Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

SIMULASI PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK I


(TEK 202012)
SEMESTER GENAP 2020/2021

DISUSUN OLEH:

Surya Bima Putra NIM.2005541161 Kelas E

Dolfince Hendrika Yawan NIM.2005541162 kelas E

Ida Bagus Krisna Putra NIM.2005541163 Kelas E

Ardya Ajeng Pramesti E. W NIM.2005541164 Kelas E

LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
2020/2021
PERCOBAAN VI

DAYA PADA RANGKAIAN RLC

1 Teori Dasar

1.1 Rangkain Listrik

Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang
saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu
lintasan tertutup. Elemen atau komponen yang akan dibahas pada mata kuliah
Rangkaian Listrik terbatas pada elemen atau komponen yang memiliki dua buah
terminal atau kutub pada kedua ujungnya. Untuk elemen atau komponen yang lebih
dari dua terminal dibahas pada mata kuliah Elektronika. Pembatasan elemen atau
komponen listrik pada Rangkaian Listrik dapat dikelompokkan kedalam elemen
atau komponen aktif dan pasif. Elemen aktif adalah elemen yang menghasilkan
energi dalam hal ini adalah sumber tegangan dan sumber arus, mengenai sumber
ini akan dijelaskan pada bab berikutnya. Elemen lain adalah elemen pasif dimana
elemen ini tidak dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen
yang hanya dapat menyerap energi dalam hal ini hanya terdapat pada komponen
resistor atau banyak juga yang menyebutkan tahanan atau hambatan dengan simbol
R, dan komponen pasif yang dapat menyimpan energi juga diklasifikasikan menjadi
dua yaitu komponen atau lemen yang menyerap energi dalam bentuk medan magnet
dalam hal ini induktor atau sering juga disebut sebagai lilitan, belitan atau kumparan
dengan simbol L, dan kompone pasif yang menyerap energi dalam bentuk medan
magnet dalam hal ini adalah kapasitor atau sering juga dikatakan dengan
kondensator dengan simbol C.

Rangkain listrik ini sering dibahas dan dianalisis dalam tiga macam respons
(tanggap waktu): respons-nya terhadap arus atau tegangan DC (Direct Current, atau
arus baterai misalnya), respons-nya terhadap arus atau tegangan AC (Alternating
Current, seperti arus PLN misalnya), dan respons nya terhadap waktu transien.
Beberapa teorema yang biasa dipakai dalam analisis rangkain listrik yaitu:
• Teorema Superposisi
• Teorema Thevenin
• Teorema Norton
• Analisis Mesh
• Analisis node

1.2 Impedansi, Tegangan, dan Arus Rangkain AC

Dalam rangkaian sederhana arus bolak-balik umumnya terdapat komponen


Resistor, Induktor, dan Kapasitor. Pada masing-masing komponen tersebut bila
dialiri arus listrik AC akan timbul impedansi, tegangan dan arus.

Impedansi

Impedansi yaitu hambatan atau reaktansi pada rangkaian arus bolak-balik.


Hambatan pada resistor dinamakan reaktansi resistantif (XR), pada kapasitor
dinamakan reaktansi kapasitif (XC), dan pada induktor dinamakan reaktansi
induktif (XL). Besarnya masing masing hambatan tersebut adalah:

• XL = 𝜔. 𝐿
1
• XC =
𝜔.𝐶

• XR = R
• 𝜔 = 2. 𝜋.f

Keterangan :

XL = reaktansi induktif (Ω, ohm)

XC = reaktansi kapasitif (Ω, ohm)

XR = reaktansi resistantif (Ω, ohm)

L = induktor (H, Henry)

C = kapasitor (F, Farad)

R = resistor (Ω, ohm)


ω = kecepatan sudut (rad/s)

f = frekuensi (Hz)

Gambar 1.2.1 Rangkain AC R-L-C

jika komponen tersebut dalam rangkaian seri seperti di atas, maka impedansinya
adalah:

• Z = √𝑋𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2

Keterangan :

Z = impedansi (Ω, ohm)

Tegangan dan Arus Rangkain AC

Gambar 1.2.2 Tegangan dan Arus Rangkain AC

Besarnya tegangan total pada rangkaian arus bolak-balik di atas yaitu:

• V = √𝑉𝑅2 + (𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 )2
V = tegangan total (volt)

VR = tegangan pada resistor (volt)

VL = tegangan pada induktor (volt)

VC = tegangan pada kapasitor (volt)

Rangkaian di atas merupakan rangkaian seri, sehingga besarnya arus yang


mengalir pada rangkaian tersebut sama besar.

