Anda di halaman 1dari 39

JURNAL

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

MATA KULIAH: BIOMEDIK DASAR (BIOLOGI)

DOSEN PEMBIMBING:Tahiruddin.S.Kep.M.Sc

DI SUSUN: RISPIANA ENJELITA /D.OO21.P.017

TINGKAT : 1

DIII KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

2022/2023
ABSTRAK
Metabolisme karbohidat adalah proses pencernaan yang memecah karbohidrat untuk
mendapatkan energy. Makanan yang mengandung karbohidrat saat di kunyah akan di pecah
oleh enzim ptyalin atau amylase dalam air liur menjadi glukosa.

Lipid merupakan molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi larut di dalam pelarut
organic.

Protein adalah biomolekul berukuran besar yang berbentuk dari satu rantai
panjang asam amino atau lebih.

Siklus krebs atau siklus asam trikarboksilat adalah proses kedua katabolisme atau
respirasi sel untuk menghasilkan energy yang lebih tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ezim ialah suhu,Ph,konsentrasi


enzim,konsentrasi substrat,inhibitor dan activator.

1. a) Mekanisme Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat adalah proses kimia yang berlangsung dalam


tubuh makhluk hidup untuk mengelola karbohidrat, baik itu reaksi pemecahan
maupun reaksi pembentuka. Metabolisme karbohidrat juga adalah proses
pencernaan yang memecahkan karbohidrat untuk mendapatkan energy. Manusia
memperoleh karbohidrat dari makanannya, makanan yang mengandung
karbohidrat saat di kunyah akan dipecah oleh enzim ptyalin atau amylase dalam
air liur menjadi glukosa.

1) Fungsi karbohidrat: terutama sebagai sumber gizi


2) Jenis Karbohidrat
 Monosakarida
 Disakarida
 Polisakarida
 Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (2) Juli – Desember 2014: 38 - 44

40
 1.1 Karbohidrat Kompleks
Karohidrat kompleks terdiri atas:
a. Polisakarida. Jenis polisakarida yang penting dalam ilmu gizi adalah pati,
dekstrin, glikogen dan polisakarida nonpati.Pati, merupakan karbohidrat utama
yang dimakan manusia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Pati terutama
terdapat dalam padi-padian, biji-bijian dan umbi-umbian. Beras, jagung dan

gandum mengandung 70-80 % pati, kacang-kacang kering sepeti kacang


kedelai, kacang merah dan kacang hijau mengandung 30-60% pati, sedangkan
ubi, talas, kentang dan singkong mengandung 20-30% pati. Proses pemasakan
pati disamping menyebabkan pembentukan gel juga akan melunakkan dan
memcah sel, sehingga memudahkan pencernaannya. Dalam proses pencernaan
semua bentuk pati dihidrolisis menjadi glukosa. Pada tahap petengahan akan
dihasilkan dekstin dan maltosa. Dekstrin, merupakan produk antara pada
pencernaan pati atau dibentuk melalui hidrolisis parsial pati. Glikogen,
dinamakan juga pati hewan karena merupakan bentuk simpanan karbohidat di
dalam tubuh manusia dan hewan, yang terutama terdapat di dalam hati dan
otot. Dua pertiga bagian dari glikogen disimpan di dalam otot dan selebihnya
dalam hati. Glikogen dalam otot hanya dapat digunakan untuk keperluan energi
di dalam otot tersebut, sedangkan glikogen dalam hati dapat digunakan sebagai
sumber energi untuk keperluan semua sel tubuh.
b. Polisakarida nonpati/ Serat. Serat mendapat perhatian kaena peranannya dalam
mencegah bebagai penyakit

1.2 Pencernaan karbohidrat
Pencernaan kabohidrat dimulai dari mulut. Bolus makanan yang berasal
dari makanan yang dikunyah akan bercampur dengan ludah yang mengandung
enzim amilase. Enzim amilase ini menghidrolisis pati atau amilum menjadi bentuk
karbohidrat lebih sederhana yaitu dekstrin.Enzim amilase ludah bekerja paling
baik
pada pH ludah yang bersifat netral. Makanan yang dikunyah di mulut tinggal di
situ hanya sebentar, sehingga pemecahan amilum oleh amilase hanya sedikit saja.
Bolus kemudian ditelan ke dalam lambung. Amilase ludah yang ikut masuk ke
lambung dicernakan oleh asam klorida dan enzim pencerna protein yang terdapat
di lambung, sehingga pencernaan karbohidrat di dalam lambung terhenti.
1.3 Sumber Karbohidrat

Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-


kacang
kering dan gula. Hasil olahan bahan-bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepung-
tepungan, selai, sirup dan lainnya. Sumber karbohidrat yang banyak dimakan
sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas dan
sagu.
Tabel 1. Nilai Karbohidrat (KH) berbagai bahan makanan (gram/100 gram)
Bahan makanan
Bahan makanan Nilai KH Bahan makanan Nilai KH

Gula pasir 94 Kacang tanah 23,6

Gula kelapa 76 Tempe 12,7


Jelli/jam 64,5 Tahu 1,6
Pati (maizena) 87,6 Pisanng ambon 25,8

Bihun 82 Apel 14,9


Makaroni 78,7 Mangga harumanis 11,9

Ubi jalar merah 27,9 Hati sapi 6


Kentang 19,2 Telur bebek 0,8
Kacang ijo 62,9 Telur ayam 0,7

Siregar, Nurhamida Sari. "Karbohidrat." Jurnal Ilmu Keolahragaan 13.02 (2014): 38-44.


b) Lipid

Lipid merupakan zat-zat gizi yang memiliki fungsi-fungsi biologis untuk


membantu metabolisme tubuh. Istilah lipid meliputi senyawa-senyawa
heterogen, termasuk lemak dan minyak yang umum di kenal didalam makanan
seperti fosfolipid, sterol dan ikatan lain sejenis yang terdapat didalam makanan
dan tubuh manusia. Lipid mempunyai sifat yang sama, yaitu larut dalam pelarut
nonpolar seperti etanol, eter, kloroform,dan benzene.

a) Fungsi Lipid
 Menjadi Cadangan energy dalam bentuk sel lemak
 Lemak Mempunyai fungsi selular dan komponen struktular pada
membrane sel yang berkaitan dengan karbohidrat dan protein demi
menjalankan aliranair ion, dan molekul lain, keluar dan masuk ke dalam
sel
 Lipid dapat berguna sebagai penyerap dan pembawa vitamin A,D,E dan K
 Berfungsi sebagai penahan goncangan demi melindungi organ vital dan
melindungi tubuh dari suhu luar yang kurang bersahabat.

Poedjaji,(1994), Dasar-Dasar Biokimia universitas indonesia Press, Jakarta


Darmayasa, I. B. G. "Isolasi dan identifikasi bakteri pendegradasi lipid (lemak) pada beberapa tempat
pembuangan limbah dan estuari DAM Denpasar." Jurnal Bumi Lestari 8.2 (2008): 122-127.
C) Protein

Protein adalah makromolekul yang tersusun dari bahan dasar asam amino.


Asam amino yang menyusun protein ada 20 macam. Protein terdapat dalam
sistem hidup semua organisme baik yang berada pada tingkat rendah maupun
organisme tingkat tinggi. Protein mempunyai fungsi utama yang kompleks di
dalam semua proses biologi.

2.1 Struktur ~olagen
Strutur kolagen tersusun atas tiga tingkat yakni:
a) Kerangka kovalen terdiri dari rantai-rantai protein individual dengan bobot
molekular sebesar kira-kira 100.000 masing-masing. Residu asam amino
yang paling berlimpah adalah glisin, atas tanggung jawab 33% dari residu
asam amino total yang ada. Prolin juga berlimpah (12%) dan juga ada asam-
asarn amino yang tidak umum, hidroksiprolin dan hidroksilisin.
2. Tiga rantai bergabung untuk membentuk tripe! heliks dalam struktur
sekunder. Tripel heliks ini merupakan satuan struktural dasar dari kolagen dan
disebut tropokolagen. Tropokolagen merupakan batang berdiameter 15 A dan
panjang 3000 A. Dalam heliks tropokolagen ketiga benang terikat hydrogen
satu dengan yang lain dengan perantaraan gugus peptida –NH dari residu glisin
dan gugus peptida -C=O pada rantai lain. Ini merupakan struktur heliks yang
berbeda nyata dari o.- heliks.
3. Satuan tropokolagen yang terangkaikan secara kovalen yang kemudian
membentuk suatu ikatan atau berkas yang disebut mikrofibril. Kola- genibril
fibril dapat terbentuk dalam ikatan paralel, dalarn hal pembentukan urat, atau
dalam lembaran-lembaran seperti ikatan pembentukan kertas dan dalam hal
pembentukan kulit (Page : 1989)
H

