Disusun oleh :
Dian Rosviani S. Kep
Sri Artuti, S. Kep
Nadya Muharanu Putri, S. Kep
Nelvica Salny, S. Kep
Winda Sari, S. Kep
Pembimbing:
Ns. Dini Maulinda, M. Kep
Ns. Sri Wahyuni, S. Kep
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
nikmat yang telah dilimpahkan kepada klompok penyusun, sehingga kelompok
dapat menyelesaikan usulan seminar dengan kasus “ Asuhan Keperawatan BayiN
dengan Atresia Esophagusdiruangan IPN RSUD Arifin Achmad Pekanbaru”.
kelompok mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan seminar ini antara lain: Ibu
Ns. Sri Wahyuni, S.Kep selaku Presseptor Klinik yang telah banyak meluangkan
waktu, pemikiran maupun tenaga dalam memberikan bimbingan, motivasi, kritik
dan saran yang membangun kepada kelompok sehingga penyusunan seminar ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Kelompok penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
hasil yang baik, namun apabila terdapat kekurangan semua itu disebabkan
keterbatasan kemampuan kelompok. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kelompok harapkan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan penyusunan ini. Akhirnya kelompok berharap semoga penyusunan
seminar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................2
B. Tujuan Penulisan....................................................................................................3
C. Manfaat Penulisan..................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi BBLR.........................................................Error! Bookmark not defined.
B. Klasifikasi BBLR.....................................................Error! Bookmark not defined.
C. Etiologi.....................................................................Error! Bookmark not defined.
D. Manifestasi Klinis....................................................Error! Bookmark not defined.
E. Patofisiologi.............................................................Error! Bookmark not defined.
F. Komplikasi...............................................................Error! Bookmark not defined.
G. Pemeriksaan Diagnostik...........................................Error! Bookmark not defined.
H. Penatalaksanaan.......................................................Error! Bookmark not defined.
I. Konsep Asuhan Keperawatan BBLR.......................Error! Bookmark not defined.
J. Diagnosa Keperawatan.............................................Error! Bookmark not defined.
K. Intervensi Keperawatan............................................Error! Bookmark not defined.
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian............................................................................................................14
B. Diagnosa keperawatan..........................................................................................32
C. Intervensi..............................................................................................................36
D. Implementasi dan Evaluasi...................................................................................40
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian............................................................................................................59
B. Diagnosa..............................................................................................................60
C. Intervensi..............................................................................................................60
D. Implementasi........................................................................................................61
iii
E. Evaluasi................................................................................................................63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................67
B. Saran....................................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA
iv
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atresia esophagus merupakan kelainan malformasi kongenital yang
mengancam jiwa penderitanya, karena berhubungan dengan morditas dan
mortalitas yang signifikan pada neonatus. Beberapa penelitian menyatakan
bahwa kehamilan usia kehamilan dan berat bayi baru lahir dengan atresia
esophagus lebih rendah dibandingkan dengan bayi-bayi normal. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh oleh Watreson dkk tahun 2010, angka
kematian neonatus prematur dengan atresia esophagus mencapai 60%. Seiring
bertambahnyan pengetahuan mengenai atresia esophagus dan penanganan
perioperatif dan perawatan intenshif neonatus, angka kematian diturunkan
menjadi 20-40% pada bayi prematur dengan atresia esophagus. Bahkan
penelitian terbaru berdasarkan data Kohot di Prancis menyatakan bahwa angka
mortalitas sangat ditekan dan ditingkatkan sampai 90%.
Angka kejadian atresia esophagus yaitu 1 dalam setiap 2500 sampai 4500
kelahiran hidup yang artinya dengan jumlah penduduk Indonesia 240 juta dan
tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1867-
3360 bayi dengan atresia esophagus yang artinya adanya pengenalan terhadap
resiko-resiko penyebab tinggi angka morbiditas dan mortalitas, serta
penanganan lanjut untuk dapat menununkan kejadian resiko-resiko tersebut
sangat diperlukan.
Atresia esophagus meliputi kelainan kongenital terdiri dari gangguan
kontuinitas esophagus dengan tanpa hubungan dengan trakea. Pada 86% kasus
terdapat fistula trakea esophageal di distal, pada 7% kasus tanpa fistula
sementara 4% terdapat traceheosphageal tanpa atresia, terjadi pada 1 dari 2500
kelahiran hidup. Bayi dengan atresia esophagus tidak mampu untuk menelan
dan ditandai dengan jumlah saliva yang sangat banyaj dan membutuhkan
suction berulangkali.
