Anda di halaman 1dari 11

Apakah Makna Syukur?

Syukur secara bahasa,

‫الثناء على المحسِ ن بما َأ ْوال َك ُه من المعروف‬


“Syukur adalah pujian bagi orang yang memberikan kebaikan, atas kebaikannya
tersebut” (Lihat Ash Shahhah Fil Lughah karya Al Jauhari). Atau dalam bahasa
Indonesia, bersyukur artinya berterima kasih.

Sedangkan istilah syukur dalam agama, adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh
Ibnul Qayyim:

‫ وعلى قلبه‬،‫ ثناء واعترافا‬:‫الشكر ظهور أثر نعمة هللا على لسان عبده‬
‫ وعلى جوارحه انقيادا وطاعة‬،‫شهودا ومحبة‬
“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui
lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi
nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah.
Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus
Salikin, 2/244).

Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan
mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Ta’ala. Semisal
Qarun yang berkata,

‫ِإ َّن َما ُأوتِي ُت ُه َعلَى عِ ْل ٍم عِ ْندِي‬

“Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku dapatkan dari ilmu yang aku
miliki” (QS. Al-Qashash: 78).

Syukur Adalah Salah Satu Sifat Allah


Ketahuilah bahwa syukur merupakan salah satu sifat dari sifat-sifat Allah
yang husna. Yaitu Allah pasti akan membalas setiap amalan kebaikan yang
dilakukan oleh hamba-Nya, tanpa luput satu orang pun dan tanpa terlewat satu
amalan pun. Allah Ta’ala berfirman,

‫ِإنَّ هَّللا َ َغفُو ٌر َش ُكو ٌر‬


“Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur” (QS. Asy-Syura: 23).

Seorang ahli tafsir, Imam Abu Jarir Ath-Thabari, menafsirkan ayat ini dengan
riwayat dari Qatadah, “Ghafur artinya Allah Maha Pengampun terhadap dosa,
dan Syakur artinya Maha Pembalas Kebaikan sehingga Allah lipat-gandakan
ganjarannya” (Tafsir Ath Thabari, 21/531).

Dalam ayat yang lain, Allah Ta’ala berfirman,

‫َوهَّللا ُ َش ُكو ٌر َحلِي ٌم‬


“Allah itu Syakur lagi Haliim” (QS. At-Taghabun: 17).

Ibnu Katsir menafsirkan Syakur dalam ayat ini, “Maksudnya adalah memberi
membalas kebaikan yang sedikit dengan ganjaran yang banyak” (Tafsir Al-Qur’an
Al-Azhim, 8/141).

Sehingga orang yang merenungi bahwa Allah adalah Maha Pembalas Kebaikan,
dari Rabb kepada Hamba-Nya, ia akan menyadari bahwa tentu lebih layak lagi
seorang hamba bersyukur kepada Rabb-Nya atas begitu banyak nikmat yang ia
terima.

Syukur Adalah Sifat Para Nabi


Senantiasa bersyukur dan berterima kasih kepada Allah atas limpahan nikmat
Allah, walau cobaan datang dan rintangan menghadang, itulah sifat para Nabi
dan Rasul Allah yang mulia. Allah Ta’ala berfirman tentang Nabi
Nuh ‘Alaihissalam,

‫ذرية من حملنا مع نوح إنه كان عبدا شكور‬


“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh.
Sesungguhnya Nuh adalah hamba yang banyak bersyukur” (QS. Al-Isra: 3).

Allah Ta’ala menceritakan sifat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:

‫إن إبراهيم كان أمة قانتا هلل حنيفا ولم يك من المشركين* شاكرا ألنعمه‬
‫اجتباه وهداه إلى صراط مستقيم‬
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi
patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang
yang musyrik, Dan ia senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah
memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus” (QS. An-Nahl: 120-121).

