SKRIPSI
Oleh:
Julison Halawa
NIM: 131134202
SKRIPSI
Oleh:
Julison Halawa
NIM: 131134202
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“ Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai
kamu, demikian firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan
rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan
(Yeremia 29: 11)”.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Julison Halawa
Universistas Sanata Dharma
2017
Kata Kunci: penelitian dan pengembangan, LKS, IPA, Pendekatan Saintifik, sifat-
sifat cahaya.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Julison Halawa
Universistas Sanata Dharma
2017
The background of this study the lack of availability and the use of worksheets
that were able to activate the students' learning in science subjects with material
characteristics of light. The experiment was conducted on a sample in SD Negeri
Perumnas Condongcatur in the fourth grade students of the school year 2016/2017.
The purpose of this research to develop science worksheet based on scientific
approach with the material characteristics of light guided by the existing worksheet
referring to the curriculum in 2013, and then develop a proficiency level of worksheet
with good quality.
The method in this research used research and development (R & D). The
model used is the model of Dick & Carey in Setiyosari (2013). The model was
modified into eight steps, namely development, requirements analysis, formulating
objectives, developing instruments, develop a strategy, develop the content of
worksheet, formative evaluation, revision, and summative evaluation.
The results showed that science worksheet based scientific approaches that
have attractive colours and pictures as well as the characteristics that lead students
to learn independently and creatively. Worksheet validation by experts showed
excellent quality with a mean score of each expert is 3.79 and 3.82. Limited field trial
showed that the value obtained student higher post-test themselves on the pre-test
with the difference in the average value of 46.6%. Thus, it can be concluded that
science worksheet based scientific approaches that have been developed from
existing worksheet referring to the curriculum in 2013, has a very good quality and
assist students in learning the material characteristics of light in science subjects.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
dalam penyelesaikan skripsi yang berjudul pengembangan LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik kelas IV SD materi sifat-sifat cahay dengan tepat waktu. Skiripsi
ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada banyak pihak yang membantu
penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih peneliti ucapkan kepada:
1. Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, M.Pd. Selaku Kaprodi PGSD.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Selaku Wakaprodi PGSD.
4. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. Selaku Dosen pembimbing I
yang mendampingi dan memotivasi saya selama proses penelitian dan
penulisan skripsi.
5. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Selaku Dosen pembimbing II yang
mendampingi dan memotivasi saya selama proses penelitian dan penulisan
skripsi.
6. Ir. Sri Agustini, S., M.Pd. dan Sartini S.Pd yang membantu dalam proses
validasi instrumen.
7. Mukija, S.Pd. SD. Kepala SD N Perumnas Condongcatur yang telah
memberikan ijin dan kesempatan dalam pelaksanaan penelitian.
8. Sartini, S.Pd. Wali kelas IVA yang telah memberi ijin untuk melakukan uji
coba lapangan terbatas produk LKS pada siswa. Segenap guru SD N
Perumnas Condongcatur yang telah membantu dalam proses pengujian
instrumen.
9. Siswa-siswi SD N Perumnas Condongcatur yang telah mebantu dalam uji
coba lapangan terbatas.
10. Bapak dan Ibu karyawan sekretariat prodi PGSD yang senantiasa membantu
dalam proses perkuliahan dan skripsi.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan defenisi operasional.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam mencerdaskan
bangsa. Pendidikan yang baik akan melahirkan generasi bangsa yang berkarakter dan
bertanggung jawab. Beberapa ahli memberi defenisi tentang pendidikan. (Triwiyanto,
2014: 23) menjelaskan pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar
terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan
di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi
kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan
hidup secara tepat. (Dalam Soyomukti, 2015: 21, 30) menjelaskan pendidikan dalam
arti luas pendidikan adalah proses untuk meberikan manusia berbagai macam situasi
yang bertujuan memberdayakan diri. Dalam arti sempit, pendidikan merupan
pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga tempat mendidik
(mengajar). Dalam hal ini pendidikan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang
disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan beberapa faktor yang saling
berkaitan satu dengan lainnya. Soeratman (1981: 7) menyebutkan terdapat tiga tugas
pusat pendidikan yaitu, 1) alam keluarga, pusat pendidikan yang pertama dan yang
terpenting. Tugasnya mendidik budi pekerti dan laku sosial, 2) alam perguruan, pusat
pendidikan yang berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran dan memberi ilmu
pengetahuan, dan 3) alam pemuda, membantu pendidik baik yang menuju kepada
kecerdasan jiwa maupun budi pekerti. Melalui pendidikan, manusia berharap nilai-
nilai kemanusiaan diwariskan, bukan sekedar diwariskan melainkan
menginternalisasi dalam watak dan kepribadian. Salah satu alat untuk mencapai
tujuan pendidikan adalah kurikulum.
Konsep dasar kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapi tujuan
pendidikan sekaligus merupakan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran pada
semua jenis dan jenjang pendidikan (Arifin, 2011: 1-3). Kurikulum harus sesuai
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan UUD 1945 sehingga menggambarkan falsafah atau pandangan hidup suatu
bangsa. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari kurikulum, untuk
itu setiap mata pelajaran dikembangkan berdasarkan kurikulum yang ada.
Hidayat (2013: 112 – 113) mengatakan bahwa Kurikulum 2013 melanjutkan
pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004
dengan mencakup komptensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Kurikulum 2013 memiliki gaya penyampaian yang berbeda, dalam penyampaiannya
semua disampaikan dengan satu kesatuan yang utuh dalam sebuah kemasan tema.
Kemasan tema mancakup beberapa muatan pelajaran di dalamnya antara lain: Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, IPS, PKn, Agama, dan SBK. Kurikulum 2013
mampunyai 4 aspek atau 4 kompetensi Inti yang dipelajari oleh siswa, kompetensi
inti 1 dan 2 menyangkut diri sendiri dan sosial sedangkan 3 dan 4 tentang
pengetahuan dan keterampilan. Acuan dan prinsip penyusunan kurikulum 2013
mengacu pada pasal 36 Undang-undang No. 20 tahun 2003, yang menyatakan bahwa
penyusunan kurikulum harus memperhatikan peningkatan iman dan takwa;
peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik;
keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunandaerah dan
nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan (Abdullah, 2014: 45).
Kurikulum 2013 dalam pelaksanaannya memiliki ciri menggunakan tematik
integratif, pendekatan saintifik, dan penilaian autentik. Tematik integratif ini
menyatukan muatan pembelajaran dalam satu tema. Pendekatan saintifik memiliki
ciri khas dengan 5 tahapannya (5 M ) yakni mengamati, menanya, menalar, mencoba,
dan mengkomunikasikan, sedangkan penilaian autentik yaitu mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tentu di dalam pelaksanaan kurikulum ada
beberapa pihak yang berperan.
Guru merupakan pemeran utama dalam dunia pendidikan. Guru bertugas
untuk mengelola pembelajaran di dalam kelas untuk memberikan peluang kepada
siswa pada proses pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang efektif akan
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terwujud apabila guru mampu mengajak siswa berperan aktif pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Belajar bukanlah sekedar mentrasfer ilmu kepada siswa,
namun dibutuhkan keterlibatan siswa secara aktif sehingga ilmu yang didapat bukan
hanya sekedar teori tetapi juga secara praktik. Model, metode, dan pendekatan pada
pembelajaran merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam membantu guru
melaksankan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Model pembelajaran digunakan agar siswa belajar secara mandiri dan guru
hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa
perlu mencari tahu sendiri apa yang dipelajari sehingga mereka mudah memahami
dan mengingat inti dari pembelajaran tersebut. Dalam hal ini, proses belajar mengajar
tidah hanya berlangsung di dalam ruang kelas saja, namun siswa juga dapat belajar
melalui lingkungan sekitar dan mempelajari setiap permasalahan-permasalahan yang
terjadi. Selain model, pendekatan sangat dibutuhkan di dalam proses pembelajaran.
Salah satu pendekatan yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar adalah pendekatan
saintifik. Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau
prinsip melalui tahapan-tahapannya (Hosnan, 2014: 34). Melalui pendekatan
sanintifik peserta didik diharapkan dapat berperan aktif serta belajar secara mandiri
untuk menggali dan menemukan setiap potensi yang dimilikinya. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru mengenai pendekatan saintifik,
guru masih belum menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik secara utuh, karena
keterbatasan waktu dan juga pemahaman siswa yang beragam. Guru juga masih
kesulitan memahami tahapan-tahapan dalam pendekatan saintifik.
IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam, terjemahan dari
Natural Science atau Sciences. Science (sains) artinya ilmu pengetahuan (Iskandar,
1997: 2). IPA merupakan salah satu matapelajaran yang dipelajari pada setiap jenjang
pendidikan, salah satunya adalah SD. Sebagai sekumpulan pengetahuan, sains
merupakan susunan sistematis hasil temuan yang dilakukan para ilmuwan. Hasil
temuan tersebut berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori maupun model ke dalam
kumpulan pengetahuan sesuai dengan bidang kajiannya, misalnya biologi, kimia,
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
fisika, dan sebagainya (Fatonah, 2014: 6). IPA tidak hanya merupakan kumpulan
pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara
berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 3).
Materi dalam pelajaran IPA SD sangat beragam, salah satunya adalah materi tentang
sifat-sifat cahaya yang dipelajari oleh siswa pada semester pertama.
Materi sifat-sifat cahaya ada begitu banyak sehingga perlu adanya upaya
tersendiri untuk mengajarkan materi tersebut kepada siswa. Pembelajaran hendaknya
dilakukan dengan multistragtegi dan multi media sehingga memberikan pengalaman
belajar yang beragam bagi siswa (Susanto, 2013: 158). Pada kenyataannya,
pembelajaran IPA masih dilakukan dengan metode yang kurang beragam. Hal yang
serupa peneliti temui di SD N Perumnas Condongcatur. Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan peneliti pada pembelajaran IPA, guru masih banyak menggunakan
metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas kepada siswa dalam
pembelajaran. Guru menggunakan sumber belajar berupa buku cetak dan LKS khusus
untuk guru. Guru menuliskan di papan tulis dengan menggunakan Board Marker
tanpa melakukan suatu percobaan atau membawa media konkrit untuk ditunjukkan
kepada siswa. Para siswa pun cenderung pasif dan kurang tertarik dalam
pembelajaran. Selain itu dengan metode ceramah, pemahaman siswa tentang materi
yang disampaikan cenderung rendah. Hal tersebut dapat diketahui ketika guru
bertanya kepada siswa mengenai pembelajaran yang telah disampikan, sebagian besar
siswa hanya diam dan tidak menjawab. Ketidak sediaan alat peraga membuat siswa
semakin tidak memahami inti dari materi pelajaran yang disampaikan.
Berdasarkan tahap perkembangan kognitif Piaget, siswa Sekolah Dasar (SD)
berada pada tahap operasional konkret (Wiyani, 2013: 38). Siswa SD sudah mamppu
berpikir mengenai urutan sebab akibat dan mampu menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya dengan cara yang bervariasi. Proses pemikiran pada tahap operasional
konkret diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak dapat
memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret
dan tidak abstrak (Hergenhahn & Olson, 2010: 320). Berdasarkan dari urain di atas,
penggunaan model, metode, dan pendekatan pada pembelajaran akan membantu
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dikembangkan juga memiliki ciri khusus, yaitu (1) LKS yang mengaktifkan siswa
melakukan berbagai kegiatan pembelajaran, (2) LKS mengajak siswa untuk mencari
sumber informasi yang beragam di sekolah, di rumah, dan ligkungan masyarakat, (3)
LKS yang mengarahkan siswa untuk membangun konsep secara mandiri, dan (4)
LKS yang mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan
saintifik. Penelitian dan pengembangan ini dibatasi pada tahapan menghasilkan
prototipe atau bentuk dasar produk LKS IPA yang diuji cobakan secara ilmiah
melalui uji coba lapangan terbatas.
