Anda di halaman 1dari 16

np = putaran poros ( rpm ) Pada tahap ini dilakukan pengamatan

( Aaron, Deutschman, 1975 .Hal 485 ) langsung terhadap situasi dan kondisi
yang terjadi di lapangan, meliputi
3. METODOLOGI kapasitas mesin, tempat peletakkan
mesin, dan desain mesin yang cocok.
Pada bab ini akan dibahas secara detail
mengenai perencanaan dan pembuatan 3. Data Lapangan
alat,secara keseluruan proses pembuatan dan Data lapangan diperoleh bahwa
penyelesaian Tugas Akhir produksi tepung ikan masih
3.1. Diagram Alir (Flow Chart) Proses menggunakan alat yang berkapasitas
Pembuatan Mesin Penggiling Limbah rendah dan limbah ikan juga jarang
Ikan dimanfaatkan.

4. Perencanaan dan Perhitungan


Pada tahap ini bertujuan untuk
mendapatkan desain dan mekanisme
yang tepat dengan memperhatikan data
yan telah diperoleh dari studi literatur
dan observasi. Rencana mesin yang
akan dirancang adalah mesin penggiling
limbah ikan dengan sistem pencacah.

5. Persiapan Alat dan Bahan


Persiapan alat ini meliputi beberapa alat
antara lain : alat manufaktur (mesin
bubut, mesin drilling, dan lain-lain),
motor bensin 2400 rpm (5,5 HP),
elemen mesin (bantalan, poros, pisau,
pulley, dan belt), rangka mesin, dan
limbah ikan.

6. Pembuatan dan Perakitan Alat


Berdasarkan hasil perhitungan dan
perencanaan dapat diketahui jenis bahan
dan dimensi dari komponen yang akan
diperlukan sebagai acuan dalam
pembuatan alat. Dari komponen yang
diperoleh maka dilakukan proses
Gambar 3.1. Flowchart pembuatan mesin perakitan sesuai dengan desain
penggiling limbah ikan. perencanaan.
3.2. Tahapan Proses Pembuatan Mesin
Penggiling Limbah Ikan Menjadi 7. Pengujian Alat
Tepung Ikan Setelah alat selesai dibuat maka
Dalam pelaksanaan pembuatan Tugas dilakukan pengujian dengan cara
Akhir ini melalui beberapa tahap sebagai berikut mengoperasikan alat tersebut. Dalam
: pengujian nanti akan dicatat dan
dianalisa waktu yang diperlukan dalam
1. Studi Literatur penggilingan limbah ikan menjadi
Pada tahap ini merupakan proses tepung ikan.
pencarian data dan referensi yang
digunakan sebagai acuan pada proses 8. Pembuatan Laporan
perancangan sekaligus memperkuat ide Tahap ini merupakan akhir dari
yang sudah ada. pembuatan mesin penggiling limbah
ikan. Laporan ini sebagai pertanggung
2. Observasi
jawaban atas segala sesuatu yang terjadi 3.4. Alat dan Bahan pada Proses
dalam kegiatan tugas akhir ini. Penggilingan Limbah Ikan

3.3. Cara Kerja Mesin Penggiling Limbah


Ikan
Cara kerja mesin ini sederhana sehingga
untuk menggunakan alat ini seseorang tidak
perlu mempunyai keahlian khusus. Untuk
menjalankan alat ini cukup mengubah tombol
on/off yang tersedia pada motor bensin. Putaran
dari motor bensin akan memutar pulley pertama
pada motor dan akan menggerakkan V-belt serta
dapat menggerakkan pulley kedua pada poros.
Pulley yang kedua akan menggerakkan poros di
mana poros ini akan menggerakkan pisau untuk
melakukan penggilingan limbah ikan.
Mesin ini menggunakan motor bensin
dengan daya 5,5 HP dengan putaran 2400 rpm.
Motor bensin akan menggerakan mekanisme
pulley pada poros pisau, sehingga akan
menggiling limbah ikan melalui filter yang
berukuran 70 mesh yang terdapat pada sisi Gambar 3.3. Ember tepung ikan Gambar
bawah tabung. 3.4. Kunci Inggris
Bahan yang sudah disiapkan berupa
limbah ikan yang sudah dikeringkan selama 6
jam dan dipisahkan dari kotoran. Contoh
kotoran yang mengganggu proses ini adalah
batu, kayu, ulat, dan lain-lain. Setelah limbah
ikan sudah dipilih maka dimasukkan ke mesin
penggiling. Setelah itu hasil dari penggilingan
ini adalah tepung ikan.

Gambar 3.5. Obeng

Gambar 3.6. Limbah ikan sebelum dicacah

Gambar 3.2. Mesin penggiling limbah ikan


𝑛𝑛2 = 300 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟

4.2. Analisa Gaya dan Torsi Pencacah


Sebelum pembuatan mesin dilakukan
percobaan awal mengetahui besarnya gaya
potong pada ikan teri. Percobaan dilakukan
dengan metode seperti pada gambar berikut:

