BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan penyakit gangguan metabolik akibat pankreas
tidak mampu lagi memproduksi insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan
kadar gula darah di dalam tubuh. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa
di dalam darah yang disebut hiperglikemia. Data Sample Registration Survey tahun
2014 menunjukkan bahwa diabetes melitus merupakan penyebab kematian terbesar
nomor 3 di Indonesia dengan persentase sebesar (6,7%), sedangkan penyakit jantung
koroner (12,9%) dan (21,1%) penyakit stroke. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 melakukan wawancara untuk mendapatkan proporsi diabetes melitus pada
usia 15 tahun ke atas, yaitu proporsi dan perkiraan jumlah absolut pada penderita
diabetes melitus di Indonesia dengan penduduk yang berusia ≥15 tahun yang
terdiagnosis penyakit diabetes melitus sekitar 12 juta. Pada provinsi Sumatera Utara
jumlah penduduk yang berusia ≥15 tahun yang menderita diabetes melitus berkisar
57.188 orang. Berdasarkan Riskesdas Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
angka kejadian ulkus kaki diabetes pada penderita diabetes melitus di Indonesia
berkisar 8,7% (Kemenkes, 2014).
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas. badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah ( 23 dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%. 1,2 2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak tepatnya
8
penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam tubuh pada
sirkulasi pembuluh darah perifer.
4. Dislipedimia Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma insulin
dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien Diabetes.
6. Riwayat persalinan Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat
badan bayi > 4000gram
7. Faktor Genetik DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko
emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat
jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakitini.
Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor
genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan, tingkat
pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks
Masa Tubuh (MAJORITY,2015).
a. Komplikasi akut
Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai normal (<
50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang
dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak
berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan. - Hiperglikemia, hiperglikemia
adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang
menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain ketoasidosis
diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.
b. Komplikasi Kronis
10
2.1.7 Penatalaksanaan DM
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien DM. Tujuan Penatalaksanaan DM adalah :2 Jangka pendek :
hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya
target pengendalian glukosa darah. Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya
progresivitas penyulitmikroangiopati, makroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir
pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan
tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan
profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan
mandiri dan perubahan perilaku.
1. Diet Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masingmasing individu. Pada penyandang
diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan
dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25%
danprotein 10-15%. Untuk menentukan status gizi, dihitung dengan BMI (Body
Mass Indeks).
kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah raga ringan jalan kaki biasa
selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau
bermalasmalasan.
4. Obat : oral hipoglikemik, insulin Jika pasien telah melakukan pengaturan makan
dan latihan fisik tetapi tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah maka
dipertimbangkan pemakaian obat hipoglikemik
dan nyaman dengan kondisi badannya. Oleh karena itu pendidikan kesehatan
sangatlah penting dalam merubah sikap atau prilaku pasien gangrene sehinga
mereka mampu menjaga psikologisnya dalam menghadapi masalah yang
diakibatkan dari sakit (gangrene) yang dideritanya.
Citra tubuh terdiri dari citra tubuh positif dan citra tubuh negatif, Citra Tubuh
yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu, individu
melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu menghargai badan
atau tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang
hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang.
Individu merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak
membuang banyak waktu untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori.
13
Individu merasakan yakin dan nyaman dengan kondisi badannya. Sedangkan, Citra
tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk individu,
perasan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya. Individu
merasa bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran tubuh
individu adalah sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu,
selfconscious, dan khawatir akan badannya.Individu merasakan canggung dan gelisah
terhadap badannya (Dewi, 2009).
spesifik. Ansietas memiliki dua aspek, yakni aspek sehat dan membahayakan. Hal ini
bergantung pada tingkat, lama ansietas dialami dan seberapa baik individu melakukan
koping terhadap ansietas. Gejala kecemasan dapat meliputi kesulitan untuk dapat
beristirahat atau merasa teragitasi, kesulitan untuk berkonsentrasi, irritability,
perasaan tegang yang berlebihan,gangguan tidur. Hal tersebut dapat diakibatkan
karena kecemasan yang berlebihan (Kemendiknas, 2010:31).
Mekanisme koping adalah mekanisme yang digunakan individu untuk
menghadapi perubahan yang diterima terhadap situasi yang mengancam dirinya baik
fisik maupun psikologi. Menurut stuart dan laraia mekanisme koping dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor eksternal mekanisme koping adalah
dukungan sosial, pendidikan, pekerjaan, dan sumber material sedangkan untuk faktor
internal yaitu kesehatan dan usia. Pada penelitian ini usia terbanyak yaitu dewasa
akhir dengan rentang usia 36-45 tahun. Menurut kubler-ross pada usia muda
kemampuan menggunkan koping lebih baik dibandingkan dengan orang yang sudah
lanjut karna pada usia itu mereka mampu mengisi fikiran positif sehingga mempunyai
harapan yang lebih baik. Menurut peneliti pada usia ini individu mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cara menggunakan koping yang baik
sehingga individu mampu menyelesaikan fase-fase berkabung. Menurut Suseno
pendidikan dan pekerjaan mempengaruhi mekanisme koping. Hal ini juga diperkuat
dengan teori Notoatmodjo (2010), yang menyatakan bahwa semakin tinggi
pendidikan, maka ia akan mudah menerima hal yang baru dan akan mudah
menyesuaikan hal tersebut.