LKS yang dikembangkan oleh peneliti sama halnya dengan penelitian
terdahulu yang dapat menunjukkan bahwa penelitian ini masih relevan untuk
dilaksanakan, yakni penelitian yang dilakukan oleh Mbetu (2016) bertujuan untuk
menghasilkan produk berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik
pada subtema bermain di rumah teman untuk siswa kelas II sekolah dasar.
Berdasarkan hasil validasi dua pakar kurikulum SD menghasilkan skor 3,44 (baik)
dan 3,93 (baik). Lembar kerja siswa tersebut memperoleh rerata skor 3,81 dengan
kategori “baik”. Hal ini menunjukkan Lembar Kerja Siswa menggunakan Pendekatan
Saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan
pembelajaran di kelas II sekolah dasar. Penelitian yang dilakukan oleh Mustofa
(2013) bertujuan untuk menghasilkan produk berupa LKS berbasis observasi. Hasil
pengujian LKS pada kelas skala kecil kelas menunjukan rata-rata aktivitas siswa
sebesar 94,6 %, siswa tuntas belajar sebanyak 90%, dengan rata-rata nilai sebesar
7,08. Berdasarkan hasil penilaian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan LKS
berbasis observasi taman sekolah, layak untuk digunakan sebagai bahan ajar sains di
SDN 1 Tinjomoyo Semarang. Penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi (2014)
bertujuan untuk menghasilkan produk berupa LKS berbasis pendekatan scientific.
Hasil uji coba dalam tahap pengembangan menunjukkan bahwa rata-rata keseluruhan
penilaian kinerja dan produk dari setiap sekolah adalah 3,7 sehingga dapat
dikategorikan baik. Kriteria kinerja dan produk siswa yang dinilai dalam penelitian
ini meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan dan mencipta. Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2015)
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertujuan untuk mengetahui kualitas media LKS berbasis metode percobaan ditinjau
dari aspek desain dan aspek penyajian, Hasil kualitas materi ditinjau dari aspek isi
menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh skor 92% dan 87% dengan rata-
rata skor 89,5% memiliki kriteria baik sekali. Kualitas materi ditinjau dari aspek
pembelajaran berbasis percobaan menurut ahli materi 1 dan ahli materi 2 memperoleh
skor 92% dan 85% dengan rata-rata skor 88,5% memiliki kriteria baik sekali.
Penelitian yang dilakukan oleh Edeltrudis (2012) bertujuan untuk mengembangkan
LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran, Hasil validasi
LKS menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata skor 4,01 dari
rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori “baik”. Hal ini menunjukkan LKS
menggunakan pendekatan saintifik yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk
uji coba dalam kegiatan pembelajaran di kelas II sekolah dasar dengan revisi yang
sesuai saran. Penelitian yang dilakukan oleh Bulan (2012) bertujuan untuk
mengembangkan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS bergambar layak digunakan untuk
pembelajaran materi cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar. Hal
tersebut ditunjukkan oleh kualitas LKS yang termasuk dalam kategori “Baik” dengan
rata-rata skor sebesar 3,8 dan 4,09 lembar kerja siswa layak untuk digunakan.
Dari keenam penelitian terdahulu, maka memiliki kesamaan dengan penelitian
ini yaitu sama-sama mengembangakn LKS dengan menggunakan pendekatan
saintifik, tetapi pada penelitian ini, peneliti mengembangkan LKS berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV SD materi sifat-sifat cahaya. Penelitian ini
dibatasi pada tahapan evaluasi sumatif atau pengolahan data berdasarkan hasil uji
coba lapangan terbatas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA berbasis
pendekatan saintifik untuk siswa kelas IV materi Memahami sifat-sifat cahaya
melalui pengamatan?
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.6.2 Pembelajaran adalah suatu proses yang dipersiapkan untuk mendukung siswa
dalam belajar agar dapat belajar secara optimal.
1.6.3 Saintifik adalah merupakan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan
dan peluang bagi siswa seluas mungkin untuk mengeksplor atau
mengembangkan pola pikir yang imajinatif dan kritis, hal ini dapat membantu
para siswa untuk memecahkan masalah terhadap fenomena-fenomena yang
terjadi.
1.6.4 Perkembangan anak adalah proses perubahan yang terjadi pada anak baik
secara fisik maupun psikis dan berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan.
1.6.5 LKS adalah media dimana siswa dapat melakukan berbagai aktivitas belajar
yang berisi dengan soal-soal latihan dan langkah-langkah kegiatan lainnya.
1.6.6 LKS berbasis pendekatan saintifik adalah LKS yang berisi dengan langkah-
langkah kegiatan yang menuntun dan mengaktifkan siswa dalam melakukan
setiap aktifitas belajar sesuai dengan lima tahapan pendekatan saintifik
(mengamati, menanya, menalar, mencoba,dan mengkomunikasikan).
1.6.7 Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang memperlajari tentang peristiwa-
peristiwa atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar.
1.6.8 Sifat-sifat cahaya adalah suatu peristiwa alam yang terjadi yang dapat kita
amati setiap saat.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan
kerangka berpikir.
2.1.1 Teori-teori yang mendukung
2.1.1.1 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar bermanfaat untuk menjelaskan teori-teori tentang belajar. Teori
yang dijelaskan pada bagian ini adalah teori konstruktivisme. Konstruktivisme
merupakan persepektif psikologi dan filosofis yang memandan bahwa masing-masing
individu membangun sebagian besar dari apa yang mereka pelajari dan pahami
(Bruning, dkk dalam Schunk, 2012: 320). Pengaruh besar yang mendorong
munculnya teori konstruktivisme adala teori Piaget dan Vygotsky.
2.1.1.2 Teori belajar Piaget
Anak mengalami perkembangan kognitif yang bertahap. Tingkat
perkembangan kognitif anak menurut Piaget (Susanto, 2013: 77) yaitu periode
berpikir motorik sensorik yang mulai sejak lahir sampai kira-kira umur 2 tahun.
Periode berpikir praoperasional konkrit dimulai kira-kira umur 2 tahun sampai 7
tahun. Periode berpikir operasional konkret dimulai kira-kira umur 7 tahun sampai
umur 11 tahun, periode berpikir operasional formal dimulai sejak umur 11 tahun
sampai dewasa.
Anak SD (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkrit dimana anak
belajar melalui pengalaman nyata untuk memahmai hal-hal yang abstrak seperti
konsep-konsep matematika. Pada tahap operasional konkrit, siswa sudah mulai
memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Siswa juga
sudah memiliki kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan
benda yang bervariasi tingkatannya (Susanto, 2013: 77). Selain itu, siswa sudah
mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa konkrit.
Pada tahap operasional konkrit, siswa mengembangkan kemampuan untuk
mempertahankan (konservasi), kemampuan mengelompokkan secara memadai,
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melakukan pengurutan ( mengurutkan dari yang terkecil sampai paling besar dan
sebaliknya), dan mengenai konsep angka. Selama tahap ini, proses pemikiran
diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh siswa (Hergenhahn & Matthew, 2008:
320). Dengan demikian, siswa dapat melakukan operasi pemecahan masalah yang
agak kompleks selama masalah itu konkret dan tidak abstrak.
2.1.1.3 Teori belajar Vygotsky
Seperti teori Piaget, Vygotsky juga merupakan teori konstruktivis. Vygotsky
menempatkan lebih banyak penekanan pada lingkungan sosial sebgai fasilitator
perkembangan dan pembelajaran (Tudge & Scrimsher dalam Schunk, 2012: 337).
Vygotsky menganggap bahwa lingkungan sosial sangat penting bagi pembelajaran.
Interaksi-interaksisosial mengubah atau mentrasformasi pengalaman-pengalaman
belajar. Aktivitas sosial adalah sebuah fenomena yang membantu menjelaskan
perubahan-perubahan dalam pikiran sadar dan membentuk teori psikologis yang
manyatukan perilaku dan pikiran.
Konsep pokok dalam teori Vygotsky adalah Zone of Proximal Development
(ZPD) atau zona pengembangan proksimal. ZPD adalah perbedaan antara apayang
dapat dilakukan sendiri oleh siswa dana pa yang dapat mereka lakukan dengan
bantuan orang lain (Schunk, 2012: 341). Interaksi orang dewasa (guru) dan teman
sebaya dalam ZPD mendorong perkembangan kognitif. Tugas utama guru adalah
mengatur lingkungan pembelajaran sehingga siswa dapat membangun
pengetahuannya. Peran guru disini adalah menyajikan sebuah lingkungan yang
mendukung, bukan menyajikan penjelasan materi dan menyediakan jawaban-jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan.
Inti teori Vygotsky yaitu bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi
memiliki asal-usul dalam kehidupan sosial sejak anak berinteraksi dengan orang
dewasa yang memiliki pengalaman dalam masyarkat seperti orang tua, guru, orang
yang memiliki keahlian, teman sebaya dan sebagainya. Dalam padangan Vygotsky,
budaya dieksternalisasikan dalam kognisi individual dalam perlengkapan diri mereka,
yang tidak hanya hal-hal fisik dalam kebudayaan (Surya, 2015: 153). Perubahan
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kognitif terjadi dalam kawasan perkembangan terdekat melalui interaksi anak dengan
orang dewasa melalui berbagai perlengkapan nilai-nilai, keyakinan, dan budaya.
2.1.1.4 Belajar dan pembelajaran
Belajar dalam pandangan para kognitivistik adalah dipadang sebagai proses
aktif individu dalam memproses informasi (Bruer;O’neil dan Perez; 2003 dalam
Kurniawan, 2014: 2). Belajar pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang
mendapat dukungan dari fungsi ranah psikomotor. Fungsi ranah psikomotor dalam
hal ini meliputi: mendengar, melihat, mengucap. Apapun manifestasi belajar yang
dilakukan siswa hampir dapat dipastikan selalu melibatkan fungsi ranah akalnya yang
intensitas penggunaanya tentu berbeda dengan peristiwa lainnya (Syah, 2001: 94,
dalam Kurniawan, 2014: 4).
Belajar adalah perubahan kemampuan manusia yang terjadi melalui proses
pembelajaran terus-menerus, yang bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja.
Belajar terjadi apabila dengan stimulus pembelajaran dengan isi ingatannya
mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perilakunya berubah dari sebelum
pembelajaran dengan sesudah mengalami pembelajaran. Belajar dipengaruhi oleh
faktor internal (dalam diri siswa) dan faktor eksternal (lingkungan pembelajaran)
yang keduanya saling berinteraksi (Yao, 2015: 55). Belajar juga dapat didefenisikan
sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman (Gage dalam Ratna Willis, 1989: 11).