H-N<
/CH- CH2-CH2- CHz-CH2- N- CH2 - CH2- CH2- CH2 –CH

O=C~ > N-H
~C=O
Rantai Poli Peptida Residu Lisin Residu Lisin / ResiduPolipeptida ( dikurangi Gugus E:-amino)

Santoso, Wahyu Eka Arif, and Teti Estiasih. "JURNAL REVIEW: KOPIGMENTASI UBI JALAR UNGU
(Ipomoea Batatas var. Ayamurasaki) DENGAN KOPIGMEN NA-KASEINAT DAN PROTEIN WHEY
SERTA STABILITASNYA TERHADAP PEMANASAN [IN PRESS OKTOBER 2014]." Jurnal Pangan dan
Agroindustri 2.4 (2014): 121-126.
b) Mekanisme siklus krebs
Siklus krebs atau siklus asam trikarboksilat adalah proses kedua katabolisme
atau respirasi sel untuk menghasilkan energi yang lebih tinggi.

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica, siklus krebs mengubah asetil koenzim A


(asetil KoA) menjadi energi untuk tubuh dan karbon dioksida sebagai produk
sampingannya
 proses yang terjadi dalam siklus krebs

Dua elektron ini mereduksi NAD+ menjadi bentuk energi NADH dan H+. Reaksi oksidasi isositrat
dikatalis oleh enzim isositrat dehydrogenase
 Tahapan Siklus Krebs
Terdapat dua tahapan penting siklus krebs. Pertama adalah tahapan persiapan, dimana
asam piruvat diubah menjadi asetil-koA melalui proses dekarboksilasi oksidatif. Kedua
adalah tahap dalam siklus, yang berlangsung di dalam matriks mitokondria.
Dalam artikel ini, yang dibahas lebih dikhususkan kepada siklus krebs itu sendiri.
Asetil-koA yang merupakan produk hasil proses dekarboksilasi oksidatif kemudian akan
digunakan bahan untuk melakukan siklus krebs. Terdapat delapan tahap siklus krebs
yang terjadi secara terus-menerus. Berikut ulasannya.

1. Pembentukan sitrat, terjadi saat proses kondensasi asetil-koA dengan oksaloasetat yang
akan membentuk sitrat dengan enzim sitrat sintase.

2. Sitrat yang dihasilkan diubah menjasi isositrat dengan bantun enzim akonitase.

3. Enzim dehidrogenasi isositrat kemudian mengubah isositrat menjadi a-ketoglutarat


dengan bantuan NADH. Pada proses ini, terjadi pula pelepasan satu molekul karbon
dioksida.

4. Alfa-ketoglutarat mengalami proses oksidasi, sehingga menghasilkan suksinil-koA.


Selama oksidasi ini, NAD+ menerima elektron menjadi NADH + H+. Enzim yang
mengkatalisasi reaksi ini adalah alfa-ketoglutarat dehidrogenase.

5. Suksinil-koA kemudian diubah menjadi suksinat. Energi yang dilepaskan digunakan


untuk mengubah guanosin difosfat (GDP) dan fosforilasi (Pi) menjadi guanosin trifosfat
(GTP), yang kemudian digunakan untuk membuat ATP.

6. Suksinat yang dihasilkan dari proses sebelumnya lalu dioksidasi menjadi fumarat. Saat
oksidasi, FAD menerima elektron dan menjadi FADH2. Kemudian enzim suksinat
dehidrogenase mengkatalisis pemindahan dua hidrogen dan suksinat.

7. Selanjutnya adalah proses hidrasi, dimana terjadinya penambahan atom hidrogen pada
ikatan karbon sehingga menghasilkan malat.

8. Malat kemudian dioksidasi untuk menghasilkan oksaloasetat dengan bantuan enzim


malat dehidrogenase, dan juga menghasilkan NADH. Oksaloasetat ini kemudian
menangkap asetil-koA sehingga siklus krebs akan terus-menerus terjadi.

