Anda di halaman 1dari 6

ISSN: 1410-233

Perhitungan Ulang Beban Pendinginan Pada Ruang Auditorium


Gedung Manggala Wanabakti Blok III
Kementerian Kehutanan Jakarta
Sabaruddin Harahap, Abdul Hamid, Imam Hidayat
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Mercu Buana, Jakarta
Email. sabaruddinharahap@rocketmail.com

Abstrak -- Ruang Auditorium Gedung Manggala Wanabakti diresmikan sejak 24 Agustus 1983
yang merupakan salah satu ruang yang multifungsi diantaranya sebagai ruang rapat/kongres,
seminar, wisuda, pameran dan pegelaran, serta resepsi pernikahan. Perhitungan beban
pendinginan pada gedung ini menggunakan metode CLTD (Cooling Load Temperature Difference).
Perhitungan beban pendinginan berdasarkan data sekunder yang kemudian hasilnya dibandingkan
dengan kapasitas beban pendinginan terpasang. Dari hasil perhitungan beban pendingin di atas
dapat disimpulkan bahwa kapasitas mesin AHU (Air Handling Unit) yang terpasang belum
mencukupi dalam memenuhi kebutuhan sistem penyegaran udara pada ruang Auditorium Gedung
Manggala Wanabhakti Kementerian Kehutanan RI.

Kata Kunci: Beban pendinginan, set point, Air Handling Unit.

Abstract -- Mangala Wanabakti Auditorium Hall inaugurated since August 24, 1983, which is one
multifunctional space such as conference / congress, seminars, graduation, exhibitions and
performances, as well as wedding receptions. Cooling load calculation on this building using CLTD
(Cooling Load Temperature Difference) method. Cooling load calculation based on secondary data
results are then compared with the installed capacity of the cooling load. Based on calculation of
the cooling load can be concluded that the capacity of the machine AHU (Air Handling Unit)
installed yet sufficient to meet the needs of air refresher system in the Mangala Wanabhakti
Auditorium Hall of Ministry of Forestry .

Keywords: Cooling load calculation, Set Point, Air Handling Unit.

1. PENDAHULUAN bangunan atau ruangan selain mempunyai


Pengkondisian udara adalah perlakuan kondisi beban pendinginan puncak juga
terhadap udara untuk mengatur suhu, mempunyai beban total pendinginan ruangan,
kelembaban, kebersihan dan pendistribusian- yang biasanya berubah-ubah setiap jamnya.
nya secara serentak guna mencapai kondisi Berdasarkan hal tersebut, suatu gedung atau
nyaman yang diperlukan oleh orang yang ruangan yang akan dikondisikan dengan
berada di dalam suatu ruangan. Selain itu, memasang sistem tata udara maka perlu
pengkondisian udara dapat didefinisikan suatu diketahui terlebih dahulu beban maksimum dan
proses mendinginkan udara sehingga beban parsial yang ada dan harus
mencapai temperatur dan kelembaban yang ditanggulangi dengan tepat agar dapat dipakai
ideal. peralatan yang tepat untuk dipasang. Sehingga,
Pada saat ini AC (Air Conditioning) tidak terjadi pemborosan energi dan biaya,
sudah banyak dimanfaatkan untuk keperluan serta kemungkinan kurangnya kapasitas mesin
sehari–hari dan sudah menjadi kebutuhan yang yang menyebabkan tidak tercapainya kondisi
harus dipenuhi, salah satunya adalah pada yang diinginkan. Untuk mengatasi hal tersebut
gedung perkantoran dan auditorium, karena diperlukan perhitungan besaran beban yang
selain untuk mendapatkan kondisi udara yang tepat pada sistem pengkondisian udara dan
nyaman, juga dapat meningkatkan produktiftas menentukan beban yang diterima oleh mesin
manusia. Dalam pemasangan dan peng- tersebut.
gunaannya, sistem tata udara memerlukan Ruang Auditorium Gedung Manggala
biaya yang tidak sedikit. Pemakaian tata udara Wanabakti diresmikan sejak 24 Agustus 1983
yang tidak tepat dengan kebutuhannya akan merupakan salah satu ruang yang multifungsi
mengakibatkan pemborosan, baik itu energi diantaranya sebagai ruang rapat/kongres,
maupun biaya yang cukup mahal. Setiap