Gambar 3.7. Tepung ikan hasil cacahan Gambar 4.2. Uji potong ikan teri
Keterangan:
4. PERANCANGAN DAN 1. Pisau pemotong
PERHITUNGAN 2. Ikan teri
Dalam bab ini akan dibahas perhitungan
mesin penggiling limbah ikan yang diperlukan 3. Timbangan
oleh mesin agar dapat berjalan dan berfungsi
dengan baik. Setelah itu menghitung elemen- Metode percobaan :
elemen mesin yang mendukung perencanaan Dalam percobaan ini limbah ikan diambil
mesin ini seperti : kapasitas mesin, perhitungan dengan struktur yang paling besar dan kuat,
daya, gaya potong, poros, pulley, belt, dan yaitu ikan teri. Ikan teri diletakkan di atas
bantalan sehingga aman dalam penggunaannya. timbangan, pemotongan dilakukan dengan cara
meletakkan pisau di atas ikan kemudian pisau
2.1. Menghitung Putaran Poros Pisau tersebut di beri tekanan dari atas hingga ikan teri
Dengan mengetahui putaran pada motor putus/terpotong. Angka terbesar dalam jarum
maka dapat ditentukan putaran pada poros pisau timbangan merupakan besarnya gaya potong
yang dapat diketahui dengan persamaan berikut pada ikan teri.
:
Tabel 4.1. Tabel Uji Potong Ikan Teri
Bahan Luas Gaya Potong
Uji Bahan (Kgf)
(cm2)
Ikan teri 4,3 0,7
Ikan teri 4,8 1,0
Gambar 4.1. Transmisi belt dan pulley Ikan teri 4,4 0,9
𝑛𝑛1 𝐷𝐷𝑝𝑝 Ikan teri 5,0 1,2
= Ikan teri 4,5 0,7
𝑛𝑛2 𝑑𝑑𝑝𝑝
Diketahui : Rata- 0,9
n1 = 2400 rpm Rata
dp = 50 mm
Dp = 400 mm Dari data di atas, diambil gaya potong yang
paling besar, sehingga terhitung :
Sehingga : Di mana :
𝑛𝑛1 𝐷𝐷𝑝𝑝 Panjang pisau = 11,5 cm
=
𝑛𝑛2 𝑑𝑑𝑝𝑝
𝑑𝑑𝑝𝑝 Maka :
𝑛𝑛2 = 𝑛𝑛 𝑊𝑊 = 𝑚𝑚. 𝑔𝑔
𝐷𝐷𝑝𝑝 1 𝑊𝑊 = 0,9 𝑘𝑘𝑘𝑘 . 9,81 𝑚𝑚/𝑠𝑠 2
50 𝑚𝑚𝑚𝑚
= 2400 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑊𝑊 = 8,83 𝑁𝑁
400 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝜋𝜋 . (11,5 + 3)𝑐𝑐𝑐𝑐 . 300 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑣𝑣𝑝𝑝 =
Sehingga gaya geser (Fr) pada pisau adalah : 60 . 100
𝑣𝑣𝑝𝑝 = 2,28 𝑚𝑚/𝑠𝑠
+ ∑𝑀𝑀𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 = 0
11,5
𝑊𝑊. 11,5 𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝐹𝐹𝑘𝑘 . � � 𝑐𝑐𝑐𝑐 = 0 4.3.1.2. Daya Pemotongan
2
Setelah didapatkan gaya potong dan
8,83 .11,5 𝑐𝑐𝑐𝑐 − 𝐹𝐹𝑘𝑘 . 5,75 𝑐𝑐𝑐𝑐 = 0
kecepatan keliling pisau, daya pemotongan
101,55 − 𝐹𝐹𝑘𝑘 . 5,75 = 0
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
101,55
= 𝐹𝐹𝑘𝑘
5,75 Diketahui :
𝐹𝐹𝑘𝑘 = 17,66 𝑁𝑁 𝐹𝐹𝑝𝑝 = 1059,60 𝑁𝑁
Pisau yang digunakan untuk memotong
𝑣𝑣𝑝𝑝 = 2,28 𝑚𝑚/𝑠𝑠
ikan dalam perencanaan mesin sebanyak 60
pisau untuk dua kali potong, sehingga dapat
dihitung besarnya gaya potong untuk 60 pisau Sehingga :
menggunakan rumus : 𝑃𝑃𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 𝐹𝐹𝑝𝑝 . 𝑣𝑣𝑝𝑝
𝑃𝑃𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 1059,60 𝑁𝑁 . 2,28𝑚𝑚/𝑠𝑠
𝐹𝐹𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 𝐹𝐹𝑘𝑘 . 𝑧𝑧 𝑃𝑃𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 2415,89 𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤
𝐹𝐹𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 17,66 𝑁𝑁 .60
𝐹𝐹𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 1059,60 𝑁𝑁 4.3.2. Daya Momen Inersia
1059,60 𝑁𝑁 4.3.2.1. Momen Inersia Pisau
𝐹𝐹𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = Menentukan momen inersia pada pisau
9,81 𝑚𝑚/𝑠𝑠 2 dihitung dengan cara sebagai berikut :
𝐹𝐹𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 108,01 𝑘𝑘𝑘𝑘
Diketahui :
4.3. Analisa Daya Massa pisau (𝑚𝑚𝑝𝑝𝑝𝑝 ) = 1,3 𝑘𝑘𝑘𝑘
Daya yang dibutuhkan mesin penggiling
Panjang pisau (Lp) = 11,5cm
limbah ikan dapat dikelompokan menjadi dua,
= 0,115 m
yaitu :
Sehingga,
• Daya pemotongan limbah ikan 1
• Daya momen inersia 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 = 𝑚𝑚𝑝𝑝𝑝𝑝 . 𝐿𝐿2
3
𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝
4.3.1. Daya Pemotongan Limbah Ikan 1
4.3.1.1. Menentukan Kecepatan Pisau = 1,3𝑘𝑘𝑘𝑘. (0,115 𝑚𝑚)2
Menentukan kecepatan keliling pisau 3
𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 = 0,005731 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚2
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
4.3.2.2. Momen Inersia Poros
Menentukan momen inersia pada poros
dihitung dengan cara sebagai berikut :
dpp
Diketahui :
Lp+dpp
Massa poros (𝑚𝑚𝑝𝑝𝑝𝑝 ) = 2 𝑘𝑘𝑘𝑘
Diameter poros (D𝑝𝑝𝑝𝑝 ) = 3 𝑐𝑐𝑐𝑐
Lp Radius poros (r𝑝𝑝𝑝𝑝 ) = 3 𝑐𝑐𝑐𝑐 ∶ 2
= 1,5 cm
Sehingga,
1
Gambar 4.3. Skema poros pisau 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 = 𝑚𝑚𝑝𝑝𝑝𝑝 . 𝑟𝑟𝑝𝑝𝑝𝑝 2
2
Diketahui :
Panjang pisau (Lp) = 11,5cm, 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝
Diameter poros pisau (dpp) = 3 cm 1
= 2 𝑘𝑘𝑘𝑘 . (1,5 𝑐𝑐𝑐𝑐)2
𝜋𝜋. (𝐿𝐿𝑝𝑝 + 𝑑𝑑𝑝𝑝𝑝𝑝 ). 𝑛𝑛2 2
𝑣𝑣𝑝𝑝 = 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 = 2,25 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑐𝑐𝑚𝑚2
60 . 100 𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 = 0,00225 𝑘𝑘𝑘𝑘 . 𝑚𝑚2
0,00225 𝑘𝑘𝑘𝑘 . 𝑚𝑚2 . 157,10 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟/𝑠𝑠 2
4.3.2.3. Kecepatan Sudut 𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝 =
9,81 𝑚𝑚/𝑠𝑠 2
Setelah memperoleh momen inersia 𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝 = 0,036032 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
pada poros dan pisau maka kecepatan sudut 𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝 = 36,032 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
yang dihasilkan dapat ditentukan sebagai berikut
:
4.3.2.6. Daya Inersia Poros dan Pisau
Diketahui :
Setelah diketahui torsi pada pisau dan
n2 = 300 rpm
poros maka daya inersia dapat ditentukan
Sehingga
𝜋𝜋 . 𝑛𝑛2 dengan cara sebagai berikut :
𝜔𝜔 = • Daya Inersia Pisau ;
30
𝜋𝜋 .300 𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝 . 𝑛𝑛
𝜔𝜔 = 𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 =
30 9,74 . 105
𝜔𝜔 = 31,42 rad/s 91,778 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 . 300 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 =
9,74 . 105
4.3.2.4. Percepatan Sudut 𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 0,028 𝐾𝐾𝐾𝐾
Setelah memperoleh kecepatan sudut
maka percepatan sudut yang dihasilkan dapat • Daya inersia Poros,
ditentukan sebagai berikut : 𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝 . 𝑛𝑛
𝜔𝜔1 − 𝜔𝜔2 𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 =
𝛼𝛼 = 9,74 . 105
∆𝑡𝑡 36,032 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 . 300 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
Di mana : 𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 =
9,74 . 105
𝑑𝑑𝑑𝑑 2𝜋𝜋 𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 0,011 𝐾𝐾𝐾𝐾
• 𝜔𝜔 = =
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑡𝑡
4.3.3. Daya Total yang Diperlukan
2𝜋𝜋 2 . 𝜋𝜋
• 𝑡𝑡 = = = 0,20 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 Daya inersia total yang dibutuhkan adalah :
𝜔𝜔 31,42 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 /𝑠𝑠
𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 + 𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 + 𝑃𝑃𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
Jadi :
𝜔𝜔1 − 𝜔𝜔2 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼 = 0,028 𝐾𝐾𝐾𝐾 + 0,011 𝐾𝐾𝐾𝐾 + 2,415 𝐾𝐾𝐾𝐾
𝛼𝛼 = → 𝛼𝛼 = 𝑃𝑃𝐼𝐼𝐼𝐼 = 2,454 𝐾𝐾𝐾𝐾
∆𝑡𝑡 𝑑𝑑𝑑𝑑
𝑑𝑑𝑑𝑑 ( 1 Hp = 0,746 Kw )
𝛼𝛼 = Jadi motor bensin yang digunakan mempunyai
𝑑𝑑𝑑𝑑
31,42 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟/𝑠𝑠 daya (P3) = 4,103 Kw/5,5 Hp dengan putaran
𝛼𝛼 = motor 2400 rpm
0,20 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
𝛼𝛼 = 157,10 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟/𝑠𝑠 2
4.4. Perencanaan Belt dan Pulley
4.4.1. Daya Perencanaan
4.3.2.5. Torsi Inersia
Setelah memperoleh percepatan sudut Pd = f c .P3
maka torsi masing-masing momen dapat
ditentukan sebagai berikut : Diketahui:
• Torsi Pisau ; fc = 1,0-1,5
𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 . 𝛼𝛼
𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝 =
𝑔𝑔 Sehingga :
𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝 Pd = f c .P3
2 2
0,005731 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚 . 157,10 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟/𝑠𝑠 = 1,3 ⋅ 4,103Kw
=
9,81 𝑚𝑚/𝑠𝑠 2
= 5,3339 Kw
𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝 = 0,091778 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝 = 91,778 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
4.4.2. Pemilihan Type Belt
• Torsi Poros ; Sebelum menghitung perencanaan belt yang
𝐼𝐼𝑝𝑝𝑝𝑝 . 𝛼𝛼 menggunakan 1 belt maka ditentukan dahulu
𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝 = type belt yang dianjurkan. Pemilihan type ini
𝑔𝑔
belt dapat diketahui dari daya perencanaan dan
banyaknya putaran yang terjadi pada pulley 𝑣𝑣𝑏𝑏 = 6,28 𝑚𝑚/𝑠𝑠
terkecil.
Diketahui bahwa : 4.4.4. Gaya Keliling Belt
Pd = 5,3339 Kw Gaya keliling belt dapat dicari dengan
n = 2400 rpm menggunakan rumus sebagai berikut :
F = ß . Frated