• I = I R = IL = IC

Hubungan Impedansi, Tegangan, dan Arus Rangkain AC

Secara matematis, hubungan hambatan, tegangan dan arus AC sama dengan


pada arus DC. Berlaku hukum Ohm:

• V = I. Z
• VC = I. XC
• VL = I. XL
• VR = I. XR

Gambar 1.2.3 Diagram Phasor

Hubungan antara R, L, C, dan Z dapat dinyatakan dalam suatu diagram yang


dinamakan diagram phasor. Hubungan XR, XL, dan XC digambarkan dalam suatu
system sumbu koordinat seperti gambar di samping. Dari diagram di atas, dapat
diperoleh :

𝑋𝐿 −𝑋𝐶
• tan𝜃 = 𝑋𝑅

θ = beda fase antara tegangan (V) dan arus (I) pada rangkaian listrik AC

Resonansi

Resonansi yaitu keadaan dimana XL = XC. Keadaan ini dapat terjadi pada
frekuensi tertentu. Frekuensi saat terjadinya resonansi disebut frekuensi resonansi
yang besarnya:

• XL = XC
1 1
• fr = 2𝜋 .√𝐿.𝐶

fr = frekuensi resonansi (Hz)

1.3 DAYA PADA RANGKAIAN RLC

Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power
adalah jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian.
Sumber Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan
beban yang terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata
lain, Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau
rangkaian listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas),
Lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi
cahaya sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas.
Semakin tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.

Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah
besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih
singkatnya adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan
definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah P = E / t

Dimana :
• P = Daya Listrik
• E = Energi dengan satuan Joule
• t = waktu dengan satuan detik

Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan


huruf “P” yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional
(SI) Daya Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan
satu joule per detik (Watt = Joule / detik)

Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Daya Listrik dalam


sebuah Rangkaian Listrik adalah sebagai berikut :

• P=VxI
• P = I2R
𝑽𝟐
• P= 𝑹

Dimana :

• P = Daya Listrik dengan satuan Watt (W)


• V = Tegangan Listrik dengan Satuan Volt (V)
• I = Arus Listrik dengan satuan Ampere (A)
• R = Hambatan dengan satuan Ohm (Ω)
❖ Daya dikatakan positif, ketika arus yang mengalir bernilai positif artinya
arus mengalir dari sumber tegangan menuju rangkaian (transfer energi dari
sumber ke rangkaian)
❖ Daya dikatakan negatif, ketika arus yang mengalir bernilai negatif artinya
arus mengalir dari rangkaian menuju sumber tegangan (transfer energi dari
rangkaian ke sumber)

Daya Sesaat

Daya sesaat adalah daya yang terjadi pada saat hanya waktu tertentu ketika
sebuah komponen mempunyai nilai tegangan dan arus yang mengalir padanya
hanya saat waktu tersebut.
Daya Rata – Rata

Daya rata-rata adalah daya yang dihasilkan sebagai integral dari fungsi
periodik waktu terhadap keseluruhan range waktu tertentu dibagi oleh periodanya
sendiri. Untuk melihat hasil daya rata-rata pada setiap komponen pasif yang
dilaluinya menggunakan rumus yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya
tentang harga rata-rata.

Daya rata-rata pada komponen L

Gambar 1.3.1 Daya rata-rata pada komponen L

V(t)= Vm sin 𝜔𝑡

Arus pada komponen inductor adalah:

𝑉𝑚 𝜋
Dimana nilai = Im, maka: i(t) = Im sin(𝜔𝑡- 2 )
𝜔𝐿

Sehingga:

𝜋 1
P(t) = V(t).I(t) = Vm.Im sin 𝜔𝑡. sin(𝜔𝑡- 2 ) = sin 𝜔𝑡.cos(𝜔𝑡) = - 2Vm.Im sin2 𝜔𝑡

Gambar 1.3.2 Grafik daya rata-rata komponenL


Dari grafik tersebut dapat diambil kesimpulan : Ketika tegangan dan arus
positif maka dayanya positif berarti energi mengalir dari sumber ke induktor,
demikian juga ketika tegangan dan arus negatif. Tetapi pada saat tegangan dan
arusnya bertanda berlawanan maka dayanya negatif berarti energi mengalir dari
induktor kesumber tegangan

Daya rata – rata :

Maka daya rata-rata pada komponen L sama dengan nol.