3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
atresia esophagus.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien anak dengan atresia
esophagus.
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
pada pasien anak dengan atresia esophagus.
c. Mampu menyusun rencana tindakan pada pasien anak dengan
atresia esophagus.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien anak dengan
atresia esophagus.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien anak dengan
atresia esophagus.
4
C. Manfaat Penulisan
1. Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan informasi bagi pelayanan kesehatan dalam menyusun
rencana perawatan dan asuhan keperawatan yang sistematis dan
komperhensif pada anak dengan atresia esophagus.
2. Bagi Institusi pendidkan
Sebagai sumber informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
3. Bagi Mahasiswa keperawatan
Sebagai informasi dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada
pasien anak dengan atresia esophagus.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Athresia Esophagus adalah perkembangan embrionik abnormal esophagus
yang menghasilkan pembentukan suatu kantong (blind pouch), atau lumen
berkurang tidak memadai yang mecegah perjalanan makanan / sekresi dari faring
ke perut.
Atresia Esophagus adalah kealinan kontinuitas lumen esophagus dimana
bagian distal esophagus sampai kardia tidak mau membuka sehingga mengganggu
aliran makanan (Sudaryat, 2005).
Atresia esofagus merupakan kelainan kongenital yang mengakibatkan
gangguan kontinuitas esophagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan
trakea (Whaley & Wong, 2010). Terlihat keadaan pada bagian proksimal dan
distal esophagus tidak berhubungan.
B. ETIOLOGI
1. Secara umum
Salah satu nya adalah kegagalan pada fase embrio terutama pada bayi yang
lahir prematur, dan ada Beberapa etiologi yang dapat menimbulkan kelainan
konginital Atresia Etsopgus diantaranya:
a. Faktor obat
Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu thali
domine .
b. Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan
kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi pada
gen
c. Faktor gizi
7
2. Secara khusus
Secara epidemologi anomali ini terjadi pada umur kehamilan 3-6 minggu
akibat :
a. Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari
masing –masing menjadi esopagus dan trachea .
b. Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan
terjadinya atresia.
c. Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga
terjadi fistula trachea esophagus
C. PATOFISIOLOGI
Motilitas dari esophagus selalu dipengaruhi pada atresia esophagus.
Gangguan peristaltic esophagus biasanya paling sering dialami pada bagian
esophagus distal. Janin dengan atresia tidak dapat dengan efektif menelan cairan
amnion. Sedangkan pada atresia esophagus dengan fistula trkeoesofageal distal,
cairan amnion masuk melaalui trakea kedalam usus. Polihydramnion bisa terjadi
akibat perubahan dari sirkulasi amnion pada janin.
Neonates dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan
banyak sekali air liur atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat
menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada atresia dengan distal TEF, sekresi dengan
gaster dapat masuk keparu-paru dan sebaliknya, udara juga dapat bebas masuk
dalam saluran pencernaan saat bayi menangis ataupun mendapat ventilasi
bantuan. Keadaan-keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster yang fatal.
Diketahui bahwa bagian esophagus distal tidak menghasilkan peristaltic dan ini
bisa menyebabkan disfagia setelah perbaikan esophagus dan dapat menimbulkan
reflux gastroesofageal.
Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia esophagus. Trakea
abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan trakea dan bertambahnya ukuran
otot tranversal pada posterior trakea. Dinding trakea lemah sehingga mengganggu
kemampuan bayi untuk batuk yang akan mengarah pada munculnya pneumonia
8
yang bisa berulang-ulang. Trakea juga dapat kolaps bila diberikan makanana
atupun air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan yang tidak efektif, hipoksia
atau bahkan bisa menjadi apneo.
D. KLASIFIKASI
1. Kalasia
Chalasia ialah keadaan bagian bawah esophagus yang tidak dapat menutup
secara baik, sehingga menyebabkan regurgitasi, terutama kalau bayi
dibaringkan. Pertolongan : member makanan dalam posisi tegak, yaitu duduk
dalam kursi khusus. Kalasia adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah
esophagus (pada persambungan dengan lambung yang tidak dapat menutup
rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila dibaringkan.