Di mana :

• β = 1,5-2 ( didapatkan pada hal 199, terlampir


)
102 𝑥𝑥 𝑃𝑃3 102 𝑥𝑥 4,103 𝐾𝐾𝐾𝐾
• 𝐹𝐹𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 = = =
𝑣𝑣 6,28 𝑚𝑚/𝑠𝑠
66,64 𝐾𝐾𝐾𝐾

Sehingga :
F = ß . Frated
F = 1,5 . 66,64 𝐾𝐾𝐾𝐾
F = 99,96 𝐾𝐾𝐾𝐾
( Dobrovolsky; 1978. Hal 199 dan Hal 252 )

4.4.5. Tegangan Belt


Tegangan belt dapat diketahui dengan
rumus :
σ𝑑𝑑 = 2 . 𝜑𝜑 . 𝜎𝜎0
Gambar 4.4. Diagram Pemilihan Belt Diketahui :
Untuk V-belt : 𝜎𝜎0 = 12 kg/𝑐𝑐𝑐𝑐2
Berdasarkan diagram di atas maka (Diktat Elemen Mesin II hal 60)
diperoleh : Untuk V-belt : φ0 = 0,9
• Type belt yang dianjurkan adalah Type (Diktat Elemen Mesin II hal 50)
A Sehingga :
• Lebar (b) = 8 mm σ𝑑𝑑 = 2 . 𝜑𝜑 . 𝜎𝜎0
• Tinggi (h) = 10,5mm σ𝑑𝑑 = 2 . 0,9 . 12 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑐𝑐𝑐𝑐2
• Luas (A) = 0,81 cm2 σ𝑑𝑑 = 21,6 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑐𝑐𝑐𝑐2

4.4.3. Kecepatan Keliling Pulley 4.4.6. Jarak Sumbu Poros Pulley dengan
Pulley Perencanaan
Dp < C < 3 (Dp + dp)

Diketahui :
dp = 50 mm
Dp = 400 mm

Gambar 4.5. Transmisi pulley dan belt Sehingga :


Dp < C < 3 (Dp + dp)
Diketahui : 400 mm < C < 3 (50 mm + 400 mm)
n1 = 2400 rpm 400 mm < C < 1350 mm
dp = 50 mm Maka dipilih C = 510 mm

Sehingga : 4.4.7. Panjang Belt


𝜋𝜋. 𝑑𝑑𝑝𝑝 . 𝑛𝑛1 Untuk menghitung panjang perencanaan
𝑣𝑣𝑏𝑏 =
60 . 1000 belt yang akan dipakai digunakan rumus :
𝜋𝜋. 50 𝑚𝑚𝑚𝑚 . 2400 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝜋𝜋 (Dp − dp)2
𝑣𝑣𝑏𝑏 = L = 2. C + (Dp + dp) +
2 4.𝐶𝐶
60 . 1000 L = 2. 510 mm +
𝜋𝜋
(50 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 400 𝑚𝑚𝑚𝑚) +
2
2
�400 𝑚𝑚𝑚𝑚 – 50 𝑚𝑚𝑚𝑚 � 4.4.10. Gaya Efektif Belt :
4.510 𝑚𝑚𝑚𝑚 Diketahui :
L = 1020 mm + 706,86 mm + 60,05 mm • µ = 0,3 ( didapatkan pada hal 171 )
L = 1786,91 mm
• 𝜃𝜃 = 2,994 rad
4.4.8. Jarak Sumbu Poros
𝐹𝐹𝑒𝑒 = 𝐹𝐹1 − 𝐹𝐹2
Untuk menghitung jarak sumbu poros 𝐹𝐹1 ′
yang akan dipakai maka digunakan rumus : �𝐹𝐹 = 𝑒𝑒 𝜇𝜇 𝜃𝜃
2
𝐹𝐹1
�𝐹𝐹 = 𝑒𝑒 0,3.2,994
B = 2.L – 3,14 (Dp + dp) 2
�𝐵𝐵 2 − 8(Dp − dp)2 𝐹𝐹1 = 2,455. 𝐹𝐹2
C=B+ 𝑃𝑃
8 • 𝑇𝑇4 = 9,74.105 . 𝑛𝑛3
Di mana 1