Konstruktivisme menyatakan bahwa siswa membentuk pemahaman-
pemahamannya sendiri mengenai suatu pengetahuan dan keterampilan (Schunk,
2012: 387). Pembentukan pengetahuan menurut teori konstruktivisme memandang
bahwa sisfat aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan
lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitif ini, siswa menyusun pengertian
realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui
struktur kognitif yang diciptakan oleh siswa sendiri. Asumsi utama konstruktivisme
adalah manusia merupakan siswa aktif yang mengembangkan pengetahuan bagi
dirinya sendiri (Schunk, 2012: 322-324). Siswalah yang harus aktif mengembangkan
pengetahuan mereka, bukan guru atau orang lain. Dengan demikian, belajar
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merupakan proses yang dialami oleh siswa melalui pengalaman langsung untuk
membangun pegetahuan, sikap, dan keterampilan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
Kualitas belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor (Kurniawan,
2014:22). Menurut Syah (dalam Kurniawan, 2014: 22) dengan merujuk pada teori
belajar kognitif, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu dikelompokkan
dalam tiga kategori yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan yang
digunakan. Faktor-faktor ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Yang
pertama faktor internal terdiri atas unsur jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah
(Psikologis) pebelajar. Unsur jasmaniah yaitu kondisi umum sistem otot (tonus) dan
kondisi dari organ-organ khusus terutama pancaindera. Panca indera adalah tempat
masuknya pesan ke dalam sensory register, kuat lemahnya kemampuan panca indera
akan mempengaruhi atau menentukan kuat tidaknya pesan yang masuk kedalam
sensory register dan pengolahan arus informasi dalam sistem memori.
Yang kedua adalah faktor eksternal faktor-faktor yang ada di lingkungan diri
pebelajar yang meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan
sosial yaitu keluarga, guru, dan staf sekolah, masyarakat, dan teman ikut berpengaruh
juga terhadap kualitas belajar individu. Kemudian lingkungan eksternal yang masuk
kategori non sosial diantranya yaitu keadaan rumah, sekolah, peralatan dan alam.
Faktor yang ketiga adalah faktor pendekatan belajar. Pendekatan beajar yaitu jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan mempelajari materi pelajaran. Strategi bagaimana yang
digunakan pebelajar ini akan berpengaruh terhadap kualitas belajar (Kurniawan,
2014: 23).
Pembelajaran adalah seperangkat proses internal setiap individu sebagai hasil
mentransformasi stimulus eksternal dalam lingkungan individu. Kondisi eksternal
yang diperlukan dapat berupa rangsangan yang dapat diterima indera. Kondisi
eksternal tersebut disebut dengan media dan sumber belajar. (Gane, dalam Yao, 2015:
55).
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tersebut dapat dijelaskan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
yang berkaitan dengan gejala-gejala alam yang terjadi disekitar kita dan tersusun
secara sistematis dan nyata melalui berbagai percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia sendiri. Dalam hal ini, pembelajaran IPA memuat berbagai
macam kegiatan dan aktivitas yang dapat mengaktifkan siswa untuk melakukan
penelitian dan bereksperimen.
Wisudawati dan Sulistiyowati (2014: 24) mengatakan hakikat IPA memiliki 4 unsur
utama, yaitu:
2.2.1.1 Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tau tentang benda, fenomena alam,
makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat.
2.2.1.2 Proses: Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur
yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah, produk, sikap, dan
aplikasi. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan
eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan.
2.2.1.3 Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
2.2.1.4 Apilikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-
hari.
2.2.2 Tujuan pembelajaran IPA SD
Tujuan-tujuan pembelajaran IPA di SD ditandai sebagai sesuatu yang
diharpkan dan yang akan dicapai oleh siswa setelah melalui berbagai proses dalam
pembelajaran IPA di sekolah dasar. Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
diawal pembelajaran sebagai suatu acuan untuk kegiatan pembelajaran dan proses
penilaian (Samatowa, 2011: 6). Tujuan pembelajaran IPA SD di antaranya adalah
sebagai berikut:
2.2.2.1 IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan
panjang lebar. Artinya disini IPA merupakan suatu dasar teknologi yang
penting bagi suatu bangsa.
2.2.2.2 Bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata
pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.2.3 Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan sendiri oleh anak, maka IPA
tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
2.2.2.4 Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk
kepribadian anak secara keseluruhan.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mereka amati setelah itu mencoba untuk mendapatkan fakta yang sesungguhnya dan
menalar serta mengkomunikasikannya di depan kelas.
Langkah-langkah dalam pendekatan saintifik ini pada dasarnya merujuk pada
model penelitian yang dilakukan oleh Bacon ( dalam Putra, 1561-1626). Langkah-
langkah tersebut adalah sebagai berikut a) Mengidentifikasi masalah (dari fakta yang
ditemukan, b) Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang ditemukan, c) Memilah
data yang sesuai dengan permasalahan yang ada, c) Merumuskan hipotesis, d)
Menguji hipotesis dengan mencari data yang lebih akurat dan faktual, dan c) Menguji
keakuratan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya agar bisa menentukan
tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kedua kegiatan dalam menanya, peran guru dalam hal ini sangat penting
untuk mengeksplorasi segala pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dan
melatih siswa untuk berpikir secara spontan. Pada kegiatan ini alangkah lebih baik
apabila guru menggali kemampuan siswa dalam bertanya. Kegiatan menanya dalam
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013 menurut adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami
dari apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai kepertanyaan bersifat
hipotetik) (Daryanto, 2014: 65). Kegiatan bertanya atau menanya sendiri mempunyai
fungsi, fungsi-fungsinya tersebut adalah sebagai berikut (Majid, 2013: 216):
1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian peserta didik tentang
suatu tema atau topik pembelajaran.
2. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan bentuk dirinya sendiri.
3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan
rancangan atau solusi.
4. Membangkitkan keterampilan dalam berbicara siswa, mengajukan pertanyaan
dan memberi jawaban secara logis.
5. Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, beragumen, mengembangkan
kemampuan berpikir dan menarik kesimpulan.
Ketiga adalah mencoba, dalam kegiatan ini dapat dipadukan dengan ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik melalui memparaktekkan, mengolah, menyajikan
dan lain-lain. Kegiatan mencoba dapat dilakukan bersama dengan guru melakukan
eksperimen sederhana bersama dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas.
Sebelum melakukan eksperimen guru harus memperhatikan tahapan-tahapan dalam
melakukan kegiatan atau percobaan.
Keempat menalar, dalam kegiatan ini guru dapat membantu para siswa untuk
berpikir logis dan sistematis terhadap apa yang mereka observasi. Menalar dapat
mendukung pengambilan keputusan dan kesimpulan dalam melakukan suatu kegiatan
eksperimen. Kegiatan menalar, mengasosiasi dapat memberikan kesempatan kepada
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa untuk memahami materi secara secara keseluruhan dan membuat sebuah
kesimpulan dengan singkat dan jelas.
Untuk yang terakhir yaitu mengkomunikasikan dapat dilakukan setelah siswa
melakukan percobaan. Kegiatan mengkomunikasikan ini dapat dilakukan melalui
menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi
(Daryanto, 2014: 80). Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru
sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut. Dari penjelasan mengenai
langkah-langkah pendekatan saintifik tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan saintifik merupakan sebuah pendekatan yang mampu memberikan
kesempatan kepada siswa seluas-luasnya untuk mengamati, menanya, mencoba,
menalar, dan mengkomunikasikan, kelima aspek tersebut dikembangkan oleh siswa
sendiri melalui pengalaman yang dialami selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(LKS) tidak hanya saja berisi dengan teori-teori, namun di LKS juga terdapat
berbagai soal-soal latihan untuk menguji atau mengetahui sejauh mana siswa
memahami sebuah materi yang telah mereka pelajari.
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca dan siswa diminta untuk
meringkas materi dalam kalimat mereka senidiri. (5) tahap review. Pada tahap review,
siswa diminta sesegera mungkin melihat kembali materi yang sudah selesai dipelajari
sesaat setelah selesai mempelajari materi tersebut.
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari pada kerapatan air jernih. Kerapatan air jernih lebih besar dari kerapatan udara
(Haryanto, 2013: 165).
Saat cahaya merambat melalui daun Zat (medium) yang berbeda
kerapatannya, cahaya dibiaskan atau dibelokkan.
a) Jika cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat,
cahaya akan dibiaskan mendekati gris normal. Misalnya, cahaya yang
merambat dari udara ke air.
b) Jika cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat,
cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya, cahaya merambat
dari kaca ke udara.
Garis normal adalah garis maya yang tegak lurus pada bidang batas kedua zat.
Dari keterangan tersebut dapat dipahami penyebab sebagian pensil yang dimasukkan
ke dalam air terlihat seperti patah. Hal ini terjadi karena bagian pensil yang tercelup
tersebut terlihat lebih tinggi dari kedudukan yang sebenarnya. Cahaya dari bagian
pensil yang tercelup, ketika keluar ke udara di bidang batas dibiaskan menjauhi garis
normal sehingga sebagian pensil tersebut terlihat lebih tinggi.
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memperoleh skor 92% dan 85% dengan rata-rata skor 88,5% memiliki kriteria baik
sekali. Rata-rata hasil evaluasi kelas kontrol memiliki kriteria cukup yaitu 65,45%
dan rata-rata hasil evaluasi kelas eksperimen memiliki kriteria baik sekali yaitu
85,96%. Hasil dari uji normalitas memperoleh nilai signifikansi 0,897 dan 0,797 >
0,05 data berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas memperoleh nilai signifikansi
0,856 > 0,05 data bersifat homogen. Hasil uji hipotesis pada uji t diperoleh nilai
signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada perbedaan nilai antara kelas kontrol
dan kelas eksperimen yang menggunakan LKS berbasis metode percobaan.
Kasih (2012) bertujuan untuk meneliti pengembangan LKS menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema cara menjaga
kerukunan untuk kelas V sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan LKS dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa LKS bergambar layak digunakan untuk
pembelajaran materi cara menjaga kerukunan untuk kelas V sekolah dasar. Hal
tersebut ditunjukkan oleh: (1) hasil dari penilaian ahli materi, kualitas LKS ditinjau
dari identitas atau judul LKS, kompetensi dasar yang akan dicapai waktu
penyelesaian, peralatan atau bahan yang dibutuhkan, informasi singkat, langkah kerja,
tugas yang harus dilakukan laporan yang ahrus dikerjakan, masalah yang
ditampilkan, aspek yang dikembangkan penguasaan EYD dan bagaimana tampilan
dari LKS tersebut termasuk dalam kategori “Baik” dengan rata-rata skor sebesar 3,8
dan 4,09 lembar kerja siswa layak untuk digunakan.
Edeltrudis (2012) bertujuan untuk meneliti pengembangan LKS menggunakan
pendekatan sanitifik pada subtema hewan di sekitarku untuk siswa kelas dua sekolah
dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahawa LKS dengan menggunakan pendekatan
saintifik layak digunakan dengan validasi berpedoman pada 16 aspek yaitu (1)
kelengkapan unsur-unsur LKS, (2) rumusan petunjuk/instruksi LKS, (3) rumusan
kegiatan pembelajaran dalam LKS, (4) ketercapaian indicator/tujuan pembelajaran
dalam kegiatan pembelajaran, (5) bahasa yang digunakan dalam LKS, (6) tampilan
LKS, (7) penggunaan kata Tanya mengapa dan bagaimana dalam LKS, (8) menanya,
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Melakuka
n revisi
Analisis
pembelajaran
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
atau desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi suatu produk atau
desain yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri.
3.3.3 Analisis pembelajaran dan konteks
Analisis ini bisa dilakukan secara bersamaan dengan analisis pembelajaran,
atau dilakukan setelah analisis pembelajaran. Dengan menganalisis pembelajaran dan
konteks, yang mancakup kemampuan, sikap, dan karakteristik awal pembelajaran
dalam latar pembelajaran, juga termasuk karakteristik latar pembelajaran tersebut
dimana pengetahuan dan keterampilan baru akan digunakan. Langkah 2) dan 3) dapat
dilakukan baik secara berurutan, atau secara bersamaan.