2. Akalasia
Ialah kebalikan chalasia yaitu bagian akhir esophagus tidak membuka secara
baik, sehingga keadaan seperti stenosis atau atresia. Disebut pula spasmus
cardio-oesophagus. Sebabnya : karena terdapat cartilage trachea yang tumbuh
ektopik dalam esophagus bagian bawah, berbentuk tulang rawan yang
ditemukan secara mikroskopik dalam lapisan otot.
3. Classification System Gross
Atresia esophagus disertai dengan fistula trakeoesofageal distal adalah tipe
yang paling sering terjadi. Varisi anatomi dari atresia esophagus
menggunakan system klasiifikasi gross of bostom yang sudah popular
digunakan.
System ini berisi antara lain:
a. Tipe A : Atresia esophagus tanpa fistula ; atresia esophagus murni
(10%)
b. Tipe B : Atresia esophagus dengan TEF proximal (<1%)
c. Tipe C : Atresia esophagus dengan TEF distal (85%)
d. Tipe D : Atresia esophagus dengan TEF proximal dan distal (<1%)
e. Tipe E : TEF tanpa atresia esophagus ; fistula tipe H (4%)
f. Tipe F : Stenosis esophagus congenital tanpa atresia (<1%)
9
E. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya timbul setelah bayi berumur 2-3 minggu, yaitu berupa muntah
yang proyektil beberapa saat setelah minum susu ( yang dimuntahkan hanya
susu ), bayi tampak selalu haus dan berat badan sukar naik.
a. Biasanya disertai dengan hidramnion (60%) dan hal ini pula yang
menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir premature, sebaiknya dari
anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidrmnion
hendaknya dilakukan kateterisasi esophagus . bila kateter berhenti pada
jarak < 10 cm, maka diduga artesia esophagus.
b. Bila pada BBL timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh
keluar, dicurigai terdapat atresia esophagus.
c. Segera setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis
karena aspirasi cairan kedalam jalan napas.
d. Pada fistula trakeaesofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam
paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.
Gejalanya bisa berupa :
a. Mengeluarkan luda yang sangat banyak
b. Terbatuk atau tersedak setelah berusaha untuk menelan
c. Tidak mau menyusu
d. Sianosis (kulitnya kebiruan)
e. Adanya fistula menyebabkan ludah bisa masuk kedalam paru-paru
sehingga terjadi resiko terjadinya pneumonia aspirasi.(4)(5)
F. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Sebelum Operasi
Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi
untuk bayi baru lahir mulai umur 1 hari antara lain :
a. Cairan intravena mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.
b. Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.
c. Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine
dengan posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45o.
10
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada
atresia esofagus dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
12
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal
antara esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
2. Aspirasi berhubungan dengan tidak adanya saluran dari esofagus ke
lambung.
3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan g-
tube.
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
NIM :
Ruangan : _IPN_______________________________________
√
Nomor RM: 99 88 49
INFORMASI UMUM
Masuk Ruang Rawat: IPN Kelas : lll Tanggal / Jam : 19-10-2018/ 00.56 WIB
Diagnosis Masuk: NCB + KPD + BBLR Masuk RS melalui : IGD
Nama Pasien: By. Ny. RNama Ibu : Rini Andrini Anak Ke- : 1
Tanggal Lahir: 18-10-2018 Jenis Kelamin : ( √ ) Laki-laki ( ) Perempuan
Bayi lahir dengan BB 1800 gram, BBS 1750 gram, BBK : 1780 gram, pada gestasi 36-37 minggu
PENYAKIT
RIWAYAT
SAAT INI
16
Usia Ibu saat hamil 24 Thn Masalah Saat Kehamilan Tidak ada
Frekuensi ANC per bulan 5 kali di OK IGD
RIWAYAT PERSALINAN
Gestasi AtermPrematurPostmatur
( ) Aterm ( √ ) Prematur 36-37 ( ) Postmatur
Berat badan sesuai usia ( √ ) Kecil menurut masa kehamilan
kehamilan
( ) Sesuai menurut masa kehamilan
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: tinggal 1
rumah
( ) Lainnya ............................................................
