OLEH :
Kelompok 2
Fenny Utami (S1A120056) Muh.Fadillah (S1A120067)
Fitriani ( S1A120059) Muh.Dirga (S1A120068)
Heri Nista (S1A120060) Nurhidayah (S1A120076)
Hidayat Kelana (S1A120061) Saskia Ramadhan (S1A120081)
Jugusdir (S1A120063) Syahbirani (S1A120086)
Luckman Zandy (S1A120065) Iradatul khairi ( S1A120062)
A.Latar Belakang
Saat ini kasus korupsi di negeri ini sudah sangat kronis, hal ini terlihat dari
banyaknya kasus korupsi yang ada di negara kita tercinta. Korupsi sudah masuk di
tengah masyarakat kecil yang menjadi penyakit. Kalau dahulu yang kita tahu
korupsi itu hanya dilakukan oleh para pejabat yang berdasi di Senayan sekarang
sudah tidak lagi sekarang korupsi juga dilakukan oleh pejabat di tingkat daerah
bahkan sampai ke desa-desa. Ini terjadi karena lemahnya pengawasan oleh aparat
hukum, maka pada tahun 2002 diundangkan undang-undang nomor 30 tahun 2002
mengenai komisi pemberantasan tindak pidana korupsi. Atas dasar undang-undang
tersebut pada tahun 2003 dibentuklah komisi pemberantas korupsi atau yang lebih
dikenal dengan KPK. KPK adalah sebuah lembaga negara yang mempunyai fungsi
untuk menanggulangi, mengatasi, mengawasi dan memberantas korupsi yang
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya.
KPK merupakan lembaga yang ditakuti oleh para koruptor dan politik terutama
politikus karena jika seorang politikus dipanggil KPK maka masyarakat awam
menilai seorang politikus tersebut telah tersandung kasus korupsi padahal belum
tentu menjadi pelakunya karena ketidaktahuan masyarakat awam. Hal inilah yang
menjadikan politikus di mata masyarakat jahat titik yang dapat menyebabkan karir
politik seorang politikus terganggu bahkan hancur. Dan bagi para koruptor jika
sudah tertangkap KPK mereka seperti sudah “tamat” karena masyarakat
menghakimi dan memberi embel-embel mereka pembunuh berdarah dingin
“pembunuh masyarakat miskin”.
Karena fungsi KPK itulah dan peran para pemimpinnya membuat lembaga
negara ini ingin dilemahkan fungsinya oleh para politikus yang gerah dengan sepak
terjang KPK. Banyak upaya yang dilakukan agar KPK melemah. Upaya ini tidak
segan menghalalkan banyak cara agar keinginan sip lemah KPK dapat tercapai titik
upaya pelemahan ini mulai dari serangan luar dan dalam yaitu lewat politik, media
yang sering membandingkan kinerja KPK dengan lembaga penegak lain dan juga
ingin adanya pembatasan kawangan KPK dan “ bullying” antar lembaga penegak
hukum dan penangkapan para pimpinannya.
B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa tugas dan fungsi KPK?
2. Bagaimana upaya pelemahan KPK?
C.Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tugas dan fungsi KPK
2. Untuk mengetahui upaya pelemahan KPK
BAB ll
PEMBAHASAN
Adapun yang lebih lanjut untuk mengetahui tugas dan fungsi KPK sekaligus
kewenangannya silakan buka undang-undang nomor 30 tahun 2002 juga sudah
tercantum tugas wewenang dan dan kewajiban KPK jadi tidak ada yang namanya
penyalahgunaan wewenang. Tugas wewenang dan kewajiban KPK juga tercantum
di dalam undang-undang nomor 30 tahun 2002 pasal 6 sampai 15.