3.3.4 Merumuskan tujuan performansi
Merumuskan tujuan performansi atau unjuk kerja dilakukan setelah analisis-
analisis pembelajaran dan konteks. Merumuskan tujuan unjuk kerja ini dilakukan
dengan cara menjabarkan tujuan umum ke dalam tujuan yang lebih spesifik yang
berupa rumusan tujuan unjuk kerja, atau operasional. Gambaran rumusan operasional
ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur yang dikembangkan.
3.3.5 Mengembangkan instrumen
Langkah berikutnya adalah mengembangkan instrument assessment, yang
secara langsung berkaitan dengan tujuan khusus, operasional (sebagaimana yang
dikemukakan di depan). Tugas mengembangkan instrument ini menjadi sangat
penting. Instrumen dalam hal ini bisa berkaitan langsung dengan tujuan
operasionalyang ingin dicapai berdasarkan indikato-indikator tertentu, dan juga
instrumen untuk mengukur perangkat produk atau desain yang dikembangkan.
Instrumen yang berkaitan dengan tujuan khusus berupa tes hasil belajar, sedangkan
instrumen yang berkaitan dengan perangkat produk atau desain yang dikembangkan
dapat berupa kuesioner atau daftar cek.
3.3.6 Mengembangkan strategi pembelajaran
Mengembangkan strategi pembelajaran yang secara spesifik untuk membantu
pembelajaran mencapai tujuan khusus. Strategi pembelajaran tertentu yang dirancang
khusus untuk mencapai tujuan dinyatakan secara eksplisit oleh peneliti. Strategi
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran yang dirancang ini juga berkaitan dengan produk atau desain yng ingin
dikembangkan.
3.3.7 Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran
Langkah ini merupakan kegiatan nyata yang dilakukan oleh peneliti.
Pengembangan dan pemilihan bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat berupa
bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajar, dan media lain yang
dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan. Produk atau desain yang
dikembangkan berdasarkan tipe, jenis, dan model tertentu peru diberikan argumen
atau alasan mengapa memilih dan mengembangkan berdasarkan tipe atau model
tersebut.
3.3.8 Merancang dan melakukan evaluasi formatif
Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang
dilaksanakan oleh peneliti selama proses, prosedur, program, atau produk yang
dikembangkan. Evaluasi formatif ini dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung dengan maksud untuk mendukung proses peningkatan efektifitas.
Dick & Carey merekomendasikan suatu proses evaluasi formatif yang terdiri
ata tiga langkah:
3.3.8.1 Uji coba prototipe bahan secara perorangan (one–to–one–try out); uji coba
perorangan ini dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang produk
atau rancangan tertentu. Uji coba perorangan dilakukan kepada subjek 1-3
orang. Setelah dilakukan uji coba perorangan, produk atau rancangan direvisi.
3.3.8.2 Uji coba kelompok kecil (small group try out). Uji coba ini melibatkan subjek
yang terdiri atas 6-8 subjek. Hasil uji coba kelompok kecil ini dipakai untuk
melakukan revisi produk atau rancangan.
3.3.8.3 Uji coba lapangan (field try out). Uji coba lapangan ini yang melibatkan
subjek dalam kelas yang lebih besar yang melibatkan 15-30 subjek.
Selama uji coba ini peneliti melakukan observasi dan wawancara. Dengan demikian,
peneliti melakukan pendekatan kualitatif disamping data kuantitatif (hasil tes skala
sikap, rubrik dan sebagainya). Hasil validasi dari merancang dan melakukan evaluasi
formatif ini kemudian diapakai untuk melakukan revisi.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LANGKAH I
langa
LANGKAH II
Merumuskan
tujuan
LANGKAH III
Pretest
Rubrik penilaian
Mengembangkan ahli validasi
instrumen instrumen
Posttest
LANGKAH IV
Mengembangkan
strategi
LANGKAH V
LANGKAH VI
LANGKAH VII
Dosen IPA Guru SD Siswa Kelas IV SD
LANGKAH VIII
Evaluasi Sumatif
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(Sugiyono, 2014: 187). Selain itu, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
tes dan analisis dokumen (Widayoko, 2015: 33). Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan kuesioner. Wawancara dilakukan
pada saat survei kebutuhan di SD N Perumnas Condongcatur dengan wali kelas IV.
Wawancara dilakukan bertujuan untuk mengetahui produk LKS yang menggunakan
model pembelajaran berupa pendekatan saintifik mengacu pada kurikulum 2013 dan
kuesioner digunakan pada saat validasi desain.
3.5.1 Observasi
Observasi dilakukan sebagai pengumpulan data bila penelitian berkenaan
dengan perilaku manusia, suatu proses kerja, gejala alam, dan responden yang kecil
(Sugiyono, 2010: 203). Observasi ini dilakukan sebatas mengamati aktivitas
pembelajaran yang dilakukan guru.
3.5.2 Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan
secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan
(Sudijono, 2011: 82). Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat
evaluasi, yaitu:
3.5.2.1 Wawancara terpimpin (guide interview) yang juga sering dikenal dengan
istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara
sistematis (systematic interview).
3.5.2.2 Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang sering dikenal dengan
istilah wawancara sederhana (simple interwiew) atau wawancara tidak
sistematis (non-systematic interview), atau wawancara bebas.
Sugiyono (2012: 137) mengatakan bahwa wawancara ini bertujuan untuk
mengetahui survei kebutuhan, sehingga mendapatkan informasi secara langsung dari
pihak yang diwawancarai oleh peneliti, atau mendapatkan jawaban dari responden
dengan jalan melakukan Tanya jawab sepihak. Sugiyono (2014: 194) menjelaskan
bahwa wawancara digunaka sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti,
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.
Dari pendapat kedua ahli tersebut di atas maka wawancara merupakan salah
satu teknik pengumpulan data dalam melakukan sebuah penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan secara akurat dan mendalam.
3.5.3 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumulan data yang efesien bila peneiti tahu
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden
(Sugiyono, 2012: 142).
Sugiyono, (2014: 199) mengatakan kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan secara dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.
Kuesioner juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian
hasil belajar. Angket dapat diberikan langsung kepada peserta didik, dapat pula
diberikan kepada orangtua mereka. Pada umunya tujuan penggunaan angket atau
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis
tingkah laku dan proses belajar mereka (Sudijono, 2011: 84). Kuesioner bertujuan
untuk memvalidasi dan membantu peneiti dalam melakukan revisi atas pembelajaran.
Dengan adanya kuesioner ini, digunakan untuk membuat daftar cocok (check list)
atau deretan pertanyaan dimana cara menjawabnya tinggal memberi centang (√),
daftar cocok digunakan untuk mempermudah dan mempercepat pengisisan dalam
mendapatkan informasi yang diperlukan, sifatnya praktis, hemat waktu, biaya, dan
tenaga.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner dalam beberapa
hal yaitu analisis kebutuhan dan validasi produk. Kuesioner analisis kebutuhan
diberikan kepada guru dan siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur untuk
menganalisis kebutuhan terkait LKS dan pendekatan saintifik. Kuesioner validasi
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
produk ditujukan kepada ahli-ahli untuk menilai kelayakan LKS yang dibuat. Selain
kepada para ahli, kuesioner validasi produk juga diberikan kepada siswa untuk
menilai kelayakan LKS yang dibuat setelah uji coba terbatas.
3.5.4 Tes
Teknik pengumpulan data menggunakan tes bertujuan untuk mengukur
kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto, 2006: 223). Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan pretest dan posttest. Pretest dan posttest tersebut
digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan setelah
menggunakan LKS dalam uji coba terbatas. Pretest dilakukan sebelum uji coba
terbatas dan posttest dilakukan setelah uji coba terbatas.
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pedoman observasi telah divalidasi oleh guru SD setara. Uji validitas pada
instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk
(Sugiyono, 2014: 170). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu
instrumen mengukur konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan
instrumen (Widoyoko, 2012: 145). Karena itu, pedoman observasi tersebut diuji
dengan uji validitas konstruk. Selain itu, peneliti juga menggunakan pendapat para
ahli (expert judgement) untuk meminta pendapat tentang instrumen yang telah
disusun. Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil
rerata skor validasi pedoman observasi. Hasil validasi pedoman observasi dapat
dilihat pada lampiran.
3.6.2 Pedoman Wawancara
Wawancara ditujukan kepada beberapa narasumber yaitu Kepala Sekolah,
Guru kelas IV dan siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur. Wawancara yang
dilakukan bertujuan untuk menganalisis kebutuhan LKS IPA dan pendekatan
saintifik.
3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah
Pengumpulan data melalui wawancara yang pertama ditujukan kepada kepala
SD N Perumnas Condongcatur. Teknik wawancara yang dipilih adalah teknik
wawancara terencana-tidak terstruktur sehingga peneliti hanya menyusun rencana
wawancara, tetapi tidak menggunakan format dan urutan yang baku (Yusuf,
2014:377). Adapun rencana wawancara denga kepala sekolah dapat dilihat pada tabel
3.2
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman wawancara dengan Kepala Sekolah
No Topik pertanyaan
1 Informasi berkaitan dengan sekolah
a. Kurikulum yang digunakan disekolah
b. Jumlah siswa kelas IV
2 Ketersediaan LKS di sekolah
c. LKS yang sudah ada di sekolah
d. Pengadaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik di sekolah
e. LKS yang pernah di kembangkan oleh guru di sekolah
3 Penggunaan LKS IPA dalam pembelajaran
4 Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan LKS
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari hasil wawancara dengan guru kelas IV, peneliti mendapatkan informasi
tentang pendekatan yang digunakan pada setiap pembelajaran khususnya pada
pembelajaran IPA. Pemahaman guru mengenai pendekatan saintifik masih kurang,
pada proses pembelajaran guru belum menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik
secara keseluruhan.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari hasil wawancara dengan siswa kelas IV, peneliti mendapatkan informasi
mengenai LKS yang disukai oleh siswa. Secara keseluruhan siswa menyukai LKS
yang bergambar, berwarna serta terdapat kegiatan-kegiatan yang menuntun ssiwa
untuk melakukan percobaan. Selain itu siswa juga menyukai LKS yang divariasi
dengan bentuk huruf yang menarik dan berukuran sedang serta Bahasa yang mudah
dipahami.
Pedoman wawancara tersebut telah divalidasi oleh guru SD dan para ahli
(expert judgment). Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji validitas pada instrumen
nontes yang digunakan untuk mengukur sikap adalah validitas konstruk (Sugiyono,
2014: 170). Validitas konstruk berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur untuk
mengukur konsep yang diukurnya (Yusuf, 2014: 47). Karena itu, pedoman
wawancara tersebut diuji dengan uji validitas konstruk. Melalui validasi konstruk
yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman
wawancara. Hasil validasi pedoman wawancara guru SD dan siswa dapat dilihat pada
lampiran.
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.6.3 Kuesioner
Peneliti menggunakan kuesioner dalam beberapa hal yaitu analisis kebutuhan,
validasi produk oleh para ahli, dan validasi produk melalui uji lapangan terbatas.
3.6.3.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan
Kuesioner yang digunakan adalah bentuk kuesioner tertutup dan terbuka.
Responden dapat menjawab pertanyaan secara bebas pada bentuk kuesioner terbuka.