Dan inilah dia sayyidul anbiya, pemimpin para Nabi, Nabi akhir zaman,
Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, tidak luput dari syukur walaupun telah
dijamin baginya surga. Diceritakan oleh Ibunda ‘Aisyah Radhiallahu’anha,

‫تفطر‬َّ ‫ قام حتى‬، ‫ إذا صلَّى‬، ‫كان رسو ُل هللاِ صلَّى هللا ُ عليه وسلَّ َم‬
‫ وقد ُغفِر لك ما تق َّدم‬، ‫ يا رسو َل هللاِ ! أتصن ُع هذا‬: ‫ قالت عائش ُة‬. ‫رجاله‬
‫تأخ َر ؟ فقال ” يا عائش ُة ! أفال أكونُ عب ًدا شكورً ا‬
َّ ‫من ذنبك وما‬
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri
sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah,
mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik
yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah,
bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (HR. Bukhari no. 1130,
Muslim no. 2820).

Syukur Adalah Ibadah


Allah Ta’ala dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an memerintahkan manusia
untuk bersyukur kepada-Nya. Maka syukur adalah ibadah dan bentuk ketaatan
atas perintah Allah. Allah Ta’ala berfirman,

‫فاذكروني أذكركم واشكروا لي وال تكفرون‬


“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan
janganlah ingkar” (QS. Al Baqarah: 152)

Allah Ta’ala juga berfirman,

‫يا أيها الذين آمنوا كلوا من طيبات ما رزقناكم واشكروا هلل إن كنتم إياه‬
‫تعبدون‬
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-
Nya kamu menyembah” (QS. Al Baqarah: 172).

Maka bersyukur adalah menjalankan perintah Allah dan enggan bersyukur serta
mengingkari nikmat Allah adalah bentuk pembangkangan terhadap perintah
Allah.

Buah Manis dari Syukur


1. Syukur Adalah Sifat Orang Beriman

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫ْس َذا َ َأِل‬ َ ‫ َو َلي‬،‫ِن ِإنَّ َأ ْم َرهُ ُكلَّ ُه َخ ْي ٌر‬ ‫َأِل‬


ِ ‫ك َح ٍد ِإاَّل ل ِْلمُْؤ م‬
ْ‫ِن؛ ِإن‬ ِ ‫َع َجبًا ْم ِر ْالمُْؤ م‬
‫ان َخيْرً ا‬َ ‫ص َب َر َف َك‬
َ ‫ضرَّ ا ُء‬ َ ‫ َوِإنْ َأ‬،ُ‫ان َخيْرً ا لَه‬
َ ‫صا َب ْت ُه‬ َ ‫َأ‬
َ ‫صا َب ْت ُه َسرَّ ا ُء َش َك َر َف َك‬
‫لَ ُه‬
“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik.
Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia
mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa
kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim no.7692).

2. Merupakan Sebab Datangnya Ridha Allah

Allah Ta’ala berfirman,

‫وإن تشكروا يرضه لكم‬


“Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha
kepada hamba-Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada
kalian” (QS. Az-Zumar: 7).

3. Merupakan Sebab Selamatnya Seseorang Dari Azab Allah

Allah Ta’ala berfirman,

‫ما يفعل هللا بعذابكم إن شكرتم وآمنتم‬


“Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan
sungguh Allah itu Syakir lagi Alim” (QS. An-Nisa: 147).

4. Merupakan Sebab Ditambahnya Nikmat

Allah Ta’ala berfirman,

‫وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم ألزيدنكم‬


“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (QS. Ibrahim:
7).

5. Ganjaran Di Dunia dan Akhirat

Janganlah Anda menyangka bahwa bersyukur itu hanya sekedar pujian dan
berterima kasih kepada Allah. Ketahuilah bahwa bersyukur itupun menuai
pahala, bahkan juga membuka pintu rezeki di dunia. Allah Ta’ala berfirman,

‫وسنجزي الشاكرين‬
“Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran” (QS. Al Imran:
145).

Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan membawakan riwayat dari Ibnu
Ishaq, “Maksudnya adalah, karena bersyukur, Allah memberikan kebaikan yang
Allah janjikan di akhirat dan Allah juga melimpahkan rizki baginya di dunia” (Tafsir
Ath Thabari, 7/263).

Tanda-Tanda Orang yang Bersyukur


1. Mengakui dan Menyadari Bahwa Allah Telah Memberinya Nikmat

Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap nikmat yang didapatnya


kepada Allah Ta’ala. Ia senantiasa menyadari bahwa hanya atas takdir dan
rahmat Allah semata lah nikmat tersebut bisa diperoleh. Sedangkan orang yang
kufur nikmat senantiasa lupa akan hal ini. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia
berkata,
ُ ‫مُطِ َر ال َّناسُ على عه ِد ال َّنبيِّ صلَّى هَّللا ُ علي ِه وسلَّ َم فقا َل ال َّنبيُّ صلَّى هَّللا‬
‫اس شاك ٌر ومنهم كاف ٌر قالوا هذ ِه رحم ُة هَّللا ِ وقا َل‬ ِ ‫من ال َّن‬ َ ‫علي ِه وسلَّ َم أصب َح‬
‫صدق نو ُء كذا وكذا‬ َ ‫بعضُهم لقد‬
“Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda,
‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang
bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat berkata, ‘Oh
pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu’” (HR. Muslim no.73).

2. Menyebut-Nyebut Nikmat yang Diberikan Allah

Mungkin kebanyakan kita lebih suka dan lebih sering menyebut-nyebut kesulitan
yang kita hadapi dan mengeluhkannya kepada orang-orang. “Saya sedang sakit
ini.” “Saya baru dapat musibah itu..” “Saya kemarin rugi sekian rupiah..”, dll.
Namun sesungguhnya orang yang bersyukur itu lebih sering menyebut-nyebut
kenikmatan yang Allah berikan. Karena Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫َوَأمَّا ِبنِعْ َم ِة َر ِّب‬


ْ ‫ك َف َح ِّد‬
‫ث‬

“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS. Adh-


Dhuha: 11).

Namun tentu saja tidak boleh takabbur (sombong) dan ‘ujub (merasa kagum atas
diri sendiri).

3. Menunjukkan Rasa Syukur dalam Bentuk Ketaatan kepada Allah

Sungguh aneh jika ada orang yang mengaku bersyukur, ia menyadari segala yang
ia miliki semata-mata atas keluasan rahmat Allah, namun di sisi lain melalaikan
perintah Allah dan melanggar larangan-Nya, ia enggan shalat, enggan belajar
agama, enggan berzakat, memakan riba, dll. Jauh antara pengakuan dan
kenyataan. Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ص َر ُك ُم هَّللا ُ ِب َب ْد ٍر َوَأ ْن ُت ْم َأ ِذلَّ ٌة َفا َّتقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم َت ْش ُكر‬


‫ُون‬ َ ‫َولَ َق ْد َن‬
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu
adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS. Ali Imran: 123).

Maka rasa syukur itu ditunjukkan dengan ketakwaan.


Tips Agar Menjadi Orang yang Bersyukur
1. Senantiasa Berterima Kasih kepada Orang Lain

Salah cara untuk mensyukuri nikmat Allah adalah dengan berterima kasih kepada
manusia yang menjadi perantara sampainya nikmat Allah kepada kita.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫ال يشكر هللا من ال يشكر الناس‬


“Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada
Allah” (HR. Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini hasan shahih”).