B = 2.L – 3,14 (Dp + dp) 5


4,103 𝐾𝐾𝐾𝐾
𝑇𝑇4 = 9,74.10 .
B = 2.1786,91 mm – 3,14 (400 mm + 50 2400 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟
mm) 𝑇𝑇4 = 1665 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚
B = 3573,82 mm – 1413 mm
𝑇𝑇 1665 𝑘𝑘𝑘𝑘.𝑚𝑚𝑚𝑚
B = 2160,82 mm • 𝐹𝐹𝑒𝑒 = 𝑟𝑟4 = = 66,6 kg
𝑝𝑝 25 𝑚𝑚𝑚𝑚

Sehingga didapatkan jarak antara poros pada • 𝐹𝐹𝑒𝑒 = 𝐹𝐹1 − 𝐹𝐹2


pulley yang akan dipakai : 66,6 𝑘𝑘𝑘𝑘 = 2,455. 𝐹𝐹2 − 𝐹𝐹2
�𝐵𝐵 2 − 8(Dp − dp)2 66,6 𝑘𝑘𝑘𝑘 = 1,455. 𝐹𝐹2
C=B+
8 66,6 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐹𝐹2 =
C = 2160,82 mm + 1,455
�(2160 ,82 mm )2 − 8 (400 mm − 50 mm )2 𝐹𝐹2 = 45,77 𝑘𝑘𝑘𝑘
8 • 𝐹𝐹1 = 2,455 𝑥𝑥 45,77 𝑘𝑘𝑘𝑘
C = 2160,82 mm + 240,09 mm
𝐹𝐹1 = 112,37 𝑘𝑘𝑘𝑘
C = 2400,91 mm
(Sularso, Kiyokatsu Suga; 1991.Hal 171)
4.4.9. Sudut Kontak pada Pulley
4.4.11. Tegangan Maksimum Pada Belt
Besarnya sudut kontak antara pulley dan
Tegangan maksimum pada belt dapat
belt dapat dihitung dengan menggunakan rumus
diketahui menggunakan rumus :
:
𝐹𝐹 𝛾𝛾. 𝑣𝑣 2 ℎ
𝜎𝜎𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝜎𝜎𝑜𝑜 + + + 𝐸𝐸𝐸𝐸
\ 𝜽𝜽
2. 𝐴𝐴 10. 𝑔𝑔 𝐷𝐷𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

Diketahui :
• h = 1,35 mm (Rubber canvas didapatkan
pada tabel 22 )
• γ = 1,4 kg/m3 (Solid-woven cotton
didapatkan pada tabel 22)
• Eb = 600 kg/cm2 ( Solid-woven cotton
didapatkan pd tabel 22 )
Gambar 4.6. Sudut kontak • σ0 = 12 kg/cm2
Diketahui : • F = 99,96 kg
dp = 50 mm • A = 0,81 cm2
Dp = 400 mm • v = 6,28 m/s
C = 2400,91 mm • g = 9,81 m/s2
• Dmin = 50 mm
Maka,
57 (𝐷𝐷𝑝𝑝 – 𝑑𝑑 𝑝𝑝 )
𝜃𝜃 = 1800 − 𝐶𝐶
Sehingga :
57 (400 𝑚𝑚𝑚𝑚 – 50 𝑚𝑚𝑚𝑚 ) 𝐹𝐹 𝛾𝛾. 𝑣𝑣 2 ℎ
𝜃𝜃 = 0
180 − 𝜎𝜎𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝜎𝜎𝑜𝑜 + + + 𝐸𝐸𝐸𝐸
2400 ,91 2. 𝐴𝐴 10. 𝑔𝑔 𝐷𝐷𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
0
𝜃𝜃 = 171,69 = 2,994 rad
kg� 99,96 kg
𝜎𝜎𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 12 +
cm2 2.0,81 cm2 Sehingga :
𝑁𝑁𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝜎𝜎 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚
kg H= �𝜎𝜎 �
1,4 � 3 . (6,28 𝑚𝑚⁄𝑠𝑠)2 3600 .𝑢𝑢 .𝑧𝑧 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
m 10 7 90 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑐𝑐𝑚𝑚 2
8
+ H=
3600 .3,52 𝑠𝑠 −1 .1
�89,9 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑐𝑐𝑚𝑚 2 �
10. 9,81 𝑚𝑚� 2
𝑠𝑠 H = 796,19 jam
2
1,35 𝑚𝑚𝑚𝑚
+ 600 𝑘𝑘𝑘𝑘/ 𝑐𝑐𝑚𝑚
50 𝑚𝑚𝑚𝑚 4.4.14. Dimensi Pulley
kg� kg
𝜎𝜎𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 12 + 61,70 � 2 Untuk V-belt type A diperoleh data-data
cm2 cm (lampiran sebagai berikut
kg� Diketahui :
+ 0,56283
m2 e = 12,5 mm
c = 3,5 mm
kg�
+ 16,2 t = 16 mm
cm2
s = 10 mm
kg� kg v = 34o – 40o
𝜎𝜎𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 12 + 61,70 � 2
cm2 cm Sehingga :
A . Diameter pulley penggerak (Dm) :
kg�
+ 0,000056283 a) Mencari diameter luar pulley
cm2
𝐷𝐷𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 𝐷𝐷𝑚𝑚 + 2. 𝑐𝑐
kg� 𝐷𝐷𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 50 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 2.3,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
+ 16,2
cm2 𝐷𝐷𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 57 𝑚𝑚𝑚𝑚
kg� b) Mencari diameter dalam pulley
𝜎𝜎𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 89,90 𝐷𝐷𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝐷𝐷𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 − 2. 𝑒𝑒
cm2
𝐷𝐷𝑖𝑖𝑖𝑖 = 57 𝑚𝑚𝑚𝑚 − 2.12,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
4.4.12. Jumlah Putaran Belt 𝐷𝐷𝑖𝑖𝑖𝑖 = 32 𝑚𝑚𝑚𝑚
Untuk mengetahui jumlah putaran belt c) Mencari lebar pulley
per detik digunakan rumus sebagai berikut : 𝐵𝐵 = (𝑧𝑧 − 1)𝑡𝑡 + 2. 𝑠𝑠
𝐵𝐵 = (1 − 1)2 + 2.10 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑉𝑉
u=
𝐿𝐿
𝐵𝐵 = 20 𝑚𝑚𝑚𝑚
Diketahui : Nilai ( c, e dan s ), didapatkan pada buku (
v = 6,28 m/s Dobrovolsky; 1978. Tabel 23, Hal 226 ).

