Anda di halaman 1dari 7

Nama : T Muhammad Shandoya

NPM : 1701104010039

SOAL MIDTERM EKONOMI KEUANGAN DAN MONETER ISLAM

1. Jelaskan perbedaan sistem bunga dan bagi hasil


2. Jelaskan instrument moneter Islam dalam Bank sentral
3. Bagaimana perbedaan perkembangan sistem keuangan dan perbankan di
Indonesia dan Malaysia secara umum?
4. Bagaimana peluang dan tantangan yang dihadapi oleh pasar keuangan Islam
di Indonesia?
5. Bagaimana menurut pendapatmu pandangan Islam terkait pandemic covid-19
dan sistem keuangan di negara yang terkena pandemi?

Jawaban

1. Sistem bunga dan bagi hasil tentunya sangat berbeda jika kita tinjau dari segi
operasional ataupun teknisnya, bunga sendiri merupakan balas jasa yang
diberikan oleh pihak bank (konvensional) untuk nasabah yang memiliki
simpanan dan harus dibayarkan dan harus dibayarkan nasabah yang memiliki
pinjaman pada bank. Sedangkan bagi hasil adalah alternatif pembagian
keuntungan yang sistemnya berdasarkan dari penetapan akad di awal yang
telah disepakati sebelumnya dan akan meningkat siring dengan keuntungan
yang diperoleh perusahaan.
Perbedaan yang paling signifikan terlihat dari skemanya, bunga terdiri atas
skema flat, efektif, anuitas, mengambang. Sedangkan bagi hasil yaitu
berskemakan profit sharing, gross profit, revenue sharing. Dan juga terletak
perbedaannya pada penentuan besaran, bunga ditentukan menggunakan
bentuk presentase besaran kredit utang, sedangkan bagi hasil ditentukan
menggunakan rasio perbandingan terhadap keuntungan usaha yang dibiayai.
Perbedaan selanjutnya terletak pada acuan pembagian, acuan pembagian
besarnya bunga dipengaruhi oleh seberapa besar pokok utang atau kredit yang
dikeluarkan, sedangkan acuan bagi hasil yaitu menggunakan rasio seberapa
besar keuntungan yang dibiayai oleh kredit tersebut.
Dalam sistem bunga, pendapatan yang diperoleh bersifat statis yang dimana
walaupun perusahaan merugi, utang tetap memiliki bunga tetap serta jumlah
pembayarannya setiap periode juga tetap.

2. Instrumen kebijakan moneter Islam dapat dikelompokan dalam dua kelompok


besar. Pertama, kontrol kwantitatif pada penyaluran kredit, dan kedua
merealisasikan tujuan sosio-ekonomi.
Kontrol kwantitatif pada penyaluran kredit Kontrol kwantitatif pada
penyaluran kredit dapat berupa tindakan–tindakan sebagai berikut:
 Statutory reserve requirement
Pada ekonomi Islam, ini merupakan instrumen yang penting, karena diskon
rate dan operasi pasar terbuka tidak dapat berlaku. Bank komersial diwajibkan
menempatkan sebagian dananya yang berasal dari demand deposit pada bank
central sebagai statutoty reserve. Reserve requiremen ini hanya berlaku pada
demand deposit, bukan pada mudharabah deposit. Ini dikarenakan mudarabah
deposit merupakan penyertaan (equity) dari penabung pada bank tersebut di
mana dimungkinkan memiliki laba maupun resiko rugi. Sistem ini akan baik
bila ditunjang dengan pengawasan bank yang baik pula.
 Credit Ceiling
Yaitu batasan nilai kredit tertinggi yang bisa diberikan bank komersial untuk
menjamin bahwa penciptaan kredit total sesuai dengan target moneter.
Dengan hanya mengandalkan reserve requirement yang memudahkan Bank
Sentral melakukan penyesuaian pada high powered money, belum bisa
menjamin keberhasilan manajemen moneter, karena dapat terjadi ekspansi
kredit melampaui dari jumlah yang ditargetkan.
 Demand Deposit
Untuk mempengaruhi reserves pada bank komersial, pemerintah berwenang
memindahkan demand deposit pemerintah yang ada pada Bank Sentral kepada
dan dari bank komesial.
3. Common pool
4. Yaitu instrumen yang mensyaratkan bank-bank komersial
untuk menyisihkan sebagian deposit yang dikuasainya dalam proporsi tertentu
yang berdasarkan kesepakatan bersama guna menanggulangi masalah
likuiditas.
 Moral suasion
Yaitu kontak-kontak personal, konsultasi dan pertemuan-pertemuan Bank
Sentral dengan bank komersial untuk memonitor kekuatan dan masalah-
masalah yang dihadapi bank-bank komersial.
 Equity-Base Instrumens
Equity-Base Instrumens adalah instrumen berdasarkan penyertaan. Instrumen
ini dianjurkan karena beberapa hal. Pertama, pembelian dan penjualan saham
perusahaan sektor publik tidak menimbulkan keberatan. Kedua, tidak
membutuhkan sekuritas pemerintah secara mendalam, Ketiga, variasi harga
equity-base instrumens yang dikeluarkan Bank Sentral pada operasi pasar
terbuka tidak menuntut keuntungan atau pinalti dari pemegang saham.
Keempat, kemungkinan naiknya harga saham yang dibeli Bank Sentral dari
pemegang saham dapat menimbulkan tindakan korupsi, khususnya ketika
secara fundamental mereka tidak menyetujuinya.