17
PEMERIKSAAN FISIK
Nafas cuping hidung Ya
( ) Ya ( ) Tidak
SISTEM PERNAFASAN
Sianosis Tidak
( ) Ya ( ) Tidak
Retraksi Dada ( ) Substernal ( ) Intercostal
Bunyi Paru ( √ )Vesicular ( ) Ronchi( )Wheezing ( ) Lain
HeadBoxJELASKAN
Capillary Refil Time <
( √2detik> 2 detik
) < 2 detik ( ) > 2 detik
Masalah Keperawatan
Pola nafas tidak efektif b.d
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
Kerusakan pertukaran gas b.d
Penurunan curah jantung b.d
Gangguan perfusi jaringan b.d
Fontanel Datar
( √ ) Datar ( ) Cekung ( ) Cembung ( ) Lain….…
KESEIMBANGAN CAIRAN
Urinasi >
( 6) <kali/hari
6 kali/ hari ( ) > 6 kali/ hari
Nadi ( ) < 120 kali/menit ( √ ) 120 - 160 kali/menit
( ) >160 kali/menit
( ) Anasarka
Jenis Cairan IVFD D10 1/5 Ns+ Kcl 5mg & AS10% 3gm Tetes:8,3 dan 2,2x/menit
Masalah Keperawatan
( ) Ada kelainan........................................................................
Bising Usus ( ) Ada ( √ ) Tidak Ada
x/menit
Muntah ( ) Ya ( √ ) Tidak
Masalah Keperawatan
Kejang ( ) Ya ( √ ) Tidak
MUSKULOSKELETAL
NEUROSENSORI DAN
Masalah Keperawatan
Resiko hipotermi..........................................................................................................................
Resiko ketidakefektifan termoregulasi b.d lemak subkutan yang sedikit √
Status terjaga
Tanggal: 22-10-2018Terjaga tenang atau tertidur tenang 0
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
K+ 3,1 mmol/L
Calcium 0,13 0,90 - 1,08 mmol/L
Bahasa :________________________________________
Sosial :________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
21
Tanggal: 22-10-1018
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM Imunologi : CRP Reaktif 48<6 mg/L
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tanggal : __________________
________________________________ ____________________________________________________
________________________________ ____________________________________________________
________________________________ ____________________________________________________
________________________________ ____________________________________________________
________________________________ ____________________________________________________
________________________________ ____________________________________________________
B. Diagnosa keperawatan
MCP
Ds : KA : DS : -
Do : - By terpasang Gastrostomi DO :
ND 3 : Resiko Infeksi
DS : -
DO :
C. Intervensi
Ruangan : Perinatologi
Diagnosa Keperawatan 2 :Ketidakefektifn perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai O2
Batasan Karakteristik :
DS : -
DO :
- CRT > 2 dtk
- Hb : 9,8 g/dl
- By Tampak sianosis
- RR : 75x/ mnt
- Nadi : 160x/ mnt
-
Noc Nic
c. Edukasi
1.
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi IV
2. Kolaboradi dalam pemberian
transfuse darah b
Ruangan : Perinatologi
Diagnosa Keperawatan 3: Resiko Infeksi b.d
Batasan Karakteristik : - IT Ratio 0,29
- Leukosit 17,69 10̂3/uL - CRP Reaktif 24
- Trombosit 168.000 /uL - Lahir spontan
- Hematrokit 32,4 % - P2 A0 H2
- Hemoglobin 9,8 g/dL - Cek kultur darah (+) hasil steril
Noc Nic
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Aktivitas :
keperawatn selama 5x24 jam diharapkan a. Observasi
resiko infeksi tidak terjadi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
1. Immune status 2. Monitor peningkatan leokosit
2. Knowledge infection control
Kriteria Hasil : b. Mandiri
1. Bebas dari tanda dan gejala infeksi: 3 1. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
(cukup terganggu) menjadi 4 (Sedikit tangan
terganggu) 2. Cuci tangan setiap sebelum dan
2. Mendeskripsikan proses penularan : sesudah tindakan keperawatan
penyakit,factor yang mempengaruhi 3. Gunakan baju, sarung tangan
penularan serta penatalaksanaan 2 sebagai alat pelindung
(pengetahuan tebatas) menjadi 3 4. Pertahankan teknik aseptik pada
(pengetahuan sedang) pasien yang beresiko
3. Jumlah leokosit dalam batas normal : 5. Bersihkan lingkungan setelah
4 (cukup terganggu) menjadi 5 (tidak dipakai pasien lain
