Anda di halaman 1dari 2

Tidak ada yang tidak ada, karena tidak ada itu ada.

Artinya, tidak ada itu keadaan yang


ada. Pembuat ada itu mesti ada dan mustahil pembuat ada itu tidak ada. Pembuat pertama dari
yang ada dan tidak ada itu mutlak adanya, yang mesti ada dengan sendirinya….

Kehidupan yang sekarang ini bukan berasal dari kehidupan yang telah ada sebelumnya.
Dan kehidupan yang sebelumnya itu pun tidak berasal dari sebelumnya lagi. Semua itu adalah
kekuasaan Tuhan semesta alam yang benar adanya. Tuhan bukanlah sekedar omong kosong, kita
terlalu sombong jika mengaitkan semuanya dengan logika. Mungkin ada sebagian yang berpikir
alam, di mana manusia hanya benda yang apabila mati menjadi benda yang lain. Dalam QS. Al-
jaatsiyah [45]: 24 Allah swt berfirman..

‘Dan mereka berkata: ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita
mati dan kita hidup dan tidak adalah yang membinasakan kita selain masa,’ dan mereka sekali-
kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja”.

Coba kita sejenak keluar rumah sebentar jika ketika membaca coretan kecil ini waktu
malam dan langit sedang cerah, kita dongakkan kepala melihat angkasa luas yang bertaburkan
bintang apalgi jika kebetulan ada bintang jatuh, meteor kecil. kita akan terkagum-kagum akan
Kuasanya. Lantas kita pejamkan mata sejenak, konsentrasikan pikiran kita untuk tidak melihat
apapun selain mendengar dengan telinga kita. Apakah yang dapat kita dengar jika kita tak punya
penglihatan. Apakah kita masih dapat melihat keajaiban angkasa yang diciptakan Tuhan.
Tentunya kita hanya akan mendengar suara-suara disekeliling kita, binatang malam atau pun
daun-daun yang gugur dan diterbangkan sang angin misalnya. Tidak ada kesunyian. Tuhan tetap
memberikan indera pendengar untuk dapat mendengar suara-suara kehidupan alam. Jika manusia
itu tidak dapat melihat apapun, dia masih dapat berbicara dengan lidah dan mendengar dengan
telinganya. Jikapun ia bisu dan tuli, pasti dia masih memiliki indra peraba untuk dapat
menyentuh dan merasakan langsung di dalam hatinya, walau tanpa berkata-kata. Pun biar
manusia itu terkena penyakit lumpuh, hatipun tak akan ikut lumpuh.

Seperti yang diketahui, objek filsafat berupa yang ada dan yang mungkin ada. Di dalam
filsafat sebuah eksistensi terikat ruang dan waktu. Seperti misalnya Apakah yang dimaksud
‘ada’? Mengapa yang ‘tidak ada’ itu ‘ada’? Dalam pemikiran pada umumnya, jika suatu objek
dianggap ada maka objek tersebut eksis secara nyata. Artinya objek tersebut dapat dilihat,
disentuh maupun dirasakan keberadaannya. Sedangkan yang tidak ada berarti nihil, atau tidak
nampak, tidak dapat disentuh dan dirasakan keberadaannya.

Dalam filsafat, keberadaan suatu objek dikaitkan dengan ruang dan waktu. ‘Tidak ada’
tidak berarti tidak eksis, sedangkan yang ‘ada’ tidak berarti objek tersebut selalu ada. ‘Tidak ada’
bisa juga disebut ‘ada’. Mengapa bisa demikian? Seperti yang sudah disebutkan, jika kita
memandang keberadaan suatu objek dalam dimensi ruang dan waktu, ‘ada’ dalam suatu ruang
dan waktu dapat juga dikatakan ‘tidak ada’ dalam ruang dan waktu yang lain. Jika sebuah objek
berada di tempat tertentu, berarti objek tersebut tidak ada di tempat lainnya, begitu pula jika
objek itu ada di suatu waktu tertentu, bisa juga objek itu tidak ada di waktu lain.

Sebagai gambaran, saya memiliki janji dengan seseorang untuk berkunjung ke rumah
teman pada jam 13.00 siang nanti. Tiba-tiba saya menerima kabar bahwa saudara saya ada yang
kecelakaan dan sekarang di rumah sakit. Karena saudara saya kondisinya kritis dan tidak ada
kerabat dekat yang menjenguk, maka saya terpaksa membatalkan janji saya untuk berkunjung ke
rumah teman dan memilih untuk menunggui saudara saya di rumah sakit. Pada jam 13.00 siang
ini, posisi saya berada di rumah sakit, bukannya di rumah teman saya. Dalam hal ini, saya
dikatakan ‘tidak ada’ jika ditinjau dari ruang rumah teman. Akan tetapi saya dikatakan ‘ada’,
yakni pada ruang rumah sakit.

Filsafat merupakan pemikiran dari diri kita sendiri. Apa yang ada di dalam pikiran dan
yang di luar pikiran. Filsafat yang masih ada dalam pikiran kita sendiri disebut idealis.
Persoalannya adalah bagaimana menjelaskan apa yang ada di dalam pikiran kita kepada orang
lain, sehingga orang lain dapat mengerti. Sedangkan filsafat yang ada di luar pikiran kita disebut
realistis. Peran kita adalah bagaimana memahami hal-hal yang ada di luar pikiran, sehingga
dapat berjalan senada dengan yang sebelumnya kita pikirkan.

Berkomunikasi dalam filsafat sama saja beradu pikiran. Apa yang ada dalam pikiran kita
tidak selamanya sama dengan yang ada dalam pikiran orang lain. Jalan untuk bisa saling
berkomunikasi yaitu dengan saling menjelaskan apa yang ada dalam pikiran diri kita sendiri
kepada orang lain agar bisa dipahami. Begitu juga sebaliknya, kita berusaha memahami jalan
pikiran orang lain yang sifatnya di luar pikiran kita, dengan cara merubah pandangan.

arti masuk akal adalah dapat diterima oleh akal. Arti lainnya dari masuk akal adalah tidak
aneh. Akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk membedakan yang
salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat tergantung luas
pengalaman dan tingkat pendidikan formal maupun informal. Jadi, akal bisa didefinisikan
sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan,
menganalisis dan menilai apakah sesuai benar atau salah.

Hal yang harus kita semua ketahui yaitu, hati berpikir secara emosi, mengungkapkan
perasaan yang tidak mungkin bisa digambarkan secara logis. Sedangkan pikiran lebih cenderung
secara rasional dan praktis

Anda mungkin juga menyukai