Daya rata-rata pada komponen C

Gambar 1.3.3 Daya rata-rata pada komponen C

V(t)= Vm sin 𝜔𝑡

Arus pada komponen kapasitor adalah:


𝜋
Dimana nilai CVm𝜔 = Im, maka: i(t) = Im sin(𝜔𝑡- 2 )

Sehingga:

𝜋 1
P(t) = V(t).I(t) = Vm.Im sin 𝜔𝑡. sin(𝜔𝑡- 2 ) = sin 𝜔𝑡.cos(𝜔𝑡) = - 2Vm.Im sin2 𝜔𝑡
Gambar 1.3.4 Grafik daya rata-rata pada komponen C

Daya rata-rata :

Maka daya rata-rata pada komponen L sama dengan nol.

Daya rata-rata pada komponen R

Gambar 1.3.5 Daya rata-rata pada komponen R

V(t)= Vm sin 𝜔𝑡

Arus pada komponen resistor adalah:

𝑉𝑚
Dimana nilai = Im, maka: i(t) = Im sin𝜔𝑡
𝑅

Sehingga:

1
P(t) = V(t).I(t) = Vm.Im 𝑠𝑖𝑛2 𝜔𝑡 = 2Vm.Im (1-cos2 𝜔𝑡)
Gambar 1.3.6 Grafik daya rata-rata pada komponen R

Daya rata-rata

1 𝑉𝑚 𝐼𝑚
Maka daya rata-rata pada komponen R sebesar 2Vm.Im = = Veff . Ieff
√2 √2

Untuk komponen L dan C dapat diambil rumus umum,dimana :

V(t) = Vm sin𝜔𝑡, I(t) = Im sin(𝜔𝑡 + 𝜃)

nilai θ tergantung dari komponen induktor atau kapasitor (kapasitor bertanda “ + “,


dan induktor bertanda “ – “ ) sehingga :
Daya Kompleks

Daya Rata – Rata (P)

Daya ini sebenarnya adalah daya yang dipakai oleh komponen pasif resistor
yang merupakan daya yang terpakai atau terserap. Kalau kita perhatikan supply dari
PLN ke rumah-rumah maka daya yang tercatat pada alat kWH meter adalah daya
rata-rata atau sering disebut juga sebagai daya nyata yang akan dibayarkan oleh
pelanggan.

Simbol : P

Satuan : Watt (W)

Secara matematis daya rata-rata atau daya nyata merupakan perkalian antara
tegangan efektif, arus efektif, dan koefisien faktor dayanya. P = Veff Ieff cosθ

Daya Reaktif ( Q )

Daya ini adalah daya yang muncul diakibatkan oleh komponen pasif diluar
resistor yang merupakan daya rugi-rugi atau daya yang tidak diinginkan. Daya ini
seminimal mungkin dihindari kalaupun bisa diperkecil, walaupun tidak akan hilang
sama sekali dengan cara memperkecil faktor dayanya.

Simbol : Q

Satuan : Volt Ampere Reaktif (VAR)

Secara matematis daya reaktif merupakan perkalian antara tegangan efektif, arus
efektif, dan nilai sin θ. Q = Veff Ieff sinθ

Daya Tampak ( S )

Daya yang sebenarnya disupply oleh PLN, merupakan resultan daya antara
daya rata-rata dan daya reaktif.

Simbol : S

Satuan : Volt Ampere (VA)


Secara matematis daya tampak merupakan perkalian antara tegangan dan arus

efektifnya

S = Veff Ieff

Daya kompleks

Merupakan gabungan antara daya rata-rata dan daya reaktifnya.

S= P + jQ = Veff Ieff cos𝜃 + jVeff Ieff sin𝜃 = Veff Ieff

Faktor Daya

Faktor daya atau power factor (pf) merupakan perbandingan daya rata-rata
terhadap daya tampak.