Peneliti menentukan responden dalam analisis kebutuhan yaitu guru dan seluruh
siswa kelas IV SD N Perumnas Condongcatur. Hasil kuesioner digunakan sebagai
pertimbangan untuk membuat desain LKS yang dikembangkan. Kisi-kisi kuesioner
analisis kebutuhan disajikan dalam tabel 3.4
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Terbuka untuk Guru
No Indikator No.item
1 Pendekatan/metode/strategi pembelajaran IPA 1
2 Kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA 2
3 Pengertian pendekatan saintifik 3
4 Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA 4, 5, 6, dan 7
5 Kesulitan Implementasi pendekatan saintifik 8
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur
konsep dari suatu teori yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2012:
145). Karena itu, kuesioner tersebut diuji dengan uji validitas konstruk. Melalui
validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor
validasi kuesioner analisis kebutuhan dan rerata skor validasi produk. Hasil validasi
kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada tabel, sedangkan untuk siswa
dapat dilihat pada tabel. Hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli dapat
dilihat pada tabel.
3.6.4 Soal Tes
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes sebagai pretest dan posttest.
Pretest dan posttest tersebut digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum
dan setelah menggunakan LKS dalam uji coba terbatas. Peneliti menyusun dan
mengembangkan tes berdasarkan berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) 3.6
Memahami sifat-sifat cahaya melalui pengamatan dan mendeskripsikan penerapannya
dalm kehidupan sehari-hari, untuk kelas IV. Peneliti mengembangkan KD tersebut
menjadi empat indikator. Keempat indikator tersebut dikembangkan menjadi 20 soal
tipe pilihan ganda. Kisi-kisi soal tes disajikan dalam tabel 3.10
Tabel 3.10 Kisi-kisi Instrumen Soal Tes Pilihan Ganda
Standar Kompetensi Dasar Indikator Pokok bahasan Butir soal
Kompetensi
Memahami 3.6 Memahami 3.6.3 Melakukan Sifat-sifat 3, 5, 9, 10,
pengetahuan factual sifat-sifat cahaya percobaan cahaya melalui 14, 16, 17,
dengan cara melalui pengamatan menggunakan alat percobaan 18, 19.
mengamati dan sederhana untuk dengan
(mendengar, mendeskripsikan mengetahui sifat- menggunakan
melihat, membaca) penerapannya sifat cahaya. ( alat
dan menanya dalam cahaya merambat
berdasarkan rasa kehidupan sehari- lurus, menembus
ingin tahu tentanng hari benda bening, dapat
dirinya, makhluk dibiaskan, dapat
ciptaan Tuhan dan dipantulkan).
kegiatannya, dan
benda-benda yang 3.6.4 Penerapan sifat- 1, 2, 20, 4, 6,
dijumpainya di Mendeskripsikan sifat cahaya. 7, 8, 11, 12,
rumah, sekolah, dan penerapan sifat-sifat 13.
tempat bermain. cahaya dalam
kehidupan sehari-
hari.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.7 Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi
digunakan untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah
ditemukan (Sugiyono, 2014: 327-328). Triangulasi dibedakan menjadi dua macam
yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik adalah
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk memperoleh data
dari sumber yang sama. Triangulasi sumber adalah penggunaan teknik pengumpulan
data yang sama untuk memperoleh data dari sumber yang berbeda-beda (Sugiyono,
2014: 327).
Triangulasi teknik digunakan untuk memperoleh data analisis kebutuhan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam triangulasi teknik adalah observasi,
wawancara dan kuesioner. Analisis kebutuhan dilaksanakan pada tahap awal untuk
mengumpulkan data terkait LKS dan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPA di
kelas IV.
Kuesioner
Observasi Wawancara
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kepala Sekolah
Guru Siswa
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, hasil validasi produk LKS oleh ahli,
hasil observasi, dan hasil wawancara. Data kuantitaif dan kualitatif tersebut kemudian
dianalisis. Berikut adalah pembahasan teknis analisis dari data kuantitatif dan data
kualitatif.
3.8.1 Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif yang pertaman dilakukan dengan menggunakan skala
Likert 1-4. Skala ini digunakan dalam berbagai instrument penelitian. Setiap skala
dilengkapi dengan kriteria yang semakin memudahkan penilai dalam meberikan
penilaian. Setiap instrumen penelitian memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam
pedoman penilaiannya. Kriteria tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan dari penilai.
Berikut adalah instrument penelitian dan skala beserta kriterianya.
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada instrument nontes yaitu
pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan dan
kuesioner validasi produk adalh sebagai berikut.
Nilai 4: Instrumen sudah layak digunakan tanpa diperbaiki
Nilai 3: Instrumen sudah layak digunakan namun perlu diperbaiki
Nilai 2: Instrumen kurang layak digunakan dan perlu dilengkapi
Nilai 1: Instrumen tidak layak digunakan
Konstruk soal tes adalah sebagai berikut.
Nilai 4 : Soal sesuai dengan Indikator, kalimat baku dan jelas, tidak perlu
diperbaiki
Nilai 3 : Soal sesuai dengan Indikator, kalimat baku namun kurang jelas dan
perlu diperbaiki
Nilai 2 : Soal kurang sesuia dengan Indikator, kalimat baku namun kurang
jelas dan perlu diperbaiki.
Nilai 1 : Soal tidak sesuia dengan Indikator, kalimat tidak baku dan kurang
jelas serta tidak layak digunakan.
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validitas isi instrument soal tes
sebagai berikut.
Nilai 4 : Sudah sesuai dan tidak perlu diperbaiki
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3.5 Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan skala Likert
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rerata skor lebih besar dari 2,50.
Nilai terdapat pada rentang skor 3 (kategori baik) yang berarti keseluruhan instrument
sudah layak digunakan namun perlu perbaikan. Sebaliknya apabila rerata skor yang
diperoleh lebih kecil dari 2,50, maka instrument tersebut dapat dikatakan tidak valid.
Analisis data kuantitatif yang selanjutnya dilakukan untuk menghitung
presentase jawaban kuesioner. Persentase dihitung dengan menggunakan rumus dari
Supraktinya (2012: 128). Rumus perhitungan persentase jawaban kuesioner.
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam penelitian ini, juga digunakan tes. Tes berupa pretest dan posttest. Tes
tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
menggunakan LKS sifat-sifat cahaya berbasis pendekatan saintifik melalui ujicoba
terbatas. Tipe soal yang digunakan adalah pilihan ganda. Skor untuk jawaban yang
benar adalah 1 dan skor untuk jawaban yang salah adalah 0. Nilai pretest dan posttest
dihitung dengan rumus pada gambar 3.7.
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
wawancara, observasi dan kuesioner, dengan demikian diperoleh data yang semakin
lengkap.
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati pembelajaran IPA di kelas
IV dan ketersediaan LKS serta penerapan langkah-langkah pendekatan saintifik
berbasis Kurikulum 2013. Kegiatan observasi ini dilaksanakan di SD N Perumnas
Condongcatur. Kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 3.1. Pedoman
observasi telah divalidasi sebelum digunakan. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan LKS berbasis pendekatan saintifik
belum ada. Guru juga tidak menggunakan LKS yang berbasis pendekatan saintifik
dalam pembelajaran. Guru hanya menggunakan buku cetak atau LKS yang biasa
digunakan oleh siswa menjadi panduan ketika menyampaikan materi. Untuk
penekanan pada materi yang dianggap penting, guru hanya menuliskannya di papan
tulis dengan menggunakan kapur atau Boardmarker hitam.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan LKS berbasis
pendekatan saitifik serta penerapan lima langkah tahapan saintifik dalam
pembelajaran IPA di kelas IV SD N Perumanas Condongcatur belum dilaksanakan
dengan optimal. Selain itu, peneliti menemukan bahawa siswa mengalami kesulitan
belajar materi yang dijelaskan pada hari tersebut yaitu sifat-sifat cahaya. Hal tersebut
diketahui dari hasil observasi bahawa siswa tidak mampu menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru, selai itu juga ketika mengerjakan soal latihan, siswa menjawab
dengan kurang tepat.
2. Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru kelas IV, 4 siswa
kelas. IV. Sebelum dilakukan wawancara pedoman wawancara terlebih dahulu
divalidasi oleh ahli. Ahli yang melakukan validasi adalah ahli Bahasa, ahli IPA, dan
guru kelas SD setara.
Wawancara yang pertama dilakukan kepada Kepala Sekolah. Rencana
wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2. Pedoman wawancara
kepala sekolah telah divalidasi oleh ahli (expert judgment). Berdasarkan hasil validasi
pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli, didapatkan rerata skor 3.6. jika
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dibandingkan dengan tabel 3.11 rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan
termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan valid
dan lauyak untuk digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawan cara kepala
sekolah oleh ahli dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Kepala Sekolah, peneliti mendapatkan informasi bahwa di SD N Perumnas
Condongcatur telah menerapkan kurikulum 2013, penggunaan LKS sebagai salah
satu sumber belajar untuk siswa juga telah dilaksanakan, namun masih memiliki
keterbatasan karena LKS yang digunakan merupakan LKS dari Depdiknas dan belum
mengaktifkan siswa secara optimal. Penggunaan metode dan pendekatan-pendekatan
dalam kegiatan pembelaajaran juga belum dilaksanakan secara optimal oleh guru.
Lima tahapan pendekatan saintifik belum diterapkan dengan baik dikarenakan guru
masih kebingungan dalam menerapkan lima langkah tahapan tersebut secara runtun.
Wawancara yang kedua dilakukan kepada guru. Rencana wawancara dengan
guru kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.3. Sama halnya dengan pedoman wawancara
dengan Kepala Sekolah, pedoman wawancara guru telah divalidasi oleh ahli (expert
judgment) dengan hasil rerata skor sebesar 3,5, jika dibandingkan dengan tabel 3.11
rerata tersebut memiliki nilai kurang dari 2,50 dan termasuk dalam kategori baik.
Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil
validasi pedoman wawancara guru oleh ahli dapat dulihat pada lampiran.
Wawancara kepada guru dilakasanakan pada tanggal 29 juli 2016.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, peneliti mendapatkan informasi bahwa
dalam proses pembelajaran guru telah menggunakan LKS, namun LKS yang
digunakan masih memiliki keterbatasan dan belum mengaktifkan siswa secara
optimal. LKS tersebut juga belum memuat tahapan-tahapan pendeketan saintifik
(mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan), namun hanya
berisi dengan materi dan soal-soal latihan yang seringkali dikerjakan oleh siswa di
rumah. Guru juga memaparkan mengenai penggunaan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran belum optimal, guru hanya menerapkan beberapa tahapan pendekatan
saintifik pada proses pembelajaran karena sudah terbiasa dengan metode ceramah dan
pemberian tugas kepada siswa.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Guru
Kepala sekolah Siswa
Guru telah menerapkan Guru tidak menggunakan LKS
tahapan pendekatan Sekolah sudah menyediakan LKS dalam proses pembelajaran di
saintifik dalam proses tetapi LKS tersebut tidak kelas, melainkan guru lebih
pembelajaran tetapi tidak digunakan secara maksimal. LKS
fokus menggunakan buku
secara ggg
utuh lima langkah . yang digunakan tidak memuat
kegiatan-kegiatan yang siswa dan BSE. Selain itu,
Guru kesulitan dalam
melaksanakan lima mengaktifkan siswa, melainkan siswa lebih menyukai LKS
langkah pendekatan hanya berisi soal-soal saja. Selain yang berisi kegiatan-kegiatan
saintifik, karena itu, LKS yang digunakan tidak yang mengacu lima tahapan
kemampuan setiap siswa mengacu lima tahapan pendekatan saintifik bukan
berbeda-beda dan pendekatan saintifik. Kemudian soal-soal saja. Kemudian, LKS
siswapun kesulitan dalam fasilitas pembelajaran kurang
memadai juga menghambat dapat membantu dalam
menerapkannya.
pelaksanaan lima tahapan pemahaman materi.
pendekatan saintifik.
