DISUSUN OLEH:
1 Teori Dasar
Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang
saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu
lintasan tertutup. Elemen atau komponen yang akan dibahas pada mata kuliah
Rangkaian Listrik terbatas pada elemen atau komponen yang memiliki dua buah
terminal atau kutub pada kedua ujungnya. Untuk elemen atau komponen yang lebih
dari dua terminal dibahas pada mata kuliah Elektronika. Pembatasan elemen atau
komponen listrik pada Rangkaian Listrik dapat dikelompokkan kedalam elemen
atau komponen aktif dan pasif. Elemen aktif adalah elemen yang menghasilkan
energi dalam hal ini adalah sumber tegangan dan sumber arus, mengenai sumber
ini akan dijelaskan pada bab berikutnya. Elemen lain adalah elemen pasif dimana
elemen ini tidak dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen
yang hanya dapat menyerap energi dalam hal ini hanya terdapat pada komponen
resistor atau banyak juga yang menyebutkan tahanan atau hambatan dengan simbol
R, dan komponen pasif yang dapat menyimpan energi juga diklasifikasikan menjadi
dua yaitu komponen atau lemen yang menyerap energi dalam bentuk medan magnet
dalam hal ini induktor atau sering juga disebut sebagai lilitan, belitan atau kumparan
dengan simbol L, dan kompone pasif yang menyerap energi dalam bentuk medan
magnet dalam hal ini adalah kapasitor atau sering juga dikatakan dengan
kondensator dengan simbol C.
Rangkain listrik ini sering dibahas dan dianalisis dalam tiga macam respons
(tanggap waktu): respons-nya terhadap arus atau tegangan DC (Direct Current, atau
arus baterai misalnya), respons-nya terhadap arus atau tegangan AC (Alternating
Current, seperti arus PLN misalnya), dan respons nya terhadap waktu transien.
Beberapa teorema yang biasa dipakai dalam analisis rangkain listrik yaitu:
• Teorema Superposisi
• Teorema Thevenin
• Teorema Norton
• Analisis Mesh
• Analisis node
Impedansi
• XL = 𝜔. 𝐿
1
• XC =
𝜔.𝐶
• XR = R
• 𝜔 = 2. 𝜋.f
Keterangan :
f = frekuensi (Hz)
jika komponen tersebut dalam rangkaian seri seperti di atas, maka impedansinya
adalah:
• Z = √𝑋𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2
Keterangan :
• V = √𝑉𝑅2 + (𝑉𝐿 − 𝑉𝐶 )2
V = tegangan total (volt)
• I = I R = IL = IC
• V = I. Z
• VC = I. XC
• VL = I. XL
• VR = I. XR
𝑋𝐿 −𝑋𝐶
• tan𝜃 = 𝑋𝑅
θ = beda fase antara tegangan (V) dan arus (I) pada rangkaian listrik AC
Resonansi
Resonansi yaitu keadaan dimana XL = XC. Keadaan ini dapat terjadi pada
frekuensi tertentu. Frekuensi saat terjadinya resonansi disebut frekuensi resonansi
yang besarnya:
• XL = XC
1 1
• fr = 2𝜋 .√𝐿.𝐶
Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power
adalah jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian.
Sumber Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan
beban yang terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata
lain, Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau
rangkaian listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas),
Lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi
cahaya sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas.
Semakin tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.
Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah
besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih
singkatnya adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan
definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah P = E / t
Dimana :
• P = Daya Listrik
• E = Energi dengan satuan Joule
• t = waktu dengan satuan detik
• P=VxI
• P = I2R
𝑽𝟐
• P= 𝑹
Dimana :
Daya Sesaat
Daya sesaat adalah daya yang terjadi pada saat hanya waktu tertentu ketika
sebuah komponen mempunyai nilai tegangan dan arus yang mengalir padanya
hanya saat waktu tersebut.
Daya Rata – Rata
Daya rata-rata adalah daya yang dihasilkan sebagai integral dari fungsi
periodik waktu terhadap keseluruhan range waktu tertentu dibagi oleh periodanya
sendiri. Untuk melihat hasil daya rata-rata pada setiap komponen pasif yang
dilaluinya menggunakan rumus yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya
tentang harga rata-rata.