Hasil Siklus Krebs


Dari delapan proses siklus krebs, nantinya akan menghasilkan 12 ATP. Kedua belas ATP
ini terdiri dari hasil 3 NAD+ menjadi 9 ATP, 1 FAD menjadi 2 ATP, serta 1 ATP.
Itu dia ulasan mengenai tahapan dan hasil siklus krebs.
Anom, I.D.P.2010. Ekpresi Protein p53 dan Cycline Dependent Kinase (CDK) Pada Kanker
Mammae Mencit Setelah Pemberian Fraksi Alkaloid Jarong ffesis]. Program Pascasari ana-
Universitas Airlangga. Surabaya

3.Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim

1 Suhu/temperature

Enzim bersifat termolabil, dimana artinya seluruh aktivitas enzim di pengaruhi


oleh suhu. Aktivitas enzim akan terus mengikat sampai dengan batas suhu
tertentu, dimana batas suhu tersebut di namakan suhu optimum.

Seandainya enzim berada dibawah suhu optimum, maka kerja enzim akan
terlambat. Enzim pada suhu 0oC maupun dibawahnya bersifat nonaktif, akan tetapi
pada suhu tersebut enzim tidak rusak

Kenaikan suhu bisa meningkatkan aktivitas enzim. Namun, saat suhu melebihi batas
optimum enzim bisa mengalami denaturasi/kerusakan. Hal tersebut akan
mengakibatkan enzim tidak berfungsi sebagai katalis lagi.

2. Derajat Keasaman / pH
Molekul enzim biasanya ialah protein globular, dimana bentuk dan fungsinya bisa
dipengaruhi oleh perubahan pH pada cairan di sekitarnya, enzim mempunyai pH
optimum yang bisa bersifat basa maupun asam.

Sebagian besar enzim mempunyai pH optimum antara 6 – 8. Perubahan pH akan


mengakibatkan sisi aktif enzim yang berubah keefektifannya didalam membentuk
kompleks enzim substrat, sehingga bisa menghalangi terikatnya substrat pada sisi aktif
enzim.

Selain itu, perubahan pH juga mengakibatkan proses denaturasi atau kerusakan


terhadap enzim. Denaturasi oleh pH yang ekstrim umumnya bersifat bolak – balik,
namun tidak bolak – balik pada denaturasi yang terjadi karena suhu panas.

Dengan peningkatan suhu, maka akan meningkatkan laju tumpukan antara enzim
dengan molekul substrat, sehingga nanti akan meningkatkan laju pembentukan
kompleks enzim substrat dan juga meningkatkan kecepetan reaksinya.

Hal ini bertentangan dengan peningkatan denaturasi enzim terhadap suhu optimum
karena reaksi tersebut teralampaui. Akhirnya reaksi itu berhenti, kadang – kadang
hanya pada temperatur lebih dari 100oC.  
Sebagai contoh, enzim ptialin di mulut hanya bisa bekerja pada pH netral, enzim pepsin
di lambung bekerja pada pH asam, sebaliknya enzim tripsin di usus bekerja pada pH
basa.

3. Konsentrasi Enzim / Substrat


Semakin besar konsentrasi, maka akan meningkatkan kecepatan reaksi. Peningkatan
kecepatan reaksi akan terus bertambah sehingga tercapai kecepatan konstan, yaitu jika
seluruh substrat telah terikat oleh enzim. Dengan begitu, konsentrasi enzim berbanding
lurus terhadap kecepatan reaksi.

Bertambahnya konsentrasi substrat pada suatu reaksi akan meningkatkan kecepatan


reaksi, saat jumlah enzim pada reaksi itu tetap. Tetapi, saat seluruh sisi aktif enzim
sedang bekerja, penambahan konsentrasi substrat tidak bisa meningkatkan kecepatan
reaksi.

Dengan begitu, akan menunjukkan jika kecepatan reaksi sudah mencapai titik
maksimum. Peningkatan kecepatan reaksi akan terus bertambah hingga tercapai
kecepatan konstan yaitu jika seluruh enzim mengikat substrat.

Pada tiap saat, proporsi molekul – molekul enzim dimana terikat pada substrat, maka
akan tergantung pada konsentrasi substratnya. Karena konsentrasi meningkat,
kecepatan awal dari reaksi (Vo) disaat penambahan enzim akan meningkat sampai
dengan nilai maksimum, Vmax, pada tingkat substrat, enzim ini dikatakan jenuh (semua
sisi aktif maksimum), dan penambahan jumlah substrat tidak akan menaikkan Vo.