𝑃 Veff Ieff cos𝜃


Pf = 𝑆 = = cos𝜃
Veff Ieff

Segitiga Daya

Untuk Komponen L

P = Veff Ieff cos𝜃

S = Veff Ieff

Q = Veff Ieff sin𝜃


I lagging terhadap V dimana nilai arus tertinggal sebesar phasa θ dibandingkan
dengan nilai tegangan.

Untuk komponen C

P = Veff Ieff cos𝜃

S = Veff Ieff

Q = Veff Ieff sin𝜃

I leading terhadap V dimana nilai arus mendahului sebesar phasa θ dibandingkan


dengan nilai tegangan
Rumus umum :
2
𝑉𝑒𝑓𝑓
• P = Veff Ieff cos𝜃 = I2eff R . R = 𝑅
𝑅
2
𝑉𝑒𝑓𝑓
• S = Veff Ieff = I2eff z . Z = 𝑍
𝑍
2
𝑉𝑒𝑓𝑓 𝑅 𝑃
• Q = Veff Ieff sin𝜃 = I2eff x . X = 𝑥
dan pf = cos𝜃 = 𝑍 = 𝑆
𝑥

1.4 FREKUENSI KOMPLEKS DAN FUNGSI TRANSFER

Sinyal Sinusoidal Teredam

Pada bab sebelumnya kita telah melihat bahwa fungsi sinusoidal mempunyai
persamaan sebagai berikut : v(t) = Vm cos(ωt + φ)Volt. Pada bab ini akan dibahas
mengenai frekuensi kompleks yang sebetulnya muncul dari persamaan fungsi
sinusoidal diatas hanya ditambahkan suatu nilai konstanta peredamnya, dimana
dituliskan dalam persamaan : v(t) = Vm eσt cos(ωt + φ)Volt. Pada persamaan
tersebut muncul suatu konstanta peredam eσt, dimana σ adalah bernilai negatif atau
nol yang disebut dengan faktor peredam/frekuensi Neper dengan satuan Np/s.

Pada persamaan v(t) = Vm eσt cos(ωt + φ)Volt tersebut apabila kita analisis
bahwa:

• Jika σ = 0,ω = 0 ⇒ v(t) = Vm merupakan sinyal searah atau DC.


• Jika σ = 0 ⇒ v(t) = Vm cos(ωt +θ) merupakan sinyal sinusoidal murni.

Jika ω = 0, σ > 0 ⇒ v(t) = Vm eσt merupakan sinyal eksponensial positif.

• Jika ω = 0, σ < 0 ⇒ v(t) = Vm e-σt merupakan sinyal eksponensial negatif.

• Jika σ > 0 ⇒ v(t) = Vm e-σt cos(ωt + φ) merupakan sinyal sinusoidal


teredam positif.

• Jika σ < 0 ⇒ v(t) = Vm e-σt cos(ωt + φ) merupakan sinyal sinusoidal


teredam negatif.
Phasor Frekuensi Kompleks

Pada bab sebelumnya mengenai notasi phasor untuk sinyal AC murni adalah
sebagai berikut :

v(t) = Vm eσt cos(ωt + φ)

Notasi phasor :

Jika konsep diatas diterapkan pada fungsi sinusoidal teredam maka :

v(t) = Vm e-σt cos(ωt + φ)

Notasi phasor :

Impedansi dan Admitansi Frekuensi Kompleks

V (s) = Z(s)I(s)

dimana :

Impedansi kompleks:

ZR (s) = R

ZL (s) = sL
1
Zc (s) = 𝑠𝐶

Admitansi kompleks :

1
YR (s) = 𝑅 =G

1
YL (s) = 𝑠𝐿

Yc (s) = sC

1.5 Analisis Superposisi

Teorema ini hanya berlaku untuk rangkaian yang bersifat linier, rangkaian
linier adalah suatu rangkaian dimana persamaan yang muncul akan terpenuhi jika
y = kx, dimana k merupakan konstanta dan x adalah variabel. Dalam setiap
rangkaian linier dengan beberapa buah sumber tegangan atau sumber arus dapat
dihitung dengan cara menjumlah secara aljabar tegangan atau arus yang disebabkan
oleh tiap sumber bebas yang bekerja sendiri, dengan semua sumber tegangan bebas
atau arus bebas lainnya yang diganti dengan tahanan dalamnya.