Sabaruddin H., Perhitungan Ulang Beban Pendinginan 149


SINERGI Vol. 18, No. 3, Oktober 2014

seminar, wisuda, pameran dan pegelaran, serta Merupakan proses pertukaran panas udara
resepsi pernikahan. ruangan dengan refrigerant. Pada tahap ini
Alasan dilakukannya perhitungan ulang terjadi pertukaran kalor di evaporator, dimana
beban pendingin pada Ruang Auditorium kalor dari lingkungan atau media yang
Gedung Manggala Wanabakti ini adalah didinginkan diserap oleh refrigerant cair dalam
dikarenakan kondisi awal sistem pengkondisian evaporator sehingga refrigerant cair yang
udara pada gedung ini beroperasi dengan baik berasal dari katup ekspansi yang bertekanan
dimana setpoint suhu di dalam ruangan masih dan bertemperatur rendah berubah fasa dari
dapat tercapai sesuai dengan kondisi di fasa cair menjadi uap yang mempunya tekanan
lapangan. Namun saat ini, kondisi suhu udara dan temperatur tinggi. Maka besar kalor yang
pada ruang Auditorium saat digunakan pada diserap oleh refrigerant adalah:
acara-acara tidak sesuai dengan set point suhu
yang diharapkan sehingga para penghuni/ QC = ṁ (h2 – h1) ............................ (2)
pengguna merasa kurang nyaman. Hal ini
diperkuat dengan adanya komplain dan dimana
keluhan dari para pengguna ruang Auditorium. QC : Banyaknya kalor yang diserap
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk di evaporator persatuan waktu
menghitung ulang beban pendinginan dan (kJ/s)
membandingkan jumlah beban pendingin hasil ṁ : Laju aliran massa refrigerant
perhitungan dengan kondisi yang terpasang (kg/s)
pada sisitem pengkonsisian udara ruang (h2 – h1) : Efek refrigerasi (kJ/kg)
Auditorium gedung Manggala Wanabakti Blok
III Kementerian Kehutanan Jakarta. 2) Kompresi
Kompresi memiliki dua fungsi, yaitu: Pertama,
2. TEORI DASAR untuk menghisap refrigerant dari evaporator
Sistem Pengkondisian Udara dan menekannya ke kondenser. Kedua, untuk
Sistem Pengkondisian Udara adalah meningkatkan tekanan refrigerant. Pada tahap
suatu proses mendinginkan udara sehingga ini terjadi di kompressor dimana refrigerant
dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang berfasa uap dengan temperatur dan
yang sesuai dengan yang dipersyaratkan tekanan rendah dikompresi secara isotrapic
terhadap kondisi udara suatu ruangan tertentu, sehingga temperatur dan tekanannya menjadi
mengatur aliran udara dan kebersihannya. tinggi, besar kapasitas pemanasan dapat ditulis
dengan persamaan :
Prinsip Sistem Pengkondisian Udara
Berdasarkan hukum thermodinamika QW = ṁ (h3 – h2) ........................... (3)
pertama, panas Q1 yang dikeluarkan dari siklus
temperatur tinggi sama dengan jumlah panas dimana
Q2 yang dikeluarkan pada temperatur rendah Qw : Kapasita pemanasan (kJ/s)
dan kerja W. persatuan waktu (kg/s)
ṁ : Laju aliran massa refrigerant
Q1 = Q2 + W ........................................... (1) (kJ/s)
(h3 – h2) : Kerja kompresi (kJ/kg)
Input energi yang dibutuhkan untuk
mengangkat panas Q2 dari temperatur rendah 3) Kondensasi (Pengembunan)
ke temperatur tinggi membutuhkan kerja Memiliki dua fungsi, yaitu: Pertama, untuk
mekanik. membuang panas yang disimpan refrigerant
Sistem pendingin tidak bisa dilepaskan pada evaporator. Kedua, untuk mengubah fasa
dari terjadinya proses perpindahan panas refrigerant dari uap menjadi cairan. Pada tahap
dimana panas yang diproduksi oleh ruangan ini terjadi didalam kompressor, dimana panas
yang akan dikonddisikan temperaturnya akan dari refrigerant yang berfasa uap dari
deserap oleh sistem pendingin dan kemudian kompressor dibuang ke lingkungan sehingga
akan dilepaskan ke lingkungan. refrigerant tersebut mengalami kondensasi.
Pada tahap ini terjadi perubahan fasa dari fasa
Siklus Pendingin uap superheat menjadi fasa cair jenuh, pada
Siklus pendingin terdiri dari empat fasa cair jenuh ini tekanan dan temperaturnya
proses, yaitu: masih tinggi. Besarnya kalor yang dilepaskan di
1) Evaporasi (Penguapan) kondensor adalah:

150 Sabaruddin H., Perhitungan Ulang Beban Pendinginan


ISSN: 1410-233

qc = h3 – h4 ...................................... (4) Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini


antara lain:
Dimana  Observasi langsung untuk pengambilan data
qc : Kalor yang dilepas di kondensor pada ruang yang dikondisikan dengan
(kJ/kg) sistem pendingin dengan memperhatikan
h3 : Entalphi refrigerant yang keluar beban internal dan eksternal dengan dasar
dari kompressor (kJ/kg) teori pada sumber pustaka yang ada.
h2 : Entalphi refrigerant cair jenuh  Pengolahan data dan perhitungan data.
(kJ/kg)  Evaluasi hasil perhitungan jumlah beban
pada mesin terpasang dengan hasil data
4) Ekspansi dilapangan.
Mengubah cairan refrigerant yang panas  Mengambil kesimpulan dari hasil penelitian.
menjadi cairan yang dingin dengan
menurunkan tekanannya. Pada tahap ini terjadi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
di katup ekspansi dimana refrigerant diturunkan Beberapa data didapatkan dari data
tekanannya yang diikuti dengan turunnya sekunder. Tabel 1 memperlihatkan data
temperatur entalphi. ruangan yang dianalisa.
Udara panas
dari ruangan Tabel 1. Data Ruangan
DATA RUANGAN

Luas Lantai 4.448,81 m2


Cairan
Tinggi ruangan (Tinggi tembok) 9,34 m
EKSPANSI dingin EVAPORASI
Tinggi ruangan (Lantai sampai
11,74 m
plafon)

Caira Uap
n dingi Waktu pengoperasian ruang perkantoran
pana n Udara dingin
dimulai pada pukul 06.00 WIB sampai dengan
s
pukul 20.00 WIB.
Uap panas Penerangan untuk ruangan meng-
KOMPRESI KONDENSASI gunakan jenis lampu yang berbeda-beda
tergantung fungsi dan letak penempatan lampu
dengan lama operasi sebanyak 12 jam atau
Gambar 1. Siklus Pendingin
sama dengan jam operasional kantor. Data
lampu penerangan ditampilkan pada Tabel 2.
3. METODOLOGI
Perhitungan beban pendinginan ini
Tabel 2. Data lampu Penerangan
menggunakan metode metode CLTD (Cooling
Load Temperature Difference). Perhitungan DATA LAMPU
beban pendinginan berdasarkan data sekunder NO JENIS LAMPU JUMLAH
yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan Center Pin Spot Light 2000
kapasitas beban pendinginan terpasang. 1 1 Unit
Watt
Data sekunder yang dipakai meliputi: 2 Mercury 1400 Watt 155 Unit
 Luas lantai, luas permukaan bangunan,
volume bangunan, luas permukaan kaca, 3 Floor Receptacle 3500 Watt 2 Unit
masing-masing dibedakan antara yang 4 Ceiling Spot Light 1000 Watt 12 Unit
dikondisikan dan tidak.
 Luas permukaan selubung/fasade, terdiri 5 Foot Light 60 Watt 72 Unit
dari luas dinding dan kaca. 6 Border Light 150 Watt 72 Unit
 Luas tiap-tiap material bangunan arah
hadapnya. 7 Suspension Light 500 Watt 8 Unit
 Jenis bahan, tebal material selubung 8 Lower Horison Light 100 Watt 117 Unit
bangunan dan atap.
 Nilai U untuk material yang digunakan baik 9 Down Light 100 Watt 65 Unit
dinding, kaca dan atap. 10 Reflector Lamp 300 Watt 126 Unit
 Nilai koefisien peneduh (SC).
Jumlah Lampu 630 Unit