Merealisasikan Tujuan Sosio Ekonomi

 Treating The Created Money as Fai’


Yaitu uang inti yang diciptakan Bank Sentral berasal dari pelaksanaan hak
prerogatifnya. Biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan uang lebih kecil
dari pada nilai nominalnya, atau dikenal dengan money seignoraga. Oleh
karena itu maka sewajarnya Bank Sentral menyisihkan dananya sebagai fai’
atau pajak, yang utamanya digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang
dapat memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat miskin dan dapat
mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan dan kekayaan. Dengan
instrumen ini alokasi dana dapat dipertanggung jawabkan penyalurannya
kepada kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan produktif.

 Goal Oriented Allocation Of Credit


Alokasi pembiayaan perbankan berdasarkan tujuan pemanfaatan akan
memberikan manfaat yang optimal bagi semua pelaku bisnis, juga akan
menghasilkan barang dan jasa yang dapat terdistribusikan kepada semua
lapisan masyarakat. Pada kenyataannya hal ini sulit terjadi. Untuk mengatasi
hal ini perlu adanya skim penjaminan bagi bank dalam berpartisipasi pada
pembiayaan usaha-usaha produktif yang tidak menyalahi nilai-nilai Islam.
Dalam hal ini bank mengahadapi tantangan dari pembiayaan yang
dilakukannya, yaitu perusahaan yang dibiayai gagal dalam usahanya. Bila
kegagalan tersebut karena penyimpangan moral, maka bank akan memperoleh
dana kembali. Akan tetapi bila kegagalan tersebut akibat kondisi ekonomi
yang buruk, maka bank harus ikut menanggung resiko.
3. Pekembangan sistem keuangan dan perbankan syariah di Malaysia dan
Indonesia tentunya kerap hampir sama, namun dalam hal ini Malaysia lebih
unggul dalam pengembangannya, Refinitiv mencatat, peringkat Islamic
Finance Development Indicators (IFDI) Indonesia tahun ini naik ke posisi
empat dunia. Tahun lalu, Indonesia berada pada peringkat sepuluh sistem
keuangan syariah terbaik di dunia. Dalam peringkat ini, Malaysia berada di
posisi pertama, disusul oleh Bahrain dan Uni Emirat Arab di posisi dua dan
tiga. Proposition Manager Islamic Finance Team Revinitiv Thomson Reuters
Shaima Hassan menjelaskan, naiknya peringkat Indonesia salah satunya
didorong oleh perkembangan aset keuangan syariahnya.
"Asetnya sekitar US$ 86 miliar. Ada tambahan sekitar lima persen. Hal
tersebut cukup kuat meningkatkan posisi Indonesia dalam satu tahun," ujar
Shaima dalam Konferensi Pers pada acara 5th IIMEFC Plenary di Jakarta
Convention Center, Jakarta, Selasa (12/11). Berdasarkan laporan IFDI tahun
2019, aset industri keuangan Syariah Indonesia tumbuh sebesar 3% dari US$
2,4 triliun pada 2017 menjadi US$ 2,5 triliun pada 2018. Meski begitu,
pertumbuhan ini agak sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya.

