NPM : 1701104010039
Jawaban
1. Sistem bunga dan bagi hasil tentunya sangat berbeda jika kita tinjau dari segi
operasional ataupun teknisnya, bunga sendiri merupakan balas jasa yang
diberikan oleh pihak bank (konvensional) untuk nasabah yang memiliki
simpanan dan harus dibayarkan dan harus dibayarkan nasabah yang memiliki
pinjaman pada bank. Sedangkan bagi hasil adalah alternatif pembagian
keuntungan yang sistemnya berdasarkan dari penetapan akad di awal yang
telah disepakati sebelumnya dan akan meningkat siring dengan keuntungan
yang diperoleh perusahaan.
Perbedaan yang paling signifikan terlihat dari skemanya, bunga terdiri atas
skema flat, efektif, anuitas, mengambang. Sedangkan bagi hasil yaitu
berskemakan profit sharing, gross profit, revenue sharing. Dan juga terletak
perbedaannya pada penentuan besaran, bunga ditentukan menggunakan
bentuk presentase besaran kredit utang, sedangkan bagi hasil ditentukan
menggunakan rasio perbandingan terhadap keuntungan usaha yang dibiayai.
Perbedaan selanjutnya terletak pada acuan pembagian, acuan pembagian
besarnya bunga dipengaruhi oleh seberapa besar pokok utang atau kredit yang
dikeluarkan, sedangkan acuan bagi hasil yaitu menggunakan rasio seberapa
besar keuntungan yang dibiayai oleh kredit tersebut.
Dalam sistem bunga, pendapatan yang diperoleh bersifat statis yang dimana
walaupun perusahaan merugi, utang tetap memiliki bunga tetap serta jumlah
pembayarannya setiap periode juga tetap.
5. Menurut hemat saya, Islam dalam memandang covid-19 adalah sebagai suatu
musibah yang berasal dari Allah SWT dan tidak terlepas dari urusan akidah
dan ikhtiar, tentunya umat Islam harus memandang ini harus dari kaca mata
syariah, bagi mereka salah satu fungsi dan tujuan syariah adalah menjaga
kulliyat al-khamsah. Tentunya ini yang menjadi tanggung jawab umat Islam
dalam memandang covid-19. Mengenai perekonomia, Asian Development
Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekonomi
Indonesia diperkirakan tumbuh 2,5% pada 2020 di tengah Pandemi Virus
Corona. “Meski Indonesia memiliki landasan makroekonomi yang kuat,
wabah COVID-19 yang tengah berlangsung telah mengubah arah
perekonomian negara ini, dengan memburuknya kondisi lingkungan eksternal
dan melemahnya permintaan dalam negeri,” kata Direktur ADB untuk
Indonesia, Winfried Wicklein dalam keterangannya, Jakarta, Minggu
(5/4/2020).1
1
https://economy.okezone.com/read/2020/04/05/20/2194365/prediksi-adb-soal-ekonomi-
indonesia-di-tengah-dampak-covid-19
Kondisi ini jelas akan berdampak sangat buruk bagi Indonesia sendiri,
disamping pertumbuhan Ekonomi pada tahun 2019 sebesar 5,02 % 2 yang
mana pada tahun ini diproyeksikan turun drastis menjadi 2,5% atau dengan
kata lain turun sebesar 50% daripada tahun 2019. Kondisi ini berdampak di
beberapa sektor perekonomian, yaitur mulai dari sektor publik, bisnis, sosial.
Dari sektor publik sendiri berdampak langsung terhadap kondisi
Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN), yang mana didalamnya
terdapat banyak sekali program-program yang tidak dapat terealisasikan dan
beberapa hal mengenai anggaran yang harus disesuaikan dan dialihkan, hal ini
membuat pemerintah kesulitan dalam mengoptimalkan APBN pada tahun ini,
sehingga timbul wacana untuk membuat kebijakan perppu APBN 2020,
namun kebijakan tersebut menuai pro-kontra di kalangan masyarakat. Namun
intinya pemerintah harus melakukan itu, APBN 2020 harus disesuaikan
artinuya perlu ada perubahan dengan jalur birokrasi yang legal, dengan
catatan sepanjang perubahan itu relevan dengan keadaan saat ini serta optimal
dalam konsepnya.
2
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/02/05/1755/ekonomi-indonesia-2019-tumbuh-5-02-
persen.html