terganggu)
c. Edukasi
1. Instruksikan pada pengunjung
untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
2. Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala inpeksi
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberian
antibiotic
2. Kolaborasi dalam pemeriksaan
kultur darah
3. Kolaborasi dalam pemeriksaan
darah laboratorium
15.00 a. Observasi: O:
1. Memonitor tanda dan gejala - Leukosit 17,690
infeksi /uL
2. Memonitor hasil laboratorium - Hasil kultur
(leokosit : 17,69.000/ ul) steril,
- Suhu pasien
b. Mandiri: o
36,5 C ,
1. Gunakan sabun antimikroba - Tidak ada tanda
untuk mencuci tangan gejala infeksi
2. Mencuci tangan setiap
- Lingkungan
sebelum dan sesudah
sesalu
melakukan tindakan
dibersihkan
keperawatan
setiap
3. Menggunakan baju, sarung
pergantian shift
tangan sebagai alat pelindung
- Mencuci tangan
4. Mempertahankan teknik
sebelum dan
aseptic pada pasien
sesudah
5. Membersihkan lingkungan
menyentuh
setelah dipakai pasien lain
pasien
c. Edukasi:
A : masalah resiko
1. Mengintruksikan kepada
infeksi belum teratasi
pengunjung untuk mencuci
P:
tangan saat berkunjung dan
Intervensi dilanjutkan
setelah berkunjung
meninggalkan pasien
2. Mengajarkan kepada pasien
dan keluarga tentang tanda
dan gejala inspeksi
d. Kolaborasi:
1. Berkolasorasi dengan dokter
dalam be,berian antibiotic
2. Berkolaborasi dalam
pemeriksaan darah
laboratorium
59
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan menjelaskan kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus pada anak
N dengan Atresia Esofagus di ruangan perawatan NICU di IPN. Tinjauan
kasus merupakan permasalahan yang merupakan permasalaha kelompok
tentukan di IPN. Pembahasan ini dibuat dengan langkah proses keperawatan
yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan pada By. N pada tanggal
31Desember 2018 didapatkan bahwa alasan Bayi dirawat adalahBy Masuk
via IGD pada tanggal 22 desember 2018 rujukan dari RS Syafira By
berusia 16 hari dengan atresia esophagus, keluarga mengatakan bayi diberi
minum ASI langsung muntah-muntah, dan sianosis, mulut banyak
mengeluarkan sekresi air ludah.
Saat dilakukan pengkajian didapatkan By Post Op Atresia
Esofagus Tipe C + Long gap 25 Desember 2018. Pada saat pengkajian
tanggal 31 desember 2018 By muntah via gastrostomy setelah diberi susu
pada pukul 15.30, By mengalami sianosis, penurunan SPo2 : 60%, By
sesak, Frekuensi napas 75x/ mnt, mulut banyak sekresi, By terpasang
Thorakostomi, Gastrostomi, Elophagostromi
Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 31Desember 2018
didapatkan leukosit 17,690/ Ul, Trombosit 168,000/ Ul, Hematokrit 32, 4
%, Hb 11,7 g/dL, Ratio 0,29, CRP rektif 24.
59
60
B. Diagnosa
Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan kelompok
dalam melakukan asuhan keperawatan pada bayi N. Didiagnosa
keperawatan yang didapat adalah pernyataan yang menguraikan respon
actual atau pontensial pasien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan
potensial Pasien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature
yang berkaitan, catatan medis pasien, dan konsultasi dengan professional
lain yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian (Potter & Perry,
2005).
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d produksi mucus yang
berlebihan
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai O2
3. Resiko infeksi b.d
Pengangkatan diagnosa ini didapatkan dari hasil pengkajian
dengan menggunakan format pengkajian neonates STIKes Payung Negeri.
Adapun acuan dalam penyusunan dalam intervensi keperawatan,
kelompok menggunakan referensi daignosa NANDA tahun 2018-2020 dan
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi ke-1 tahun 2017
dan disesuaikan dengan keadaan bayi.
C. Intervensi
Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang telah ditegakan. Intervensi atau perencanaan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat
pada klien dan hasil yang diperlukan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry,
2005).