Nilai konsentrasi substrat pada saat Vo = ½ Vmax dikenal dengan tetapan MICHAELS (Km)


dimana untuk reaksi substrat-enzim. Rendahnya nilai Km akan menunjukkan afinitas
tinggi atas enzim untuk substratnya.

Beberapa enzim (seperti contoh aspartase) yang hanya akan mengikat satu molekul
substrat dimana begitu khusus dikarenakan enzim yang lain dapat mengikat berbagai
substrat lain, khusus untuk enzim tersebut seperti seluruh ikatan peptida terminal pada
kasus eksopeptidase.

Perbedaan tersebut muncul atas derajat stereospesifitas enzimnya, dimana banyak


yang membutuhkan gugus prostetik menempel maupun koenzim yang dapat melebur
untuk melaksanakan kegiatan aktivitasnya. Pada enzim – enzim tersebut komponen
proteinnya dikenal sebagai apoenzim dan seluruh kompleks enzim kofaktor fungsional
dikenal dengan holoenzim.

4. Zat – Zat Penggiat / Aktivator


Aktivator adalah suatu zat atau molekul, dimana berfungsi untuk memacu maupun
mempercepat reaksi enzim. Seperti contoh dari aktivator ialah garam- garam dari logam
alkali pada kondisi encer (2% – 5%), serta ion logam seperti Ca, Mg, Ni, Mn, dan Cl.
Hal ini juga ialah suatu Faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim.
Baca Juga : Fungsi Sitoplasma

5. Zat – Zat Penghambat / Inhibitor


Inhibitor adalah suatu molekul yang bisa menghambat aktivitas enzim. Zat ini dapat
dibedakan menjadi dua macam inhibitor enzim, yaitu inhibitor kompetitif dengan
inhibitor nonkompetitif.

Inhibitor Kompetitif
Inhibitor kompetitif (inhibitor irreversible) adalah suatu molekul penghambat kerja enzim
dimana bekerja dengan cara bersaing terhadap sisi aktif enzim. Inhibitor kompetitif
(inhibitor irreversible) berkaitan dengan secara kuat pada sisi aktif enzim, nah
pengikatan ini berlangsung secara bolak – balik sehingga persentase penghambatan
untuk tingkat inhibitor yang tetap menjadi berkurang saat substratnya ditambah.

Jadi, inhibitor kompetitif ini bisa dihilangkan dengan cara menambah konsentrasi
substrat. Seperti contoh yang begitu penting dari pengikatan ini ialah : dengan
melibatkan enzim yang berlimpah, ribulose bifosfat karboksilase, enzim penambat
CO2 terhadap C3 fotosintesis dan terhadap proses ini molekul – molekul O2.

Dengan begitu akan bersaing dengan molekul – molekul CO2 dimana untuk sisi aktif
serta contoh lainnya adalah sianida dimana terlarut dalam darah bersaing dengan
oksigen dimana demi berikatan terhadap sisi aktif  hemoglobin.

Inhibitor Nonkompetitif
Inhibitor yang terikat pada sisi alosetrik enzim (atau selain sisi aktif enzim) disebut
inhibitor nonkompetitif. Inhibitor nonkompetitif merupakan suatu molekul penghambat
kerja enzim dimana bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim,
yang bisa menyebabkan sisi aktif enzim berubah serta tidak bisa berfungsi lagi.

Sehingga substrat tidak bisa berikatan dengan sisi aktif enzim. Inhibitor ini tidak bisa
dihilangkan meskipun dengan menambahkan substrat. Contoh inhibitor nonkompetitif
ialah Ag+, Hg2+, dan Pb2+.
Enzim adalah suatu protein dimana bertindak sebagai katalis serta bertanggung jawab
untuk laju dan kekhususan yang tinggi dari satu maupun lebih reaksi biokimia 
intraselular dan ekstraselular

Mengapa enzim bekerja secara spesifik ?


Karena tiap enzim mempunyai sisi aktif dimana sesuai hanya dengan satu jenis
substrat, berarti setiap enzim hanya bisa bekerja pada satu substrat dimana yang cocok
dengan sisi aktifnya. 

Bagaimana susunan pada enzim ?


Enzim tersusun atas dua bagian, yaitu :
1. Apoenzim
2. Gugus prostetik

Demikianlah pembahasan artikel Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim ini, semoga
bermanfaat dan menjadi ilmu pengetahuan baru bagi para pembaca.