L = 1786,91 mm = 1,78691 m B . Pulley yang digerakkan (Dp) :


a) Diameter pulley luar yang digerakkan
Sehingga : 𝐷𝐷𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 𝐷𝐷𝑝𝑝 + 2. 𝑐𝑐
u=
𝑉𝑉 𝐷𝐷𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 400 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 2.3,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝐿𝐿 𝐷𝐷𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 = 407 𝑚𝑚𝑚𝑚
6,28 𝑚𝑚 /𝑠𝑠
u= b) Mencari diameter dalam pulley
1,78691 𝑚𝑚
u = 3,52 s-1 𝐷𝐷𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝐷𝐷𝑝𝑝 − 2. 𝑒𝑒
𝐷𝐷𝑖𝑖𝑖𝑖 = 407 𝑚𝑚𝑚𝑚 − 2.12,5 𝑚𝑚𝑚𝑚
4.4.13. Umur Belt 𝐷𝐷𝑖𝑖𝑖𝑖 = 382 𝑚𝑚𝑚𝑚
Umur belt dapat diketahui menggunakan
rumus : 4.4.15. Gaya Berat Pulley yang Digerakkan
Untuk mengetahui besarnya gaya berat
𝑁𝑁𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝜎𝜎 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 𝑚𝑚 pulley yang diggerakkan dapat dihitung dengan
H=
3600 .𝑢𝑢 .𝑧𝑧
�𝜎𝜎 �
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 menggunakan rumus sebagai berikut :
Diketahui : W =ρ.V.g
Nbase = 107cycle 𝜋𝜋
V = (𝐷𝐷𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 - Din)2 B
u = 3,52 s-1 4
Z =1 Diketahui :
σfat = 90 kg/cm2 untuk V-Belt 𝜌𝜌 = 7,27. 103 kg/m3
σmax = 89,90 kg/cm2 g = 9,81 m/s2
m =8 Dout = 407 mm = 0,407 m
Din = 382 mm = 0,382 m
B = 20 mm = 0,020 m

Sehingga :
𝜋𝜋
V = (𝐷𝐷𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 - Din)2. B
4
𝜋𝜋
V = (0,407 m – 0,382 m)2 . 0,020 m
4 5 mm 25 mm
V = 9,82. 10-6 m3
F1 Fe F2 Av Ah WPemotong Bv B
W =ρ.V.g Wp FPemotong
W = 7,27. 103 kg/m3. 9,82. 10-6 m3. 9,81 m/s2 122 mm 650 mm
W = 0,70 N
Gambar 4.7. Diagram beban poros
4.5. Perencanaan Poros Di mana :
4.5.1. Perhitungan Diameter Poros • F1 = Gaya yang menarik belt
Data yang diketahui : • F2 = Gaya yang kendur
• Daya motor bensin (N3) = 5,5 Hp = 4,103 Kw • Wp = Gaya pemotongan
(1 HP = 0,746 Kw) • Av = Gaya yang terjadi pada titik A
• Putaran poros (n2) = 300 rpm dengan arah vertikal
• Panjang poros = 840 mm • Bv = Gaya yang terjadi pada titik B
dengan arah vertikal
4.5.2. Gaya Pulley terhadap Poros • Ah = Gaya yang terjadi pada titik A
Besarnya gaya pulley yang terjadi pada dengan arah
poros dapat dihitung dengan menggunakan horizontal
rumus sebagai berikut :
𝐹𝐹 𝛼𝛼 • Bh = Gaya yang terjadi pada titik B
𝐹𝐹𝑟𝑟 = . sin dengan arah
𝜑𝜑 2
horizontal
Diketahui :
F = 99,66 kg 4.5.5. Gaya pada Poros
𝜑𝜑 = 0,7
𝜃𝜃 = 171,690 𝐹𝐹𝑝𝑝 = 𝐹𝐹1 + 𝐹𝐹2

Sehingga : Di mana :
𝐹𝐹 𝛼𝛼 𝐹𝐹1 = 112,37 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐹𝐹𝑟𝑟 = . sin
𝜑𝜑 2 𝐹𝐹2 = 45,77 𝑘𝑘𝑘𝑘
99,66 𝑘𝑘𝑘𝑘 171,69𝑜𝑜
𝐹𝐹𝑟𝑟 = . sin
0,7 2
𝐹𝐹𝑟𝑟 = 141,99 kg Sehingga :
𝐹𝐹𝑝𝑝 = 𝐹𝐹1 + 𝐹𝐹2
4.5.3. Gaya Maksimum pada Pulley = 112,37 kg + 45,77 kg
Untuk menentukan gaya maksimum pada 𝐹𝐹𝑝𝑝 = 158,14 kg
pulley menggunakan rumus :
𝐹𝐹𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝜎𝜎𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 . A 4.5.6. Menghitung Beban Poros Arah
Horizontal dan Vertikal
Diketahui : 4.5.6.1. Gaya dan Momen pada Arah
σmax = 89,90 kg/cm2 Horizontal
A = 0,81 cm2 122 mm 650 mm

Sehingga :
𝐹𝐹𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝜎𝜎𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 . A
𝐹𝐹𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 89,9 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑐𝑐𝑚𝑚2 . 0,81 cm2 Fp Ah B
𝐹𝐹𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 72,819 kg
Gambar 4.8. Gaya dan Momen pada Arah
4.5.4. Diagram Beban Poros Horizontal
Free Body Diagram
(+) ∑ 𝐹𝐹𝑥𝑥 = 𝑚𝑚. 𝑎𝑎𝑥𝑥 • Gaya geser di titik A :
∑ 𝐹𝐹𝑥𝑥 = 𝑚𝑚. 0 (+) ∑ 𝐹𝐹𝑥𝑥 = 𝑚𝑚. 𝑎𝑎𝑥𝑥
∑ 𝐹𝐹𝑥𝑥 = 0 ∑ 𝐹𝐹𝑥𝑥 = 𝑚𝑚. 0
−𝐹𝐹𝑝𝑝 + 𝐴𝐴ℎ + 𝐵𝐵ℎ = 0 ∑ 𝐹𝐹𝑥𝑥 = 0
158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 + 𝐴𝐴ℎ + 𝐵𝐵ℎ = 0 −𝐹𝐹𝑝𝑝 − 𝐹𝐹𝐹𝐹1 = 0
158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 = −𝐴𝐴ℎ − 𝐹𝐹𝐹𝐹1 = −𝐹𝐹𝑝𝑝
𝐵𝐵ℎ ............................................(1) 𝐹𝐹𝐹𝐹1 = −158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘

(+) ∑ 𝑀𝑀𝑏𝑏 = 𝐼𝐼. 𝛼𝛼


∑ 𝑀𝑀𝑏𝑏 = 𝐼𝐼. 0 Potongan II-II, 0 mm ≤ X 2 ≤ 650 mm
∑ 𝑀𝑀𝑏𝑏 = 0
𝐹𝐹𝑝𝑝 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚) − 𝐴𝐴ℎ (650 𝑚𝑚𝑚𝑚) = 0
X2
158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚) − 𝐴𝐴ℎ (650 𝑚𝑚𝑚𝑚) 122 mm
M
=0
19293,08 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝐴𝐴ℎ (650 𝑚𝑚𝑚𝑚) = 0 Fp Ah
𝐴𝐴ℎ (650 𝑚𝑚𝑚𝑚) = 19293,08 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚
Fτ2
𝐴𝐴ℎ = • Momen bending di titik B :
29,68 𝑘𝑘𝑘𝑘....................................................... (+) ∑ 𝑀𝑀2 = 0
.(2) ∑ 𝑀𝑀2 = 𝐼𝐼. 0
Persamaan (2) disubtitusikan ke persamaan (1) ∑ 𝑀𝑀2 = 0
158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 = −𝐴𝐴ℎ − 𝐵𝐵ℎ 𝑀𝑀2 + 𝐹𝐹𝑝𝑝 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋2 ) − 𝐴𝐴ℎ (𝑋𝑋2 ) = 0
𝐵𝐵ℎ = 158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 𝐴𝐴ℎ
𝑀𝑀2 = −𝐹𝐹𝑝𝑝 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋2 ) + 𝐴𝐴ℎ (𝑋𝑋2 )
𝐵𝐵ℎ = 158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 29,68 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐵𝐵ℎ = 128,46 𝑘𝑘𝑘𝑘 Misal X2 = 650 mm
M2 = MB = −𝐹𝐹𝑝𝑝 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋2 ) + 𝐴𝐴ℎ (𝑋𝑋2 )
= −158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘. (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 650 𝑚𝑚𝑚𝑚) +
X1
I II 29,68 𝑘𝑘𝑘𝑘 (650 𝑚𝑚𝑚𝑚)
X2
MB = −102792,08 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚

• Gaya geser di titik B :


Fp Ah Bh
(+) ∑ 𝐹𝐹𝑥𝑥 = 𝑚𝑚. 𝑎𝑎𝑥𝑥
Gambar 4.9. Potongan bidang horizontal ∑ 𝐹𝐹𝑥𝑥 = 𝑚𝑚. 0
∑ 𝐹𝐹𝑥𝑥 = 0
Potongan I-I, 0 mm ≤ X 1 ≤ 122 mm −𝐹𝐹𝑝𝑝 − 𝐹𝐹𝐹𝐹2 + 𝐴𝐴ℎ = 0
𝐹𝐹𝐹𝐹2 = − 𝐹𝐹𝑝𝑝 + 𝐴𝐴ℎ
X1 𝐹𝐹𝐹𝐹2 = −158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 + 29,68 𝑘𝑘𝑘𝑘
M1 𝐹𝐹𝐹𝐹2 = −128,46 𝑘𝑘𝑘𝑘

Fp 4.5.6.2. Gaya dan Momen Pada Arah


Fτ1 Vertikal

Fpotong
• Momen bending di titik A : Fp

(+) ∑ 𝑀𝑀1 = 𝐼𝐼. 𝛼𝛼


325 mm 325 mm
∑ 𝑀𝑀1 = 𝐼𝐼. 0 122 mm
∑ 𝑀𝑀1 = 0
𝑀𝑀1 + 𝐹𝐹𝑝𝑝 (𝑋𝑋1 ) = 0
𝑀𝑀1 = −158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑋𝑋1 )
Misal X1 = 122 mm Wpu Av
Wpi
M1 = MA = −158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑋𝑋1 )
= −158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘. 122 𝑚𝑚𝑚𝑚 Wpo
MA = −19293,08 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚
Gambar 4.10. Gaya dan momen pada arah
vertikal Fpotong
Fp
Diketahui
I II III
• massa pulley 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 = 0,8 𝑘𝑘𝑘𝑘
• massa poros 𝑊𝑊𝑝𝑝 = 5,4 𝑘𝑘𝑘𝑘
• massa pisau 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 = 1,3 𝑘𝑘𝑘𝑘
• 𝐹𝐹𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 108,01 𝑘𝑘𝑘𝑘
Wpu Av
Wpi
(+) ∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 𝑚𝑚. 𝑎𝑎𝑦𝑦
Wp
∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 𝑚𝑚. 0
∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 0
−𝐹𝐹𝑝𝑝 − 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝐴𝐴𝑣𝑣 − 𝐹𝐹𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 − 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 − 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 Gambar 4.11. Potongan bidang vertikal
+ 𝐵𝐵𝑣𝑣 = 0
−158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 1,6 𝑘𝑘𝑘𝑘 + 𝐴𝐴𝑣𝑣 − 108,01 𝑘𝑘𝑘𝑘 Potongan I-I, 0 mm ≤ X 1 ≤ 122 mm
− 5,4 𝑘𝑘𝑘𝑘 Fp
−1,3 𝑘𝑘𝑘𝑘 + 𝐵𝐵𝑣𝑣 = 0
274,45 𝑘𝑘𝑘𝑘 = 𝐴𝐴𝑣𝑣 + I
𝐵𝐵𝑣𝑣 ............................................(1)
M1
(+) ∑ 𝑀𝑀𝑏𝑏 = 𝐼𝐼. 𝛼𝛼 X1
∑ 𝑀𝑀𝑏𝑏 = 𝐼𝐼. 0
∑ 𝑀𝑀𝑏𝑏 = 0 Wpu
𝐹𝐹𝑝𝑝 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚) + 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚) Fτ1
− 𝐴𝐴𝑣𝑣 (325 𝑚𝑚𝑚𝑚) • Momen bending di titik A :
+ 𝐹𝐹𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 (325 𝑚𝑚𝑚𝑚) + 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 (325 𝑚𝑚𝑚𝑚)
+ 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 (325 𝑚𝑚𝑚𝑚) (+) ∑ 𝑀𝑀1 = 𝐼𝐼. 𝛼𝛼
=0 ∑ 𝑀𝑀1 = 𝐼𝐼. 0
158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚) + 0,8 𝑘𝑘𝑘𝑘 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚) ∑ 𝑀𝑀1 = 0
− 𝐴𝐴𝑣𝑣 (325 𝑚𝑚𝑚𝑚) 𝑀𝑀1 + 𝐹𝐹𝑝𝑝 (𝑋𝑋1 ) + 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 (𝑋𝑋1 ) = 0
+ 108,01 𝑘𝑘𝑘𝑘(325 𝑚𝑚𝑚𝑚) 𝑀𝑀1 = 158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑋𝑋1 ) + 0,8 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑋𝑋1 )
+ 5,4 𝑘𝑘𝑘𝑘 (325 𝑚𝑚𝑚𝑚) Misal X1 = 122 mm
+1,3 𝑘𝑘𝑘𝑘(325 𝑚𝑚𝑚𝑚) = 0 M1 = MA = 158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚) +
19293,08 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 97,6 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 0,8 𝑘𝑘𝑘𝑘 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚)
− 𝐴𝐴𝑣𝑣 (325 𝑚𝑚𝑚𝑚) MA = 19468,76 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚
+ 35103,25 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 1755 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚
+ 422,5 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 = 0 • Gaya geser di titik A :
56671,43 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝐴𝐴𝑣𝑣 (325 𝑚𝑚𝑚𝑚) = 0
𝐴𝐴𝑣𝑣 (325 𝑚𝑚𝑚𝑚) = 56671,43 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 (+) ∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 𝑚𝑚. 𝑎𝑎𝑦𝑦
𝐴𝐴𝑣𝑣 = ∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 𝑚𝑚. 0
174,37 𝑘𝑘𝑘𝑘.....................................................
∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 0
...(2)
−𝐹𝐹𝑝𝑝 − 𝐹𝐹𝐹𝐹1 − 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 = 0
Persamaan (2) disubtitusikan ke persamaan (1) 𝐹𝐹𝐹𝐹1 = −𝐹𝐹𝑝𝑝 − 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝
274,45 𝑘𝑘𝑘𝑘 = 𝐴𝐴𝑣𝑣 + 𝐵𝐵𝑣𝑣 𝐹𝐹𝐹𝐹1 = −158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 0,8 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐵𝐵𝑣𝑣 = 274,45 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 𝐴𝐴𝑣𝑣 𝐹𝐹𝐹𝐹1 = −158,94 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐵𝐵𝑣𝑣 = 274,45 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 174,37 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐵𝐵𝑣𝑣 = 100,38 𝑘𝑘𝑘𝑘 Potongan II-II, 0 mm ≤ X 2 ≤ 447 mm

