus. Trakea
abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan trakea dan bertambahnya ukuran
otot tranversal pada posterior trakea. Dinding trakea lemah sehingga mengganggu
kemampuan bayi untuk batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia
8

yang bisa berulang-ulang. Trakea juga dapat kolaps bila diberikan makanana
atupun air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan yang tidak efektif, hipoksia
atau bahkan bisa menjadi apneo.

D. KLASIFIKASI
1. Kalasia
Chalasia ialah keadaan bagian bawah esophagus yang tidak dapat menutup
secara baik, sehingga menyebabkan regurgitasi, terutama kalau bayi
dibaringkan. Pertolongan : member makanan dalam posisi tegak, yaitu duduk
dalam kursi khusus. Kalasia adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah
esophagus (pada persambungan dengan lambung yang tidak dapat menutup
rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila dibaringkan.
2. Akalasia
Ialah kebalikan chalasia yaitu bagian akhir esophagus tidak membuka secara
baik, sehingga  keadaan seperti stenosis atau atresia. Disebut pula  spasmus
cardio-oesophagus. Sebabnya : karena terdapat cartilage trachea yang tumbuh
ektopik dalam esophagus bagian bawah, berbentuk tulang rawan yang 
ditemukan secara mikroskopik dalam lapisan otot.
3. Classification System Gross
Atresia esophagus disertai dengan fistula trakeoesofageal distal adalah tipe
yang paling sering terjadi. Varisi anatomi dari atresia esophagus
menggunakan system klasiifikasi gross of bostom yang sudah popular
digunakan.
System ini berisi antara lain:
a. Tipe A       : Atresia esophagus tanpa fistula ; atresia esophagus murni
(10%)
b. Tipe B       : Atresia esophagus dengan TEF proximal (<1%)
c. Tipe C       : Atresia esophagus dengan TEF distal (85%)
d. Tipe D       : Atresia esophagus dengan TEF proximal dan distal (<1%)
e. Tipe E        : TEF tanpa atresia esophagus ; fistula tipe H (4%)
f. Tipe F        : Stenosis esophagus congenital tanpa atresia (<1%)
9

E. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya timbul setelah bayi berumur 2-3 minggu, yaitu berupa muntah
yang proyektil beberapa saat setelah minum susu ( yang dimuntahkan hanya
susu ), bayi tampak selalu haus dan berat badan sukar naik.
a. Biasanya disertai dengan hidramnion (60%) dan hal ini pula yang
menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir premature, sebaiknya dari
anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidrmnion
hendaknya dilakukan kateterisasi esophagus . bila kateter berhenti pada
jarak < 10 cm, maka diduga artesia esophagus.
b. Bila pada BBL timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh
keluar, dicurigai terdapat atresia esophagus.
c. Segera setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis
karena aspirasi cairan kedalam jalan napas.
d. Pada fistula trakeaesofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam
paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.
Gejalanya bisa berupa :
a. Mengeluarkan luda yang sangat banyak
b. Terbatuk atau tersedak setelah berusaha untuk menelan
c. Tidak mau menyusu
d. Sianosis (kulitnya kebiruan)
e. Adanya fistula menyebabkan ludah bisa masuk kedalam paru-paru
sehingga terjadi resiko terjadinya pneumonia aspirasi.(4)(5)

F. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Sebelum Operasi
Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi
untuk bayi baru lahir mulai umur 1 hari antara lain :
a. Cairan intravena mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.
b. Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.
c. Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine
dengan posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45o.
10

d. NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin.


e. Monitor vital signs.
Pada bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan perhatian
khusus. Jelas diperlukan pemasangan endotracheal tube dan ventilator mekanik.
Sebagai tambahan, ada resiko terjadinya distensi berlebihan ataupun rupture
lambung apabila udara respirasi masuk kedalam lambung melalui fistula karena
adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini dapat diminimalisasi dengan
memasukkan ujung endotracheal tube sampai kepintu masuk fistula dan dengan
memberikan ventilasi dengan tekanan rendah.
Echochardiography  atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan atresia
esophagus penting untuk dilakukan agar segera dapat mengetahui apabila terdapat
adanya kelainan kardiovaskular yang memerlukan penanganan segera.
2. Tindakan Selama Operasi
Pada umumnya operasi perbaikan atresia esophagus tidak dianggap
sebagai hal yang darurat. Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi premature
dengan gangguan respiratorik yang memerlukan dukungan ventilatorik. Udara
pernapasan yang keluar melalui distal fistula akan menimbulkan distensi lambung
yang akan mengganggu fungsi pernapasan. Distensi lambung yang terus-menerus
kemudian bisa menyebabkan rupture dari lambung sehingga mengakibatkan
tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi memperberat fungsi pernapasan.
Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan
melakukan ligasi terhadap fistula trakeaesofageal dan menunda tindakan
thoratocomi sampai masalah ganggua respiratorik pada bayi benr-benar teratasi.
Targetnya ialah operasi dilakukan 8-10 hari kemuudian untuk memisahkan fistula
dari memperbaiki esophagus.
Pada prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki
abnormalitas anatomi. Tindakan operasi dari atresia esophagus mencakup.
a. Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses
vaskuler yang baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan yang
cukup sehingga tidak menybabkan distensi lambung
11

b. Bronkoskopi pra-operatif berguuna untuk mengidentifikasi dan


mengetahui lokasi fistula.
c. Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di
depan dada untuk dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada H-
fistula, operasi dilakukan melalui leher karena hanya memisahkan fistula
tanpa memperbaiiki esophagus. esophagus.
d. Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara
diikat dan dijahit kemudian dibuat anastomisis esophageal antara kedua
ujung proximal dan distal dan esophagus.
e. Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu jarak
antara esofagus proksimal dan distal dapat disambung langsung ini disebut
dengan primary repairyaitu apabila jarak kedua ujung esofagus dibawah 2
ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6 ruas vertebra, dilakukan delaved primary
repair. Operasi ditunda paling lama 12 minggu, sambil dilakukan cuction
rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy, maka jarak kedua ujung
esofagus akan menyempit kemudian dilakukan primary repair. Apabiila
jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas vertebra, maka dijoba
dilakukan tindakan diatas, apabila tidak bisa juga makaesofagus
disambung dengan menggunakan sebagai kolon.
3. Tindakan Setelah Operasi
Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan
secara rutin. Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu
dalam dan mengenai bekas operasi tempat anastomisis agar tidak menimbulkan
kerusakan. Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada
atresia esofagus dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
12

