Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi ...

(Irmanita W, Bagoes W, Syamsulhuda BM)

Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi terhadap Plak Gigi Pada Siswa Kelas
IV dan V di SDN Wilayah Kecamatan Gajahmungkur Semarang

Irmanita Wiradona*), Bagoes Widjanarko**), Syamsulhuda B.M**)


*)
Jurusan Kesehatan Gigi Semarang
Korespondensi: irmawiradona@yahoo.co.id
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro SEmarang

ABSTRAK
Plak gigi diakui sebagai agen utama untuk pengembangan terjadinya karies gigi, gingivitis, dan penyakit
periodontal upaya yang dilakukan dengan cara membersihkan plak secara mekanis yaitu menggosok
gigi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh perilaku menggosok gigi terhadap skor plak pada
siswa Kelas IV dan V di SD Wilayah Kecamatan Gajahmungkur. Penelitian ini merupakan penelitian
analitik dengan metode survey dan desain potong lintang (cross sectional). Sampel adalah siswa Kelas
IV dan V yang berasal dari 14 SDN di wilayah Kecamatan Gajahmungkur sebanyak 400 siswa dilakukan
secara propotional random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,
pemeriksaan dan observasi. Analisis data bivariat menggunakan uji Chi square dan multivariat dengan
Uji Regresi Logistic. Hasil penelitian skor Plak Gigi siswa kelas IV dan V di SD Kecamatan
Gajahmungkur Semarang masih buruk. Analisis bivariat terdapat terdapat 6 variabel yang mempunyai
hubungan dengan skor plak yaitu pengetahuan tentang menggosok gigi (p=0,001), sikap tentang menggosok
gigi (p=0,001), praktik menggosok gigi (p=0,001), peran orang tua (p=0,001), sarana menggosok gigi
(p=0,001), dan pH saliva > 6,8 (p=0,001). Hasil uji Regresi Logistik yang dilakukan terhadap 4 variabel
yang berpotensi terhadap skor plak terdapat satu variabel yang paling berpengaruh yaitu pengetahuan
tentang menggosok gigi dengan OR: 7,88 (CI 95%: 4,39 – 14,1).
Kunci : plak gigi, perilaku menggosok gigi, anak SD

ABSTRACT
Effect of tooth brushing behavior toward Dental Plaque In Class IV and V on SDN
Gajahmungkur Regency of Semarang; dental plaque was the primary agent of dental caries,
gingivitis, and periodontal disease. Prevention of dental caries by mechanically plaque cleaning
the brush. Research purposes to analyze what factors were related to the behavior of brushing
teeth with dental plaque on Class IV and V students at State Elementary School of Gajahmungkur
District Region. This type of research was the survey method and analytic cross-sectional design.
A sample of 400 students conducted by proportional random sampling. Data collection methods
are interviews, examinations and observations. Bivariate data analysis using Chi square test
and multivariate Logistic Regression Test. The results Dental Plaque score classes IV and V
students in elementary Gajahmungkur District of Semarang was still bad. Bivariate analysis
there was a relation with plaque score of knowledge about brushing your teeth (p=0,001),
attitudes about brushing your teeth (p=0,001), practice brushing (p=0,001), the parent’s role
(p=0,001) (p=0,001), means brushing your teeth (p=0,001), and pH of saliva >6,8 (p=0,001).
Logistic regression test result performed on six potential variables obtained one variable which
affect to plaque score was knowledge about brushing teeth OR= 7.88 ( 95% CI: 4.39 to 14.14).
Keywords: dental plaque, tooth-brushing behavior, elementary school children