Pengertian dari teorema di atas bahwa jika terdapat n buah sumber bebas,
maka dengan teorema superposisi berarti sama dengan n buah keadaan rangkaian
yang akan dianalisis, dimana nantinya n buah keadaan tersebut akan dijumlahkan.
Jika terdapat beberapa buah sumber tak bebas, maka tetap saja teorema superposisi
menghitung n buah sumber yang bebasnya. Rangkaian linier tentu tidak terlepas
dari gabungan rangkaian yang mempunyai sumber independent atau sumber bebas,
sumber tak bebas linier (sumber tak bebas arus atau tegangan sebanding dengan
pangkat satu dari tegangan atau arus lain, atau sebanding dengan jumlah pangkat
satu besaran-besaran tersebut) dan elemen resistor (R), induktor (L), dan kapasitor
(C).

Secara umum prinsip superposisi untuk rangkaian listrik dapat dinyatakan


dalam suatu rangkaian listrik yang mengandung lebih dari satu sumber (tegangan
atau arus), tanggapannya dapat diperoleh dengan menjumlahkan semua tanggapan
yang diperoleh dari masing-masing sumber secara tersendiri dengan membuat
semua sumber lainnya sama dengan nol-hubungan singkat untuk sumber tegangan
dan hubungan terbuka untuk sumber arus. Untuk penerapan teorema superposisi
pada sumber bebas, jika terdapat n buah sumber bebas maka terdapat n buah
keadaan yang dihasilkan pada saat masing-masing sumber bebas tersebut aktif. Jika
terdapat n buah sumber tak bebas, maka penjumlahan aljabar sumber yang aktif
adalah sejumlah sumber bebasnya. Atau jika terdapat n buah sumber bebas dan
terdapat minimal satu buah sumber tak bebas, maka teorema superposisinya dengan
menjumlahkan keadaan masing-masing sumbernya bebasnya.

1.6 Teorema Thevenin

Pada teorema ini berlaku bahwa Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan
dengan hanya terdiri dari satu buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan
sebuah tahanan ekivelennya pada dua terminal yang diamati.

𝑽
𝒊= + 𝒊𝒔𝒄
𝑹𝑻𝒉

Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk menyederhanakan analisis


rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang
dihubungkan seri dengan suatu resistansi ekivalennya.

Gambar 1.6.1

Equivalensi rangkaian dengan menerapkanteorema thevenin

Analisa rangkaian thevenin ditunjukan melalui gambar berikut ini:


Gambar 1.6.2 Analisa Rangkain Thevenin

Dari Gambar 1.6.2 dapat ditentukan resistansi Thevenin (Rth) sebagai

berukut:

𝑹𝟏 𝒙 𝑹𝟐
𝑹𝑻𝒉 =
𝑹𝟏 + 𝑹𝟐

𝑹𝟐
𝑽𝑻𝒉 = 𝒙 𝑽𝒊𝒏
𝑹𝟏 + 𝑹𝟐

Langkah-langkah penyederhanaan rangkaian dengan teorema Thevenin:

• Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter yang ditanyakan.
• Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, open circuitkan pada terminal
a-b kemudian hitung nilai tegangan dititik a-b tersebut (Vab = Vth).
• Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan
diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan
cara diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan bebas
diganti rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas diganti dengan
rangkaian open circuit) (Rab = Rth).
• Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai tahanan
pengganti Theveninnya didapatkan dengan cara:
𝑽𝒕𝒉
• 𝑹𝑻𝒉 = 𝒊𝒔𝒄

• Untuk mencari Isc pada terminal titik a-b tersebut dihubung singkatkan
dan dicari arus yang mengalir pada titik tersebut (Iab = Isc).
• Gambarkan kembali rangkaian pengganti Theveninnya, kemudian
pasangkan kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang
ditanyakan.

1.7 Teorema Norton

Pada teorema ini berlaku bahwa: Suatu rangkaian listrik dapat


disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber arus yang dihubungkan
secara paralel dengan sebuah tahanan ekivelennya pada dua terminal yang diamati.
Tujuan untuk menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu dengan membuat
rangkaian pengganti yang berupa sumber arus yang diparalel dengan suatu tahanan
ekivalennya.