Beliau juga bersabda,

‫ج ُدوا َما ُت َكافُِئ و َن ُه َف ْادعُوا لَ ُه‬ ِ ‫ َفِإنْ لَ ْم َت‬،ُ‫ص َن َع ِإلَ ْي ُك ْم َمعْ ُرو ًفا َف َكافُِئ وه‬
َ ْ‫َمن‬
ُ‫َح َّتى َت َر ْوا َأ َّن ُك ْم َق ْد َكا َفْأ ُتمُوه‬
“Barangsiapa yang telah berbuat suatu kebaikan padamu, maka balaslah dengan
yang serupa. Jika engkau tidak bisa membalasnya dengan yang serupa maka
doakanlah ia hingga engkau mengira doamu tersebut bisa sudah membalas
dengan serupa atas kebaikan ia” (HR. Abu Daud no. 1672, dishahihkan Al-Albani
dalam Shahih Abu Daud).

Oleh karena itu, mengucapkan terima kasih adalah akhlak mulia yang diajarkan
oleh Islam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

َّ ‫أبلغ في‬
‫الثنا ِء‬ َ ‫ك هَّللا ُ خيرً ا فقد‬
َ ‫ جزا‬: ‫صن َِع إلي ِه معروفٌ فقا َل لفاعلِ ِه‬
ُ ‫َمن‬
“Barangsiapa yang diberikan satu kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan
mengatakan, ‘Jazaakallahu khair’ (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan),
maka sungguh hal itu telah mencukupinya dalam menyatakan rasa syukurnya” (HR.
Tirmidzi no.2167, ia berkata: “Hadits ini hasan jayyid gharib”, dishahihkan Al-
Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

2. Merenungkan Nikmat-Nikmat Allah


Dalam Al-Qur’an sering kali Allah menggugah hati manusia bahwa banyak sekali
nikmat yang Ia limpahkan sejak kita datang ke dunia ini, agar kita sadar dan
bersyukur kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ون ُأ َّم َها ِت ُك ْم ال َتعْ لَم‬


‫ُون َش ْيًئ ا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع‬ ُ ‫َوهَّللا ُ َأ ْخ َر َج ُك ْم ِمنْ ب‬
ِ ‫ُط‬
َ ‫ار َواأل ْفِئ َد َة لَ َعلَّ ُك ْم َت ْش ُكر‬
‫ُون‬ َ ‫ص‬َ ‫َواأل ْب‬
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).

3. Qana’ah

Senantiasa merasa cukup atas nikmat yang ada pada diri kita membuat kita selalu
bersyukur kepada Allah. Sebaliknya, orang yang senantiasa merasa tidak puas,
merasa kekurangan, ia merasa Allah tidak pernah memberi kenikmatan
kepadanya sedikitpun. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫الناس‬
ِ ‫ و كن ق ِنعًا تكن أ ْش َك َر‬، ‫الناس‬
ِ ‫كن َو ِرعًا تكن أعب َد‬
“Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti.
Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling
bersyukur”(HR. Ibnu Majah no. 3417, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni
Majah).

4. Sujud Syukur

Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur ketika mendapat kenikmatan
yang begitu besar adalah dengan melakukan sujud syukur.

‫ كان رسول هللا صلى‬:‫عن أبي بكرة نفيع بن الحارث رضي هللا عنه قال‬
‫هللا عليه وسلم إذا جاءه أمر بشر به خر ساجدا؛ شاكرا هلل‬
“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits Radhiallahu’anhu ia berkata, ‘Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika menjumpai sesuatu yang menggemberikan
beliau bersimpuh untuk sujud. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah” (HR.
Abu Daud no.2776, dihasankan oleh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil).

5. Berdzikir
Berdzikir dan memuji Allah adalah bentuk rasa syukur kita kepada Allah. Ada
beberapa dzikir tertentu yang diajarkan oleh Rasulullah khusus mengungkapkan
rasa syukur kita kepada Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫ اللهم ما أصبح بي من نعمة أو بأحد من خلقك فمنك‬:‫من قال حين يصبح‬


‫ ومن‬،‫ فقد أدى شكر يومه‬.‫ فلك الحمد ولك الشكر‬،‫وحدك ال شريك لك‬
‫قال ذلك حين يمسي فقد أدى شكر ليلته‬
“Barangsiapa pada pagi hari berdzikir: Allahumma ashbaha bii min ni’matin au
biahadin min khalqika faminka wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu wa lakasy
syukru.”
(Ya Allah, atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku hari ini atau yang Engkau
berikan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh nikmat itu hanya
dari-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala pujian dan ucap syukur hanya untuk-
Mu)
Maka ia telah memenuhi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang
mengucapkannya pada sore hari, ia telah memenuhi malamnya dengan rasa
syukur” (HR. Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth
dalam tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin).

