Anda di halaman 1dari 7

1

Mama's Ganteng
1, Januari,2022

CERITA SEBELUM TIDUR "TA'ARUF"


Oleh,zan19805

Sebagai seorang remaja yang dibesarkan di sebuah pesantren, Annisa tidak pernah
membayangkan sebuah hubungan dengan lawan jenis yang diyakininya tidak pantas ia
inginkan, diluar wujud pernikahan.

Tetapi, dirinya yang seorang yatim piatu, tidak pernah membayangkan bahwa seorang pria akan
meminangnya begitu cepat.“Annisa, minggu depan nak Afkar dan keluarganya akan
melamarmu. Bude rasa, ini adalah pilihan terbaik. Afkar sudah mapan dan keluarganya juga
terpandang.”

“Nggih Bude….”Annisa tidak mampu menolak apapun yang diperintahkan oleh Bude. Dia sudah
menganggap Bude dan Pakde nya seperti orangtua kandung. Ia sudah dirawat oleh mereka sejak
kecil, dan mereka pun menyayanginya seperti anak kandung mereka sendiri.Hanya
membutuhkan waktu 1 bulan bagi Annisa untuk akhirnya resmi menikah dengan Afkar.
Pernikahan mereka digelar dengan megah di Jakarta karena Afkar adalah seorang pengusaha
yang cukup dikenal, begitu juga dengan ayahnya.Sebagai gadis belia yang terbiasa dengan
lingkungan tertutup di pesantren, Annisa merasa canggung dengan hingar bingar pesta, namun
ia berusaha menghargai para tamu yang menyalaminya. Di kepalanya lantar berputar-putar
sebuah film, apakah ia sedang bermimpi.
2

Usai resepsi, Annisa dan Afkar pulang ke sebuah apartemen mewah kediaman Afkar. Annisa
merasa kian canggung.“Ini adalah malam pertama ku…apa yang harus aku lakukan…”Di dalam
kamar, Annisa merasa kian ketakutan. Dia baru mengenal Afkar selama satu bulan, itupun
hanya sempat beberapa kali bertemu saja. Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan di pintu, dan Afkar
berdiri di depan pintu, nampaknya enggan untuk masuk.

“Aku akan tidur di kamar sebelah, kamu boleh tidur di kamar ini selama yang kamu suka… aku
tahu, kamu masih canggung dan belum terbiasa. Aku akan memberi kamu waktu, selama yang
kamu butuhkan..”Dia berkata sambil tersenyum. Annisa merasa sangat lega.

“Oya, kamu belum shalat Isya kan ? kita shalat berjamaah dulu yuk.. mulai malam ini aku
adalah imam kamu, ketika aku ada dirumah sebaiknya kita shalat berjamaah saja. Mushala ada
disamping ruang kerjaku, aku tunggu disana..”

“eeh..iya…”Duh hampir saja Annisa melewatkan shalat Isya dan tidur saking capenya.Annisa
terbangun karena seseorang menggoyang bahunya.“Nis, Nisa..bangun, sudah Subuh.. Shalat
dulu yuk…”Ternyata Afkar yang membangunkannya. Annisa langsung duduk malu, seharusnya
dia sebagai istri yang membangunkan Afkar. Dan dia lebih malu lagi, ketika menyadari
kerudungnya entah ada dimana. Afkar sudah melihatnya tanpa kerudung“Kenapa?, aku kan
sudah sah jadi suami kamu… jadi kamu boleh memperlihatkan auratmu..”Waduh, tambah
merah rasanya muka Annisa.

30 hari berlalu. Bulan pertama pernikahan mereka.

Pagi itu, Afkar memberikan sebuah undangan .“Nanti malam, kantorku akan mengadakan acara
syukuran. Papa sama Mama juga akan hadir disana, kamu aku jemput abis maghrib ya…”Duh,
Anissa langsung kebingungan. Apa yang harus dipakainya ke acara seperti itu. Selama
inidunianya hanya berkutat seputar kegiatan rumahtangga. Seketika dia merasa bodoh, dia
sering melihat di TV bagaimana seorang gadis culun diperolok teman-temannya dalam sebuah
pesta.

“A..aku boleh ga datang ga?”Afkar nampak berpikir sejenak. Dari raut wajahnya sih tidak
menunjukkan tanda-tanda marah. Kemudian ia duduk di sebelah Annisa.“Sayang, bolehkan
mulai sekarang aku panggil sayang?.. gini, kamu sekarang adalah istriku, istrinya Afkar Julian
Santoso, masak kantorku bikin acara kamu gak mau datang…”Suara Afkar itu pelan, tapi di
telinga Annisa terdengar seperti ledakan besar.

Sayang?? dia manggil sayang??… Ahh tambah merah muka Annisa.“ i..iya, aku
usahakan….“Nah gitu dong…. Abis maghrib jangan lupa ya …acaranya ba’da isya sih, tapi kita
3

harus datang lebih awal… oya tolong pilihin baju buat aku sekalian ya, aku mau tau selera
istriku tersayang …hehehe….”