59
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013

PENDAHULUAN plak, meskipun demikian penghapusan plak akan


Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang meningkat secara ekstrim dengan menggosok gigi
tidak berwarna terdiri dari kumpulan selama 180 detik dapat menghapus plak 55%
mikroorganisme yang berkembang biak diatas lebih banyak dibandingkan menggosok gigi
suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat selama 30 detik. Menggosok gigi selama 120
pada permukaan gigi, tumpatan maupun kalkulus detik dapat menghapus plak 26% lebih banyak
yang tidak dibersihkan (Be Kien Nio, 1987; dibandingkan menggosok gigi selama 45 detik
Houwink, 1993). (Cuqini, 2006; Creeth, 2009).
Plak merupakan penyebab utama terjadinya Untuk mencapai keberhasilan pemeliharaan
penyakit gigi maupun penyakit gusi. Lapisan plak kesehatan gigi dan mulut salah satunya melalui
sebagian besar terdiri dari kuman. Pada gigi kemampuan menggosok gigi secara baik dan
lapisan plak dapat menyebabkan gigi berlubang benar dipengaruhi perilaku yang meliputi
atau karies, sedangkan pada gusi lapisan plak pengetahuan, sikap dan praktek penggunaan alat,
dapat menyebabkan radang gusi atau gingivitis metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu
(Houwink, 1993). Cara pencegahan karies gigi penyikatan gigi yang tepat. Tak kalah penting
adalah mengusahakan agar pembentukan plak juga harus memperhatikan faktor dalam rongga
pada permukaan gigi dapat dibatasi dengan cara mulut yang mempengaruhi pembentukan plak dan
mencegah pembentukan atau membersihkan plak kondisi pH plak yaitu bakteri streptococcus
secara teratur. Pengendalian plak dapat dilakukan mutans, retensi plak (area kontak, pit dan fisur,
dengan cara mekanis yaitu menggosok gigi dan makanan melekat), ketebalan plak, aliran saliva,
kimiawi yaitu menggunakan bahan anti bakteri waktu kontak dengan fluor dan frekuensi
(AM Kidd dan Joyston, 1995). makanan karbohidrat. (Ariningrum, 2000;
Usaha untuk mengontrol dan mencegah Wendari, 2001).
pembentukan plak dapat dilakukan secara Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan
sederhana, efektif dan praktis yaitu dengan cara mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini, dimana
menggosok gigi secara teliti dan teratur dapat masa yang paling tepat untuk menanamkan nilai-
menghilangkan plak dari seluruh permukaan gigi, nilai guna membentuk perilaku positif adalah
terutama permukaan interproksimal sangat masa usia sekolah. Usia sekolah dasar
penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan merupakan saat yang ideal untuk melatih
mulut. Ketebalan plak berada di interproksimal, kemampuan motorik seorang anak, termasuk
restorasi yang kasar, pit dan fisur gigi dan gigi diantaranya menggosok gigi. Selain itu masa usia
yang berjejal (Cuqini, dkk., 2006). sekolah sudah menampakkan kepekaan untuk
Plak akan terbentuk kembali setelah belajar sesuai dengan sifat ingin tahu anak. Upaya
menggosok gigi namun upaya meminimalkan plak pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta
berkontak dengan permukaan gigi penting pembinaan kesehatan gigi terutama pada
dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit kelompok anak sekolah perlu mendapat
gigi. Berdasarkan penelitian didapatkan korelasi perhatian khusus sebab pada usia ini sedang
positif yang kuat antara dua indeks plak yaitu menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi
Rustogi Modified Navy Plaque Index sebelumnya akan berpengaruh terhadap
(RMNPI) dan Turesky Modified Quigley Hein perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa
Plaque Index (TQHP) pada pre dan pasca nanti. Usaha menanggulangi serta memperbaiki
menggosok gigi untuk keseluruhan permukaan kesehatan gigi anak membutuhkan tenaga
lingual dan bukal. Hasil menunjukkan signifikan kesehatan dan peran serta orang tua (Kartono,
setelah menggosok gigi dapat mengurangi tingkat 1990; Gondhoyoewono, 1986).

60
Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi ...(Irmanita W, Bagoes W, Syamsulhuda BM)

Kegiatan kesehatan gigi anak usia sekolah data dilakukan untuk mengetahui bagaimana
dilaksanakan melalui kegiatan Usaha Kesehatan perilaku menggosok gigi siswa kelas IV dan V
Gigi Sekolah (UKGS) yang salah satu kegiatan SDN dilakukan secara wawancara langsung, dan
UKGS lebih menekankan pada aspek pelayanan observasi sedangkan untuk mengetahui skor plak
kesehatan murid yaitu melakukan upaya gigi dilakukan pemeriksaan menggunakan indeks
pencegahan penyakit gigi yang terjadi pada anak plak PHP.
sekolah (SD/MI), dan juga aspek pendidikan Pengolahan data meliputi Cleaning, Editing,
pada siswa agar siswa dapat membiasakan Coding, Entry Data. Analisa data hasil
pelihara diri kesehatan gigi sejak dini salah satu penelitian disajikan secara univariat (deskriptif)
melalui kebiasaan menggosok gigi yang benar. untuk mengetahui proporsi masing – masing
Cakupan pelayanan kesehatan gigi Sekolah variabel. Program SPSS versi 14.0 dipergunakan
Dasar diharapkan 100% SD binaan melakukan untuk analisis bivariat dengan uji X2 (Chi Square)
UKGS dengan memasukkan kurikulum yaitu menganalisis hubungan masing-masing
pendidikan kesehatan oleh guru UKS/UKGS. variabel dan mendapatkan risiko (Odds Ratio),
Target cakupan pelayanan kesehatan gigi pada yang bermakna dengan tingkat kepercayaan á =
murid Sekolah Dasar melalui UKGS di Jawa 0,05 dan Confidence Interval (CI) = 95%.
Tengah ditetapkan sebesar (80%) dengan Selanjutnya variabel yang mempunyai korelasi
frekuensi pembinaan petugas dalam bidang cukup kuat yaitu p < 0,05 dan p < 0,25 pada
kesehatan gigi dan mulut ke SD dilakukan minimal analisis multivariat. Untuk memperoleh pengaruh
2 kali pertahun per SD dari jumlah SD variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan
melakukan UKGS, tetapi dalam realitas baru uji Regresi Logistik dengan metode Enter.
mencakup (40,52%) SD UKGS tahap III
(Depkes, 1996). HASIL PENELITIAN
Atas dasar uraian diatas maka perlu diteliti Pengetahuan tentang menggosok gigi
faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap Hasil analisis menunjukkan bahwa pada
perilaku menggosok gigi terhadap skor plak. responden dengan pengetahuan tentang
menggosok gigi yang kurang proporsi skor
METODE PENELITIAN plak kurang lebih besar (79,8%) dibandingkan
Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan yang skor plak gigi baik (20,2%). Pada
penelitian analitik dengan metode survey. responden dengan pengetahuan tentang
Pendekatan yang digunakan adalah cross – menggosok gigi yang baik proporsi skor plak
sectional yaitu subyek hanya diobservasi sekali kurang lebih kecil (26,6%) dibandingkan yang
saja dan pengukuran dilakukan terhadap karakter skor plak gigi baik (73,4%). Hasil uji Chi-
atau variabel subyek pada saat pemeriksaan square menunjukkan ada hubungan yang
(Notoatmojo, 2002). bermakna antara pengetahuan dengan skor
Populasi penelitian ini adalah semua siswa plak (p = 0,001).
kelas IV dan V di SDN Wilayah Kecamatan
Gajahmungkur dari 14 sekolah berjumlah 1595 Sikap tentang menggosok gigi
siswa. Jumlah sampel pada penelitian adalah 400 Hasil analisis menunjukkan bahwa pada
sampel. Cara sampling yang digunakan adalah responden dengan sikap tentang menggosok gigi
propotional random sampling yaitu yang kurang proporsi skor plak kurang lebih
pengambilan sampel dari tiap sekolah ditentukan besar (74,6%) dibandingkan dengan yang skor
seimbang atau sebanding dengan banyaknya plak baik (25,4%). Pada responden dengan sikap
subyek dalam wilayah atau sekolah. Pengambilan tentang menggosok gigi yang baik proporsi skor