4. Peluang pasar keuangan Islam di Indonesia:


- Dominasi penduduk Muslim di Indonesia yang berprospek besar membuat
lembaga keuangan syariah berkembang pesat dengan daya dukung
masyarakat muslim yang cenderung ramai.
- Kebutuhan dana oleh UKM masih sangat besar, hal ini menjadi peluang
bagi lembaga keuangan syariah di Indonesia untuk meningkatkan asset
serta market share.
- Industri keuangan syariah memiliki daya Tarik tersendiri dalam lembaga
keuangannya yang berbasih syariah dan maslahat.
- Munculnya segmentasi pasar syariah yang berkembang di masyarakat. Hal
ini dapat membuat berkembang pesatnya industri keuangan syariah di
Indonesia.

Tantangan pasar keuangan syariah di Indonesia:


- Munculnya berbagai persepsi masyarakat yang cenderung liberal dalam
black campaign
- Sosialisasi yang harus terstruktur dan massif dalam mengembangkan pasar
keuangan syariah di Indonesia
- Menumbuhsadarkan umat terkait kemaslahatan menggunakan pasar
keuangan syariah yang masih minim atau tidak melek syariah.

5. Menurut hemat saya, Islam dalam memandang covid-19 adalah sebagai suatu
musibah yang berasal dari Allah SWT dan tidak terlepas dari urusan akidah
dan ikhtiar, tentunya umat Islam harus memandang ini harus dari kaca mata
syariah, bagi mereka salah satu fungsi dan tujuan syariah adalah menjaga
kulliyat al-khamsah. Tentunya ini yang menjadi tanggung jawab umat Islam
dalam memandang covid-19. Mengenai perekonomia, Asian Development
Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekonomi
Indonesia diperkirakan tumbuh 2,5% pada 2020 di tengah Pandemi Virus
Corona. “Meski Indonesia memiliki landasan makroekonomi yang kuat,
wabah COVID-19 yang tengah berlangsung telah mengubah arah
perekonomian negara ini, dengan memburuknya kondisi lingkungan eksternal
dan melemahnya permintaan dalam negeri,” kata Direktur ADB untuk
Indonesia, Winfried Wicklein dalam keterangannya, Jakarta, Minggu
(5/4/2020).1

1
https://economy.okezone.com/read/2020/04/05/20/2194365/prediksi-adb-soal-ekonomi-
indonesia-di-tengah-dampak-covid-19
Kondisi ini jelas akan berdampak sangat buruk bagi Indonesia sendiri,
disamping pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2019 sebesar 5,02 % 2 yang
mana pada tahun ini diproyeksikan turun drastis menjadi 2,5% atau dengan
kata lain turun sebesar 50% daripada tahun 2019. Kondisi ini berdampak di
beberapa sektor perekonomian, yaitur mulai dari sektor publik, bisnis, sosial.
Dari sektor publik sendiri berdampak langsung terhadap kondisi
Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN), yang mana didalamnya
terdapat banyak sekali program-program yang tidak dapat terealisasikan dan
beberapa hal mengenai anggaran yang harus disesuaikan dan dialihkan, hal ini
membuat pemerintah kesulitan dalam mengoptimalkan APBN pada tahun ini,
sehingga timbul wacana untuk membuat kebijakan perppu APBN 2020,
namun kebijakan tersebut menuai pro-kontra di kalangan masyarakat. Namun
intinya pemerintah harus melakukan itu, APBN 2020 harus disesuaikan
artinuya perlu ada perubahan dengan jalur birokrasi yang legal, dengan
catatan sepanjang perubahan itu relevan dengan keadaan saat ini serta optimal
dalam konsepnya.

2
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/02/05/1755/ekonomi-indonesia-2019-tumbuh-5-02-
persen.html

Anda mungkin juga menyukai