Setelah Afkar berangkat ke kantor, Annisa langsung menyalakan laptopnya dan sibuk
mencari-cari referensi dandanan. Namun saat ia membuka lemari baju, rasnaya dia mau kabur
saja ke kutub. Tak satupun baju yang dia miliki cocok untuk digunakan ke acara pesta. Semua
hanya gamis-gamis sederhana yang biasanya ia kenakan setiap ada kajian.

Ba’da Ashar, bel berbunyi.

Pembantunya mengatakan ada tamu yang menunggunya diluar.“Siapa, bi?”

“Dari kantornya Bapak, Bu..”Annisa menghampiri tamunya.

“Assalamualaikum bu, maaf Bapak menyuruh saya untuk mengantar ibu hari ini..”

“mengantar saya..? kemana?”Wanita itu hanya tersenyum.Ternyata wanita itu mengajak Annisa
berbelanja pakaian, tas dan sepatu. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam di sebuah butik
muslimah dan berakhir di sebuah salon khusus wanita yang sering Annisa lihat di TV.

Ba’da Maghrib, Afkar pulang dan terburu-buru masuk ke kamarnya

Di atas tempat tidur, ia melihat setelan jas yang sudah disiapkan oleh Annisa untuknya. Afkar
tersenyum, pilihan Annisa ternyata gak jelek-jelek amat. Setelah berganti pakaian, Afkar
langsung mencari Annisa ke kamarnya. Ternyata Annisa sudah menunggunya di ruang tamu.

Afkar hampir tak percaya dengan penglihatannya sendiri. Sosok wanita didepannya sedikit
berbeda dari yang biasa dilihatnya. Nampak lebih cantik dan anggun, walaupun dengan make
up yang tipis dan seadanya.

“Hai sayang, istriku… ini istriku?”Afkar sedikit bercanda, tapi muka Annisa langsung memerah.

“Maaf, tadi aku menolak didandani di salon… sayang kalau make up mahal-mahal, ujungnya
harus aku hapus saat wudhu untuk shalat Maghrib…”

“hehe gak apa-apa, maaf ya aku nyuruh asisten aku buat ngajakin kamu belanja… soalnya kalo
aku yang nemenin, bingung juga mau beli apa “.Sepanjang perjalanan Afkar terus mencuri
pandang ke arah Annisa. Bikin salah tingkah sih, Annisa gak yakin apa benar ia secantik
itu.Begitu keluar dari lift, Afkar berbisik, “Maaf, aku mau gandeng tangan kamu… biar gak
disangka lagi marahan sama tamu-tamu..”.Annisa, belum pernah merasakan sentuhan tangan
laki-laki lain selain almarhum ayahnya dan juga Pakde nya. Ketika Afkar meraih tangannya, ia
4

merasa seperti tersengat listrik, tapi menyenangkan.Dalam hati ia berterima kasih, Afkar adalah
suaminya yang sangat berhak atas dirinya. Tetapi ia selalu meminta ijin untuk melakukan
hal-hal yang tidak biasa mereka lakukan untuk menjaga perasaan Annisa.

Sepanjang acara, Afkar terus menggenggam tangan Annisa. Lama-lama, tangan Afkar terasa
sangat hangat digenggaman Annisa. Dan rasa hangat itu mulai menjalar juga ke hatinya. Annisa
menyukai kehangatan itu dan berharap acara jangan dulu berakhir supaya ia dapat terus
menikmati genggaman Afkar di tangannya.

Seperti membaca pikiran Annisa, Afkar mengajak Annisa keluar dari ruangan, mencari udara
segar di balkon.“Terima kasih ya… malam ini adalah kali pertama aku hadir di sebuah acara
didampingi seorang istri …”

“Ini kan sudah jadi tugas aku …. Dan sepertinya aku juga harus berterima kasih sama kamu…”

“Terima kasih, buat apa?..”Annisa tersenyum, ya Afkar gak tahu sih, banyak banget hal baru
yang sudah diajarkan oleh Afkar kepadanya.

“Sayang, kamu tahu ga..alasan aku menikahi kamu…padahal kita gak saling mengenal ..”

Nah, Annisa baru ingat, dia juga penasaran banget kenapa laki-laki seperti Afkar memilih
wanita seperti dirinya.

“Tahun lalu, aku pernah datang ke pesantren kamu … aku selama ini menjadi donatur tetap
disana. Waktu itu, gak sengaja aku melihat kamu sedang mengajar ngaji. Aku gak berani ngajak
kenalan. Menurutku, kamu sangat tinggi untuk di raih…”

Hah, Annisa mau ketawa rasanya. Apa gak kebalik?