61
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013

plak kurang lebih kecil (37,4%) dibandingkan 0,087).


yang skor plak baik (62,6%). Hasil uji Chi-square
menunjukkan ada hubungan yang bermakna Ketersediaan sarana
antara sikap tentang menggosok gigi dengan skor Hasil analisis menunjukkan bahwa pada
plak (p = 0,001). responden dengan ketersediaan sarana yang
kurang proporsi skor plak kurang lebih besar
Peran orang tua (57,2%) dibandingkan dengan yang skor plak
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada baik (42,8%). Pada responden dengan
responden dengan peran orang tua yang kurang ketersediaan sarana baik proporsi skor plak
proporsi skor plak kurang lebih besar (63,7%) kurang lebih kecil (46,6%) dibandingkan dengan
dibandingkan dengan yang skor plak baik skor plak baik (53,4%). Hasil uji Chi-square
(36,3%). Pada responden dengan peran orang menunjukkan ada hubungan yang bermakna
tua baik proporsi skor plak kurang lebih kecil antara ketersediaan sarana tentang menggosok
(40,5%) dibandingkan dengan skor plak baik gigi dengan skor plak (p = 0,042).
(59,5%). Hasil uji Chi-square menunjukkan ada
hubungan yang bermakna antara peran orang Praktik menggosok gigi
tua tentang menggosok gigi dengan skor plak Hasil analisis menunjukkan bahwa pada
(p = 0,001). responden dengan praktek menggosok gigi yang
kurang proporsi skor plak kurang lebih besar
Peran petugas kesehatan (71,7%) dibandingkan dengan yang skor plak
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada baik (28,3%). Pada responden dengan praktek
responden dengan peran petugas kesehatan menggosok gigi baik proporsi skor plak kurang
yang kurang proporsi skor plak kurang lebih lebih kecil (30,6%) dibandingkan dengan skor
besar (55,1%) dibandingkan dengan yang plak baik (69,4%). Hasil uji Chi-square
skor plak baik (44,9%). Pada responden menunjukkan ada hubungan yang bermakna
dengan peran petugas kesehatan baik antara praktek menggosok gigi dengan skor plak
proporsi skor plak kurang lebih kecil (47,1%) (p = 0,001).
dibandingkan dengan skor plak baik
(52,9%). Hasil uji Chi-square menunjukkan pH saliva
tidak ada hubungan yang bermakna antara Hasil analisis menunjukkan bahwa pada
peran petugas kesehatan tentang menggosok responden dengan pH saliva yang kurang
gigi dengan skor plak (p= 0,119) proporsi skor plak kurang lebih besar (63,7%)
dibandingkan dengan yang skor plak baik
Peran guru (36,3%). Pada responden dengan pH saliva baik
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada proporsi skor plak kurang lebih kecil (40,5%)
responden dengan peran guru yang kurang dibandingkan dengan skor plak baik (59,5%).
proporsi skor plak kurang lebih besar (55,0%) Hasil uji Chi-square menunjukkan ada hubungan
dibandingkan dengan yang skor plak baik yang bermakna antara pH saliva dengan skor
(45,0%). Pada responden dengan peran guru plak (p = 0,001).
baik proporsi skor plak kurang lebih kecil
(46,4%) dibandingkan dengan skor plak baik Frekuensi makanan kariogenik
(53,6%). Hasil uji Chi-square menunjukkan tidak Hasil analisis menunjukkan bahwa pada
ada hubungan yang bermakna antara peran guru responden dengan frekuensi makanan
tentang menggosok gigi dengan skor plak (p = kariogenik yang beresiko proporsi skor plak

