Anda di halaman 1dari 20

A.

Pengertian

Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan

isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga.

Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa

cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa

bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).

Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal

masuk ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari

cincin inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa

juga suatu jaringan lemak/omentum Erikson dalam Muttaqin, (2013).

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya

yang normal melalui sebuah defek congenital atau yang didapat (Barbara C

Long).

B. Etiologi

a. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor

resiko yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen.

b. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen

karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong

peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.

c. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama

pada daerah rahim dan sekitarnya.

d. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.

e. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.

C. Klasifikasi

a. Berdasarkan Terjadinya

1. Hernia Bawaan atau Kongenital


Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan

ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan

testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga

terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis

peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah

mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis

tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena

testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih

sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga

terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup

pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami

obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang

tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus

minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-

abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul

hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).

2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)

Hernia kongenital/bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia

akuisita/didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan

pada orang dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya

disebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi

dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi,

2009).

b. Berdasarkan sifatnya

1. Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau

mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada

keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).

2. Hernia irreponibel

Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam

rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada

peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus

= perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda

sumbatan usus (Erfandi, 2009).

3. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =

penjara)

Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata

berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga

perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.

Secara klinis “hernia inkarserata”  lebih dimaksudkan untuk hernia

ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi

disebut sebagai “hernia strangulata”.Hernia strangulata mengakibatkan

nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah akibat

pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat

darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi, 2009).

c. Berdasarkan Letaknya

1. Hernia Femoralis

Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari

ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan

inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada

perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan

biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu
melakukan aktivitas yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti

mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring.

Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi

hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar

dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa

ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin

femoral dan lebih umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai

penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara

bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung

kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata

dan strangulasi dengan tipe hernia ini.

2. Hernia Umbilikalis

Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang

hanya tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20%

bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada

perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia

umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut

yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan

intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak

menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi (Syamsuhidayat,

2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih

umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini

biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini

terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak
adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat,

atau kegemukan.

3. Hernia sikatriks atau hernia insisional

Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus 

mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani

oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).

4. Hernia Inguinalis

Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk

melalui sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke

dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk

tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari

perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.

Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital) dan didapat

(akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien wanita. Pada pria,

hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana korda

spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep

Subarkah, 2008).

Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi

menjadi :

a. Hernia inguinalis indirek

Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari

rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak

lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke

dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari

anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan

sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada


di dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial terhadap vas

deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004)

Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin

inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis.

Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi

pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan

sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa mengecil atau

menghilang pada waktu tidur. Bila menangis, mengejan atau

mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul

kembali.

b. Hernia inguinalis direk

Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke

depan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh

ligamentum inguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika

inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar

segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat

oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-

kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi lemah.

Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke

skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia

longgar (Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen

di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia

inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia

inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini

karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena

langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun


anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan,

tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka

hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan

funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien

terlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang

mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada

dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.

D. Patofisiologi
Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar 75%

dari Hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai Hernia Inguinalis

atau Femoralis. Sekitar 10% adalah Hernia Ventral atau insisional dinding

abdomen, 3% adalah Hernia Umbilikalis.

Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect.

Hernia Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi

laki-laki. Hernia Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang

berkembang sebagai testis turun ke dalam skrotum sebelum kelahiran. Sebuah

kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum muncul melalui cincin

Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis. Sering

turun ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat

bawaan, mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika

peningkatan tekanan intra-abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis

memungkinkan isi perut untuk memasuki saluran tersebut.

Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan

dinding Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada

orang dewasa yang lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana

kantung peritoneal menonjol melalui cincin femoral. Hernia ini biasanya terjadi

pada obesitas atau wanita hamil.


Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama

pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau

tonjolan di selangkang, terutama dengan mengangkat atau tegang. Pasien laki-

laki biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau rasa nyeri yang memancar/

Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya dapat dirasakan dengan

peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang terjadi selama batuk) dan

dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal. 

Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga

perut, baik secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti

dengan berbaring) atau dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang

terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke

rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia yang

dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau membuka ke hernia.

Penahanan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan cekikan.

Obstruksi terjadi ketika lumen usus yang terkandung dalam hernia menjadi

tersumbat, sangat mirip dengan Crimping dari sebuah selang. 

Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit.

Komplikasi ini dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan

rasa sakit yang parah dan perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal.

Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit meliputi nyeri dan distensi perut, mual,

muntah, takikardia, dan demam.

Pembedahan sering dilakukan terhadap Hernia yang besar atau terdapat

resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan Herniorrhaphy terdiri atas

tindakan menjepit defek di dalam Fascia. Akibat dan keadaan post operatif

seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi pembengkakan

skrotum. Setelah perbaikan Hernia Inguinal indirek. Komplikasi ini sangat


menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak

nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri.