V(t)= Vm sin 𝜔𝑡
𝑉𝑚 𝜋
Dimana nilai = Im, maka: i(t) = Im sin(𝜔𝑡- 2 )
𝜔𝐿
Sehingga:
𝜋 1
P(t) = V(t).I(t) = Vm.Im sin 𝜔𝑡. sin(𝜔𝑡- 2 ) = sin 𝜔𝑡.cos(𝜔𝑡) = - 2Vm.Im sin2 𝜔𝑡
V(t)= Vm sin 𝜔𝑡
Sehingga:
𝜋 1
P(t) = V(t).I(t) = Vm.Im sin 𝜔𝑡. sin(𝜔𝑡- 2 ) = sin 𝜔𝑡.cos(𝜔𝑡) = - 2Vm.Im sin2 𝜔𝑡
Gambar 1.3.4 Grafik daya rata-rata pada komponen C
Daya rata-rata :
V(t)= Vm sin 𝜔𝑡
𝑉𝑚
Dimana nilai = Im, maka: i(t) = Im sin𝜔𝑡
𝑅
Sehingga:
1
P(t) = V(t).I(t) = Vm.Im 𝑠𝑖𝑛2 𝜔𝑡 = 2Vm.Im (1-cos2 𝜔𝑡)
Gambar 1.3.6 Grafik daya rata-rata pada komponen R
Daya rata-rata
1 𝑉𝑚 𝐼𝑚
Maka daya rata-rata pada komponen R sebesar 2Vm.Im = = Veff . Ieff
√2 √2
Daya ini sebenarnya adalah daya yang dipakai oleh komponen pasif resistor
yang merupakan daya yang terpakai atau terserap. Kalau kita perhatikan supply dari
PLN ke rumah-rumah maka daya yang tercatat pada alat kWH meter adalah daya
rata-rata atau sering disebut juga sebagai daya nyata yang akan dibayarkan oleh
pelanggan.
Simbol : P
Secara matematis daya rata-rata atau daya nyata merupakan perkalian antara
tegangan efektif, arus efektif, dan koefisien faktor dayanya. P = Veff Ieff cosθ
Daya Reaktif ( Q )
Daya ini adalah daya yang muncul diakibatkan oleh komponen pasif diluar
resistor yang merupakan daya rugi-rugi atau daya yang tidak diinginkan. Daya ini
seminimal mungkin dihindari kalaupun bisa diperkecil, walaupun tidak akan hilang
sama sekali dengan cara memperkecil faktor dayanya.
Simbol : Q
Secara matematis daya reaktif merupakan perkalian antara tegangan efektif, arus
efektif, dan nilai sin θ. Q = Veff Ieff sinθ
Daya Tampak ( S )
Daya yang sebenarnya disupply oleh PLN, merupakan resultan daya antara
daya rata-rata dan daya reaktif.
Simbol : S
efektifnya
S = Veff Ieff
Daya kompleks
Faktor Daya
Faktor daya atau power factor (pf) merupakan perbandingan daya rata-rata
terhadap daya tampak.
Segitiga Daya
Untuk Komponen L
S = Veff Ieff
Untuk komponen C
S = Veff Ieff
Pada bab sebelumnya kita telah melihat bahwa fungsi sinusoidal mempunyai
persamaan sebagai berikut : v(t) = Vm cos(ωt + φ)Volt. Pada bab ini akan dibahas
mengenai frekuensi kompleks yang sebetulnya muncul dari persamaan fungsi
sinusoidal diatas hanya ditambahkan suatu nilai konstanta peredamnya, dimana
dituliskan dalam persamaan : v(t) = Vm eσt cos(ωt + φ)Volt. Pada persamaan
tersebut muncul suatu konstanta peredam eσt, dimana σ adalah bernilai negatif atau
nol yang disebut dengan faktor peredam/frekuensi Neper dengan satuan Np/s.