𝑽
𝒊= + 𝒊𝒔𝒄
𝑹𝑵

Gambar 1.7.1

Equivalensi rangkaian dengan menerapkan teorema Norton.

Dari rangkaian Gambar 1.7.1 dapat ditentukan resistansi Norton sebagai berikut:

𝑹𝟏 𝒙 𝑹𝟐
• 𝑹𝑵 = 𝑹𝟏+𝑹𝟐
𝑽
• 𝒊𝑵 = 𝑹𝑵

Langkah-langkah penyederhanaan rangkaian dengan teorema Norton:

• Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter yang ditanyakan.
• Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, short circuit kan pada terminal
a-b kemudian hitung nilai arus dititik a-b tersebut (Iab = Isc = IN).
• Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan
diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan cara
diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan bebas diganti
rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas diganti dengan
rangkaian open circuit) (Rab = RN = Rth).
• Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai tahanan pengganti
Nortonnya didapatkan dengan cara :
𝑽𝒐𝒄
𝑹𝑵 =
𝒊𝑵
• Untuk mencari Voc pada terminal titik a-b tersebut dibuka dan dicari
tegangan pada titik tersebut (Vab = Voc).
• Gambarkan kembali rangkaian pengganti Nortonnya, kemudian pasangkan
kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.

1.8 Analisis Mesh

Analisis mesh adalah prosedur analisis rangkaian dengan mesh / loop sebagai
variabel yang ditinjau. Analisis mesh didasarkan pada hukum tegngan kirchoff
(Kirchoff's voltage law / KVL), dimana jumlah tegangan pada suatu loop sama
dengan nol.

Hukum tegangan kirchoff :

• ∑𝑉 = 0

Langkah-langkah melakukan analisis mesh :

• Identifikasi jumlah mesh.


• Tentukan arah arus pada setiap mesh. Misalnya searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam. kemudian beri tanda polaritas pada setiap
komponen sesuai arus yang mengalir (+ untuk arus yang masuk dan -
untuk arus yang keluar).
• Terapkan hukum tegangan kirchoff (KVL) dan hukum ohm pada setiap
mesh.
• Selesaikan persamaan yang di dapat dari semua mesh.
1.9 Analisis Node

Analisis node berprinsip pada Hukum Kirchoff I/ KCL dimana jumlah arus
yang masuk dan keluar dari titik percabangan akan samadengan nol, dimana
tegangan merupakan parameter yang tidak diketahui. Atau analisis node lebih
mudah jika pencatunya semuanya adalah sumber arus. Analisis ini dapat diterapkan
pada sumber searah/ DC maupun sumber bolak-balik/ AC.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada analisis node, yaitu :

• Tentukan node referensi sebagai ground/ potensial nol.


• Tentukan node voltage, yaitu tegangan antara node non referensi dan
ground.
• Asumsikan tegangan node yang sedang diperhitungkan lebih tinggi
daripada tegangan node manapun, sehingga arah arus keluar dari node
tersebut positif.
• Jika terdapat N node, maka jumlah node voltage adalah (N-1). Jumlah
node voltage.
2. Data Hasil Simulasi

2.1 Gambar Hasil Percobaan

2.1.1 Gambar Soal Rangkaian 6.2

2.1.2 Gambar Soal Rangkaian 6.4

2.1.3 Gambar Soal Rangkaian 6.5


2.1.4 Gambar Rangkaian Praktikum 6.2

2.1.5 Gambar Rangkaian Praktikum 6.4

2.1.6 Gambar Rangkaian Praktikum 6.5


2.1.7 Gambar Hasil Simulasi Praktikum Rangkaian 6.2

2.1.8 Gambar Hasil Simulasi Praktikum Rangkaian 6.4


2.1.9 Gambar Hasil Simulasi Praktikum Rangkaian 6.5

2. 2 Tabel Hasil Percobaan

Untuk memperjelas hasil praktikum percobaan 6 kami melampirkan tabel hasil


pengukuran rangkain untuk percobaan 6.2, 6.4 dan 6.5 dengan menggunakan
aplikasi multisim. Berikut tabel hasil pengukura:

Simulasi
Daya (P) 4005W
Daya Reaktif (Q) 398 W
Daya Tampak (S) 4403 W
2.2.1 Tabel hasil Praktikum Rangkaian 6.2

