Anda di halaman 1dari 2

LATIHAN TUGAS MANDIRI (LTM)

Nama Mahasiswa : Leni Nur Halizah


NPM : 2106714932
Program Studi : Sosiologi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Mata Kuliah/ Kelas : MPK Agama Islam
Nama Dosen : Ali Mudassir, M.P.d

Topik mengenai perempuan dalam pandangan Islam penting untuk kita ketahui dan pahami
dengan baik sebab sekarang ini masih banyak kita temukan pemahaman yang kurang tepat di
kalangan masyarakat kita. Sering kita jumpai pemahaman di mana persepsi terhadap
perempuan itu berbeda dengan persepsi terhadap laki-laki. Misalnya saja, perempuan sering
dinomorduakan, terkadang hak-haknya hanya separuh dari laki-laki, sampai dilecehkan, dan
masih banyak lagi pengalaman buruk yang dialami oleh perempuan akibat persepsi yang
berbeda terhadap perempuan. Oleh karena itu, “perempuan” merupakan salah satu topik yang
harus kita kaji dan pahami, baik itu sebagai manusia maupun sebagai umat Islam. Berbicara
persoalan ketidaksetaraan gender, di Indonesia sendiri, tiap tahunnya telah terjadi
peningkatan yang lebih baik seperti penurunan tingkat ketimpangan antargender yang
semakin menurun tiap tahun. Namun, apabila kita tinjau dari beberapa hal lain, perempuan
masih tertinggal dibandingkan laki-laki. Contohnya adalah rata-rata gaji buruh laki-laki di
Indonesia adalah sekitar 3 jutaan sedangkan buruh perempuan berada di bawahnya yaitu
sekitar 2,45 jutaan. Selain itu, jumlah dosen laki-laki juga masih lebih banyak dibanding
dosen perempuan. Bahkan, diperkirakan jumlah profesor perempuan hanya sekitar 1000-an
sementara profesor laki-laki sudah sekitar 4000-an, dengan kata lain, perbandingannya hanya
1 banding 4. Permasalahan yang tidak boleh kita lewatkan juga adalah mengenai kekerasan
seksual. Nyatanya, kekerasan seksual lebih disorot daripada kekerasan-kekerasan lainnya.
Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah apakah penyebab dari ketidaksetaraan gender ini?
Mengapa ada banyak persoalan yang timbul? Setidaknya ada tiga yang menjadi penyebab
ketidakadilan gender ini terjadi. Pertama, konstruksi sosial budaya tentang gender yang mana
dalam budaya patriarki lebih sering mengedepankan laki-laki daripada perempuan. Kedua,
paham agama yang bias gender. Ketiga, kebijakan yang netral atau bias gender. Pemahaman
terhadap agama ada tiga yaitu, secara literal, moderat, dan liberal. Literal yaitu pemahaman
sesuai al-Qur’an secara eksplisit yaitu mereka tidak mempertimbangkan sejarah ayatnya.
Moderat yaitu menengah dan mengikuti perkembangan dan bisa juga disebut paling rasional.
Lalu, Liberal yaitu lebih fleksibel dan lebih longgar dalam memahami agama. Sebagai contoh
perbedaan, diberikan sebuah case terkait warisan. Ada sebuah keluarga dimana terdapat
kakak laki-laki yang sekolah kedokteran sementara adik perempuannya tidak melanjutkan
pendidikan karena menjaga dan merawat orang tuanya yang sakit. Lalu, sang adik perempuan
itu menikah dengan tukang becak samping rumahnya. Ketika orang tua mereka pada akhirnya
meninggal, maka pembagian warisan tergantung dari ketiga pahaman agama tadi. Jika dilihat
dari pemahaman literal, anak laki-laki akan tetap mendapat dua bagian. Sementara jika dilihat
dari pemahaman moderat, akan didorong ke arah yang sebaiknya yang mana si kakak tetap
dapat dua bagian sedangkan adik dapat 1 bagian, namun si kakak didorong untuk
menyisihkan sebagian bagiannya ke sang adik melihat kondisi mereka yang kontras. Untuk
pahaman liberal sendiri, harta warisan tersebut akan dibagi berdasarkan kebutuhan, jadi
kemungkinan kakak akan menerima lebih sedikit dibanding adik. Bagaimana sebenarnya
prinsip kesetaraan dalam Islam? bagaimana Islam melihat peran, status, dan tanggung jawab
perempuan dan laki-laki dalam hal keagamaan? Sebetulnya, Islam mengajarkan bahwa laki-
laki dan perempuan itu setara dan sama posisinya di hadapan Allah. Jika dilihat lebih detail
lagi, laki-laki dan perempuan sama- sama sebagai abdullah yaitu sebagai hamba Allah SWT.
Di dalam al-Qur’an juga telah disebutkan bahwa perempuan itu memiliki potensi yang sama
dengan laki-laki dalam hal meraih prestasi. Selanjutnya, perempuan dan laki-laki juga
mempunyai hak yang sama untuk menjadi pemimpin. Tak hanya itu, juga sama-sama
penciptaannya atau diciptakan dari zat yang sama. Kualitas godaan dari perempuan dan laki-
laki juga sama, al-Qur’an mengatakan bahwa Adam dan Hawa mendapatkan kualitas godaan
yang sama dari syaitan. Terakhir, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki tanggung
jawab yang sama. Keduanya bertanggung jawab atas setiap tindakan yang mereka lakukan
walaupun hanya sebesar biji sawi.

Anda mungkin juga menyukai