Pada persamaan v(t) = Vm eσt cos(ωt + φ)Volt tersebut apabila kita analisis
bahwa:
Pada bab sebelumnya mengenai notasi phasor untuk sinyal AC murni adalah
sebagai berikut :
Notasi phasor :
Notasi phasor :
V (s) = Z(s)I(s)
dimana :
Impedansi kompleks:
ZR (s) = R
ZL (s) = sL
1
Zc (s) = 𝑠𝐶
Admitansi kompleks :
1
YR (s) = 𝑅 =G
1
YL (s) = 𝑠𝐿
Yc (s) = sC
Teorema ini hanya berlaku untuk rangkaian yang bersifat linier, rangkaian
linier adalah suatu rangkaian dimana persamaan yang muncul akan terpenuhi jika
y = kx, dimana k merupakan konstanta dan x adalah variabel. Dalam setiap
rangkaian linier dengan beberapa buah sumber tegangan atau sumber arus dapat
dihitung dengan cara menjumlah secara aljabar tegangan atau arus yang disebabkan
oleh tiap sumber bebas yang bekerja sendiri, dengan semua sumber tegangan bebas
atau arus bebas lainnya yang diganti dengan tahanan dalamnya.
Pengertian dari teorema di atas bahwa jika terdapat n buah sumber bebas,
maka dengan teorema superposisi berarti sama dengan n buah keadaan rangkaian
yang akan dianalisis, dimana nantinya n buah keadaan tersebut akan dijumlahkan.
Jika terdapat beberapa buah sumber tak bebas, maka tetap saja teorema superposisi
menghitung n buah sumber yang bebasnya. Rangkaian linier tentu tidak terlepas
dari gabungan rangkaian yang mempunyai sumber independent atau sumber bebas,
sumber tak bebas linier (sumber tak bebas arus atau tegangan sebanding dengan
pangkat satu dari tegangan atau arus lain, atau sebanding dengan jumlah pangkat
satu besaran-besaran tersebut) dan elemen resistor (R), induktor (L), dan kapasitor
(C).
Pada teorema ini berlaku bahwa Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan
dengan hanya terdiri dari satu buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan
sebuah tahanan ekivelennya pada dua terminal yang diamati.
𝑽
𝒊= + 𝒊𝒔𝒄
𝑹𝑻𝒉
Gambar 1.6.1
berukut:
𝑹𝟏 𝒙 𝑹𝟐
𝑹𝑻𝒉 =
𝑹𝟏 + 𝑹𝟐
𝑹𝟐
𝑽𝑻𝒉 = 𝒙 𝑽𝒊𝒏
𝑹𝟏 + 𝑹𝟐
• Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter yang ditanyakan.
• Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, open circuitkan pada terminal
a-b kemudian hitung nilai tegangan dititik a-b tersebut (Vab = Vth).
• Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan
diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan
cara diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan bebas
diganti rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas diganti dengan
rangkaian open circuit) (Rab = Rth).
• Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai tahanan
pengganti Theveninnya didapatkan dengan cara:
𝑽𝒕𝒉
• 𝑹𝑻𝒉 = 𝒊𝒔𝒄
• Untuk mencari Isc pada terminal titik a-b tersebut dihubung singkatkan
dan dicari arus yang mengalir pada titik tersebut (Iab = Isc).
• Gambarkan kembali rangkaian pengganti Theveninnya, kemudian
pasangkan kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang
ditanyakan.
𝑽
𝒊= + 𝒊𝒔𝒄
𝑹𝑵
Gambar 1.7.1
Dari rangkaian Gambar 1.7.1 dapat ditentukan resistansi Norton sebagai berikut:
𝑹𝟏 𝒙 𝑹𝟐
• 𝑹𝑵 = 𝑹𝟏+𝑹𝟐
𝑽
• 𝒊𝑵 = 𝑹𝑵
• Cari dan tentukan titik terminal a-b dimana parameter yang ditanyakan.
• Lepaskan komponen pada titik a-b tersebut, short circuit kan pada terminal
a-b kemudian hitung nilai arus dititik a-b tersebut (Iab = Isc = IN).
• Jika semua sumbernya adalah sumber bebas, maka tentukan nilai tahanan
diukur pada titik a-b tersebut saat semua sumber di non aktifkan dengan cara
diganti dengan tahanan dalamnya (untuk sumber tegangan bebas diganti
rangkaian short circuit dan untuk sumber arus bebas diganti dengan
rangkaian open circuit) (Rab = RN = Rth).
• Jika terdapat sumber tak bebas, maka untuk mencari nilai tahanan pengganti
Nortonnya didapatkan dengan cara :
𝑽𝒐𝒄
𝑹𝑵 =
𝒊𝑵
• Untuk mencari Voc pada terminal titik a-b tersebut dibuka dan dicari
tegangan pada titik tersebut (Vab = Voc).