1. Dismotilitas esophagus => Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot


dingin esophagus. Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi
ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah mulai makan dan minum.
2. Gastroesofagus refluk => Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini
kana mengalami gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa,
dimana asam lambung naik atau refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat
diperbaiki dengan obat (medical) atau pembedahan.
3. Trakeo esogfagus fistula berulang => Pembedahan ulang adalah terapi
untuk keadaan seperti ini.
4. Disfagia atau kesulitan menelan => Disfagia adalah tertahannya makanan
pada tempat esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan
menelan air untuk tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
5. Kesulitan bernafas dan tersedak => Komplikasi ini berhubungan dengan
proses menelan makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke
dalam trakea.
6. Batuk kronis => Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi
perbaikan atresia esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
7. Meningkatnya infeksi saluran pernafasan => Pencegahan keadaan ini
adalah dengan mencegah kontakk dengan orang yang menderita flu, dan
meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan
suplemen.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah
berdasarkan tahapan-tahapan pada proses keperawatan.  tahap pengkajian
merupakan tahap awal, disini perawat mengumpulkan semua imformasi  baik dari
klien dengan cara observasi dan dari keluarganya. Lakukan penkajian bayi baru
lahir.observasi manipestasi atresia esophagus dan fistula. Traekeoesofagus, saliva
berlebihan, tersedat, sianosis, apneu.
a. Sekresi berlebihan , mengalirkan liur konstan,sekresi hidung banyak.
13

b. Sianosis intermitten yang tidak diketahui penyebabnya.


c. Laringaspasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi
dalam kantong buntu.
d. Distensi abdominal.
e. Respon kekerasan setelah menelan makanan yang pertama atau kedua :
bayi batuk dan tersedat saat cairan kembali melalui hidung dan mulut
trejadi sianosis.
f. Bayi sering premetur dan kehamilan munkun terkomplikasi oleh hydra
amniaon (cairan amniotic berlebihan dalam kantong ).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal
antara esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
2. Aspirasi berhubungan dengan tidak adanya saluran dari esofagus ke
lambung.
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan g-
tube.
14

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Gambaran Kasus


By N berusia 16 hari masuk via IGD pada tanggal 22 desember 2018 rujuan dari RS
syafira, dengan usia gestasi 38 minggu, berat lahir 2050 kg, panjang lahir 48 cm, nilai
APGAR skor 7 menit ke 1 dan 8 menit ke 5, keluarga mengatakan sebelumnya bayi
mengalami muntah saat diberi ASI, bayi sianosis, mulut bayi banyak mengeluarkan
saliva, pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 31 desember 2018, bayi post
operasi atresia esophagus tipe c long gap, tanggal 25 desember 2019, bayi post op hari
ke 6, bayi terpasang gastrostomi, trakeostomi, bayii mengalami muntah via
gastrostomi setelah diberi susu pada pukul 16.00, bayi mengalami sianosis, penurunan
saturasi okksigen, bayi sesak dengan frekuensi nafas 75 x/mnt, bayi terpasang
BCPAP, dengan FLOW : 8, FIO2:45, PIP: 6. CRT>3 dtk, tangisan bayi lemah, reflek
hisap kuat, reflek menelan ada, warna residu : kuning. Hasil pemeriksaan
laboratorium Hemoglobin: 9,8 g/dl, hematokrit: 32,4%, leokosit: 17,69 10̂ 3/ul,
trombosit: 168.000/ul, IT Ratio: 0,29, CRP reaktif 24, pemeriksaan kultur darah (+)
hasil steril, albumin 3,0, bayi mendapatkan terapi vancomicin, fluconazole, nebulizer
(ventolin + pulmicord)
15

A. Pengkajian

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FORMAT PENGKAJIAN


STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU
TA. 2018/2019
NEONATUS

Hari / Tanggal Pengkajian : _Senin /22 Oktober 2018

Nama Preseptee :KELOMPOK IV

NIM :

Ruangan : _IPN_______________________________________


Nomor RM: 99 88 49
INFORMASI UMUM

Masuk Ruang Rawat: IPN Kelas : lll Tanggal / Jam : 19-10-2018/ 00.56 WIB
Diagnosis Masuk: NCB + KPD + BBLR Masuk RS melalui : IGD
Nama Pasien: By. Ny. RNama Ibu : Rini Andrini Anak Ke- : 1
Tanggal Lahir: 18-10-2018 Jenis Kelamin : ( √ ) Laki-laki ( ) Perempuan

Usia Gestasi: 36-37 mingguBerat Lahir : 1.800 gramPanjang Lahir: 41 cm


Usia Kronologis : 3 hariBerat Badan : 1.785 gramPanjang Badan: 41 cm
Nilai APGAR : 07 menit ke- 1 dan09 menit ke- 5
LK : 31 cmLD : 20 cm LP : 24 cmLLA :9,5 cm Warna Kulit : Merah
Nadi : 140 kali/menitSuhu : 36,6 0C RR : 52 kali/menit
Kelainan Bawaan : ( √ ) Tidak Ada ( ) Ada
KELUHAN UTAMA

Alasan Masuk / Dirawat :


Bayi lahir SC dengan indikasi KPD 17 jam + PEB. Bayi lahir tidak langsung menangis. Gestasi 36-37
minggu. Dilakukan resusitasi sampai 2 siklus. Sisa ketuban kering. G1 P0 A0 H0 BBL 1800 gram.
Sampai IPN usia 1 jam. Sesak (-), Sianosis (-). BBM 1785 gram. S= 36,7. GDS 69 gr/dL

Bayi lahir dengan BB 1800 gram, BBS 1750 gram, BBK : 1780 gram, pada gestasi 36-37 minggu
PENYAKIT
RIWAYAT
SAAT INI
16

Usia Ibu saat hamil 24 Thn Masalah Saat Kehamilan Tidak ada
Frekuensi ANC per bulan 5 kali di OK IGD
RIWAYAT PERSALINAN

Jenis Persalinan ( ) Spontan


Spontan ( √Sectio
) SectioCaesarea
Caesarea Tindakan ......................
Penolong Persalinan DokterBidan/PerawatLainnya
( √ ) Dokter ( ) Bidan/perawat ( ) Lainnya…..

Gestasi AtermPrematurPostmatur
( ) Aterm ( √ ) Prematur 36-37 ( ) Postmatur
Berat badan sesuai usia ( √ ) Kecil menurut masa kehamilan
kehamilan
( ) Sesuai menurut masa kehamilan

( ) Besar menurut masa kehamilan


Kondisi Air Ketuban JernihKeruhLainnya
( ) Jernih Kering
( ) Keruh ( ) Lainnya Kering
( √ ) Tidak ada ( ) Asma ( ))Hipertensi
Hipertensi Penyakit kronik dan Infeksi : Tidak ada

( ) Jantung ( ) Diabetes Melitus ...........................................................................................


RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Penyakit keturunan : Tidak ada


( ) Lain-Lain …………..
...........................................................................................
Genogram (3 generasi)

: laki-laki

: perempuan

: pasien

: tinggal 1
rumah

( √ ) Sucking/menghisap ( √ ) Rooting ( ) Ekstrusi/menolak ( √ ) Swallowing/menelan


REFLEKS PRIMITIF

( √ ) Muntah (√ ) Berkedip ( ) Doll’s eye ( ) Glabelar

( ) Grasp Palmar/Plantar ( ) Galant ( ) Perez ( ) Otolith

( √ ) Moro ( ) Startle ( ) Patella ( ) Placing

( √ ) Babinski ( √ ) Kaku Kuduk ( ) Dancin ( ) Stepping

( ) Lainnya ............................................................
17

PEMERIKSAAN FISIK
Nafas cuping hidung Ya
( ) Ya ( ) Tidak
SISTEM PERNAFASAN

Sianosis Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
Retraksi Dada ( ) Substernal ( ) Intercostal
Bunyi Paru ( √ )Vesicular ( ) Ronchi( )Wheezing ( ) Lain

Bunyi Jantung ( √ ) Reguler ( ) Murmur( ) Gallop( ) Lain

Periode Apnea ( ) Ya, berapa kali ( √ ) Tidak Tidak

v Bantuan Oksigen ( ) Nasa ( ) CPAP ( ) Ventilator


( √ ) Tidak Menggunakan ( ) Headbox

HeadBoxJELASKAN
Capillary Refil Time <
( √2detik> 2 detik
) < 2 detik ( ) > 2 detik

Masalah Keperawatan
Pola nafas tidak efektif b.d
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
Kerusakan pertukaran gas b.d
Penurunan curah jantung b.d
Gangguan perfusi jaringan b.d

Fontanel Datar
( √ ) Datar ( ) Cekung ( ) Cembung ( ) Lain….…
KESEIMBANGAN CAIRAN

Mata Tidak Cekung


( ) Cekung ( √ ) Tidak cekung
Mukosa Elastis
( √ ) Elastis ( ) Kerimg

Cubitan perut kembali <


( √2)detik
< 2 detik ( ) > 2 detik

Urinasi >
( 6) <kali/hari
6 kali/ hari ( ) > 6 kali/ hari
Nadi ( ) < 120 kali/menit ( √ ) 120 - 160 kali/menit
( ) >160 kali/menit

Lain-lain ( ) Oedem Palpebra ( ) Pitting Edema

( ) Anasarka

Jenis Cairan IVFD D10 1/5 Ns+ Kcl 5mg & AS10% 3gm Tetes:8,3 dan 2,2x/menit
Masalah Keperawatan

Kekurangan volume cairan b.d ...................................................................................................

Kelebihan volume cairan b.d ......................................................................................................

Risiko ketidakseimbangan elektrolit


18

Refleks hisap ( ) Kuat ( √ ) Lemah

Refleks menelan ( ) Ada ( √ ) Tidak Ada

Bentuk mulut & langit-langit ( √ ) Simetris ( ) Tidak simetris

Kelainan mulut & langit-langit ( ) Labio Schizis ( ) Palato Schizis

( ) Labiopalatoschizis ( √ ) Tidak ada kelainan


Abdomen ( √ ) Datar ( ) Kembung
PENCERNAAN

( ) Ada kelainan........................................................................
Bising Usus ( ) Ada ( √ ) Tidak Ada
x/menit

Keluar Mekonium ( √ ) <48 jam ( ) >48 jam


Volume Residu ( ) < 5 ml ( ) ( ) > 5 ml............................

Warna Residu KuningHijauHitam

Muntah ( ) Ya ( √ ) Tidak
Masalah Keperawatan

Resiko deficit nutrisi b.d ketidakmampuan makan dan minum √

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ....................................................

Ketidakefektifan pola menyusui b.d prematuritas, penurunan refles menghisap √.......................


Keadaan ( √ ) Bersih ( ) Kotor

Bentuk ( √ ) Normal ( ) Abnormal

Meatus Urinarius ( √ ) BAK spontan ( ) Kesulitan BAK .............

( √ ) Frek BAK 5x/hari


Anus ( √ ) Refleks Spincter ( ) Lecet/ruam
UROGENITAL

( √ ) Frek BAB...x/hari ( ) Kesulitan BAB .............

( ) Tanda prolapsus/polip ( ) Fistula Ani


Lain-lain ..................................................................................................

Genetalia Perempuan Laki-laki

( ) Mons pubis ( ) Pembengkakan ( ) Pimosis ( ) Hipospadia ( ) Lesi

( ) Lubang vagina ( ) Lesi ( ) Hidrocele ( ) Pembengkakan


Masalah Keperawatan

Inkontinensia urin b.d

Diare b.d .....................................................................................................................................

Konstipasi b.d .............................................................................................................................


19

Tingkat Kesadaran Compos Mentis


((( (((
Tangisan ( ) Kuat ( ) Merintih ( √ ) Lemah

Kejang ( ) Ya ( √ ) Tidak
MUSKULOSKELETAL
NEUROSENSORI DAN

Gerakan ( ) Aktif ( √ ) Lemah

Bentuk Tulang Belakang ( √ ) Normal ( ) Terdapat spina bifida

Refleks Startle ( √ ) Ada ( ) Tidak Ada

Masalah Keperawatan

Gangguan perfusi serebral b.d .....................................................................................................

Gangguan mobilitas fisik b.d ......................................................................................................

Gangguan pendengaran b.d .........................................................................................................


Perabaan ( √ ) Hangat ( ) Dingin

Bantuan yang dibutuhkan ( √ ) Inkubator, Suhu :34,0 0C ( ) Blue Light, Jenis..........


( ) Penghangat Radian

Kondisi ruangan ( √ ) Ber-AC, Suhu : 26 0C ( ) Tidak Ber-AC, Suhu..........0C


TERMOREGULASI

Treatment perawatan ( ) Sering menggunakan pintu incubator


( √ ) Melalui jendela inkubator

Kelainan lain, sebutkan Tidak ada


Masalah Keperawatan

Hipotermia b.d ............................................................................................................................

Hipertermia b.d ...........................................................................................................................

Termoregulasi tidak efektif b.d....................................................................................................

Resiko hipotermi..........................................................................................................................