62
Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi ...(Irmanita W, Bagoes W, Syamsulhuda BM)

kurang lebih kecil (48,4%) dibandingkan Green bahwa perilaku seseorang dapat
dengan yang skor plak baik (51,6%). Pada dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki
responden dengan frekuensi makanan (Green, 2000). Pengetahuan merupakan domain
kariogenik tidak beresiko proporsi skor plak yang sangat penting dalam pembentukan
kurang lebih besar (56,7%) dibandingkan tindakan seseorang. Perilaku yang didasari
dengan skor plak baik (43,3%). Hasil uji Chi- pengetahuan akan lebih langgeng daripada
square menunjukkan tidak ada hubungan yang perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (
bermakna antara frekuensi makanan kariogenik Notoatmodjo, 2007).
dengan skor plak (p = 0,167). Siswa belum memahami cara menggosok
gigi yang benar dan lamanya menggosok gigi.
Hasil analisis multivariat melalui uji regresi Namun siswa memahami berapa frekuensi
logistik, untuk mengetahui variabel bebas menggosok gigi dan kapan waktu menggosok
apa yang paling dominan terhadap variabel gigi yang tepat. Siswa kurang mengetahui bahwa
terikat ada beberapa gerakan menggosok gigi yang
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa dianjurkan untuk membersihkan plak dari
dari 6 variabel yang dianalisis secara bersama – permukaan gigi. Siswa hanya sebatas memahami
sama terdapat 4 variabel yang terbukti merupakan menggosok gigi yang penting gigi sudah disikat.
faktor yang berhubungan dengan skor plak. Siswa kurang menyadari bahwa menggosok gigi
Empat variabel yang terbukti berhubungan harus memperhatikan gerakan menggosok gigi
dengan skor plak yaitu pengetahuan tentang pada setiap permukaan gigi. Pada umumnya
menggosok gigi yang baik (OR adjusted = 0,1; sebagian besar responden membersihkan gigi 2
95% Confidence Interval : 0,07 – 0,24), kali sehari yang dilakukan pada saat bersamaan
praktik menggosok gigi yang baik (OR adjusted dengan mandi belum sesuai anjuran yaitu sesudah
= 0,2; 95% Confidence Interval : 0,13 – makan dan sebelum tidur malam.
0,40), sikap tentang menggosok yang baik (OR Perilaku menggosok gigi berhubungan
adjusted = 0,3; 95% Confidence Interval : dengan skor plak, bahwa plak telah dianggap
0,21 – 0,74), pH saliva > 6,8 (OR adjusted = sebagai faktor penting penyebab karies gigi dan
6,1; 95% Confidence Interval : 3,6 – 10,6). penyakit periodontal. Plak timbul beberapa saat
setelah menggosok gigi. Plak tidak bisa dilihat
PEMBAHASAN dengan mata sehingga orang cenderung
Perilaku menggosok gigi dengan skor plak mengabaikan bahkan tidak tahu bahwa adanya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor plak memudahkan melekatnya sisa makanan
plak gigi pada siswa kelas IV dan V SD di yang bila tidak dibersihkan akan terjadinya
kecamatan Gajahmungkur termasuk kriteria metabolisme bakteri dan menyebabkan penyakit
kurang yaitu 50,2%. Penyebab kurangnya skor gigi. Menggosok gigi dan flosing diperlukan untuk
plak gigi adalah pengetahuan menggosok gigi. mengurangi jumlah bakteri plak. Penelitian yang
Pengetahuan siswa tentang menggosok gigi akan dilakukan oleh Carlo E.,dkk Perbedaan antara
mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan 3-6 tahun dan 6-13 tahun dalam penelitian ini
gigi dan mulut, selanjutnya akan mempengaruhi adalah kebiasaan menggosok gigi, 71,5%
skor plak gigi. Namun, seseorang yang kelompok usia yang lebih muda setiap hari
berpengetahuan tinggi saja belum cukup untuk menggosok gigi ( 28,5% menggosok gigi kadang
mempengaruhi skor plak gigi menjadi rendah – kadang atau tidak pernah), dan anak-anak yang
apabila pengetahuan tersebut belum diterapkan lebih tua 49,8% menggosok gigi setiap hari
dalam perilaku sehari-hari. Hal ini sejalan dengan (50,2% menggosok gigi kadang –kadang atau