• Gambarkan kembali rangkaian pengganti Nortonnya, kemudian pasangkan
kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.
Analisis mesh adalah prosedur analisis rangkaian dengan mesh / loop sebagai
variabel yang ditinjau. Analisis mesh didasarkan pada hukum tegngan kirchoff
(Kirchoff's voltage law / KVL), dimana jumlah tegangan pada suatu loop sama
dengan nol.
• ∑𝑉 = 0
Analisis node berprinsip pada Hukum Kirchoff I/ KCL dimana jumlah arus
yang masuk dan keluar dari titik percabangan akan samadengan nol, dimana
tegangan merupakan parameter yang tidak diketahui. Atau analisis node lebih
mudah jika pencatunya semuanya adalah sumber arus. Analisis ini dapat diterapkan
pada sumber searah/ DC maupun sumber bolak-balik/ AC.
Simulasi
Daya (P) 4005W
Daya Reaktif (Q) 398 W
Daya Tampak (S) 4403 W
2.2.1 Tabel hasil Praktikum Rangkaian 6.2
Praktikum percobaan daya pada rangkaian rlc ini kami menggunakan aplikasi
multisim dan perhitungan rumus untuk menjawab soal rangkaian nomor 6.5.
Element yang kami gunakan Sumber tegangan AC , Resistor (4Ω), Resistor (4Ω),
Induktansi (2H), dan Multimeter. Pada Simulasi hasil yang ditampilkan akan
berupa diagram bode. Kami menggunakan phasor dalam perhitungan. Berikut tabel
hasil simulasi menggunakan aplikasi multisim dan hasil perhitungan menggunakan
phasor:
Pada praktikum percobaan 6 kami menggunakan teori dasar daya, daya rata-
rata, factor daya, daya sesaat, segitiga daya, daya kompleks, Frekuensi kompleks
dan fungsi transfer yang berprinsip pada teorema Superposisi, teorema Norton,
konsep dasar Hukum Ohm, Analisis node, Analisis mesh, Current Division dan
pembagi tegangan. Untuk menjawab soal 6.2, 6.4 dan 6.5 kami menggunakan
aplikasi multisim dan menghitung menggunakan rumus untuk menjawab soal 6.2
mendapatkan hasil P = 4395W, Q = 795W, S = 4472W dan hasil perhitungan
menggunakan rumus 4005 Watt, soal 6.4 mendapatkan hasil 0 pada aplikasi
multisim dan menggunakan perhitungan rumus mendapatkan hasil
3√2𝑒 −𝑡 cos(3𝑡 − 135°) maka, untuk soal 6.4 ini hanya bisa diselesaikan
menggunakan perhitungan rumus dan soal 6.5 pada simulasi hasil yang ditampilkan
akan berupa diagram bode dalam simulasi tersebut berhasil menampilkan diagram
bode. Jadi soal 6.2, 6.4 dan soal 6.5 dapat di selesaikan menggunakan aplikasi
multisim dan menggunakan teori yang telas dijalaskan diatas.
5. Daftar Pustaka
Risdayana, DKK. 2019. Karakteristik Arus dan Tegangan pada Rangkaian Seri dan
Rangkaian Paralel dengan Menggunakan Resistor. Universitas Cokroaminoto
Palopo : Sulawesi Selatan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Arus_listrik
https://id.wikipedia.org/wiki/Hambatan_listrik
https://id.wikipedia.org/wiki/Tegangan_listrik
https://teknikelektronika.com/simbol-fungsi-kapasitor-beserta-jenis-jenis-
kapasitor/
https://id.wikipedia.org/wiki/Induktor
http://elektronika-dasar.web.id/operasional-amplifier-op-
amp/#:~:text=Operasional%20amplifier%20(Op%2DAmp)%20adalah%20suatu
%20penguat%20berpenguatan%20tinggi,karakteristik%20tanggapan%20keselur
uhan%20pada%20operasional
https://teknikelektronika.com/pengertian-bunyi-hukum-kirchhoff-1-2/
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Ohm
https://id.wikipedia.org/wiki/Daya_listrik
6. Lampiran
1) Teori Dasar
3) Analisa Data
4) Kesimpulan
5) Daftar Pustaka
6) Lampiran
Gambar 6.1 diskusi kelompok 8