Cara Bersyukur yang Salah


1. Bersyukur kepada Selain Allah

Sebagian orang ketika mendapat kenikmatan, mereka mengungkapkan rasa


syukur kepada selain Allah, semisal kepada jin yang mengaku penguasa lautan,
kepada berhala yang dianggap dewa bumi, atau kepada sesembahan lain selain
Allah. Kita katakan kepada mereka,

َ ‫ب ُث َّم ِمنْ ُن ْط َف ٍة ُث َّم َسوَّ ا‬


‫ك َر ُجاًل‬ َ ْ‫َأ َك َفر‬
َ ‫ت ِبالَّذِي َخلَ َق‬
ٍ ‫ك ِمنْ ُت َرا‬
“Apakah engkau kufur kepada Dzat yang telah menciptakanmu dari tanah kemudian
mengubahnya menjadi nutfah lalu menjadikanmu sebagai manusia?” (QS. Al-Kahfi:
37).

Allah Ta’ala yang menciptakan kita, menghidupkan kita, dari Allah sematalah
segala kenikmatan, maka sungguh ‘tidak tahu terima kasih’ jika kita bersyukur
kepada selain Allah. Dan telah kita ketahui bersama bahwa syukur adalah ibadah.
Dan ibadah hanya pantas dan layak kita persembahkan kepada Allah semata.
Tidak ada sekutu baginya. Allah Ta’ala juga berfirman,

َ ‫َب ِل هَّللا َ َفاعْ ب ُْد َو ُكنْ م َِن ال َّشاك ِِر‬


‫ين‬
“Beribadahlah hanya kepada Allah dan jadilah hamba yang bersyukur” (QS. Az-
Zumar: 66).

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/30031-jadilah-hamba-allah-yang-
bersyukur.html

2. Ritualiasasi Rasa Syukur yang Tidak Diajarkan Agama

Mengungkapkan rasa syukur dalam bentuk ritual sah-sah saja selama ritual
tersebut diajarkan dan dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.
Misalnya dengan sujud syukur atau dengan melafalkan dzikir. Andaikan ada
bentuk lain ritual rasa syukur yang baik untuk dilakukan tentu sudah
dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam serta para sahabat. Lebih
lagi sahabat Nabi yang paling fasih dalam urusan agama, paling bersyukur
diantara ummat Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, yang mereka jumlahnya
puluhan ribu dan di antara mereka ada yang masih hidup satu abad setelah
Rasulullah wafat, sebanyak dan selama itu tidak ada seorang pun yang terpikir
untuk membuat ritual semacam perayaan hari ulang tahun, ulang tahun
pernikahan, syukuran rumah baru, sebagai bentuk rasa syukur mereka.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

‫ْس َعلَ ْي ِه َأ ْم ُر َنا َفه َُو َر ٌّد‬


َ ‫َمنْ َع ِم َل َع َماًل لَي‬
“Barang siapa yang melakukan amalan (ibadah) yang tidak berasal dari kami, maka
amalan tersebut tertolak” (HR. Bukhari no.20, Muslim no.4590).

Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas segala
nikmat-Nya.

Allahumma a’inni ‘ala dzukrika wa syukrika wa huni ‘ibadatika


“Ya Allah aku memohon pertolonganmu agar Engkau menjadikan aku hamba
yang senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah kepadamu dengan baik”
Baca selengkapnya https://muslim.or.id/30031-jadilah-hamba-allah-yang-
bersyukur.html

Anda mungkin juga menyukai