Fp

X2

122 mm M2

Wpu Av
(+) ∑ 𝑀𝑀3 = 𝐼𝐼. 𝛼𝛼
∑ 𝑀𝑀3 = 𝐼𝐼. 0
∑ 𝑀𝑀3 = 0
𝑀𝑀3 + 𝐹𝐹𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 (𝑋𝑋3 ) + 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 (𝑋𝑋3 ) + 𝑊𝑊𝑝𝑝 (𝑋𝑋3 )
−𝐴𝐴𝑣𝑣 (325 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋3 )
+ 𝐹𝐹𝑝𝑝 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 325 𝑚𝑚𝑚𝑚
+ 𝑋𝑋3 )
• Momen bending di titik W : + 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 325 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋3 ) = 0
𝑀𝑀3 + 108,01 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑋𝑋3 ) + 1,3 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑋𝑋3 )
(+) ∑ 𝑀𝑀2 = 𝐼𝐼. 𝛼𝛼 + 5,4 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑋𝑋3 )
∑ 𝑀𝑀2 = 𝐼𝐼. 0 −174,37 kg(325 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋3 )
∑ 𝑀𝑀2 = 0 +158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 325 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋3 )
𝑀𝑀2 − 𝐴𝐴𝑣𝑣 (𝑋𝑋2 ) + 𝐹𝐹𝑝𝑝 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋2 ) +0,8 𝑘𝑘𝑘𝑘(122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 325 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋3 ) = 0
+𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋2 ) = 0 𝑀𝑀3 + 114,71 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑋𝑋3 ) −
𝑀𝑀2 − 174,37 kg (𝑋𝑋2 ) 174,37 kg(325 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋3 )
+ 158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 +158,94 𝑘𝑘𝑘𝑘 (447 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋3 ) = 0
+ 𝑋𝑋2 ) 𝑀𝑀3 =
+ 0,8 𝑘𝑘𝑘𝑘(122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋2 ) = 0 −114,71 𝑘𝑘𝑘𝑘 (𝑋𝑋3 ) +
𝑀𝑀2 = 174,37 kg (𝑋𝑋2 ) 174,37 kg(325 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋3 )
− 158,94 𝑘𝑘𝑘𝑘 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 −158,94 𝑘𝑘𝑘𝑘 (447 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑋𝑋3 ) = 0
Misal X3 = 325 mm
+ 𝑋𝑋2 )
M3 = Mb = −114,71 𝑘𝑘𝑘𝑘 (325 𝑚𝑚𝑚𝑚) +
Misal X2 = 325 mm
174,37 kg(325 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 325 𝑚𝑚𝑚𝑚)
−158,94 𝑘𝑘𝑘𝑘 (447 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 325 𝑚𝑚𝑚𝑚) = 0
M2 = Mw = 174,37 kg (325 mm) −
Mb =
158,94 𝑘𝑘𝑘𝑘 (122 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 325 mm) −37280,75 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 113340,5 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 −
Mw = −14375,93 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 122701,68 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚
Mb = −46641,18 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚
• Gaya geser di titik W :
• Gaya geser di titik B :
(+) ∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 𝑚𝑚. 𝑎𝑎𝑦𝑦
∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 𝑚𝑚. 0 (+) ∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 𝑚𝑚. 𝑎𝑎𝑦𝑦
∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 0 ∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 𝑚𝑚. 0
−𝐹𝐹𝑝𝑝 − 𝐹𝐹𝐹𝐹2 − 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝐴𝐴𝑣𝑣 = 0 ∑ 𝐹𝐹𝑦𝑦 = 0
𝐹𝐹𝐹𝐹2 = −𝐹𝐹𝑝𝑝 − 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝐴𝐴𝑣𝑣 −𝐹𝐹𝑝𝑝 − 𝐹𝐹𝐹𝐹2 − 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝐴𝐴𝑣𝑣 − 𝐹𝐹𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 − 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝
𝐹𝐹𝐹𝐹2 = −158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 0,8 𝑘𝑘𝑘𝑘 + 174,37 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 𝑊𝑊𝑝𝑝 = 0
𝐹𝐹𝐹𝐹2 = 15,43 𝑘𝑘𝑘𝑘 𝐹𝐹𝐹𝐹2 = −𝐹𝐹𝑝𝑝 − 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝 + 𝐴𝐴𝑣𝑣 − 𝐹𝐹𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 − 𝑊𝑊𝑝𝑝𝑝𝑝
− 𝑊𝑊𝑝𝑝
Potongan III-III, 0 mm ≤ X 3 ≤ 772 mm
𝐹𝐹𝐹𝐹2 = −158,14 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 0,8 𝑘𝑘𝑘𝑘 + 174,37 𝑘𝑘𝑘𝑘
Fpotong − 108,01 𝑘𝑘𝑘𝑘
Fp −1,3 𝑘𝑘𝑘𝑘 − 5,4 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐹𝐹𝐹𝐹2 = −99,22 𝑘𝑘𝑘𝑘
X3
4.5.7. Momen Resultan
M3
122 mm 325 mm
M r = (M h ) 2 + (M v ) 2
Wpu Av
Wpi Fτ3 Diketahui:
Wp
Mh = −102792,08 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 (Momen yang
• Momen bending di titik B : terjadi pada bidang horizontal)
Mv = −46641,18 𝑘𝑘𝑘𝑘. 𝑚𝑚𝑚𝑚 (Momen yang
terjadi pada bidang vertikal)
[
d = (60639,89mm 3 ) ]1
3

d = 29,28mm
Sehingga : Maka diameter poros (Dp) sesungguhnya = 30
mm

M r = (M h ) 2 + (M v ) 2 4.6. Bantalan (Bearing)


Dari hasil analisa dan perhitunan maka
M r = (−102792,08kgmm) 2 + (−46641,18kgmm) 2 diperoleh data sebagai berikut :
M r = 112878,75kgmm 1. Diameter poros (Dp) = 30 mm
2. Gaya bantalan di titik A : FAh = 29,68
kg
FAv =
4.5.8. Torsi Poros : 174,37 kg
Nd 3. Gaya bantalan di titik B : FBh =
T = 9,74 × 10 5
n2 128,46 kg
FBv =
5,3339kw
= 9,74 × 10 5 ⋅ 100,38 kg
300rpm
= 17317,40kg.mm
4.6.1. Gaya Radial Pada Bantalan
4.5.9. Diameter Poros : 𝐹𝐹𝑟𝑟 = �(𝐹𝐹ℎ )2 + (𝐹𝐹𝑣𝑣 )2
1
 32n  
( )
3
1/ 2 • Pada bantalan A
d =   Mr2 +T 2 
 πS yp   𝐹𝐹𝑟𝑟𝑟𝑟 = �(𝐹𝐹𝐴𝐴ℎ )2 + (𝐹𝐹𝐴𝐴𝐴𝐴 )2