“Sejak itu aku berusaha memperbaiki ibadahku, memperbaiki Shalatku, aku ingin berada satu
tangga sama kamu. Kalau aku mau melamar kamu, aku harus membekali diri dengan ilmu yang
setingkat sama kamu, gitu sih pikirku…”

“Tapi, kamu kan laki-laki yang mapan, masih sangat muda… memilih wanita manapun yang
kamu suka gak akan sulit …”, Annisa memotong kalimat Afkar.Afkar tersenyum dan
memandang wajah Annisa lekat. Bikin Annisa salah tingkah aja.

“Ya gitulah… pilih sembarang wanita memang gampang. Tapi ibarat memilih perhiasan, aku
menginginkan yang paling bagus kualitasnya. Sesuatu yang tidak akan nampak dari luar. Kamu,
adalah pilihan tepat untuk menjadi pendamping ku dunia dan InsyaAllah di akhirat nanti ….”
5

Nah, Annisa hampir meleleh nih.

“Aku menjadi lebih baik hanya karena ingin melamar kamu. Maka, ketika aku sudah menjadi
suami kamu, insya Allah kamu akan membuatku semakin baik lagi. Aku gak mau pacaran, justru
aku menginginkan apa yang sednag kita jalani sekarang …”

“Emang kita ngapain gitu ?”

“Pacaran setelah menikah. Halal …”

Annisa memukul tangan Afkar, “ Isssh siapa bilang kita lagi pacaran …”

Afkar menunjukan tangan Annisa dalam genggamannya.

“ Trus ini apa, kalau gak lagi pacaran ngapain pegangan tangan ?”Afkar menunjukan tangan
mereka sambil sedikit menggoda Annisa. Spontan Annisa mencubit pinggang Afkar sampai
Afkar kesakitan. Pura –pura kesakitan sepertinya.

Setelah acara selesai, mereka berdua pulang ke apartemen. Di dalam kamar, Annisa tidak bisa
tidur.Satu bulan sudah berlalu sejak mereka menikah, tetapi mereka masih tidur di kamar yang
berbeda dan Afkar nampaknya tidak berani menanyakan kapan Annisa siap untuk berbagi
kamar dengannya.

Untuk meredakan perasaannya, Annisa lalu berwudhu dan bergegas menuju mushala di sebelah
ruang kerja Afkar. Ternyata Afkar sudah ada disana, nampaknya dia baru selesai Shalat Isya.
Dari belakang, Annisa memandangi punggung suaminya. Punggung laki-laki baik yang telah
mau menikahinya semata karena Allah.

Seketika hati Annisa menjadi kuat. Jika Afkar saja mau bekerja keras memperbaiki diri dan
agamanya dan lillahi ta’ala mau menikahi dirinya, kenapa ia masih berkeras menutup hatinya.

Afkar terkejut melihat Annisa berada dibelakangnya.“Oh iya aku lupa, kamu belum shalat Isya
juga ya ……maaf aku tinggal”

Annisa tersenyum“Gak apa-apa… selesai shalat, aku mau ngomong ..tunggu ya.”Afkar berfikir
sejenak, apa yang mau dikatakan oleh istrinya itu. Setelah selesai shalat, Mereka berdua duduk
diatas sajadah masing-masing.

“kamu mau ngomong apa sih ….”


6

“hmmm…. gini..anu, …”Annisa menghentikan kata-katanya, bikin Afkar penasaran aja.

“Apa sih …”

“Gini… kamu mau ga bantuin aku beresin kamar …”Afkar garuk-garuk kepala ga ngerti.

“Bantuin aku, mindahin barang-barang aku ke kamar kamu ….”

Setelah ngomong begitu, Annisa langsung menunduk dan menutup wajah dengan malu.

Sontak saja Afkar terkejut mendengar kalimat Annisa.

“Serius Nis?? Alhamdulillah!!”Annisa mengangguk dengan wajah merah, Ah Afkar mah, malah
disangka becanda.Seketika Afkar memeluk Annisa, walau akhirnya di lepas lagi sambil berkata
maaf. Suami meluk istrinya kok malah minta maaf.

Malam itu adalah langkah awal penikahan mereka yang sesungguhnya.

Afkar yang telah bersabar menanti, dan Annisa yang tergerak hatinya karena ketulusan dan
kesabaran Afkar. Allah telah mempersatukan dua manusia ini dalam takdir perjodohan.
Menikah karena Allah semata, InsyaAllah keberkahan akan selalu mengiringi, Aamiin.

Biodata penulis

Nama. M.jayadi

TTL. Tegal.19.agustus.2005

Alamat. Cenggini kec, Balapulang kab, Tegal

Pekerjaan.

● Pelajaran (MAN DARUSSALAM KALIBAKUNG)


● Penulis

Medsos

● Facebook ザンザン
● Instagram. Zan19805/Zulkarnaen19805
● Email. msmizan19805@gmail.com
● Twitter. Mama's Ganteng

#saya minta maaf jika ada salah dalam penulisan teks


7

Anda mungkin juga menyukai