Adapun acuan dalam penyusunan intervensi kelompok
menggunakan NOC dan NIC dan disesuaikan dengan keadaan bayi.
Diagnosa yang utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d
61
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan perawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada bayi untuk mengurangi
permasalahan yang dialami bayi, sehingga tujuan keperawatan nantinya
akan memberikan asuhan keperawatan dengan cara menyesuaikan antara
teori dan kebutuhan klien. Implementasi adalah kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Selama implementasi perawat mengkaji kembali pasien,
memodifikasi rencana asuhan keperawatan dan menuliskan kembali hasil
yang diharapkan sesuai kebutuhan (Potter & Perry 2005).
62
E. Evaluasi
Kelompok melakukan evaluasi kepada pasien lebih kurang 15
menit setelah diberikan intervensi serta hanya sesuai dengan jadwal dinas
anggota kelompok. Diagnosa keperawatan belum teratasi dan masih belum
teratasi sepenuhnya. Evaluasi keperawatan adalah proses keperawatan
untuk mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005).
Evaluasi diagnosa utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
napas b.d produksi mucus yang berlebihan yang didapatkan selama 5 hari
yaitu ;Bayi terpasang BCPAP dengan ( flo2: 45, flow:8, pip: 6), Frekuensi
nafas : 60 x/mnt., Tidak terjadi sianosis, Secret pada mulut berkurang,
Suara nafas ronki, Warna secret putih, SPO2 : 80 %. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas b/d produksi mucus berlebih belum teratasi. Intervensi
dilanjutkan
Evaluasi diagnosa kedua yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer b.d penurunan suplai O2, yang didapatkan selama 5 hari yaitu ;
Akral teraba hangat, HB : 11,8 g/dl, TC: 168.000 /ul, CRT< 3 dtk, Bayi
terpasang puls oksimetri, SPO2 : 90 %. Ketidakefetifan perfusi jaringan
perifer b.d penurunan suplai dan kebutuhan teratasi. Intervensi dihentikan
Evaluasi diagnosa ke tiga yaitu resiko infeksi b.d yang didapatkan
selama 5 hari yaitu ; Leukosit 17,690 /uL, Hasil kultur steril, Suhu pasien
36,5o C , Tidak ada tanda gejala infek (kolor, dolor, rubor, fungsilaesa),
Lingkungan sesalu dibersihkan setiap pergantian shift, Mencuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh pasien, Keluarga dan orang tua mengerti
dengan intruksi perawat, Pemberian obat Vancomicin. resiko infeksi b/d
belum teratasi. Intervensi dilanjutkan.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia esophagus merupakan kelainan kongenital dengan variasi
trakeosofageal maupun kelainan kongenital lainnya. Atresia esophagus
dapat dicurigai sejak kehamilan dan di diagnosa segera setelah bayi lahir.
Bahaya utama dari atresia esophagus adalah resiko aspirasi, sehingga perlu
dilakukan suction yang berulang.
Dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 02-05 Januari
2019, setelah di evaluasi dari 3 diagnosa keperawatan yang ditegakakan
didiapat masalah belum teratasi sehingga implementasi tetap dilanjutkan.
B. Saran
1. Bagi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi pelayanan
kesehatan dalam menyusun rencana dan asuhan keperawatan yang
lebih sitematis terhadap pasien dengan atresia esophagus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dijadikan sebagai sumber informasi untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya mengenai asuhan keperaawatan pada pasien
dengan atresia esophagus.
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dapat dijadikan refrensi dalam melakukan asuhan keperaawatan
pada pasien dengan atresia esophagus.
67
DAFTAR PUSTAKA
Saputra Lyndon Dr. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita.
Penerbit Binarupa Aksara : Tangerang Selatan.
Ikatan Dokter Indonesia. Buku Acuan nasional pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Masalah Bayi Baru Lahir. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta. 2014
Meadow SR, Newell SJ. 2009. Lecture notes: pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta:
Erlangga.
Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab.
Jakarta: EGC, 2010
Duran Ridvan, 2012. The effects of noise reduction by earmuffs on the physiologic
and behavioral responses in very low birth weight preterm infants. Esevier
Chirine A., 2009. A Randomized Clinical Trial Evaluating Silicone Earplugs for
Very Low Birth Weight Newborns in Intensive Care. Hhs public access