Resiko ketidakefektifan termoregulasi b.d lemak subkutan yang sedikit √

Jarak pandang bayi dan ibu <30 cm Tidak

Sentuhan diberikan oleh ibu Tidak

Kontak mata ibu terhadap bayi Ya


PSIKOSOSIAL

Posisi ibu saat menggendong dan menyusui Tidak

Keaktifan ibu dalam memberikan rangsang suara/taktil Ya

Keterlibatan ayah dalam merawat, memberi rangsangan Tidak

Motivasi untuk merawat anak hingga sembuh Ya

Daya tahan terhadap stressor Ya

Kebutuhan Pembelajaran, Sebutkan....................................................................................................


20
Metode Penilaian Nyeri ( √ ) NIPS ( ) PIPP
NYERI Jumlah Skor 0
Kategori ....................

Indikator Respon Skor

Wajah tenang, ekspresi netral, otot relaks 00


Ekspresi wajah
Meringis, otot wajah tegang, alis berkerut, ekspresi negatif 1
Tangisan Tenang, tidak menangis 00
Mengerang, lemah intermiten 1
Noenatal Infant Pain Scale

Menangis kencang, melengking terus menerus 2

(catatan: menangis tanpa suara diberi skor bila bayi diintubasi

Gerakan tungkai Tidak ada kekakuan otot, gerakan tungkai biasa 00


Tegang / kaku 1
Pola Nafas Relaksasi, bernafas biasa 00
Tarikan nafas ireguler, lebih cepat dibandingkan biasaa, menahan 1
nafas, tersedak

Status terjaga
Tanggal: 22-10-2018Terjaga tenang atau tertidur tenang 0
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hemoglobin 18,4 14,0 - 18,0 g/dL


Hematokrit 54, 0 42,0 -
Rewel atau gelisah52,0 % 1
MCV 101,7 79,0 - 99,0 fL
Interpretasi 34,7
MCH 27,0 - 31,0 pg
RDW – CV 18,4 11,5 - 14,5 %
Skor 0 : tidak perlu intervensi
RDW – SD 68,6 35,0 - 47,0 fL
Trombosit
Skor 1-3 124 non
: intervensi 150 - 450 10^3/uL
farmakologis
Eosinofit 6,3 2,0 - 4,0 %
Neutrofil
Skor 4-5 40,9analgesic
: terapi 50 -non
70 opioid
%
Motorik Kasar 16,9
Monosit :________________________________________
2,0 - 8,0 %
Na+ 134 135 - 145 mmol/L
Motorik Halus 3,5 - 5,5 :________________________________________
KEMBANG
TUMBUH

K+ 3,1 mmol/L
Calcium 0,13 0,90 - 1,08 mmol/L
Bahasa :________________________________________

Sosial :________________________________________

Hambatan tumbuh kembang :________________________________________

___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
21

Tanggal: 22-10-1018
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM Imunologi : CRP Reaktif 48<6 mg/L
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Tanggal : __________________

Jenis Pemeriksaan Temuan

________________________________ ____________________________________________________

________________________________ ____________________________________________________

________________________________ ____________________________________________________

________________________________ ____________________________________________________

________________________________ ____________________________________________________

________________________________ ____________________________________________________

1. Baetesin 125 mg/ 12 jam


2. Mikasin 12,5 / 12 jam
3. OM2 4 mg / hari
OBAT-OBATAN

4. Dio 1/5 Ns + kcl 5 mg


5. As 10% 2 gr
22
32

B. Diagnosa keperawatan
MCP

ND 1 : ketidakefektifan bersihan jalan ND 2 : Ketidakefektifn perfusi jaringan


napas b.d produksi mucus berlebihan DM : Atresia Esophagus perifer b.d penurunan suplai O2

Ds : KA : DS : -

Do : - By terpasang Gastrostomi DO :

- By banyak mengeluarkan sekret - By banyak mengeluarkan - CRT > 2 dtk


pada mulut secret pada mulut - Hb : 9,8 g/dl
- Suara napas ronkhi - By muntah saat diberi - By Tampak sianosis
- RR : 75 x/mnt minum - RR : 75x/ mnt
- SPo2 :70% - Sesak napas - Nadi : 160x/ mnt
- By tampak gelisah - Suara napas RonkhiSPO2
- By menangis dan tidak menurun
mengeluarkan suara - CRT > 2 dtk
- By terpasang thorakostomi

Therapy : Nebulizer :Pulmicord +


ventolin
33

ND 3 : Resiko Infeksi

DS : -

DO :

- Leukosit 17,69 10̂3/uL


- Trombosit 168.000 /uL
- Hematrokit 32,4 %
- Hemoglobin 9,8 g/dL
- IT Ratio 0,29
- CRP Reaktif 24
- Lahir spontan
- P2 A0 H2
- Cek kultur darah (+), hasil : steril
34

C. Intervensi

FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama pasien : By. N


Ruangan : Perinatologi
Diagnosa Keperawat : 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
produksi mucus berlebih
Batasan Karakteristik : makan/minum
Ds :
Do :
- Bayi banyak mengeluarkan secret pada - Bayi tampak gelisah
mulut - Bayi menangis dan tidak
- Suara nafas roni mengeluarkan suara
- Suara nafas ronki - Bayi terpasang thorakostomi,
- Frekuensi nafas 75 x/mnt
- SPO2 70%
-
Noc Nic
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Aktivitas :
a. Observasi
keperawatn selama 5x24 jam diharapkan
1. Monitor TTV bayi
bersihan jalan nafas nafas efektif. 2. Monitor SPO2
3. Monitor pola nafas bayi
Criteria hasil:
4. Monitor adanya suara nafas
 Frekuensi nafas : normal tambahan
 Irama nafas : teratur b. Mandiri
 Auskultasi nafas : normal 1. Atur posisi bayi untuk
memaksimalkan ventilasi
 Saturasi oksigen normal 2. Lakukan pengisapan mulut dengan
alat penghisap sesuai kebutuhan
3. Auskultasi dada untuk mengetahui
penurunan atau ketiadaan ventilasi
dan adanya suara nafas tambahan
4. Kaji keefektifan pemberian
oksigen, frekuensi, kedalaman dan
upaya pernafasan
5. Kaji adanya mukus
6. Ukur tanda vital setiap 3 jam
7. Perhatikan respon bayi setiap
melakukan tindakan
c. Edukasi
1. Jelaskan kepada orang tua
prosedur pengisapan yang
dilakukan
2. Jelaskan kepada orang tua tentang
35

peralatan pendukung yang


digunakan
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy pada bayi

FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama pasien : By. N
36

Ruangan : Perinatologi
Diagnosa Keperawatan 2 :Ketidakefektifn perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai O2