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lima langkah pendekatan saintifik. Pada saat wawancara, siswa mengatakan bahwa
mereka jarang sekali diajak untuk melakukan suatu kegiatan dan percobaan tentang
materi yang sedang dijelaskan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi,
bahwa siswa ketika diberi pertanyaan kepada guru cenderung tidak bisa menjawab.
Selain itu, jika guru meminta pendapat kepada siswa, tidak ada siswa yang aktif
untuk mengemukakan pendapatnya melainkan siswa cenderung berbicara sendiri
kepada teman sebangkunya. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari guru saat
wawancara. Guru mengatakan bahwa siswa ketika diminta untuk menjawab soal
hanya beberapa soal saja yang dikerjakan, apabila dikerjakan secara keseluruhan,
jawaban yang ditulis kurang tepat.
Permasalahan lain yang ditemukan adalah kurangnya penggunaan LKS yang
digunakan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi, peneliti
menemukan bahwa guru tidak menggunakan LKS dalam mendukung proses
pembelajaran di kelas guna mengaktifkan siswa untuk melakukan suatu kegiatan.
Guru hanya menggunakan metode ceramah dan lebih fokus menggunakan buku siswa
yang diberikan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, siswa cenderung pasif dalam proses
pembelajaran, karena guru hanya menjelaskan materi secara monoton dan siswa
hanya diminta untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan
oleh guru tanpa ada keaktifan yang dilakukan siswa.
Meskipun demikian, sekolah sudah berusaha menerapkan kurikulum 2013
berbasis pendekatan saintifik, namun sekolah belum optimal dalam melaksanakan
lima langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan,
guru kelas sepenuhnya belum paham tentang pendekatan saintifik dan guru hanya
menerapkan beberapa langkah saja, misalnya mengamati dan mengomunikasikan.
Hal ini, juga didukung dengan kemampuan masing-masing siswa yang berbeda dalam
memahami suatu materi atau kegiatan yang sedang lakukan, sehingga guru perlu
menerapkan lima langkah pendekatan saintifik tahap demi tahap.
3. Kuesioner
Analisi kebutuhan selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti yaitu
menggunakan kuesioner. Kuesioner ditunjukkan kepada guru dan siswa. Kuesioner
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang pertama diberikan kepada guru. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada
guru pada tanggal 12 Agustus 2016. Kuesioner analisis kebutuhan untuk guru terdiri
dari 15 pertanyaan yang merupakan pengembangan dari 5 tahapan pendekatan
saintifik. Kuesioner yang digunakan adalah bentuk kuesioner terbuka dan tertutup.
Kuesioner terbuka pada analisis kebutuhan dapat dijawab secara bebas oleh
responden. Responden pada kuesioner analisis kebutuhan ini adalah guru kelas IV di
SD N Perumnas Condongcatur. Sedangkan kuesioner tertutup, responden menjawab
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan alternatif jawaban yang sudah
ditentukan. Kuesioner terbuka berjumlah delapan pertanyaan dan kuesioner tertutup
berjumlah tujuh pertanyaan. Kuesioner siswa berjumlah 15 pertanyaan. Hasil
kuesioner tersebut digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang produk LKS
IPA berbasis pendekatan saintifik. Selain itu, kuesioner tersebut dirancang
berdasarkan lima karakteristik LKS yang dikembangkan. Berikut kuesioner analisis
kebutuhan guru disajikan dalam tabel 3.5 (kuesioner terbuka), 3.6 (kuesioner
tertutup), 3.7 (Kuesioner siswa terbuka), dan 3.8 (Kuesioner siswa tertutup).
Selain memiliki jawaban yang sudah disediakan, guru juga dapat memberikan
deskripsi yang dapat memperkuat pilihan jawaban dalam kuesioner analisis
kebutuhan. Data analisis kebutuhan yang kedua diperoleh dari siswa. Kuesioner
analisis kebutuhan diberikan kepada siswa pada tanggal 29 Agustus 2016. Kuesioner
analisis kebutuhan utuk siswa terdiri dari 9 pernyataan dan 7 pertanyaan yang
merupakan pengembangan LKS dari 5 langkah pendekatan saintifik.. Hasil kuesioner
analisis kebutuhan siswa ini menjadi gabungan mengenai LKS yang pernah
digunakan dalam pembelajaran IPA dan menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam
mengembangkan LKS IPA. siswa juga dapat memberikan deskripsi yang dapat
memperkuat pilihan jawaban dalam kuesioner analisis (penjelasan hasil wawancara,
observasi, kuesioner)
Berdasarkan data kualitatif yang diperoleh dari ketiga teknik pengumpulan
data, peneliti melakukan triangulasi teknik. Triangulasi teknik sebagai pertimbangan
dalam pembuatan LKS dengan melihat permasalahan yang dialami dan kebutuhan
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LKS dari guru dan siswa. Triangulasi teknik pengumpulan data disajikan dalam
gambar 4.2.
Wawancara Observasi
Kuesioner
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Teknik yang terakhir adalah kuesioner. Data yang diperoleh melalui kuesioner adalah
guru dan siswa memiliki penilaian yang baik mengenai LKS dengan 5 tahapan
pendekatan saiktifik yang ditawarkan dalam kuesioner. Saran dari guru dan siswa
menjadi pertimbangan dalam pengembangan LKS.
Berdasarkan triangulasi teknik, dapat disimpulkan bahwa guru belum
maksimal dalam menerapkan 5 tahapan pendekatan saintifik. LKS yang digunakan
adalah LKS yang berisi materi dan soal-soal. Dalam pembelajaran guru masih
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa, guru menjelaskan
materi dan menuliskannya di papan tulis dan siswa mencatat.
Pada tahap ini, peneliti telah memperoleh data analisis kebutuhan mengenai LKS
yang diinginkan oleh siswa dan guru. Data hasil analisis kebutuhan tersebut
digunakan untuk pertimbangan dalam pembuatan desain LKS.
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Paparan mengenai hasil analisis siswa dan analisis pembelajaran tersebut menjadi
pertimbangan bagi peneliti dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan.
2. Analisis siswa
Karakteristik siswa dianalisis berdasarkan observasi pada pembelajaran IPA
kelas IV SD N Perumnas Condongcatur. Observasi dilaksanankan pada tanggal 27
Juli 2016. Hasil yang diperoleh melalui observasi tersebut adalah guru masih banyak
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa. Guru menjelaskan
dengan menuliskan materi di papan tulis dan siswa mencatat. Di SD tersebut telah
menggunakan Kurikulum 2013, tetapi ketika guru bertanya kepada siswa, sebagian
besar siswa diam dan tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat.
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang terlihat, sehingga
kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru yang menjelaskan materi kepada
siswa. Setelah guru menjelaskan materi, siswa diminta untuk mengerjakan soal yang
terdapat di LKS. LKS yang digunakan oleh siswa berupa LKS yang biasa digunakan
pada umum nya, LKS tersebut masih terdapat materi dan soal-soal latihan sehingga
mempermudah siswa mengerjakannya.
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jika harga Alpha Cronbach di atas 0.60, suatu konstruk sudah dianggap reliabel
(harga Alpha Cronbach 0.77 sudah di atas 0.60 maka 20 item soal dikatakan sudah
reliabel).
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kegiatan yang telah dilakukannya di dalam setiap lembar LKS tidak mudah koyak
dan juga tidak mudah di tembus oleh tintah pensil atau bolpoin yang digunakan oleh
siswa untuk menulis.
3. Pembuatan LKS
Pengembangan desain pada penelitian ini yaitu dengan mengembangkan LKS
berbasis pendekatan saintifik. LKS dibuat dengan menggunakan Microsoft Word
sehingga sangat mudah untuk digunakan. Halaman sampul dibuat dengan
menggunakan aplikasi Corel Draw agar terlihat lebih menarik. Pewarnaan pada
sampul LKS telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa, sehingga tidak terlalu
mencolok. Format penulisan isi LKS menggunakan huruf Comic Sans MS, dengan
ukuran font 12, spasi 1,5 dan margin A4.
Materi yang disajikan dalam LKS ini didasari dari hasil pemetaan SK, KD,
dan Indikator pada matapelajaran IPA, materi yang terdapat dalam LKS ini adalah
sifat-sifat cahaya. Materi tersebut dibagi menjadi empat kegiatan dalam satu LKS.
Setiap kegiatan dibuat berdasarkan lima tahapan pendekatan saintifik, selain lima
tahapan tersebut setiap kegiatan dilengkapi dengan petunjuk dan langkah-langkah
untuk mempermudah siswa melakukan percobaan. Di dalam LKS telah disediakan
ruang berupa kolom-kolom untuk menuliskan hasil kegiatan yang telah dilakukan
oleh siswa. Kolom-kolom tersebut didesain dengan menggunkan Microsoft Word.
Selain ruang berupa kolom untuk menuliskan hasil kegiatan siswa, peneliti
juga menyediakan tabel untuk menuliskan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
siswa. Tabel dibuat dengan menggunakan Microsoft Word. Setiap kegiatan di dalam
LKS, peneliti memberikan beberapa gambar, tujuannya untuk mempermudah siswa
dalam mengetahui objek atau benda yang mereka amati. Di setiap awal kegiatan,
terdapat komik atau cerita yang mencerminkan isi materi dalam kegiatan tersebut.
Komik atau cerita dibuat secara sederhana sehingga siswa dapat memahaminya.
Isi LKS ini memuat langkah-langkah, petunjuk, dan percobaan serta bahan
dan alat yang dibutuhkan siswa untuk melakukan percobaan. Pada setiap kegiatan
terdapat lima langkah pendekatan saintifik, lima langkah tersebut yaitu, 1)
mengamati, 2) menanya, 3) menalar, 4) mencoba, 5) mengkomunikasikan. Bentuk
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari LKS dicetak menyerupai buku dengan ukuran tinggi 25 cm, dan lebar 18 cm.
kertas yang digunakan adalah HVS B5 80 gram, cover dari LKS diprint dengan
menggunakan kertas Ivori 230 gram. Dari lima langkah tahapan pendekatan saintifi
yang terdapat di dalam isi LKS seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.9 Kegiatan Studi pustaka (buku, majalah, koran) terdapat pada halaman 18
di LKS
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. Hasil revisi berdasarkan komentar ahli dan
siswa disajikan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Revisi LKS Berdasarkan Komentar Ahli dan Siswa
Sebelum direvisi Sesudah direvisi
Penulisan masih terdapat Telah direvisi sesuia dengan
kekurangan, seperti huruf komentar dari ahli
salah ketik, penggunaan
kalimat secara tepat serta
penggunaan tanda baca.
Kalimat yang diulang-ulang Telah direvisi sesuia dengan
komentar dari ahli
Penggunaan warna yang Telah direvisi sesuia dengan
terlalu gelap komentar dari ahli
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa skor pretest dan posttest meningkat
sesuai dengan selisih yang dituliskan dala tabel. Persentase tingkat efektivitas/
peningkatan skor pretest dan posttest dapat dihitung dengan menggunakan rumus di
bawah ini.
𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑥
𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
80
Skor
60
pretest
40 posttest
20
0
1 2 3 4 5 6
Nomor Siswa
Gambar 4.11 Grafik Perbedaan Nilai Pretest dan Postest pada Masing-masing Siswa
100
90
80
70
60
Skor
50 pretest
40 posttest
30
20
10
0
Rerata Skor Keseluruhan
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.2 Pembahasan
Pengembangan LKS IPA didasarkan dari hasil identifikasi masalah melalui
wawancara dan observasi. Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi
dan wawancara, dapat diketahui bahwa LKS yang digunakan sekolah masih berisi
materi dan soal-soal. Dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode
ceramah, siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran masih
berpusat kepada guru, selain itu pemahaman guru akan kurikulum 2013 masih
kurang. Guru sudah menggunakan pendekatan saintifik, tetapi belum diterapkan
secara maksimal dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang ditemukan tersebut
tidak sesuai dengan kuesioner hasil analisis kebutuhan. Berdasarkan kuesioner hasil
analisis kebutuhan guru, diketahui bahwa sebanyak 100% guru menyetujui bahwa
penggunaan LKS IPA dalam proses pembelajaran dapat membantu siswa memahami
konsep. Berdasarkan hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa, bahwa 100% siswa
menyetujui penggunaan LKS IPA dalam proses pembelajaran dapat membantu
memahami materi. Selain itu dalam proses pembelajaran guru jarang memberikan
panduan kegiatan secara tertulis dan siswa belum melakukan melakukan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran secara mandiri. Paparan tersebut menjadi salah satu
pertimbangan peneliti dalam pengembangan LKS IPA.
Peneliti mengembangkan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. LKS IPA
adalah LKS yang berfungsi untuk mengaktifkan siswa dalam belajar secara mandiri
sesuai dengan lima tahapan pendekatan saintifik yang dilakukan siswa untuk
mendapatkan informasi dalam proses pembelajaran. Tahap pengembangan awal
peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan melakukan wawancara kepada siswa
kelas IV mengenai warna dan gambar yang disukai. Berdasarkan hasil wawancara
yang telah dilakukan kepada siswa maka peneliti membuat desain LKS sesuai dengan
warna dan gambar yang disukai tersebut.
Tahap pengembangan selanjutnya peneliti memetakan kompetensi inti (KI),
kompetensi dasar (KD), indikator dan tujuan pembelajaran. Dari indikator yang telah
dibuat, peneliti mengembangkannya menjadi empat kegiatan umum di dalam LKS,
pada setiap kegiatan, peneliti memuat lima tahapan pendekatan sanitifik secara
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
runtun, sehingga siswa tidak mengalami kebingungan pada saat ngerjakannya. LKS
ini memiliki karakter khusus yang dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa yaitu (1)
mengarahkan siswa aktif melakukan berbagai kegiatan pembelajaran; (2) mengajak
siswa untuk mencari sumber informasi yang beragam di sekolah, rumah, dan
lingkungan masyarakat; (3) mengarahkan siswa untuk membangun konsepnya secara
mandiri; dan (4) mengarahkan siswa untuk melaksanakan lima tahapan pendekatan
saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. dari
empat karateristik umum tersebut, peneliti menjabarkannya menjadi sembilan
karaktersitik yang lebih spesifik menggambarkan isi LKS secara keseluruhan. Dari
karakteristik khusus tersebut, mempermudah siswa untuk mengerjakan LKS yang
dikembangkan oleh peneliti.
Pada tahap pengembangan selanjutnya yaitu peneliti membuat soal pretest dan
posttest berupa pilihan ganada serta rubrik penilaian ahli validasi produk. Tujuan dari
pembuatan instrumen tersebut adalah untuk mengetahui kualitas dari LKS yang
dikembangkan. Kualitas dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain aspek konten
atau isi, Bahasa, tampilan, penulisan dan penggunaan huruf, penyajian, dan
penggunaan. Untuk soal pilihan ganda bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas
penggunaan LKS. Soal pretest dan posttest dikembangkan melalui pemetaan KD dan
indikator. KD dipecah menjadi dua indikator, dan dari dua indikator tersebut peneliti
membuat soal pretest dan posttest sebanyak 40 puluh soal tipe pilihan ganda. Setelah
instrumen selesai, peneliti melakukan validasi intruemen tes kepada ahli (expert
judgment), setelah validasi dilakukan dan instrumen layak untuk di uji cobakan, maka
peneliti melakukan uji coba soal tersebut kepada siswa SD kelas IV. Dari hasil
perhitungan menggunakan SPSS 20 for windows untuk menganalisis 40 item soal,
peneliti mengambil 20 item soal yang valid untuk digunakan pada uji coba terbatas.
Pegujian soal pretest dan posttest dilakukan pada uji coba lapangan terbatas di
SD N Perumnas Condongcatur. Pengujian soal pretest diujikan sebelum siswa
menggunakan LKS dan soal posttest diujikan setelah siswa menggunakan LKS.
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada saat posttest lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada saat pretest. Siswa 1 memperoleh
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
nilai sebesar 60 saat pretest dan 80 saat posttest, selisih nilai pretest dan posttest
adalah sebesar 20. Siswa 2 memperoleh nilai sebesar 70 saat pretest dan 100 saat
posttest, selisih nilai pretest dan posttest adalah sebesar 30. Siswa 3 memperoleh nilai
sebesar 55 saat pretest dan 90 saat posttest, selisih nilai pretest dan posttest adalah
sebesar 35. Siswa 4 memperoleh nilai sebesar 55 saat pretest dan 80 saat posttest,
selisih nilai pretest dan posttest adalah sebesar 25. Siswa 5 memperoleh nilai sebesar
40 saat pretest dan 75 saat posttest, selisih nilai pretest dan posttest adalah sebesar 35.
Siswa 6 memperoleh nilai sebesar 70 saat pretest dan 90 saat posttest, selisih nilai
pretest dan posttest adalah sebesar 20.
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa pada saat pretest dan posttest, diketahui
bahwa penggunaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik untuk materi sifat-sifat
cahaya dapat membantu siswa dalam memahami materi sifat-sifat cahaya. Hal ini
sesuai dengan teori Brunner, teori Piaget dan teori Vygotsky. Menurut Brunner,
individu belajar dan mengembangkan pikirannya melalui penemuan. Dari penemuan,
siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu
penghargaan intrinsik. Siswa memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan
melalui kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah yang ada dalam LKS. Menurut
Piaget, belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema. Skema
adalah struktur kognitif seseorang untuk beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan
sekitarnya. Seorang anak akan berkembang melalui proses adaptasi. Proses adaptasi
yang dilalui anak dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi merupakan proses kognitif seseorang yang mengintegrasikan stimulus yang
berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru yang didapatkan
siswa melalui kegiatan langsung. Akomodasi merupakan rangsangan langsung yang
diberikan dari guru, orang tua, teman, dan masyarakat dalam proses belajarnya.
Sedangkan menurut Vygotsky, pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau
belajar mengenai tugas-tugas yang belum dipelajari, namu tugas itu masih berada
dalam jangkauan kemampuan siswa.
Pada tahap selanjutnya adalah peneliti merancang kegiatan dari pemetaan KI,
KD, dan karakteristik LKS. Kegiatan di dalam LKS dibagi menjadi 4 kegiatan
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tersebut yaitu, cahaya merambat lurus, cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat
dibiaskan, dan cahaya dapat menembus benda bening. Dalam setiap kegiatan, peneliti
memberikan petunjuk untuk mempermudah siswa melakukan kegiatan. Kemudian,
pada setiap kegiatan terdapat lima tahapan pendekatan saintifik yakni mengamati,
menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Selain lima tahapan saintifik,
pada setiap kegiatan juga terdapat karakteristik khusus LKS yaitu siswa
mengumpulkan informasi dari buku paket, koran, majalah, melakukan wawancara
dengan narasumber, melakukan kegiatan praktikum, menggunakan poster, gambar,
grafik untuk menyampaikan hasil kerjanya, melakukan kegiatan bertanya kepada
guru, orang tua,teman tentang masalah-masalah yang belum mereka ketahui atau
pahami, selain melakukan kegiatan mandiri, siswa juga melakukan diskusi bersama
teman atau kelompok dalam memecahkan suatu permasalahan.
Setelah produk LKS selesai, tahap selanjutnya peneliti melakukan validasi
kepada dua ahli, yaitu ahli IPA dan guru SD. Hasil validasi produk LKS dari ahli IPA
mendapatkan skor sebesar 3,79 dan dari guru SD mendapatkan skor sebesar 3,82.
Dalam hal ini produk LKS yang dikembangkan termasuk dalam kategori sangat baik.
Setelah ahli melakukan validasi produk LKS dan dinyatakan layak untuk diuji
cobakan, maka peneliti melakukan revisi sesuai dengan komentar dari ahli. Dari hasil
validasi produk yang dilakukan oleh ahli, peneliti juga membandingkan dengan hasil
validasi produk dari peneliti sebelumnya. Seperti yang dilakukan oleh Edelturdis
(2012). Penelitian dan pengembangan LKS menggunakan pendekatan sanitifik pada
subtema hewan di sekitarku untuk siswa kelas dua sekolah dasar. Berdasarkan hasil
validasi yang diperoleh dari dua ahli yaitu masing memberi skor sebesar 3,93 dan
4,06. LKS dengan menggunakan pendekatan saintifik tersebut menghasilkan rerata
skor 4,01 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori “baik”. Peneliti
berikutnya yaitu Ningtyas (2015) dengan peneltian dan Pengembangan Lembar
Kerja Siswa Berbasis Metode Percobaan pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam Kelas V di Sekolah Dasar. Ahli validasi masing-masing memebri skor sebesar
92% dan 90% dengan rata-rata skor 91% memiliki kriteria baik sekali. Rata-rata hasil
evaluasi kelas kontrol memiliki kriteria cukup yaitu 65,45% dan rata-rata hasil
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
evaluasi kelas eksperimen memiliki kriteria baik sekali yaitu 85,96%. Dengan
demikian kualitas dan tingkat efektivitas LKS berbasis pendekatan saintifik termasuk
dalam kategori sangat baik untuk membantu ssiwa dalam memahami materi
pembelajaran.
Langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan uji coba lapangan terbatas
kepada enam siswa kelas IV SD Negeri Perumnas Condongcatur. Uji coba lapangan
terbatas dilakukan selama 5 hari. Sebelum melakukan uji coba, peneliti terlebih
dahulu berdiskusi dengan guru untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan
uji coba, selain itu juga peneliti memilih keenam siswa tersebut berdasarkan
rekomendasi dari guru kelas. Untuk memaksimalkan waktu supaya bisa bermanfaat
dengan baik dan ujicoba lapangan terbatas bisa berjalan lancar karena untuk uji coba
lapangan hanya diberi waktu selama 5 hari jadi peneliti harus memaksimalkan waktu
tersebut dengan sebaik-baiknya. Pada pertemuan pertama, peneliti mendata dan
memberikan arahan kepada siswa untuk mempersiapkan beberapa peralatan yang
akan mereka bawa untuk pertemuan berikutnya, seperti alat tulis dan beberapa alat
untuk percobaan sederhana mengenai sifat-sifat cahaya. Keesokan harinya, kembali
lagi ke sekolah untuk melakukan beberapa kegiatan yang terdapat dalam LKS. Untuk
kegiatan pertama sebelum siswa mengerjakan LKS, peneliti terlebih dahulu
memberikan arahan mengenai cara penggunaan LKS serta menjelaskan tujuannya,
kemudian saya mempersilahkan siswa untuk mengerjakan LKS tersebut terlebih
dahulu secara mandiri, lalu kemudian peneliti meminta mereka untuk berdiskusi di
dalam kelompok.