Element Hasil Simulasi


Fungsi transfer I terhadap V 0
2.2.2 Tabel hasil Praktikum Rangkaian 6.4

Element Hasil Simulasi


2.2.3 Tabel hasil Praktikum Rangkaian 6.5
3. Analisa Data

3.1 Analisa Rangkain 6.2

3.1.1 Gambar Soal Rangkaian 6.2


Pada praktikum ini kami menggunakan aplikasi multisim dan perhitungan
rumus untuk menjawab soal nomer 6.2 yang terdapat pada gambar 3.1.1, didalam
soal tersebut terdapat satu sumber arus AC 10cos800t Ampere, dua buah resistor
yang bernilai 100Ω dan 200Ω, satu buah inductor 0,5H dan ditanya segitiga daya
pada rangkain. Kami menggunakan Teori segitiga daya dan rumus dasar
Daya(POWER) untuk menjawab soal rangkain nomer 6.2 maka, segitiga daya pada
soal rangkain 6.2 adalah P = 4395W, Q = 795W dan S = 4472W. Hasil simulasi
pada aplikasi multisim dan menghitung menggunakan rumus mendapatkan hasil
yang sedikit berbeda, tetapi jija dibulatkan akan mendapatkan hasil yang sama, hasil
pada multisim dan menghitung menggunakan rumus yaitu 4005W dan P = 4395W,
Q = 795W dan S = 4472W. Berikut tabel hasil pengukuran soal 6.2 menggunakan
aplikasi multisim dan perhitungan menggunakan Teori sigitiga daya dan rumus
dasar Daya(POWER):

Element Perhitungan Rumus Simulasi


Daya (P) 4395 W 4005W
Daya Reaktif (Q) 795 W 398 W
Daya Tampak (S) 4472 W 4403 W
Tabel 3.1.1 Hasil Pengukuran Rangkaian 6.2
Gambar 3.1.2 Hasil Perhitungan manual
3.2 Analisa Rangkain 6.4

3.2.1 Gambar Soal Rangkaian 6.4


Pada praktikum ini kami menggunakan aplikasi multisim dan perhitungan
rumus untuk menjawab soal nomer 6.4 yang terdapat pada gambar 3.2.1, didalam
soal tersebut terdapat satu sumber tegangan yang tidak diketahui nilainya, dua buah
resistor yang bernilai 3Ω dan 3Ω, satu buah kapasitor yang bernilai 1F, dua buah
inductor yang bernilai 1H dan 1H, ditanya fungsi tranfer I terhadap V pada rangkain
berikut. Kami menggunakan teori Frekuensi Kompleks dan Fungsi Transfer untuk
menjawab soal rangkain nomer 6.4 maka, fungsi transfer I terhadap V pada
rangkain 6.4 adalah V0(t) = 3√2𝑒 −𝑡 cos (3𝑡 − 135°)Hasil simulasi pada aplikasi
multisim dan menghitung menggunakan rumus mendapatkan hasil yang berbeda.
Jadi, rangkain 6.4 hanya dapat dikerjakan dengan perhitungan manual
menggunakan teori Frekuensi Kompleks dan Fungsi Transfer. Berikut tabel hasil
pengukuran soal 6.4 menggunakan aplikasi multisim dan perhitungan manual
menggunakan teori Frekuensi Kompleks dan Fungsi :

Element Hasil Perhitungan Hasil Simulasi


Fungsi transfer I terhadap V 3√2𝑒−𝑡 cos (3𝑡 − 135°) 0

Tabel 3.2.1 Hasil Pengukuran Rangkaian 6.4


Gambar 3.2.2 Hasil Perhitungan Manual
3.3 Analisa Rangkain 6.5

Praktikum percobaan daya pada rangkaian rlc ini kami menggunakan aplikasi
multisim dan perhitungan rumus untuk menjawab soal rangkaian nomor 6.5.
Element yang kami gunakan Sumber tegangan AC , Resistor (4Ω), Resistor (4Ω),
Induktansi (2H), dan Multimeter. Pada Simulasi hasil yang ditampilkan akan
berupa diagram bode. Kami menggunakan phasor dalam perhitungan. Berikut tabel
hasil simulasi menggunakan aplikasi multisim dan hasil perhitungan menggunakan
phasor:

3.3.1 Gambar Soal Rangkaian 6.5


Diketahui
1. Sumber tegangan AC
2. Resistor (4 Ω)
3. Resistor (4Ω)
4. Induktansi (2H)
5. Multimeter
ZR (S)=R
ZR1(S)=4
ZR2(S)=R
ZR2(S)=4
ZL (S)=SL
ZL(S)=S2
Jawab

Perbandingan Vin dengan Vout


V0(S)
H(S) =
V1(s)
4 + 2S
H(S) =
8 + 2S
H(S) = 0,5

3.3.2 Gambar Diagram bode


4. Kesimpulan

Pada praktikum percobaan 6 kami menggunakan teori dasar daya, daya rata-
rata, factor daya, daya sesaat, segitiga daya, daya kompleks, Frekuensi kompleks
dan fungsi transfer yang berprinsip pada teorema Superposisi, teorema Norton,
konsep dasar Hukum Ohm, Analisis node, Analisis mesh, Current Division dan
pembagi tegangan. Untuk menjawab soal 6.2, 6.4 dan 6.5 kami menggunakan
aplikasi multisim dan menghitung menggunakan rumus untuk menjawab soal 6.2
mendapatkan hasil P = 4395W, Q = 795W, S = 4472W dan hasil perhitungan
menggunakan rumus 4005 Watt, soal 6.4 mendapatkan hasil 0 pada aplikasi
multisim dan menggunakan perhitungan rumus mendapatkan hasil
3√2𝑒 −𝑡 cos(3𝑡 − 135°) maka, untuk soal 6.4 ini hanya bisa diselesaikan
menggunakan perhitungan rumus dan soal 6.5 pada simulasi hasil yang ditampilkan
akan berupa diagram bode dalam simulasi tersebut berhasil menampilkan diagram
bode. Jadi soal 6.2, 6.4 dan soal 6.5 dapat di selesaikan menggunakan aplikasi
multisim dan menggunakan teori yang telas dijalaskan diatas.
5. Daftar Pustaka

Risdayana, DKK. 2019. Karakteristik Arus dan Tegangan pada Rangkaian Seri dan
Rangkaian Paralel dengan Menggunakan Resistor. Universitas Cokroaminoto
Palopo : Sulawesi Selatan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Arus_listrik

https://id.wikipedia.org/wiki/Hambatan_listrik

https://id.wikipedia.org/wiki/Tegangan_listrik

https://teknikelektronika.com/simbol-fungsi-kapasitor-beserta-jenis-jenis-
kapasitor/

https://id.wikipedia.org/wiki/Induktor

http://elektronika-dasar.web.id/operasional-amplifier-op-
amp/#:~:text=Operasional%20amplifier%20(Op%2DAmp)%20adalah%20suatu
%20penguat%20berpenguatan%20tinggi,karakteristik%20tanggapan%20keselur
uhan%20pada%20operasional

https://teknikelektronika.com/pengertian-bunyi-hukum-kirchhoff-1-2/

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Ohm

https://id.wikipedia.org/wiki/Daya_listrik
6. Lampiran

1) Teori Dasar

1.1 Rangkain Listrik

1.2 Ipedansi, Tegangan dan Arus AC

1.3 Daya pada Rangkain RLC

1.4 Frekuensi Kompleks dan Fungsi Transfer

1.5 Teorema Superposisi

1.6 Teorema Thevenin

1.7 Teorema Norton

1.8 Analisis Mesh

1.9 Analisis Node

2) Data Hasil Simulasi

2.1 Gambar Rangkaian Listrik Hasil Percobaan

2.2 Tabel Hasil Percobaan Rangkaian Listrik

3) Analisa Data

3.1 Analisa Data Soal 6.2

3.2 Analisa Data Soal 6.4

3.3 Analisa Data Soal 6.5

4) Kesimpulan
5) Daftar Pustaka
6) Lampiran
Gambar 6.1 diskusi kelompok 8

Pada gambar 6.1 merupakan diskusi kelompok 8 melalui aplikasi Discord


dengan rangkain yang belom di running pada aplikasi multisim.

Gambar 6.2 diskusi kelompok 8

Pada gambar 6.2 merupakan diskusi kelompok 8 melalui aplikasi Discord


dengan rangkain yang sudah di running pada aplikasi multisim.

Anda mungkin juga menyukai