63
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013

tidak pernah). Hal menunjukkan anak-anak yang proporsi responden dengan sikap kurang (74.6
tidak memiliki plak mereka telah menggosok gigi %) lebih besar dari pada proporsi responden
setiap hari (setidaknya sekali perhari) dan anak- dengan sikap baik (37.4 %). Pada skor plak gigi
anak yang terdapat plak menunjukkan baik, proporsi responden dengan sikap kurang
menggosok gigi hanya kadang-kadang atau tidak (25.4 %) lebih kecil dari pada proporsi
pernah (Carlo,dkk., 2006). responden dengan sikap baik (62.6 %). Dari
hasil uji Chi Square dengan p value d” 0.05 berarti
Pengetahuan Tentang Menggosok Gigi ada hubungan antara sikap responden dengan
dengan Skor Plak skor plak gigi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada Sikap merupakan reaksi atau respon
skor plak gigi baik, proporsi responden dengan seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
pengetahuan kurang (20.2 %) lebih kecil dari stimulus atau objek. Sikap secara nyata
pada proporsi responden dengan pengetahuan menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
baik (73.4 %). pengetahuan siswa SD tentang terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
menggosok gigi sebagian besar memiliki sehari-hari adalah reaksi yang bersifat emosional
pengetahuan baik (55,5%). Dari hasil uji Chi terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).
Square dengan p value d” 0.05 artinya ada Sikap tentang menggosok gigi berhubungan
hubungan antara pengetahuan siswa dengan plak dengan skor plak gigi. Sikap siswa mendukung
gigi. Hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan menggosok gigi setelah makan dan malam
berbanding lurus dengan perubahan perilaku sebelum tidur, menggosok gigi semua permukaan
seseorang, meskipun demikian pengetahuan saja gigi harus disikat dan membeli sikat gigi yang
belum cukup untuk merubah perilaku seseorang bulunya lembut. Siswa juga menyadari bahwa
karena banyak faktor lain yang menggosok gigi sebelum tidur malam dapat
mempengaruhinya. mencegah gigi berlubang.
Penelitian ini sesuai dengan teori Green LW Sikap adalah salah satu komponen faktor
and Kreuter MW 2000 bahwa pengetahuan predisposing yang mempengaruhi perilaku
termasuk faktor yang mempermudah (Green, 2000). Sikap yang sudah baik dalam
(predisposing factor) untuk terjadinya menggosok gigi tidak otomatis berdampak pada
perubahan perilaku. Sehingga sangat diperlukan plak gigi, karena untuk berlanjut pada perilaku
sekali adanya peningkatan pengetahuan siswa yang diharapkan masih diperlukan kontribusi
mengenai cara menggosok gigi yang benar agar faktor-faktor lain dan pihak-pihak yang cukup
dapat secara maksimal mengurangi terbentuk berpengaruh dalam kehidupan seseorang, dalam
plak gigi. Hal ini sejalan dengan Green bahwa hal responden yang siswa SD maka pihak yang
perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh cukup berpengaruh adalah orang tua dan guru di
pengetahuan yang dimiliki (Green, 2000). sekolah.
Apabila pengetahuan siswa mengenai
menggosok gigi baik maka siswa akan Praktik Menggosok Gigi dengan Skor Plak
melakukan tindakan menggosok gigi lebih baik Dari hasil penelitian diketahui bahwa praktik
sehingga plak dapat secara maksimal menggosok gigi siswa SD yang baik sebanyak
dibersihkan dari permukaan gigi. 52,2% dan yang kurang 47,8%. Kebersihan gigi
dapat dilakukan dengan kebiasaan menyikat gigi
Sikap Tentang Menggosok Gigi dengan minimal dua kali sehari setiap sesudah makan dan
Skor Plak sebelum tidur malam sehingga dapat menghambat
Hasil tabulasi silang skor plak gigi kurang, perkembangan bakteri dalam mulut. Tehnik/cara

64
Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi ...(Irmanita W, Bagoes W, Syamsulhuda BM)