Sabaruddin H., Perhitungan Ulang Beban Pendinginan 151


SINERGI Vol. 18, No. 3, Oktober 2014

Dalam ruang perkantoran khususnya posisi gedung berada yang akan berpengaruh
ruang Auditorium tentu tidak terlepas dari pada iklim, jenis bahan yang dipakai dalam
penggunaan alat perkantoran. Penggunaan konstruksi bangunan serta temperatur
peralatan tersebbut tentu menghasilkan kalor lingkungan
yang harus diperhitungkan dalam perhitungan Dalam menentukan perolehan kalor,
beban pendingin. Tabel 3 memperlihatkan data dasar yang dipakai pada beban terpanas dari
peralatan yang digunakan. rata-rata beban terpanas dalam satu tahun
(ASHRAE, 2001) dan (Handbook, 1965).
Table 3. Data Peralatan Langkah-langkah perhitungan beban:
DATA PERALATAN  Penentuan letak dan posisi gedung
 Penentuan dimensi ruangan
NO NAMA ALAT/BARANG JUMLAH
 Menentukan kondisi rancangan yang terdiri
1 Laptop 2 Unit dari :
a. Temperatur basah (wet temperature)
2 Proyektor 2 Unit
b. Temperatur kering (dry temperature)
3 Speaker Aktif 6 Unit c. Kelembaban
 Menentukan temperatur maksimal di luar
4 Mixer 24 Channel 1 Unit
sebagai acuan dari perhitungan beban
5 Amplifire 7 Unit  Menganbil data beban yang diperlukan baik
untuk beban internal maupun eksternal
6 Speaker Ceiling 4 Unit
 Menghitung beban pendingin
7 Microphone 10 Unit Dari data sekunder yang ada dapat
dihitung Beban Pendinginan maksimum
8 Kamera CCTV 1 Unit
ruangan auditorium. Hasil perhitungan terlihat
9 Video Shooting 1 Unit pada Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7.

Manusia dalam aktifitasnya tentu Tabel 5. Jumlah Beban Pendinginan


Jenis Perhitungan
mengeluarkan kalor dari dalam tubuhnya yang Beban Kalor
kcal/jam kJ/jam
harus diperhitungkan dalam perhitungan beban
pendingin. Asumsi jumlah penghuni sebanyak Perhitungan Beban Kalor Sensibel Daerah Parimeter
1.250 orang yang rinciannya terlihat pada Tabel
Tambahan kalor
4. oleh transmisi
1 4.886,309
radiasi matahari 1.167,075
Tabel 4. Data Jumlah Penghuni melalui jendela
Beban transmisi
DATA PENGHUNI RUANGAN 2 kalor melalui 1.185,03 4.961,484
jendela
NO PENGHUNI JUMLAH
Infiltrasi beban kalor
3 15.042 62.977, 846
1 Tamu undangan acara yang hadir 1.150 Orang sensibel
Beban transmisi
2 Tim Pengelola Gedung 25 Orang 4 kalor melalui 132.892,75 556.395, 366
dinding dan atap
3 Tim Pushumas Kehutanan 8 Orang Beban kalor
tersimpan dari
4 Tim Cleaning Service 20 Orang
ruangan dengan
5 62.922,1
5 Karyawan yang bertugas 15 Orang penyegaran udara 15.028,685
(pendinginan)
6 Tim Kesenian 17 Orang terputus-putus

7 Dan lain-lain 15 Orang Sub Total 165.315,54 692.143,103

Jumlah 1.250 Orang

Kapasitas mesin terpasang untuk ruang


auditorium dengan 4 unit AHU adalah: 201,08
TR atau setara dengan 268,1 PK dengan daya
sebesar 200 kW.
Untuk menghitung semua beban
terutama beban eksternal akan dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya: letak dan

152 Sabaruddin H., Perhitungan Ulang Beban Pendinginan


ISSN: 1410-233

Tabel 6. Jumlah Beban Pendinginan Total Beban Pendinginan Pada Ruang


(Lanjutan) Auditorium Gedung Manggala Wanabakti Blok
III yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Beban Kalor Laten Daerah Parimeter

Beban kalor Kalor beban = 809.142,87 kcal/jam


1 laten oleh 393.074,6 1.645.724,735 Safety factor = 809.142,87kcal/jam x 5 %
infiltrasi
= 40.457,14 kcal/jam
Beban Kalor Sensibel Daerah Interior
Sehingga Jumlah beban pendinginan,
Beban kalor dari
2
partisi
348, 614 1.459,577 = 809.142,87kcal/jam + 40.457,14 kcal/jam
= 849.600 kcal/jam = 3.557.105,28 kJ/jam
Beban kalor dari
3 12.223,249 51.176,299 = 3.371.205,6
langit-langit
Btu/jam
Beban kalor dari
4 9.858,633 41.276, 125 12.000 Btu / jam
lantai Perhitunganbeban  849.600 kcal / jam 
3024,2 kcal / jam
Sub Total 22.430,496 93.912

Dipasaran kompresor 1 PK biasanya


Beban Kalor Sensibel Karena Adanya Sumber Kalor Interior
diperhitungkan 9.000 Btu/jam, maka :
Beban kalor
1 sensibel dari 234.722,475 Kompresor yang dibutuhkan sebesar
56.062,5
penghuni
Beban kalor
2 sensibel dari 9,384 39,290 = 3.371.205,6 Btu / jam
peralatan 9000 Btu/jam
Beban kalor
sensibel dari = 374,58 PK
3 269,295 1.127,484
lampu
penerangan Sedangkan daya listrik yang dibutuhkan
Sub Total 56.341,18 235.889,252 = 374,58 PK x 746 Watt
= 279.435,49 Watt
Beban Kalor Laten Daerah Interior
= 279,435 kW

