SECTIO SESAREA
A. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu inisiasi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram
(Sarwono, 2015).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuat dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2016).
Jadi, Sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan
jann lewat insisi pada dindng abdomen dan uterus persalian buatan,
sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding
rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.
B. Klasifikasi
Menurut Nurjanah (2017) klasifikasi nya adalah:
1. Sectio caesaria transperitonelis profunda
Sectio caesaria transperitonelis profunda dengan insisi di segmen
bawah uterus, insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang
atau memanjang.
2. Sectio caesaria klasik atau section cecaria korporal
Pada teknik ini dibuat pada korpus uteri, pembedahan ini yang agak
mudah dilakukan hanya selenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan sectio caesaria transperitoneaalis profunda, insisi
memanjang pada segmen atas uterus.
3. Sectio caesaria ekstraperitonel
Dilakukan untuk menguangi bahaya injeki perporal akan tetapi
dengankemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini
sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka,
dlakukan pada pasien infeksi uteri berat.
4. Sectio caesaria hyteroctomi
Setelah sectio caesaria, dilakukan hysterektomi dengan indikasi:
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat
C. Etiologi
Menurut Manuaba (2017) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, pendarahan antepartum, ketiban pecah dini, sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4000 gram.
Daribeberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa
penyebab sectio caesarea adalah sebagai berikut:
1) CPD (Chepalo Pelvik Disproportion)
Ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala
janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara
alami.
2) PEB (Pre-eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsing
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Merupakan penyebab kematian meternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan.
3) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu
jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
alah hamil aterm di atas 37 minggu sedangkan di bawah 36 minggu.
4) Bayi Kembar
Kelainan kembar memiliki komplikasi yang lebih tinggi dari pada
kelahiran satu bayi, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6) Kelainan letak janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagain terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah, sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka, hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,25-
0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan, pada penempatan dagu,
bisasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala.
b. Letak sunsang
Letak sungsang terjadi dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difudus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri.
D. Tanda dan gejala
Menurut Muchtar (2016) tanda dan gejala seseorang harus dilakukan SC
adalah sebagai berikut:
1. Janin tidak mendapatkan asupan oksigen dan nutrisis yang cukup
sehingga harus dilahirkan secepatnya
2. Ibu mengindap infeksi, seperti HIV atau herpes genital
3. Proses persalinan tidak berjalan dengan baik atau ibu mengalami
perdarahan vagina yang berlebihan
4. Ibu mengalami kehamilan dengan tekanan darah tinggi (pre eklamsia)
5. Ibu memiliki posisi plasenta terlalu turun (plasenta previa)
6. Posisi janin dalam rahim tidak normal
7. Terhalangnya jalan lahir
8. Tali pusar keluar melalui cerviks lebih dulu daripada janin atau tali
pusar tertekan oleh rahim ketika kontraksi
9. Menjalani operasi sesar pada persalinan sebelumnya
10. Ibu mengandung lebih dari satu janin dalam waktu yang bersamaan
(bayi kembar)
E. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggung, disfungsi
uterus, distorsia jaringan lunak, plasenta previa, untuk ibu. Sedangkan
untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah
dilakukan sc ibu akan mengalami adaptasi post partum baik pada aspek
kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat dari kurang informasi dan
dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberika
antibiotik dan perawatn luka prinsip steril. Nyeri adalah salah satu utama
karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman (Saifuddin,
2015).
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anastesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anastesi umum lebih banyak efek
sampingnya dapat mengakibatkan sampai kematian bayi dan pada ibu
terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak keluar.
Untuk pengaruh jalanan nafas tidak efektif akibat secret berlebihan karena
kerja otot nafas silia yang menutup. Anastesi ini juga mempengaruhi
saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus. Sehingga dapat
mengakibatkan mortilitas usus berakibat perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi (Saifuddin, 2015).
F. Patway
Menurut Mansjoer (2017) patway dari SC adalah sebagi berikut:
G. Komplikasi
Menurut Muchtar (2016) komplikasi yang terjadi pada ibu SC adalah:
1. Infeksi puerperial: kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi menjadi:
a) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan
perut sedikit kembung
c) Baeat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan, perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabang-cabang arteri uterin ikut terbuka atau karena atonia uteri
3. Luka pada kandung kemih, embolisme paru yang jarang terjadi
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri dan yang sering terjadi pada bayi
yaitu kematian perinatal
H. Pemeriksaan penunjang
Menurut Muchtar (2016) pemeriksaan penunjangnya adalah sebagai
berikut:
1. Elektrocefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang
2. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik
dengan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-
daerah otak yang tidak jelas terlihat bila menggunkan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography (PET)
Untuk mengevaluasi kejang dan membantu menetapkan lokasi lesi,
perubahan metabolik atau aliran darah dalam otak.
5. Uji Laboratorium
- Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
- Hitung darah lengkap :mengevaluasi trombosit dan
hematokrit
- Panel elektrolit
- Skrining toksik dari serum dan urin
- AGD
- Kadar kalsium darah
- Kadar natrium darah
- Kadar magnesium darah
I. Penatalaksanaan
Menurut Nurjanah (2017) penatalaksanaan dari SC adalah sebagai berikut:
1. Monitor tanda-tanda vital
Periksa dan catat tanda-tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan 30 menit pada 4 jam kemudian
2. Manajemen nyeri
Maanjemen nyeri dilakukan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
pasien pada luka sayatan operasi sesar dapat dilakukan denan
menggunakan teknin farmakologi dan juga non farmakologi denga
menggunakan kompres hangat.
3. Perawatan luka
Luka pada operasi sesar harus dilakukan perawatn yang khusus
dikarenakan luka pada operasi sesar merupakan luka yang steril
sehingga perlu perawatan yang juga steril. Pada pasien sendiri harus
selalu berhati-hati dalam menjaga luka sayatan SC, pasien dapat
menjaga luka dengan selalu menggunakan pakaian yang longgar dan
juga hindari aktivitas fisik yang berat.
4. Perawatan kateter
Perawatan kateter dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada
vagina dikarenakan adanya gesekan pada selang kateter, sehingga
selang kateter tetap selalu dibersihkan menggunakan larutan NaCl dan
juga kasa untuk menghindari tumbuhnya bakteri.
5. Diet TKTP
Diet tinggi kalori dan protein yaitu diet yang dianjurkan pada pasien
setelah operasi biasanya pasien dianjurkan untu mengonsumsi putih
telur 3 kali sehari dengan sekali makan yaitu 2 butir telur.
6. Mobilisasi pasien
Pada hari pertama setelah operasi diharapkan pasien setelah 6 jam
diharapkan dapat melakukan rom aktif dan pasih dan setelah 10 jam
kemudian diharapkan mampu miring ke kanan dan ke kiri lalu setelah
12 jam boleh duduk (genaral) dan 24 jam (spinal) kemudian pada hari
ke dua diharapkan pasien sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan
bantuan.
J. Pengkajian keperawatan
Menurut Manuaba (2015) pengkajian keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat
ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan
persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
Keluhann yang dirasakan pasien saat ini atau saat pengkajian
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban
yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti
tanda-tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas
seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan
dan nyeri.
4) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan
sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan
karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan
inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.