menyikat gigi yang tidak benar/kurang teliti orang tua mempunyai peran terhadap perubahan
menyebabkan kebersihan gigi dan mulut menjadi perilaku anak dalam memelihara kesehatannya,
kurang sehingga mudah terjadi infeksi jaringan termasuk memelihara kebersihan gigi.
penyangga gigi. Sebagian siswa mengatakan Peran orang tua dapat dilakukan dengan baik
mereka menyikat gigi dua kali dilakukan bila didukung oleh faktor – faktor yang ada dari
bersamaan dengan mandi. dalam diri orang tua sendiri yaitu pendidikan,
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan paparan media massa, status ekomoni, hubungan
dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Praktik sosial dan pengalamannya. Orang tua yang cukup
menggosok gigi sangat dipengaruhi faktor berpendidikan dan cukup terpapar oleh media
pengetahuan, sikap siswa tentang pentingnya massa akan memberikan respon yang lebih
tindakan menggosok gigi untuk mengurangi rasional terhadap informasi yang datang dan akan
pembentukan plak gigi. Dengan demikian berfikir sejauhmana keuntungan yang mungkin
pengetahuan responden yang baik dan dilandasi diperoleh dari gagasan tersebut (Muhyidin, 2003;
sikap yang mendukung terhadap praktik yang Budiharto, 1998).
baik maka akan mempunyai kecenderungan Siswa sekolah berada dalam lingkungan
dapat lebih baik dalam melakukan tindakan sekolah paling lama 8 jam sehari, selebihnya anak
pencegahan penyakit gigi dan mulut. akan kembali kekeluarga dan masyarakat. Hal
Dari hasil uji Chi Square dengan p value d” ini berarti bahwa sebagian besar waktu yang
0.05 berarti Ho ditolak , yang berarti bahwa ada dihabiskan anak setiap hari bukan disekolah tapi
hubungan antara praktik menggosok gigi dengan dirumah dan ditengah masyarakat. Oleh sebab
skor plak gigi. Kesehatan mulut tidak dapat lepas itu orang tua siswa mempunyai peranan penting
dari etiologi dengan plak sebagai faktor bersama dalam menumbuh kembangkan anak
terjadinya karies. Penting disadari bahwa plak (Notoatmodjo, 2005). Dalam hal upaya
pada dasarnya dibentuk terus-menerus. mengurangi pembentukkan plak melalui tindakan
Kebersihan mulut dapat dipelihara dengan menggosok gigi pada siswa SD, orang tua
menyikat gigi dan melakukan pembersihan gigi berperan mengasuh dan memberikan pengertian
dengan benang pembersih gigi. Pentingnya upaya tentang pentingnya membiasakan menggosok gigi
ini adalah untuk menghilangkan plak yang serta memberi contoh melakukan gosok gigi yang
menempel pada gigi. Penelitian menunjukkan benar dan tak kalah penting menyiapkan sarana
bahwa jika semua plak dibersihkan dengan menggosok gigi berupa sikat gigi, pasta gigi, air
cermat tiap 48 jam, penyakit gusi pada bersih, cermin dan zat pewarna plak.
kebanyakan orang dapat dikendalikan. Tetapi
untuk kerusakan gigi harus lebih sering lagi. Ketersediaan Sarana Menggosok Gigi
Banyak para ahli berpendapat bahwa menyikat dengan Skor Plak
gigi 2 kali sehari sudah cukup (David J. Crippen, Ketersediaan sarana menggosok gigi
dkk., 2003). responden sebagian besar baik yaitu 65,5% dan
kurang 34,5%. Dari hasil uji Chi Square p value
Peran Orang Tua dengan Skor Plak d” 0.05 berarti ada hubungan antara ketersediaan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran sarana dengan skor plak gigi. Menurut Green
orang tua dalam menggosok gigi siswa sebagian (2000) bahwa fasilitas atau sarana termasuk
besar baik (58,0%). Dari hasil uji Chi Square faktor enabling faktor (faktor pendukung)
dengan nilai p value d” 0.05 berarti ada hubungan terjadinya perubahan perilaku.
antara peran orang tua dengan skor plak gigi.
Menurut Green (2005) dan Hurlock (1978),

