Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang
Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang
Gerakan 3A didirikan oleh Jepang memiliki tujuan khusus yang penting untuk
anda ketahui. Gerakan 3A merupakan propaganda dari Kekaisaran Jepang yang
dibentuk pada masa Perang Dunia II. Gerakan 3A didirikan pada 29 April 1942,
tepat dengan Hari Nasional Jepang yaitu kelahiran (Tencosetsu) Kaisar Hirohito.
Semboyan atau Gerakan 3A ini merupakan salah satu propaganda oleh Jepang
untuk mendapatkan simpati dari rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan supaya
rakyat Indonesia mau membantu Jepang sekaligus mengeruk sumber daya di
Indonesia.
Gerakan 3A yang dibentuk oleh Jepang diterapkan untuk membantu usaha
peperangan mereka melawan Sekutu diPerang Dunia Kedua.Sejarah
pendudukan militer Jepang atau Dai Nippon di Indonesia berlangsung sejak
tahun 1942 hingga 1945. Jepang menduduki wilayah Indonesia setelah Belanda
menyerah tanpa syarat melalui Perjanjian Kalijati yang ditandatangani tanggal 8
Maret 1942 di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Perundingan ini dilakukan lantaran
kekalahan Belanda di Perang Asia Timur Raya atau Perang Dunia Kedua.
Putera dibentuk oleh Jepang pada tanggal 16 April 1943 Selain itu putera
bertugas untuk memusatkan segala potensi rakyat guna membantu Jepang
dalam perang. Selain tugas propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki
bidang sosial ekonomi. Dengan cara ini, para pemimpin dapat berkomunikasi
secara leluasa kepada rakyat dan diharapkan dengan adanya pemimpin orang
Indonesia, maka rakyat akan mendukung penuh kegiatan ini.
Pada Mei 1942, Kolonel Horie, pemimpin Bagian Pengajaran dan Agama yang
dibentuk oleh Jepang mengadakan pertemuan dengan sejumlah pemuka agama
Islam dari seluruh Jawa Timur di Surabaya. Horie ingin berkenalan dengan para
pemuka agama Islam. Ia hendak meminta umat Islam tidak melakukan kegiatan
politik.
Pada bulan Mei 1943, MIAI juga berhasil membentuk Majelis Pemuda yang
diketuai oleh Ir Sofwan dan juga membentuk Majelis Keputrian yang dipimpin
oleh Siti Nurjanah.Pada 1943, MIAI bahkan diperbolehkan menerbitkan
majalahnya yaitu Soeara MIAI. MIAI pun mendapat simpati yang luar biasa dari
umat Islam.
Melihat hal itu, Jepang menjadi waspada terhadap perkembangan MIAI. Dana
yang terkumpul di Baitulmal disalurkan ke umat alih-alih diserahkan ke
Jepang.Para tokoh Islam di daerah sempat diawasi. Jepang sampai mengadakan
pelatihan bagi para kiai selama satu bulan.
Dari hasil pelatihan kiai itu, pemerintah Jepang berkesimpulan bahwa para kiai
tidak membahayakan kedudukan Jepang di Indonesia. Namun MIAI tidak
berkontribusi terhadap perang Jepang.MIAI akhirnya dibubarkan pada
November 1943 dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi).
Masyumi juga berani menolak budaya Jepang yang tak sesuai dengan ajaran
Islam. Salah satunya yakni seikerei atau posisi membungkuk 90 derajat ke arah
Tokyo.Ayah Buya Hamka, Abdul Karim Amrullah menolak sebab umat Islam
hanya melakukan posisi itu ketika rukuk saat shalat dan menghadap kiblat.
d. Jawa Hokokai
Jawa hakokoi adalah organisasi pusat yang anggota-anggotanya terdiri atas
bermacam-macam hakokoi (himpunan kebaktian) sesuai dengan bidang
profesinya .
Organisasi jawa hakokoi ini tidak berkembang diluar jawa ,sehingga golongan
nasionalis diluar jawa kurang mendapatkan wadah. Penguasa di luar jawa seperti
di Sumatra berpendapat bahwa di Sumatra terdapat banyak suku, bahasa,dan
adat istiadat , sehingga sulit dibentuk organisasi yang besar dan memusat ,kalau
ada hanya lokal di tingkat daerah saja , dengan demikian,, organisasi jawa
hakokai ini juga dapat berkembang sesuai yang diinginkan jepang.