Batasan Karakteristik :
DS : -
DO :
- CRT > 2 dtk
- Hb : 9,8 g/dl
- By Tampak sianosis
- RR : 75x/ mnt
- Nadi : 160x/ mnt
-
Noc Nic

Tujuan : setelah dilakukan tindakan Aktivitas :


keperawatn selama 5x24 jam diharapkan a. Observasi
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer 1. Monitor tanda-tanda vital
teratasi 2. Monitor status pernapasan, ABC
1. Tissue Integrity : Skin & Mucus level, oksimetri, denyut nadi,
membrane kedalaman, pola, dan laju
2. Tissue Perfusion : peripheral pernapasan
Kriteria Hasil : 3. Monitor status hidrasi
1. Suhu ekstremitas kulit normal ( kelembapan, membrane
2. Capilary refill dalam batas normal mucosa, , denyut nadi)
( < 2 dtk )
3. Tanda tanda vital dalam batas normal b. Mandiri
4. Integritas kulit yang baik bias 1. Melakukan penilaian
dipertahankan komprehensif terhadap sirkulasi
perifer
2. Elevasi anggota badan 200atau
lebih

c. Edukasi
1.
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi IV
2. Kolaboradi dalam pemberian
transfuse darah b

FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama pasien : By. N
37

Ruangan : Perinatologi
Diagnosa Keperawatan 3: Resiko Infeksi b.d
Batasan Karakteristik : - IT Ratio 0,29
- Leukosit 17,69 10̂3/uL - CRP Reaktif 24
- Trombosit 168.000 /uL - Lahir spontan
- Hematrokit 32,4 % - P2 A0 H2
- Hemoglobin 9,8 g/dL - Cek kultur darah (+) hasil steril
Noc Nic
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Aktivitas :
keperawatn selama 5x24 jam diharapkan a. Observasi
resiko infeksi tidak terjadi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
1. Immune status 2. Monitor peningkatan leokosit
2. Knowledge infection control
Kriteria Hasil : b. Mandiri
1. Bebas dari tanda dan gejala infeksi: 3 1. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
(cukup terganggu) menjadi 4 (Sedikit tangan
terganggu) 2. Cuci tangan setiap sebelum dan
2. Mendeskripsikan proses penularan : sesudah tindakan keperawatan
penyakit,factor yang mempengaruhi 3. Gunakan baju, sarung tangan
penularan serta penatalaksanaan 2 sebagai alat pelindung
(pengetahuan tebatas) menjadi 3 4. Pertahankan teknik aseptik pada
(pengetahuan sedang) pasien yang beresiko
3. Jumlah leokosit dalam batas normal : 5. Bersihkan lingkungan setelah
4 (cukup terganggu) menjadi 5 (tidak dipakai pasien lain
terganggu)
c. Edukasi
1. Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
2. Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala inpeksi
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberian
antibiotic
2. Kolaborasi dalam pemeriksaan
kultur darah
3. Kolaborasi dalam pemeriksaan
darah laboratorium

D. Implementasi dan Evaluasi


IMPLEMENTASI
38

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Prf


1.1 2/jan/2019 Aktivitas: S:
-
15.00 a. Observasi: O:
1. Memonitor TTV bayi : N : 135 - Bayi
X/mnt, RR: 75 X/mnt, T: terpasang
36,50C, SPO2: 70% BCPAP
2. Memonitos SPO2 : 70% dengan
3. Memonitor pola nafas bayi : ( flo2: 45,
tidak teratur ( takipnea) flow:8, pip:
4. Memonitor adanya suara nafas 6)
tambahan : suara nafas ronki - Frekuensi
b. Mandiri: nafas : 70
1. Mengatur posisi bayi untuk x/mnt.
memaksimalkan ventilasi : - Tidak terjadi
head up 30 0 sianosis
2. Melakukan penghisapan mulut - Secret pada
dengan alat penghisap sesuai mulut
kebutuhan berkurang
3. Melakukan auskultasi dada - Suara nafas
untuk mengetahui penurunan ronki
atau ketiadaan ventilasi dan - Warna secret
adanya suara nafas tambahan putih
4. Mengkaji keefektifan - SPO2 : 75 %
pemberian oksigen dan A:
frekuensi, kedalaman dan Ketidakefektifan
upaya pernafasan: alat bantu bersihan jalan nafas
nafas terpasang : b/d produksi mucus
BCPAP,frekuensi nafas: 70 berlebih belum
x/mnt, kedalaman: 2:1 teratasi
5. Mengkaji adanya secret :
adanya secret pada mulut P:
bewarna putih Intervensi
c. Edukasi: dilanjutkan
1. Menjelaskan kepada orang tua
prosuder pengisapan yang
dilakukan
2. Menjelaskan kepada orang tua
tentaang peralatan pendukung
yang dilakukan
d. Kolaborasi:
1. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian theraapi pada
bayi :
 nebulizer (ventolin dan
pulmikord)

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Prf


39

1.2 3/jan/2019 Aktivitas: S:


-
21.00 a. Observasi: O:
1. Memonitor TTV bayi : N : 149 - Bayi
X/mnt, RR: 60 X/mnt, T: terpasang
36,50C, SPO2: 80% BCPAP
2. Memonitos SPO2 : 80% dengan
3. Memonitor pola nafas bayi : ( flo2: 45,
teratur flow:8, pip:
4. Memonitor adanya suara nafas 6)
tambahan : suara nafas ronki - Frekuensi
b. Mandiri: nafas : 60
1. Mengatur posisi bayi untuk x/mnt.
memaksimalkan ventilasi : - Tidak terjadi
head up 30 0 sianosis
2. Melakukan penghisapan mulut - Secret pada
dengan alat penghisap sesuai mulut
kebutuhan berkurang
3. Melakukan auskultasi dada - Suara nafas
untuk mengetahui penurunan ronki
atau ketiadaan ventilasi dan - Warna secret
adanya suara nafas tambahan putih
4. Mengkaji keefektifan - SPO2 : 80 %
pemberian oksigen dan A:
frekuensi, kedalaman dan Ketidakefektifan
upaya pernafasan: alat bantu bersihan jalan nafas
nafas terpasang : b/d produksi mucus
BCPAP,frekuensi nafas: 70 berlebih belum
x/mnt, kedalaman: 2:1 teratasi
5. Mengkaji adanya secret :
adanya secret pada mulut P:
bewarna putih Intervensi
c. Edukasi: dilanjutkan
1. Menjelaskan kepada orang tua
prosuder pengisapan yang
dilakukan
2. Menjelaskan kepada orang tua
tentaang peralatan pendukung
yang dilakukan
d. Kolaborasi:
1. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian theraapi pada
bayi :
 nebulizer (ventolin dan
pulmikord)