65
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013

pH saliva dengan Skor Plak banyak karena makanan kariogenik sangat


Derajat keasaman (pH) saliva yang dimiliki disukai oleh bakteri dalam plak yang digunakan
siswa SD yang paling banyak adalah pH > 6,8 sebagai sumber makanan.
(50,2%). Kondisi pH saliva yang normal adalah Konsumsi makanan manis pada waktu
pH netral sedangkan pH saliva responden senggang jam makan akan lebih berbahaya
terbanyak adalah pH basa. Dari hasil uji Chi daripada saat waktu makan utama. Terdapat dua
Square p value d” 0.05 berarti bahwa ada alasan, yaitu kontak gula dengan plak menjadi
hubungan antara pH saliva dengan skor plak. pH diperpanjang dengan makanan manis yang
saliva yang basa berperan terhadap plak dalam menghasilkan pH lebih rendah dan karenanya
pembentukan karang gigi (calculus) dan adanya asam dapat dengan cepat menyerang gigi. Kedua
karang gigi tersebut menyebabkan terjadinya yaitu adanya gula konsentrasi tinggi yang normal
peradangan jaringan penyangga gigi. Tingkat terkandung dalam makanan manis akan membuat
keasaman air ludah/saliva dapat dipengaruhi oleh plak semakin terbentuk (Ariningrum, 2000).
banyaknya bakteri dalam mulut dan produksi Jenis jajanan makanan seperti permen,
saliva (Amerongen, 1991). coklat lebih banyak dikonsumsi 1-3x sehari, es
Saliva membantu pencernaan dan penelanan krim lebih banyak di konsumsi 1-3x seminggu
makanan,di samping itu juga untuk dan biskuit lebih banyak di konsumsi 1-3x
mempertahankan integritas gigi, lidah, dan sehari. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak
membrana mukosa mulut. Di dalam mulut, saliva menyukai makanan jajanan yang manis dan
adalah unsur penting yang dapat melindungi gigi bersifat lengket seperti permen, coklat, biskuit
terhadap pengaruh dari luar, maupun dari dalam yang memicu terjadinya karies dan memperparah
rongga mulut itu sendiri. Makanan yang kita kerusakan gigi (Koswara, 2007).
makan dapat menyebabkan ludah kita bersifat Konsumsi makanan dan minuman manis yang
asam maupun basa. Secara teori saliva dapat berulangkali, seperti pada pecandu kembang
mempengaruhi proses terjadinya karies dalam gula, minum banyak teh, atau minuman ringan yang
berbagai cara, antara lain aliran saliva dapat mengandung gula, dapat membuat pH tetap di
menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi bawah 5,7 sehingga kerusakan gigi terus berlanjut.
dan juga menaikkan tingkat pembersihan Semua proses tadi memerlukan plak, dan tidak
karbohidrat dari rongga mulut (Probosari dan dapat terjadi setelah plak dihilangkan, tetapi plak
Pradopo, 2006). dapat terbentuk kembali dalam beberapa jam
setelah pembersihan (Besford, 1996).
Frekuensi Makanan Kariogenik dengan
Skor Plak Peran Guru dengan Skor Plak
Frekuensi makanan kariogenik siswa SD Peran guru tidak berhubungan dengan skor
sebagian besar kategori beresiko (77,5%). Dari plak (p value > 0.05). Peran guru UKS baik tidak
hasil uji Chi Square p value > 0.05 berarti tidak berhubungan dengan skor plak siswa. Hal ini
ada hubungan antara pH saliva dengan skor plak karena pelaksanaan kegiatan sikat gigi bersama
gigi. Meskipun hasil penelitian menunjukkan yang rutin 1 bulan belum berjalan dan
tidak ada hubungan yang bermakna namun siswa pemeriksaan kebersihan gigi siswa belum rutin
SD karena kebiasaan makanan kariogenik di lakukan sehingga suatu tindakan yang
sebagian besar dilakukan 1-3x sehari mempunyai diharapkan belum menjadi kebiasaan.
resiko lebih banyak terhadap plak gigi. Karena Para guru di sekolah menjadi sosok panutan
frekuensi makanan kariogenik yang lebih sering sekaligus sumber informasi terpercaya bagi para
mengakibatkan penumpukkan plak gigi lebih siswa. Intervensi yang ditujukan pada siswa,

66
Pengaruh Perilaku Menggosok Gigi ...(Irmanita W, Bagoes W, Syamsulhuda BM)

akan efektif dilakukan melalui para guru terlebih penjelasan mengenai sebab timbulnya masalah
dahulu. Untuk selanjutnya para guru akan dan cara mengatasinya (Astoeti, 2006).
mengajarkan, memberikan motivasi, selalu
mengingatkan, memberi contoh dan memberikan SIMPULAN
ganjaran baik positif maupun negatif, sehingga Perilaku menggosok gigi berhubungan
suatu tindakan dapat diharapkan menetap dengan skor plak. Faktor yang paling
menjadi kebiasaan. Guru sekolah memiliki berhubungan terhadap skor plak adalah
pengaruh yang cenderung relatif sama dengan pengetahuan tentang menggosok gigi, pH saliva,
orang tua namun relatif dominan pada kegiatan praktik menggosok gigi dan sikap tentang
UKGS dibandingkan sebagian besar orang tua menggosok gigi. Responden dengan pengetahuan
siswa (Herijulianti, dkk., 2001). tentang menggosok gigi baik 7,8 kali berpeluang
Untuk mendapatkan plak gigi siswa yang untuk terbentuknya plak dibandingkan dengan
baik, maka peran guru harus lebih ditingkatkan responden dengan pengetahuan kurang.
dalam penyuluhan tentang kesehatan gigi dan Responden dengan pH saliva > 6,8 berpeluang
mulut, agar siswa-siswa sewaktu kesekolah 6,8 kali untuk terbentuknya plak dibandingkan
sudah menyikat gigi setelah sarapan. Selain itu pH saliva < 6,8. Responden dengan praktik
perlu ditingkatkan program kampanye sikat gigi menggosok gigi baik 4,5 kali berpeluang
pada siswa melalui program UKGS yang terbentuknya plak dibandingkan praktik
dilakukan oleh guru diantaranya pelaksanaan menggosok gigi kurang. Responden dengan
sikat gigi massal. sikap tentang menggosok gigi baik 2,6 kali
berpeluang terbentuknya plak dibandingkan
Peran Petugas Kesehatan dengan Skor Plak dengan sikap yang kurang.
Peran petugas kesehatan. Hasil uji Chi square
p value > 0.05 berarti tidak ada hubungan antara KEPUSTAKAAN
peran tenaga kesehatan dengan skor plak gigi. Amerongen A. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah.
Meskipun hasil menunjukkan peran perugas Yogyakarta : Gajah Mada University Press;
kesehatan baik namun program yang dijalankan h. 1 -42, 157 – 171
belum berjalan secara maksimal hal terlihat dari Astoeti TE, 2006. Total Quality Management
target kunjungan ke sekolah 1 bulan sekali belum dalam Pendidikan Kesehatan Gigi di
tercapai (37 %). Keadaan ini menunjukkan perlu Sekolah. Jakarta. PT. Rajaa Grafindo
ditingkatkan program yang dapat memperbaiki Persada
perilaku menyikat gigi pada siswa SD, seperti Aringningrum R, 2000.Beberapa Cara Menjaga
program UKGS sikat gigi massal yang rendah kesehatan Gigi dan Mulut.
presentasinya yaitu 51,5 karena perilaku Jakarta.Hipocrates
merupakan kebiasaan yang akan lebih terbentuk
bila dilakukan pada usia dini. Besford J., 1996. Mengenal Gigi Anda Petunjuk
Tenaga kesehatan (dokter gigi dan Bagi Orang Tua. Jakarta. ARCAN
perawat gigi) berperan dalam peningkatan Budiharto. 1998. Kontribusi Perilaku Ibu dan
kesehatan gigi, juga untuk merubah perilaku Plak Gigi Anak Terhadap Radang Gusi
masyarakat dari perilaku tidak sehat ke arah Anak. Fakultas Kedokteran Universitas
perilaku sehat. Dalam menjalankan perannya, Indonesia. Jakarta.
tenaga kesehatan harus mampu menyadarkan Carlo E.Medina Solis, Gerardo Maupome,
masyarakat termasuk anak-anak tentang America Segovia Vellanueva, Alejandro J.
permasalahan yang terjadi dan memberi Casanova Rosado, Ina A. Vallejos Sanches,