E. Pathway

Etiologi (Kerja berat, batuk


kronis, genetic)
Penurunan organ abdomen ke dalam Perubahan
kantung peritonium status kesehatan

Kurang terpapar
Hernia Inguinal informasi kesehatan

Distensi Inguinal Kurang pengetahuan

Saluran limfe Kantong hernia


terbendung semakin sempit

Oedema Usus terjepit

Penekanan Peristaltik usus Obstipasi


pembuluh darah terganggu

Iskemik jaringan Regurgitasi isi usus Disfungsi


mortalitas
Pelepasan Kerusakan jaringan Kembung gastrointestinal
mediator nyeri
Nekrosis Mual/muntah
Diterima reseptor
nyeri perifer Penumpukan Anoreksia
jaringan mati
Impuls ke SSP Intake menurun
Respon inflamasi
BB turun
Diterima otak
Fagositosis oleh dibawah ideal
Persepsi nyeri sel darah putih
Ketidakseimbangan
Abses
nutrisi kurang dari
Nyeri akut kebutuhan tubuh
Statis cairan tubuh

Risiko infeksi
Pembedahan

Pre operasi cemas ansietas

Intra operasi

Efek anastesi Proses Resti Kekurangan


pembedahan perdarahan volume cairan
Penurunan
Penurunan Hb
kesadaran Resiko
infeksi Risiko syok
Penurunan O2
Risiko cedera hipovolemik
dalam tubuh

Penurunan O2
Gangguan
dalam jaringan
perfusi jaringan

Risiko aspirasi

Post operasi

Luka Resti
Efek anastesi Proses
post op perdarahan
pembedahan
Menekan system
Penurunan Hb
nyeri saraf
Diskontravitas
jaringan Penurunan O2
Kurang Informasi Penurunan reflek GE dalam tubuh
perawatan nyeri
dirumah Penurunan O2
Peningkatan HCl Gangguan dalam jaringan

Kurang mobilitas
Merangsang
pengetahuan Mual, muntah
sistem saraf
Pons medula pusat
Ketidakseimbang oblongata
Penurunan
an nutrisi kurang Pusat integrasi
kesadaran
dari kebutuhan Penurunan kerja termoregulasi
tubuh mukociliary hipotalamus
Risiko cedera
Akumulasi Kontrol produksi
sekret panas/pengurangan
panas

Ketidakefektifan Hipotermi
bersihan jalan
nafas
F. Tanda dan Gejala

a. Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul.

Timbul bila terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan,

batuk-batuk, menangis. Jika pasien tenang dan berstirahat, maka benjolan

akan hilang secara spontan.

b. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada

bayi bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat

dimaksudkan kembali rongga abdomen.

c. Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal

reponibilitas, bila tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis.

Bila usus tidak kembali karena jepitan oleh Annulus Inguinali, maka akan

terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang

terjepit. Keadaan ini disebut Hernia Strangulata.

d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden tertinggi

pada usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata terjadi pada 12 %

kasus Hernia.

e. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai

perasaan mual. Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan

bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.

f. Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga

menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)

disamping benjolan di bawah sela paha.

g. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai

sasak nafas.

h. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah besar

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum

peritoneal  dan dilakukan X-ray,  sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk

mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna

untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.

b.   USG

Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,

misalnya pada Spigelian hernia.

c. CT dan MRI

Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia

obturator) 

d. Laparaskopi

Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi untuk

nyeri  perut yang tidak  dapat didiagnosa.

e. Operasi Eksplorasi

Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya, namun

tidak ditemukan secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah :

1) Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.

2) Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.

3) Data laboratorium, meliputi:

Darah

a) Leukosit 10.000 – 18.000/mm3

b) Serum elektrolit meningkat

H. Penatalaksanaan

a. Konservatif

1 ) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara

perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.


2 ) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres

hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali

3 ) Celana penyangga

4 ) Istirahat baring

5 ) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya

Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja

untuk mencegah sembelit.

6 ) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan

dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan

mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman

beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.

b. Pembedahan (Operatif) :

1 ) Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong

dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,

kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.

2) Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan

menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus

internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.

3 ) Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat

dinding belakang.

I. Komplikasi

a. Hernia berulang,

b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,

c. Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,

d. Luka pada usus (jika tidak hati-hati),

e. Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1)  Identitas klien

Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no

register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.

2)  Keluhan utama

Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,

menangis, berdiri, mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini

menciptakan gejala klinis yang khas pada penderita HIL

3)   Riwayat kesehatan lalu

Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya.

Missal : adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi

kronis, ascites yang semuanya itu merupakan factor predis posisi

meningkatnya tekanan intra abdominal.