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Prf


40

1.3 4/jan/2019 Aktivitas: S:


-
15.00 a. Observasi: O:
1. Memonitor TTV bayi : N : 140 - Bayi
X/mnt, RR: 60 X/mnt, T: terpasang
36,30C, SPO2: 90% BCPAP
2. Memonitos SPO2 : 90% dengan
3. Memonitor pola nafas bayi : ( flo2: 45,
teratur flow:8, pip:
4. Memonitor adanya suara nafas 6)
tambahan : suara nafas ronki - Frekuensi
b. Mandiri: nafas : 60
1. Mengatur posisi bayi untuk x/mnt.
memaksimalkan ventilasi : - Tidak terjadi
head up 30 0 sianosis
2. Melakukan penghisapan mulut - Secret pada
dengan alat penghisap sesuai mulut
kebutuhan berkurang
3. Melakukan auskultasi dada - Suara nafas
untuk mengetahui penurunan ronki
atau ketiadaan ventilasi dan - Warna secret
adanya suara nafas tambahan putih
4. Mengkaji keefektifan - SPO2 : 80 %
pemberian oksigen dan A:
frekuensi, kedalaman dan Ketidakefektifan
upaya pernafasan: alat bantu bersihan jalan nafas
nafas terpasang : b/d produksi mucus
BCPAP,frekuensi nafas: 70 berlebih belum
x/mnt, kedalaman: 2:1 teratasi
5. Mengkaji adanya secret :
adanya secret pada mulut P:
bewarna putih Intervensi
c. Edukasi: dilanjutkan
1. Menjelaskan kepada orang tua
prosuder pengisapan yang
dilakukan
2. Menjelaskan kepada orang tua
tentaang peralatan pendukung
yang dilakukan
d. Kolaborasi:
1. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian theraapi pada
bayi :
 nebulizer (ventolin dan
pulmikord)

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Prf


41

1.4 5/jan/2019 Aktivitas: S:


-
10.00 a. Observasi: O:
1. Memonitor TTV bayi : N : 140 - Bayi
X/mnt, RR: 60 X/mnt, T: terpasang
36,30C, SPO2: 90% BCPAP
2. Memonitos SPO2 : 90% dengan
3. Memonitor pola nafas bayi : ( flo2: 45,
teratur flow:8, pip:
4. Memonitor adanya suara nafas 6)
tambahan : suara nafas ronki - Frekuensi
b. Mandiri: nafas : 60
1. Mengatur posisi bayi untuk x/mnt.
memaksimalkan ventilasi : - Tidak terjadi
head up 30 0 sianosis
2. Melakukan penghisapan mulut - Secret pada
dengan alat penghisap sesuai mulut
kebutuhan berkurang
3. Melakukan auskultasi dada - Suara nafas
untuk mengetahui penurunan ronki
atau ketiadaan ventilasi dan - Warna secret
adanya suara nafas tambahan putih
4. Mengkaji keefektifan - SPO2 : 80 %
pemberian oksigen dan A:
frekuensi, kedalaman dan Ketidakefektifan
upaya pernafasan: alat bantu bersihan jalan nafas
nafas terpasang : b/d produksi mucus
BCPAP,frekuensi nafas: 70 berlebih belum
x/mnt, kedalaman: 2:1 teratasi
5. Mengkaji adanya secret :
adanya secret pada mulut P:
bewarna putih Intervensi
c. Edukasi: dilanjutkan
1. Menjelaskan kepada orang tua
prosuder pengisapan yang
dilakukan
2. Menjelaskan kepada orang tua
tentaang peralatan pendukung
yang dilakukan
d. Kolaborasi:
1. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian theraapi pada
bayi :
 nebulizer (ventolin dan
pulmikord)

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Prf


42

2.1 2/jan/2019 Aktivitas: S:


-
15.00 a. Observasi: O:
1. Memonitor TTV bayi - Akral dingin
2. Memonitor status pernafasan, - bayi
Airway,Breathing, Circulation mendapatkan
level. transfusi PRC
3. Memonitor status oksimetri, - HB : 9,8 g/dl
denyut nadi, kedalaman nafas, - TC: 168.000
pola nafas dan laju pernafasan /ul
(laju pernafasan : cepat - CRT> 3 dtk
(takipnea, RR: 75 x/mnt), pola - Bayi terpasang
nafas : tidak teratur. puls oksimetri
4. Memonitor status - SPO2 : 80 %
hidrasi( kelembaban kulit: kulit
lembab, membrane mukosa A:
lembab, denyut nadi : 140 Ketidakefetifan
x/mnt perfusi jaringan
5. Memonitor hasil laboratorium perifer b.d penurunan
(Hb, TC,) suplai dan kebutuhan
HB: 9,8 g/dl O2 belum teratasi
TC: 168.000/ul P:
b. Mandiri: Intervensi dilanjutkan
1. Melakukan penilaian secara
komprehensif terhadap
sirkulasi perifer
 CRT > 3 dtk
 Adanya sianosis
 Akral dingin
2. Mengatur posisi bayi 200 atau
lebih
c. Edukasi:
d. Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapy
2. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian transfuse
PRC pada bayi

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Prf


43

2.2 3/jan/2019 Aktivitas: S:


-
21.00 a. Observasi: O:
1. Memonitor TTV bayi - Akral dingin
2. Memonitor status pernafasan, - HB : 11,8 g/dl
Airway,Breathing, Circulation - TC: 168.000
level. /ul
3. Memonitor status oksimetri, - CRT< 3 dtk
denyut nadi, kedalaman nafas, - Bayi terpasang
pola nafas dan laju pernafasan puls oksimetri
(laju pernafasan : cepat - SPO2 : 80 %
(takipnea, RR: 75 x/mnt), pola
nafas : teratur. A:
4. Memonitor status Ketidakefetifan
hidrasi( kelembaban kulit: kulit perfusi jaringan
lembab, membrane mukosa perifer b.d penurunan
lembab, denyut nadi : 140 suplai dan kebutuhan
x/mnt O2 belum teratasi
5. Memonitor hasil laboratorium P:
(Hb, TC,) Intervensi dilanjutkan
HB: 11,7 g/dl
TC: 168.000/ul
b. Mandiri:
1. Melakukan penilaian secara
komprehensif terhadap
sirkulasi perifer
 CRT < 3 dtk
 Akral dingin
2. Mengatur posisi bayi 200 atau
lebih
c. Edukasi:
d. Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian therapy
2. Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
transfuse PRC pada bayi
44