67
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 8 / No. 1 / Januari 2013

Juan F Casanova Rosado. 2006. Houwink. B., 1993. Ilmu Kedokteran Gigi
Introducing A Clinical Behavioural Scoring Pencegahan. Gajah Mada University Press.
System for Children’s Oral Hygiene. Yogyakarta
Journal of Public Health. Revista de Hurlock, E.B., Perkembangan Anak. Jilid 2. Alih
Salud Public. Universidad Nacional de Bahasa Tjandrasa, M., Child Development.
Colombia. Vol.8. 6th ed, : 189 – 216. Jakarta. Erlangga.
Creeth JE, Gallagher A, Sowinski J, Bowman J, Kidd AM, Edwina & S. Joyston. 1995. Dasar-
Barrett K, Lowe S, Patel K, Bosma ML. dasar Karies Penyakit dan Penanggulangan
2009. The Effect of Brushing Time and Plak. ECG. Jakarta. h. 66-96
Dentifrice on Dental Plaque In Vivo. Journal Koswara, Sutrisno. 2007. Makanan Bergula dan
Dental Hygiene Merusak Gigi. www.ebookpangan.com
Cuqini A.M., Thompson M., Warren R.P., 2006. Kartono, K. 1990. Psikologi Perkembangan.
Correlation Between Two Plaque Indices Mandar Maju. Bandung
In Assesment of Toothbrush Effectiveness.
The Journal of Contemporary Dental Muhyidin M, 2003. Bijak Pendidikan Anak Dan
Practice. Vol.7. www.Thejcdp.com Cerdas Memahami Orang Tua, Lentera.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1996. Pedoman
Pelaksanaan Kesehatan Gigi Sekolah. Nio, BK. 1987. Preventive Dentistry. Yayasan
Jakarta Kesehatan Gigi Indonesia. Jakarta
David J. Crippen; A. Jeffrey Wood, DDS; and Notoatmodjo S., 2002. Metodologi Penelitian
David W. Chambers,. 2003. Initial Plaque Kesehatan. Jakarta. PT. Rineka Cipta: hal
Score as an Indicator of Patient Appoinment 89 – 92
Compliance. CDA Journal. Vol.31 Notoatmodjo S., 2007. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Green L.W., Kreuler M.W., 2000. Health and
Program Planning : An Educational and Notoatmodjo S., 2005. Promosi Kesehatan
Ecological Approach. 4th ed. New York : Teori dan Aplikasi. Jakarta. PT. Rineka
Mc Graw Hill. Cipta.
Gondhoyoewono T, Masrif E., 1986. Peranan Probosari N., Pradopo S., 2006. Peran
Psikologi Terhadap Pendidikan Kesehatan Pengunyahan Terhadap Volume dan pH
Pendidikan Kesehatan Gigi Pada Anak Usia Saliva Pada Anak Dengan Karies. Indonesia
Sekolah Dasar. Forum Ilmiah Fakultas Journal Dental.
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Wendari, 2001. Peran Keberhasilan Rongga
Kumpulan Makalah Ilmiah KPPIKP VII. Mulut pada Pencegahan Karies dan
Jakarta Penyakit Periodontal. Majalah Kedokteran
Herijulianti, E., Indriani, TS., dan Sri Artini., Gigi. Universitas Airlangga. Surabaya: Hal
2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. 643 – 648
Jakarta

68

Anda mungkin juga menyukai