4)   Riwayat kesehatan sekarang

Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan

/ di daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama,

menangis, mengejar waktu defekasi atau miksi mengangkat benda berat

dsb, sehingga ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga

di dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari

peningkatan tekanan intra abdominal.

5)   Riwayat kesehatam keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit

menular lainnya.

6)   Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Kesadaran, GCS, Vital sigh, bb dan Tb


7)   Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya. Hb

faal hemostasis, dan jumlah lekosit.

Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.

b. Pemeriksaan penunjang

Foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.

Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia ³ 45 th.

2. Diagnosa Keperawatan

Pre operasi :

a. Nyeri berhubungan dengan terjepitnya usus di daerah selakangan

b. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuantentang kondisi

kesehatan, rencana operasi

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

d. Kurang informasi

e. Resiko infeksi

Intra Operasi :

a. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, kerusakan

jaringan dan peningkatan paparan lingkungan

b. Resiko cedera berhubungan dengan penggunaan instrument dan obat –

obatan anestesi

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tindakan bedah.

d. Resiko aspirasi

e. Gangguan perfusi jaringan

f. Resiko syok
Post Operasi :

a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi bedah

b. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya


berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber
c. Resiko cedera
d. Hipotermi
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
f. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Nyeri (khususnya NOC NIC
dengan mengedan) Pengendalian nyeri Manajemen nyeri
yang berhubungan Tingkat nyeri 1. Beritahu pasien untuk
dengan kondisi Tujuan : menghindari mengejan,
hernia atau Setelah dilakukan tindakan meregang, batuk dan
intervensi keperawatan selama mengangkat benda yang
pembedahan diharapkan nyeri berat.
hilang/berkurang, 2. Pantau tanda-tanda vital
ketidaknyamanan berkurang 3. Berikan tindakan
Kriteria hasil: kenyamanan, misal gosokan
- klien menyatakan nyeri punggung, pembebatan insisi
berkurang selama perubahan posisi,
- Melaporkan nyeri lingkungan tenang.
terkontrol 4. Berikan analgesik sesuai
- Pasien tampak rileks dan program.
tenang

2 Risiko tinggi NOC NIC


terhadap Pengendalian volume cairan 1. Pantau tanda-tanda vital
kekurangan Tujuan: dengan sering, perhatikan
volume cairan Setelah dilakukan tindakan peningkatan nadi, perubahan
berhubungan keperawatan, volume cairan TD.
dengan hemoragi terpenuhi postural, takipnea, dan
Kriteria Hasil: ketakutan. Periksa balutan
-TTV dalam batas normal dan luka dengan sering
-perdarahan terkontrol selama 24 jam terhadap
tanda-tanda darah merah
terang atau bengkak insisi
berlebihan
2. Perhatikan adanya edema
3. Pantau masukan dan
haluaran (mencakup semua
sumber : misal emesis,
selang, diare), perhatikan
haluaran urine
4. Pantau suhu
5. Tinjau ulang penyebab
pembedahan dan
kemungkinan efek samping
pada keseimbangan cairan
6. Berikan cairan, darah,
albumin, elektrolit sesuai
indikasi.

3 Risiko tinggi NOC NIC


terhadap infeksi Tujuan : 1. Pantau tnda-tanda vital,
berhubungan Setelah dilakukan tindakan perhatikan peningkatan suhu.
dengan keperawatan selama tidak 2. Observasi penyatuan luka,
ketidakadekuatan terjadi infeksi karakter drainase, adanya
pertahanan primer inflamasi
Kriteria hasil: 3. Observasi terhadap
-tidak ada tanda-tanda infeksi tanda/gejala peritonitas,
misal : demam, peningkatan
nyeri, distensi abdomen
4. Pertahankan perawatan luka
aseptik, pertahankan balutan
kering
5. Berikan obat-obatan sesuai
indikasi : Antibiotik, misal :
cefazdine (Ancel)
.
DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.


Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart.
Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba  Media. Edisi I. 2002.
Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1, EGC,
Jakarta.
Barbara C. Lag, 1996, Keperawatan Medikal Bedah Bagian I dan 3, Yayasan TAPK
Pengajaraan, Bandung.
Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica
Aesculapius FKUI, Jakarta.
R. Syamsuhidayat & Wim de Jong, 2001, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, EGC,
Jakarta.
Patrick, et all. Medical Surgical Nursing (Pathophysiological Concepts). Second
Edition, J.B. Lippincott Company. Spokane Washington. 1991. Page 1644.
Sandra M. Nettina. The Lippincott (Manual of Nursing Practice) Sixth Edition,
Lippincott. Philadelphia New York. 1996. Part II page 506 – 507, 524 – 525

Anda mungkin juga menyukai