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Prf


2.3 4/jan/2019 Aktivitas: S:
-
10.00 a. Observasi: O:
1. Memonitor TTV bayi - Akral teraba
2. Memonitor status pernafasan, hangat
Airway,Breathing, Circulation - HB : 11,8 g/dl
level. - TC: 168.000
3. Monitor status oksimetri, /ul
denyut nadi, kedalaman nafas, - CRT< 3 dtk
pola nafas dan laju pernafasan - Bayi terpasang
(laju pernafasan : cepat puls oksimetri
(takipnea, RR: 75 x/mnt), pola - SPO2 : 90 %
nafas : teratur.
6. Monitor status A:
hidrasi( kelembaban kulit: kulit Ketidakefetifan
lembab, membrane mukosa perfusi jaringan
lembab, denyut nadi : 140 perifer b.d penurunan
x/mnt suplai dan kebutuhan
7. Monitor hasil laboratorium teratasi
(Hb, TC,) P:
HB: 11,7 g/dl Intervensi dihentikan
TC: 168.000/ul
b. Mandiri:
1. Melakukan penilaian secara
komprehensif terhadap sirkulasi
perifer
 CRT < 3 dtk
 Akral dingin
2. Mengatur posisi bayi 200 atau
lebih
3. Edukasi:
4. Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapy
2. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian transfuse PRC
pada bayi
45

No Tgl/jam Implementasi Evaluasi Prf


3.1 2/jan/2019 Aktivitas: S: -

15.00 a. Observasi: O:
1. Memonitor tanda dan gejala - Leukosit 17,690
infeksi /uL
2. Memonitor hasil laboratorium - Hasil kultur
(leokosit : 17,69.000/ ul) steril,
- Suhu pasien
b. Mandiri: o
36,5 C ,
1. Gunakan sabun antimikroba - Tidak ada tanda
untuk mencuci tangan gejala infeksi
2. Mencuci tangan setiap
- Lingkungan
sebelum dan sesudah
sesalu
melakukan tindakan
dibersihkan
keperawatan
setiap
3. Menggunakan baju, sarung
pergantian shift
tangan sebagai alat pelindung
- Mencuci tangan
4. Mempertahankan teknik
sebelum dan
aseptic pada pasien
sesudah
5. Membersihkan lingkungan
menyentuh
setelah dipakai pasien lain
pasien
c. Edukasi:
A : masalah resiko
1. Mengintruksikan kepada
infeksi belum teratasi
pengunjung untuk mencuci
P:
tangan saat berkunjung dan
Intervensi dilanjutkan
setelah berkunjung
meninggalkan pasien
2. Mengajarkan kepada pasien
dan keluarga tentang tanda
dan gejala inspeksi
d. Kolaborasi:
1. Berkolasorasi dengan dokter
dalam be,berian antibiotic
2. Berkolaborasi dalam
pemeriksaan darah
laboratorium
59

BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan menjelaskan kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus pada anak
N dengan Atresia Esofagus di ruangan perawatan NICU di IPN. Tinjauan
kasus merupakan permasalahan yang merupakan permasalaha kelompok
tentukan di IPN. Pembahasan ini dibuat dengan langkah proses keperawatan
yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.

A. Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan pada By. N pada tanggal
31Desember 2018 didapatkan bahwa alasan Bayi dirawat adalahBy Masuk
via IGD pada tanggal 22 desember 2018 rujukan dari RS Syafira By
berusia 16 hari dengan atresia esophagus, keluarga mengatakan bayi diberi
minum ASI langsung muntah-muntah, dan sianosis, mulut banyak
mengeluarkan sekresi air ludah.
Saat dilakukan pengkajian didapatkan By Post Op Atresia
Esofagus Tipe C + Long gap 25 Desember 2018. Pada saat pengkajian
tanggal 31 desember 2018 By muntah via gastrostomy setelah diberi susu
pada pukul 15.30, By mengalami sianosis, penurunan SPo2 : 60%, By
sesak, Frekuensi napas 75x/ mnt, mulut banyak sekresi, By terpasang
Thorakostomi, Gastrostomi, Elophagostromi
Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 31Desember 2018
didapatkan leukosit 17,690/ Ul, Trombosit 168,000/ Ul, Hematokrit 32, 4
%, Hb 11,7 g/dL, Ratio 0,29, CRP rektif 24.

59
60

B. Diagnosa
Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan kelompok
dalam melakukan asuhan keperawatan pada bayi N. Didiagnosa
keperawatan yang didapat adalah pernyataan yang menguraikan respon
actual atau pontensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan
potensial Pasien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature
yang berkaitan, catatan medis pasien, dan konsultasi dengan professional
lain yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian (Potter & Perry,
2005).
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d produksi mucus yang
berlebihan
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai O2
3. Resiko infeksi b.d
Pengangkatan diagnosa ini didapatkan dari hasil pengkajian
dengan menggunakan format pengkajian neonates STIKes Payung Negeri.
Adapun acuan dalam penyusunan dalam intervensi keperawatan,
kelompok menggunakan referensi daignosa NANDA tahun 2018-2020 dan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi ke-1 tahun 2017
dan disesuaikan dengan keadaan bayi.

C. Intervensi
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditegakan. Intervensi atau perencanaan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat
pada klien dan hasil yang diperlukan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry,
2005).
Adapun acuan dalam penyusunan intervensi kelompok
menggunakan NOC dan NIC dan disesuaikan dengan keadaan bayi.
Diagnosa yang utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d
61

produksi mucus yang berlebihan . Tujuan : setelah dilakukan tindakan


keperawatn selama 5x24 jam diharapkan bersihan jalan napas efektif.
Kriteria Hasil : frekuensi napas normal, Irama napas teratur, tidak ada
suara napas tambahan.
Diagnosa yang kedua yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer b.d penurunan suplai O2. Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatn selama 5x24 jam diharapkanketidakefektifan perfusi jaringan
perifer teratasi.Kriteria Hasil : Suhu ekstremitas kulit normal, Capilary
refill dalam batas normal ( < 2 dtk ), Tanda tanda vital dalam batas normal,
Integritas kulit yang baik bias dipertahankan.
Diagnosa ketiga yaitu resiko infeksi b.d . Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatn selama 5x24 jam diharapkan resiko infeksi
tidak terjadi. Immune status , Knowledge infection control. Kriteria
Hasil :Bebas dari tanda dan gejala infeksi: 3 (cukup terganggu) menjadi 4
(Sedikit terganggu), Mendeskripsikan proses penularan : penyakit,factor
yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaan 2 (pengetahuan
tebatas) menjadi 3 (pengetahuan sedang), Jumlah leokosit dalam batas
normal : 4 (cukup terganggu) menjadi 5 (tidak terganggu)