Berdasarkan pengamatan pada saat uji coba lapangan terbatas, peneliti melihat
bahwa siswa tersebut sangat antusias dalam mengerjakan LKS. Pertama-tama siswa
sangat tertarik dengan desain dan warna LKS karena cenderung memiliki warna yang
menarik tidak seperti LKS yang biasanya siswa miliki selama ini. Siswa juga tidak
mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS, dibuktikan pada saat peneliti
melakukan control pada hari berikutnya untuk memerikasa hasil kerja siswa yang
dikerjakan di luar sekolah.. Karena terdapat beberapa kegiatan di dalam LKS, maka
siswa boleh membawanya untuk dikerjakan di rumah sekaligus siswa melakukan
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kegiatan wawancara kepada orang tua, saudara atau guru. Selain itu, juga
memberikan waktu kepada siswa untuk melakukan pengamatan secara langsung
terhadap sifat-sifat cahaya yang terdapat dilingkungan sekitar siswa.
Dari hasil wawancara kepada siswa setelah menggunakan LKS, peneliti
mendapatkan respon yang sangat positif dari siswa tersebut. Berikut hasil komentar
siswa mengenai LKS yang telah siswa kerjakan. Konten dan isi yang ada di dalam
LKS mudah dipahami, materi yang ada di dalam LKS dapat dipahami oleh siswa,
percobaan yang ada di LKS berhasil di lakukan dengan baik. 5 tahapan pendekatan
saintifik dapat diikuti oleh siswa dengan baik. Siswa senang dengan tampilan LKS
karena menggunakan gambar dan berwarna sehingga siswa tidak merasa bosan ketika
mengerjakannya. Penggunaan Bahasa sangat mudah dipahami oleh siswa sehingga
pada saat mereka menggunakan LKS tidak kebingungan. Petunjuk yang terdapat di
dalam LKS jelas, LKS mudah dibawa kemana saja. Pada bagian aktivitas, siswa
sangat senang karena dapat mengalami pembelajaran secara langsung dan bukan
hanya sekedar teori, melainkan dibuktikan melalui percobaan yang dilakukan. Materi
yang tidak terlalu sulit semakin mempermudah siswa untuk melakukan kegiatan,
selain itu di dalam LKS telah terdapat petunjuk-petunjuk serta alat dan bahan yang
sangat mudah dijangkau oleh siswa pada saat melakukan kegiatan percobaan.
Selain dari hasil wawancara siswa, kualitas LKS ditentukan dari hasil
perhitungan persentase tingkat efektivitas nilai pretest dan posttest. Berdasarkan hasil
perhitungan persentase tingkat efektivitas nilai pretest dan posttest, diperoleh
peningkatan dengan skor sebesar 46,6%. Dari skor tersebut termasuk kategori
peningkatan yang baik pada hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian yang pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Ningtyas yaitu
pengembangan LKS dengan menggunaan metode percobaan mendapatkan hasil dari
kelas kontrol sebesar 65,45% dan hasil evaluasi kelas ekperimen mendapatkan skor
sebesar 88,5%. Peneliti lain yang pernah melakukan penelitian pemgembangan LKS
menggunakan pendekatan saintifik yaitu Edeltrudis, berdasarkan hasil ujicoba yang
dilakukan mendapatkan rerata skor sebesar 4,01 dan termasuk dalam ketegori “sangat
baik“. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahawa LKS berbasis pendekatan saintifik
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sangat bermanfaat dan dapat membantu siswa dalam meningkatkan semangat dan
hasil belajar.
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Bab V menguaraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan
saran.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA dirancang berdasarkan model yang
dikembangkan oleh Dick and Carey. Pada penelitian ini, peneliti mengadopsi
delapan langkah pengembangan yaitu 1) analisis kebutuhan, 2) merumuskan
tujuan, 3) mengembangkan instrument, 4) mengembangkan strategi, 5)
mengembangkan isi LKS, 6) evaluasi formatif, 7) revisi, dan 8) evaluasi
sumatif. LKS yang dikembangkan merupakan LKS berbasis pendekatan
saintifik untuk siswa kelas IV SD materi sifat-sifat cahaya dengan
menggunakan lima tahapan pendekatan saintifik pada setiap kegiatannya, yaitu
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.
5.1.2 Kualitas LKS IPA berbasis pendekatan saintifik siswa kelas IV SD materi sifat-
sifat cahaya adalah “sangat baik”. LKS IPA berbasis pendekatan saintifik
memiliki ciri yaitu mengaktifkan siswa belajar secara mandiri baik di dalam
maupun di luar kelas, membantu siswa untuk menemukan pengetahuannya
sendiri melalui lima langkah tahapan pendekatan saintifik yang terdapat pada
setiap kegiatan di dalam LKS. Kualitas LKS IPA diketahui melalui hasil
validasi produk dari ahli. Rerata skor yang diperoleh dari hasil validasi produk
oleh ahli adalah dari ahli IPA memberikan skor sebesar 3,79 dan Guru
meberikan skor sebesar 3,82. Uji caba lapangan terbatas LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik menunjukkan bahawa nilai yang diperoleh siswa ketika
posttest lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai pretest. Selisih rerata
posttest dan pretest adalah 46,6%. Dengan demikian, LKS IPA berbasis
pendekatan saintifik dapat membantu siswa dalam mempelajari dan memahami
materi pelajaran.
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.3 Saran
5.3.1 Bahan dan gambar untuk LKS dipilih dengan sebaik mungkin agar mendapat
kualitas yang baik dan menarik.
5.3.2 Rancangan desain LKS sebaiknnya sudah dipikirkan terlebih dahulu sebaik
mungkin dan konsultasi kepada dosen pembimbing, sehingga pada saat
mendesain produk tidak terjadi kesalahan yang menghambat pada tahap
selanjutnya.
5.3.3 Uji coba lapangan terbatas sebaiknya dipersiapkan jauh-jauh hari dan
berkonsulatsi dengan guru yang ada disekolah. Selain itu yang harus
diperhatikan adalah jangan sampai berbenturan dengan ujian atau kegiatan
penting lainnya di sekolah.
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR REFERENSI
Abdullah, S. (2014). Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Arikunto, (2006). Prosedur penelitian (Revisi VI ed). Jakarta: PT Rineka Citra.
Ahmadi & Supatmo. (2008). Ilmu alamiah dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Cresswell, W. (2012). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahar, R. W. (1989). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.
Edeltrudis. (2012). Pengembangan Lembar Kerja Siswa meggunakan pendekatan
saintifik pada subtema hewan di sekitarku untuk siswa kelas II Sekolah
dasar. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Fadillah. (2014). Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Fatonah, S. & Prasetyo, Z. K. (2014). Pembelajaran SAINS. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Ghozali, I. (2006). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Hergenhahn, B. R. & Olson. (2010). Theories of learning, edisi ketujuh. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Hidayat, S. (2013). Pengembangan kurikulum baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hosnan. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21.
Bogor: Ghalian Indonesia.
Iskandar, S. M. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, DIRJENDIKTI.
Kasih, V. (2012). Pengembangan lembar kerja siswa menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema
cara menjaga kerukunan untuk kelas V Sekolah Dasar. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma (skripsi: tidak diterbitkan).
Kurniawan, D. (2014). Pembelajaran terpadu tematik. Bandung: Alfabeta.
Majid, A. (2014). Pembelajaran tematik terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mbetu, D (2016). Pengembangan LKS menggunakan pendekatan saintifik pada sub
tema bermain di rumah teman untuk siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Lampiran
Lampiran 1 instrumen identifikasi masalah
Lampiran 1.1 Lembar hasil validasi pedoman observasi
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.3 Lembar hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1.5 Lembar hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jumlah Keterangan
**
Soal1 Pearson Correlation .592
Sig. (2-tailed) .001 Valid
N 30
*
Soal2 Pearson Correlation .439
Sig. (2-tailed) .015 Valid
N 30
**
Soal3 Pearson Correlation .631
Sig. (2-tailed) .000 Valid
N 30
**
Soal4 Pearson Correlation .599
Sig. (2-tailed) .000 Valid
N 30
**
Soal5 Pearson Correlation .592
Sig. (2-tailed) .001 Valid
N 30
**
Soal6 Pearson Correlation .599
Sig. (2-tailed) .000 Valid
N 30
**
Soal7 Pearson Correlation .551
Sig. (2-tailed) .002 Valid
N 30
**
Soal8 Pearson Correlation .599
Sig. (2-tailed) .000 Valid
N 30
**
Soal9 Pearson Correlation .511
Sig. (2-tailed) .004 Valid
N 30
**
Soal10 Pearson Correlation .551
Sig. (2-tailed) .002 Valid
N 30
**
Soal11 Pearson Correlation .599
Sig. (2-tailed) .000 Valid
N 30
*
Soal12 Pearson Correlation .437
Sig. (2-tailed) .016 Valid
N 30
**
Soal13 Pearson Correlation .551
Sig. (2-tailed) .002 Valid
N 30
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
**
Soal14 Pearson Correlation .592
Sig. (2-tailed) .001 Valid
N 30
**
Soal15 Pearson Correlation .631
Sig. (2-tailed) .000 Valid
N 30
**
Soal16 Pearson Correlation .592
Sig. (2-tailed) .001 Valid
N 30
*
Soal17 Pearson Correlation .439
Sig. (2-tailed) .015 Valid
N 30
**
Soal18 Pearson Correlation .599
Sig. (2-tailed) .000 VAlid
N 30
*
Soal19 Pearson Correlation .437
Sig. (2-tailed) .016 Valid
N 30
**
Soal20 Pearson Correlation .631
Sig. (2-tailed) .000 Valid
N 30
Jumlah Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.770 21
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
CURRICULUM VITAE
Julison Halawa adalah anak keenam dari tujuh bersaudara. Lahir di Nias pada
tanggal 12 Juli 1986. Pendidikan dasar diperoleh di SD N 08 Hilimbaruzo dan lulus
pada tahun 1999. Pendidikan menengah pertama di SMP N 1 Idanogawo dan lulus
pada tahun 2003. Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, berhenti sejenak
karena beberapa hal. Namun pada tahun 2005 kembali melanjutkan pendidikan
Menengah Atas di SMA N 1 Idanogawo, namun pada semester ke dua ditahun
pertama berhenti karena kondisi pulau Nias sedang di guncang gempa. Pada tahun
2007-2008, penelitimengikuti ujian persamaan atau paket C yang diselenggarakan
oleh Dinas Pendidikan Kota Batam yang bertempat di SMA N 1 Sekupang, Batam.
Mulai dari tahun 2008 – 2013 peneliti bekerja disebuah organisasi kemanusiaan dari
Singapore yaitu Care Channels International (CCI) yang ditempatkan di Timor Leste.
peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar. Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam
kegiatan di luar perkuliahan. Berikut daftar kegiatan yang pernah diikuti oleh peneliti.
1. Anggota paduan suara mahasiswa Cantus Firmus Universitas Sanata Dharma
mulai tahun 2013.
2. Juara 2 lomba musikalisasi puisi pada Malam Kreatif PGSD.
3. Ikut serta dalam konser Paduan Suara Mahasiswa Cantus Firmus yang
bertemakan “CELEBRASEUM”.
4. Runner Up pada pemilihan Pak “E” Bu “E” tahun 2014/2015 Prodi PGSD.
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143