B.Upaya Pelemahan KPK
Sejak Komisi Pemberantasan Korupsi ini dibentuk banyak sekali upaya untuk
melemahkan lembaga negara ini dengan alasan dinilai sewenang-wenang dalam
melaksanakan tugasnya dan juga dinilai lembaga ini sudah tidak lagi mampu
mempunyai “ taring” untuk kasus-kasus di masa mendatang titik untuk itu segala
upaya yang dilakukan agar lembaga negara ini melemah di antaranya adalah
1. Rencana revisi undang-undang nomor 30 tahun 2002 undang-undang nomor
30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi.
masih hangat di ingatan kita ketika pemerintah berencana merevisi
undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, kemudian usulan yang ditolak oleh presiden namun
kemudian usulan itu kembali datang lagi kali ini usulan tersebut berasal dari
Dewan Perwakilan Rakyat yang mengakibatkan pemerintah tidak bisa
berbuat apa-apa. Menurut Jusuf Kalla sebenarnya usulan ini sudah ada dari
awal sehingga usulan itu pun dimasukkan dalam program legislasi nasional
5 tahunan revisi ini ada karena dewan perwakilan rakyat menganggap
undang-undang yang lama tidak sempurna dan sudah tidak mampu
menghadapi situasi sekarang ini.
Hal ini dinilai ingin direvisi dari undang-undang nomor 30 tahun
2002 adalah tentang penyadapan karena dinilai melanggar HAM dan privasi
orang lain karena sering disalahgunakan untuk kepentingan pribadi seperti
yang diutarakan anggota Komisi lll DPR dari Fraksi PKS,Indra.
Dalam draf atau rancangan undang-undang juga mengubah tentang
penyadapan yaitu salah satunya dengan mengubah kewenangan penyadapan
KPK agar dapat dilakukan terhadap orang yang sudah diproses hukum titik
padahal hampir seluruh operasi tangkap tangan (OTT) dilakukan KPK
merupakan hasil sadapan terhadap orang-orang yang belum tersentuh
hukum. Menurut indriyanto Seno adji jika hal ini terjadi maka penyadapan
terhadap orang yang sudah diproses hukum menjadi tidak berarti maka akan
ada kemungkinan operasi tangkap tangan ( OTT) jangan dilakukan KPK
selama ini setelah ini disahkan akan sulit dilakukan dan bahkan tidak ada
lagi karena kewenangan penyadapan sudah berubah padahal pada pasal 12
ayat 1 huruf a menyebutkan KPK berwenang melakukan penyadapan dan
merekam pembicaraan dalam melaksanakan tugas penyelidikan penyidikan
dan penuntutan.
Pada Kamis (17/9/2019) lalu, DPR mengetuk palu untuk merevisi
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (UU KPK).Padahal, rancangan revisi UU tersebut
menuai berbagai polemik karena berujung pada pelemahan KPK.
Ada beberapa poin dalam revisi UU KPK yang melemahkan KPK,
seperti KPK yang tidak lagi independen dan juga adanya pembentukan
dewan pengawas KPK.Bahkan, KPK juga tidak lagi bebas untuk 'menyadap'
koruptor karena harus memiliki izin terlebih dahulu dari dewan pengawas.
Dikutip dari Kompas.com, salah satu poin revisi UU KPK mengatur tentang
kedudukan KPK yang berada pada cabang eksekutif.
Disahkannya UU ini membuat KPK menjadi lembaga pemerintah,
padahal status KPK selama ini bukan bagian dari pemerintah, melainkan
lembaga ad hoc independen. Artinya, pegawai KPK ke depan akan berstatus
sebagai aparatur sipil negara (ASN) dan mereka harus tunduk pada Undang-
Undang ASN.
B. Saran
Sudah saatnya pemerintah dan rakyat mendukung kinerja KPK dalam
pemberantasan korupsi di negeri ini yang sudah merajalela, karena jika lembaga
negara ini melemah maka yang akan senang adalah mereka para koruptor dan
politisi kotor dan jika korupsi tumbuh subur akan mengganggu pembangunan
negeri ini.
DAFTAR PUSTAKA
http:/fajar.co.id/headline/2015/06/24/ruki-upaya-pelemahan-kpk-harus-
dihentikan.html
Http://nasional.kompas.com/read/2015/06/18/12333941/Wapres.Jusuf.Kalla.Nilai.
Kewenangan.KPK.harus.dibatasi
Http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/04/02/mkmprx-pks-
anggap-penyadapan-kerap-disalahgunakan
Http://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/fungsi-dan-tugas