D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan perawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada bayi untuk mengurangi
permasalahan yang dialami bayi, sehingga tujuan keperawatan nantinya
akan memberikan asuhan keperawatan dengan cara menyesuaikan antara
teori dan kebutuhan klien. Implementasi adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Selama implementasi perawat mengkaji kembali pasien,
memodifikasi rencana asuhan keperawatan dan menuliskan kembali hasil
yang diharapkan sesuai kebutuhan (Potter & Perry 2005).
62

Diagnosa yang utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas


b,dproduksi mucus yang berlebihan, yang dilakukan yaitu Monitor TTV
bayi, Monitor SPO2, Monitor pola nafas bayi, Monitor adanya suara nafas
tambahan, Atur posisi bayi untuk memaksimalkan ventilasi, Lakukan
pengisapan mulut dan nasofaring dengan alat penghisap sesuai kebutuhan,
Auskultasi dada untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan
adanya suara nafas tambahan, Kaji keefektifan pemberian oksigen,
frekuensi, kedalaman dan upaya pernafasan , Kaji adanya mucus, Ukur
tanda vital setiap 3 jam, Perhatikan respon bayi setiap melakukan
tindakan, Jelaskan kepada orang tua prosedur pengisapan yang dilakukan,
Jelaskan kepada orang tua tentang peralatan pendukung yang digunakan,
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy pada bayi
Diagnosa yang kedua yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b.d penurunan suplai O2, yang dilakukan yaitu Monitor tanda-tanda vital,
Monitor status pernapasan, ABC level, oksimetri, denyut nadi, kedalaman,
pola, dan laju pernapasan, Monitor status hidrasi ( kelembapan, membrane
mucosa, , denyut nadi), Melakukan penilaian komprehensif terhadap
sirkulasi perifer, Elevasi anggota badan 200 atau lebih, Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian terapi IV, Kolaboradi dalam pemberian transfuse
darah (PRC)
Diagnosa yang ketiga yaitu Resiko infeksi b.d yang dilakukan yaitu
Monitor tanda dan gejala infeksi, Monitor peningkatan leokosit, gunakan
sabun antimikrobia untuk cuci tangan, cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan, gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung, pertahankan teknik aseptik pada pasien yang beresiko,
bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain, Instruksikan pada
pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien, ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
infeksi, kolaborasi dalam pemberian antibiotic, Kolaborasi dalam
pemeriksaan kultur darah, Kolaborasi dalam pemeriksaan darah
laboratorium.
63

E. Evaluasi
Kelompok melakukan evaluasi kepada pasien lebih kurang 15
menit setelah diberikan intervensi serta hanya sesuai dengan jadwal dinas
anggota kelompok. Diagnosa keperawatan belum teratasi dan masih belum
teratasi sepenuhnya. Evaluasi keperawatan adalah proses keperawatan
untuk mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005).
Evaluasi diagnosa utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
napas b.d produksi mucus yang berlebihan yang didapatkan selama 5 hari
yaitu ;Bayi terpasang BCPAP dengan ( flo2: 45, flow:8, pip: 6), Frekuensi
nafas : 60 x/mnt., Tidak terjadi sianosis, Secret pada mulut berkurang,
Suara nafas ronki, Warna secret putih, SPO2 : 80 %. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b/d produksi mucus berlebih belum teratasi. Intervensi
dilanjutkan
Evaluasi diagnosa kedua yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer b.d penurunan suplai O2, yang didapatkan selama 5 hari yaitu ;
Akral teraba hangat, HB : 11,8 g/dl, TC: 168.000 /ul, CRT< 3 dtk, Bayi
terpasang puls oksimetri, SPO2 : 90 %. Ketidakefetifan perfusi jaringan
perifer b.d penurunan suplai dan kebutuhan teratasi. Intervensi dihentikan
Evaluasi diagnosa ke tiga yaitu resiko infeksi b.d yang didapatkan
selama 5 hari yaitu ; Leukosit 17,690 /uL, Hasil kultur steril, Suhu pasien
36,5o C , Tidak ada tanda gejala infek (kolor, dolor, rubor, fungsilaesa),
Lingkungan sesalu dibersihkan setiap pergantian shift, Mencuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh pasien, Keluarga dan orang tua mengerti
dengan intruksi perawat, Pemberian obat Vancomicin. resiko infeksi b/d
belum teratasi. Intervensi dilanjutkan.
64
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atresia esophagus merupakan kelainan kongenital dengan variasi
trakeosofageal maupun kelainan kongenital lainnya. Atresia esophagus
dapat dicurigai sejak kehamilan dan di diagnosa segera setelah bayi lahir.
Bahaya utama dari atresia esophagus adalah resiko aspirasi, sehingga perlu
dilakukan suction yang berulang.
Dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 02-05 Januari
2019, setelah di evaluasi dari 3 diagnosa keperawatan yang ditegakakan
didiapat masalah belum teratasi sehingga implementasi tetap dilanjutkan.

B. Saran
1. Bagi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi pelayanan
kesehatan dalam menyusun rencana dan asuhan keperawatan yang
lebih sitematis terhadap pasien dengan atresia esophagus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dijadikan sebagai sumber informasi untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya mengenai asuhan keperaawatan pada pasien
dengan atresia esophagus.
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dapat dijadikan refrensi dalam melakukan asuhan keperaawatan
pada pasien dengan atresia esophagus.

67
DAFTAR PUSTAKA

Saputra Lyndon Dr. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita.
Penerbit Binarupa Aksara : Tangerang Selatan.

Ikatan Dokter Indonesia. Buku Acuan nasional pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Masalah Bayi Baru Lahir. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta. 2014

Manuaba, I. B. G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Meadow SR, Newell SJ. 2009. Lecture notes: pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta:
Erlangga.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika Jakarta.

Rukmono P. 2013. Neonatologi praktis. Bandar Lampung: AURA.

Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.
Jakarta: EGC, 2010

Duran Ridvan, 2012. The effects of noise reduction by earmuffs on the physiologic
and behavioral responses in very low birth weight preterm infants. Esevier

Chirine A., 2009. A Randomized Clinical Trial Evaluating Silicone Earplugs for
Very Low Birth Weight Newborns in Intensive Care. Hhs public access

Anda mungkin juga menyukai