Beban kalor Keterangan :


laten dari
penghuni
1 TR = 12.000 Btu/ jam
1 31.395 131.444,586 = 3.024,2 Kcal/ jam
(sumber
penguapan = 3,5167 kW
interior)
Kapasitas Pendingin hasil perhitungan
Tabel 7. Jumlah Beban Pendinginan pada ruang Auditorium Gedung Manggala
(Lanjutan) Wanabakti Blok III adalah 374,58 PK dengan
Beban Kalor Sensibel Mesin daya listrik sebesar 279,435 kW, sedangkan
Tambahan kalor
(heat gain)
Kapasitas beban mesin terpasang pada Ruang
1 36.363,64 152.247,29 Auditorium Gedung Manggala Wanabakti Blok
sensibel oleh
udara luar masuk III yang terdiri dari 4 (empat) unit AHU (Air
Kenaikan beban Handling Unit) adalah 268,1 PK dengan daya
2 oleh kebocoran 42.666,194 178.634,821
saluran udara
listrik sebesar 200 kW.
Sub Total 79.029,834 Sehingga dari perhitungan kapasitas
Beban Kalor Laten Mesin beban pendinginan di atas dapat diketahui
Beban kalor laten selisih kapasitas beban yang terpasang dengan
mesin oleh udara beban pendingin hasil perhitungan sebagai
1 50,91 213,149
luar masuk
berikut:
Kenaikan beban
2 oleh kebocoran 61.966,1 259.439,605 = Kapasitas beban terpasang – Kapasitas
saluran udara beban pendingin hasil analisa
Sub Total
61.556,218
257.723,573 = 374,58 PK - 268,1 PK = 113,48 PK.
Jumlah Perhitungan
809.142,87 3.387.719,37 Dan selisih daya listrik
Beban Pendinginan
= 279,435 kW – 200 kW = 79,435 kW

Sabaruddin H., Perhitungan Ulang Beban Pendinginan 153


SINERGI Vol. 18, No. 3, Oktober 2014

Dengan demikian dari hasil perhitungan ruang Auditorium Gedung Manggala


beban pendingin di atas dapat disimpulkan Wanabhakti Kementerian Kehutanan RI.
bahwa kapasitas mesin AHU (Air Handling Unit)
yang terpasang belum mencukupi kebutuhan
yang ada. DAFTAR PUSTAKA
America Society of Heating Refrigerant and Air
5. KESIMPULAN Conditioning Engineers. ASHRAE
Jumlah total beban pendinginan pada Handbook Fundamental. Atlanta. 2001.
Ruang Auditorium Gedung Manggala Arismunandar, Wiranto dan Heizo Saito.,
Wanabhakti pada beban puncak sebesar Penyegaran Udara, Cet. 6. Jakarta: PT.
3.387.719,37 kJ/jam (374,58 PK) dengan Pradnya Paramita, 2002.
kebutuhan daya listrik sebesar 279,435 kW, Handbook of Air Conditioning System Design,
sedangkan Kapasitas beban mesin terpasang Carier Air Conditioning Company. McGraw-
pada Ruang Auditorium Gedung Manggala Hill Company, 1965.
Wanabakti Blok III yang terdiri dari 4 (empat) Pita, Edward.G., Air Conditioning Principles and
unit AHU (Air Handling Unit) adalah 268,1 PK System an Energy Approach, John Wiley &
dengan kebutuhan daya listrik sebesar 200 kW. Sons, New York, 1981.
Sehingga terjadi kekurangan beban Stoecker, W.F and jones, J.W. Refrigerasi dan
pendinginan sebesar 113,48 PK dan Pengkondisian Udara, Edisi ke-2.
kekurangan kebutuhan daya listrik sebesar Terjemahan oleh Ir. Supratman Hara.
79,435 kW. Jakarta : Erlangga, 1989
Berdasarkan hasil perhitungan beban Sumanto. Dasar-dasar Mensin Pendingin.
pendingin di atas dapat disimpulkan bahwa Yogyakarta: Andi., 1994.
kapasitas mesin AHU (Air Handling Unit) yang Sunarno. Mekanikal Elektrikal, Edisi ke-1.
terpasang belum mencukupi dalam memenuhi Yogyakarta: Andi, 2005
kebutuhan sistem penyegaran udara pada

154 Sabaruddin H., Perhitungan Ulang Beban Pendinginan

Anda mungkin juga menyukai