Purwaningsih, Indah. "Potensi enzim bromelin sari buah nanas (Ananas comosus l.) dalam meningkatkan
kadar protein pada tahu." Jurnal Teknologi Laboratorium 6.1 (2017): 39-46.
4 Anatomi & Fisiologi
a). Anatomi & FIsiologi system pencernaan

Menjalankan fungsi system pencernaan maka membutuhkan organ yang mampu


melaksankan fungsi tersebut terdapat beberapa organ pencernaan antara lain, mulut,
faring, esophagus,lambung, usus kecil, dan usu besar. Kemudian untuk mendukung fungsi
tersebut juga terdapat organ tambahan yaitu kelenjar salifa, gigi, hati (liver), kandung
kemih(gal baldder), pancreas, dan mesenteries. Dinding dalam saluran cerna terdiri dari 4
lapisan yaitu, serosa,muskularis, submukosa, dan mukosa.

b). Anatomi & Fisiologi system pernafasan


mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem jaringan atau organ dalam
tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan peranan serta manfaat
tertentu bagi mahluk hidup. Salah satu sistem yang ada pada suatu organisme yakni
sistem pernafasan. Sistem pernafasan ini sendiri memiliki fungsi dan peranan yang
sangat struktural dan terkoordinir. Dalam ilmu histologi, sistem pernafasan akan
dibahas secara detail bahkan sampai anatominya, sehingga kita bisa mengetahui
organ dan saluran apa saja yang ikut berperan dalam menyalurkan oksigen (O2)
yang kita hirup.

Pernafasan ( respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen ditarik dari udara masuk
ke dalam darah dan CO2 akan dikeluarkan dari darah secara osmose. Seterusnya
CO2 akan dikeluarkan melalui tractus

respiratorius(jalan pernafasan) dan masuk ke dalam tubuh melalui kapiler –kapiler


vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) kemudian
ke aorta keseluruh tubuh disini terjadi oksidasi sebagai ampas dari pembakaran
adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke
jantung, ke bilik kanan, dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan-
jaringan paru-paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli.
C). Antomi & fisiologi kardiovaskuler
D) Endokrin
Endokrin adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan hormone yang merupakan sinyal kimia
yang di keluarkan melalui aliran darah.

Gambar & macam –macam endokrin

E). Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang terdiri dari otot, jaringan ikat, saraf, serta
tulang dan sendi. Sistem ini berperan penting dalam gerakan tubuh. Oleh karena itu,
bila sistem muskuloskeletal terganggu, kemampuan dalam bergerak dan melakukan
aktivitas pun bisa terganggu.
Gerard Tortora, 2014, Principles of Anatomy and Physiology,. Sanders Tina, Scanlon Valerie,
2006, Essentials of Anatomy and Physiology
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Nurhamida Sari. "Karbohidrat." Jurnal Ilmu Keolahragaan 13.02 (2014): 38-44

Poedjaji,(1994), Dasar-Dasar Biokimia universitas indonesia Press, Jakarta


Darmayasa, I. B. G. "Isolasi dan identifikasi bakteri pendegradasi lipid (lemak) pada
beberapa tempat pembuangan limbah dan estuari DAM Denpasar." Jurnal Bumi
Lestari 8.2 (2008): 122-127.

Santoso, Wahyu Eka Arif, and Teti Estiasih. "JURNAL REVIEW: KOPIGMENTASI UBI
JALAR UNGU (Ipomoea Batatas var. Ayamurasaki) DENGAN KOPIGMEN NA-
KASEINAT DAN PROTEIN WHEY SERTA STABILITASNYA TERHADAP
PEMANASAN [IN PRESS OKTOBER 2014]." Jurnal Pangan dan Agroindustri 2.4
(2014): 121-126.

Anom, I.D.P.2010. Ekpresi Protein p53 dan Cycline Dependent Kinase (CDK) Pada Kanker
Mammae Mencit Setelah Pemberian Fraksi Alkaloid Jarong ffesis]. Program Pascasari ana-
Universitas Airlangga. Surabaya

Purwaningsih, Indah. "Potensi enzim bromelin sari buah nanas (Ananas comosus l.) dalam meningkatkan
kadar protein pada tahu." Jurnal Teknologi Laboratorium 6.1 (2017): 39-46.

Gerard Tortora, 2014, Principles of Anatomy and Physiology,. Sanders Tina, Scanlon Valerie,
2006, Essentials of Anatomy and Physiology

Anda mungkin juga menyukai