𝐹𝐹𝑟𝑟𝑟𝑟 = �(29,68 kg )2 + (174,37 kg )2
Diketahui: 𝐹𝐹𝑟𝑟𝑟𝑟 = �31285,7993 𝑘𝑘𝑔𝑔2
𝐹𝐹𝑟𝑟𝑟𝑟 = 176,88 𝑘𝑘𝑘𝑘
Mr = 23031,96 kgmm
T = 42164,675 kgmm • Pada bantalan B
n = 2,5 (faktor keamanan untuk beban 𝐹𝐹𝑟𝑟𝑟𝑟 = �(𝐹𝐹𝐵𝐵ℎ )2 + (𝐹𝐹𝐵𝐵𝐵𝐵 )2
kejut)
𝐹𝐹𝑟𝑟𝑟𝑟 = �(128,46 kg )2 + (100,38 kg )2
Syp = 48 kg/mm2 (bahan AISI 1030,
lambang S30C dan baja karbon kontruksi 𝐹𝐹𝑟𝑟𝑟𝑟 = �26578,116 𝑘𝑘𝑔𝑔2
mesin) 𝐹𝐹𝑟𝑟𝑟𝑟 = 163,03 𝑘𝑘𝑘𝑘

Sehingga : 4.6.2. Beban Equivalent Pada Bantalan :


Dari data yang diketahui dari lampiran 14 maka
1 diperoleh
 32n  
( )
3
1/ 2 • Co sebesar 2,370
d =   M 2 +T2 
 πS  r • Fa/V.Fr = 1,62
 yp   • e = 0,22
1
 32.2,5  1/ 2 
sehingga,
( )
3
d =   (112878,75kgmm) 2 + (17317,40kg.mm)F
2 
2
a 
 π  ≤e
V ⋅F 
. 48kg / mm
r

1
maka, X = 0,56 dan Y = 1,99 (lampiran 15)
   3 diketahui dari lampiran 13, Nilai Fs = 2,5 (heavy
(114199,41kgmm )
80
d =  2  shock load)
 150,80kg / mm   73
V1 = 1 (ring dalam yang berputar)
[( )
d = 0,531mm 2 / kg (114199,41kgmm ) ]
1
3 V2 = 1,2 (ring luar yang berputar)
• Pada bantalan A
PA = X . V1 . FR + Y Fa
= Fs (X . V1 . FrA) + Y Fa Gambar 4.11. Desain Mesin Penggiling Limbah
= 2,5 (1. 1. 176,88 kg) + 1,99 . 174,37 kg Ikan
PA = 789,20 kg
4.7.2. Mesin Penggiling Limbah Ikan
• Pada bantalan B
PB = X . V1 . FR + Y Fa
= Fs (X . V1 . FrB) + Y Fa
= 2,5 (1. 1. 163,03 kg) + 1,99 . 100,38 kg
PB = 607,33 kg

4.6.3. Menghitung Umur Bantalan :


106 𝐶𝐶 𝑏𝑏
𝐿𝐿10 = .� �
60. 𝑛𝑛𝑝𝑝 𝑃𝑃
Diketahui :
np = n2’ = 300 rpm Gambar 4.12. Mesin Penggiling Limbah Ikan
C = 3350 lb (pada tabel 9.1, terlampir)
= (3350 x 0,453592) kg
C = 1519,5332 kg
PA = 789,20 kg
PB = 607,33 kg 4.7.3. Pisau Pencacah
b = 3 (untuk bantalan bola)

Sehingga :
• Pada bantalan A
106 1519,5332 𝑘𝑘𝑘𝑘 3
𝐿𝐿10 = .� �
60. 300 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 789,20 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐿𝐿10 = 55,56 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 . (1,925)3
𝐿𝐿10 = 396,58 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗

• Pada bantalan B
106 1519,5332 𝑘𝑘𝑘𝑘 3 Gambar 4.13. Pisau pencacah
𝐿𝐿10 = .� �
60. 300 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 607,33 𝑘𝑘𝑘𝑘
𝐿𝐿10 = 55,56 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 . (2,50)3 4.7.4. Corong ((Hopper)
𝐿𝐿10 = 870,20 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗

4.7. Gambar Mesin Penggiling Limbah Ikan


4.7.1. Desain Mesin Penggiling Limbah Ikan

Gambar 4.14. Corong


4.7.5. Saluran Keluar 2,58 (2 menit 35
3 5
detik)

2,55 (2 menit 33
4 5
detik)

2,53 (2 menit 32
Rata - Rata detik)

• Rata – rata waktu penggilingan :


Gambar 4.15. Saluran Keluar (2,47 + 2,51 + 2,58 + 2,55) 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
=
4.7.6. V-belt dan Motor Bensin 4
= 2,53 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
• Kapasitas penggilingan :

𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙ℎ 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖


=
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 − 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
5 𝑘𝑘𝑘𝑘
= 2,53 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
= 1,98 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑘𝑘𝑘𝑘 60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
= 1,98 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑥𝑥 1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 118,8 𝑘𝑘𝑘𝑘/𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
4.9. Perbandingan Mesin
Gambar 4.16. V-belt dan Motor Bensin

4.8. Hasil Percobaan Mesin Penggiling


Limbah Ikan
Dari percobaan penggilingan limbah ikan
dengan massa limbah ikan 5 kg maka diperoleh
hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2. Tabel Hasil Percobaan Mesin


Penggiling Limbah Ikan
Massa
NO Waktu
Limbah Ikan
(menit)
(Kg) Gambar 4.17. Mesin penggiling Gambar 4.
2,47 (2 menit 28 18. Mesin yang limbah ikan yang ada di pasaran
1 5
detik) penggiling
2,51 (2 menit 31 limbah ikan
2 5 yang telah
detik)
jadi.
Tabel 4.3. Tabel Perbandingan Mesin
Penggiling Limbah Ikan

5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Dari perencanaan dan perhitungan pada


”Mesin Penggiling Limbah Ikan Menjadi
Tepung Ikan”, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :

1. Daya motor bensin yang digunakan adalah


5,5 Hp dengan putaran 2400 rpm.
2. Belt yang digunakan adalah Jenis V-Belt
type A dengan panjang belt 1786,91 mm,
jumlah belt 1 buah dan umur belt 796,19
jam.
3. Poros yang digunakan adalah bahan AISI
1030 (baja karbon kontruksi mesin) dengan
diameter 30 mm.
4. Berdasarkan hasil pengujian kapasitas mesin
penggiling limbah ikan adalah 118,8
kg/jam.

5.2. Saran

1. Menambah jarak antara alas tabung dengan


jarak pisau.
2. Pada tiap kaki rangka mesin dapat
diberikan roda untuk mengurangi besarnya
getaran yang ditimbulkan oleh proses
penggilingan dan mempermudah proses
perpindahan mesin dari satu tempat ke
tempat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai