Makalah Pendidikan Masa Rasulullah
Makalah Pendidikan Masa Rasulullah
DISUSUN OLEH:
SEMESTER (VII.B)
Kelompok 1 :
Zakki Al-Fatah
Ali Ubaydillah
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan menjadi inpirasi bagi pembaca.
Arjasa, Oktober 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pendidikan islam Rasulullah SAW adalah pendidik pertama dan terutama
dalam dunia pendidikan islam. Untuk mewujudkan pendidik profesional
berdasarkan roh islam, perlu melihat sisi kehidupan atau profil Rasulullah sebagai
pendidik ideal, karena hakikat diutusnya Rasulullah ke atas muka bumi adalah
sebagai uswat al-hasanat dan rohmat lil-alamin.
PEMBAHASAN
Selain itu, sistem perbudakan berlaku di masyarakat Arab. Para majikan memiliki
kebebasan mempelakukan budaknya. Mereka punya kebebasan menyiksa
budaknya, bahkan memperlakukan budaknya seperti binatang dan barang dagang
yang bisa dijual atau dibunuh. Posisi budak tidak memiliki kebebasan hidup yang
layak dan manusiawi.
Kondisi poliitik jazirah arab terpengaruh dua hal, yaitu pertama, interakaksi dunia
arab dan kekaisaran Byzantium dan Persia. Kedua, persaingan antara agama
Yahudi, Nasrani dan Zoroaster.
c. Dalam bidang akhlaq, mereka telah menerapkan pola hidup bebas tanpa
batas dalam memperturutkan hawa nafsu syahwat dan nafsu materi. Seperti;
berzina, berjudi, mabuk-mabukan, merampok, berkelahi, membungakan uang
(riba), bahkan membunuh anak perempuannya hidup-hidup merupakan bagian
dari ahlaq mereka
e. Dalam bidang sosial, masyarakat Arab sebelum Islam terbagi dalam
sisitem kasta. Ada kelompok majikan, budak, buruh, dan sebagainya. Sisitem
sosial yang didasarkan pada garis keturunan, harta benda, dan jenis kelamin, ini
pada gilirannya menampilkan cara-cara perlakuan yang diskriminatif, tidak adil
dan saling merugikan.
f. Dalam bidang politik, masyarakat arab sebelum islam menerapkan pola
kekuatan yang bersifat monopoli dan otoriter yang didasarkan setatus sosial, dan
penguasaan terhadap aset-aset dimasyarakat. Dengan demikian, pemerintah yang
diterapkan cenderung dictator, bahkan tirani, yakni kepemimpinan yang tidak
memberikan ruang gerak kepada masyarakat, segala keputusan dan kebijakan
ditentukan sepenuhnya oleh pemimpin, tanpa ada kesempatan untuk
mempertanyakannya. Siapa saja yang tidak mengikuti aturan dianggap
membangkang dan harus dihabisi.
g. Dalam bidang hukum, masyarakat Arab sebelum islam menerapkan pola
hukum yang pada dasarnya sama dengan pola dibidang politik. Hukum dapat
diperjual belikan.
Ibn Khaludin juga memiliki pendapat yang hampir senada dengan pendapat diatas.
Misal berpendapat bahwa kejadian yang ada pada bangsa arab adalah suatu hal
yang wajar, karena alamnya yang terlalu ganas menjadi bangsa yang gemar
merampas dan condong kepada hal-hal yang tak berguna, mereka merampas
segala yang dapat diraih dengan menghindari segala resiko, mereka pergi untuk
mengembalakan ternaknya dipadang. Bagi suku-suku yang bertempat tinggal di
pegunungan yang sukar dilalui akan selamat dari gangguan perampas-perampas
ini. Adapun yang tinggal di dataran apabila tidak mempunyai pelindung atau
pelindungannya lemah akan menjadi jarahan mereka yang kerap diserang dan
dirampas dan akhirnya menjadi perebutan diantara suku-suku yang kuat, dan akan
berpindah dari satu penguasa ke penguasa yang lain, yang akan mengakibatkan
hancurnya suku tersebut.
Pada awal turunya wahyu pertama { the first revelation} Al-qur’an surat 96 ayat
1-5, pola pendidikan yang di lakukan adalah secara sembunyi-sembunyi,
mengiangat kodisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri
dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya Khadijah untuk
beriaman kepada Allah dan menerima petunjuk dari-Nya. Kemudian diikuti oleh
anak angkatnya Ali Ibn Abi Thalib {Anak pamanya} dan Zaid Ibn Haritsah
{Seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak
angkatnya}. Kemudian sahabat karibnya Abu Bakkar Assidiq. Ajakan tersebut di
sampaikan secara berangsur-angsur secara meluas, tetapi masih terbatas di
kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman Ibn Affan, Zubair
Ibn Awam, Saad Ibn Zaid, dan beberapa orang lainnya. Mereka semua merupakan
tahap awal yang mula-mula masuk islam yang di sebut “assabiquna al awwalun,
sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan islam yang pertama
pada Era awal ini adalah rumah Arqam.
Perintah dakwah secara terang terangan dilakukan oleh Rasulullah seiring dengan
jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan
dakwah, karena di yakini dengan dakwah tersebut, banyak kaum Quraisy yang
akan masuk islam. Di samping itu keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai
pusat dan lembaga pendidikan islam, sudah diketahui oleh kuffar Quraisy.
Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat,
kelihatanya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka
Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada
keluarga dekat beralih kepada seruan umum umat manusia secara keseluruhan.
Seruan dalam skala ‘internasional’ tersebut didasarkan kepada perintah Allah,
surat al-hijr ayat 94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim
haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak
banyak yang menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yatsrib, kabilah
Khazraj, yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar islam
memancar keluar Mekkah.
Penerima masyarakat Yatsrib terhadap ajaran islam secara antusias tersebut,
dikarenakan beberapa faktor :
a. Adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rosul.
b. Suku Aus dan khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok
Yahudi .
c. Konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu
yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharap seorang pemimpin yang
mampu melindungi dan mendamaikan mereka.
Berikutnya di musim haji pada tahun kedua belas kerasulan Muhammad SAW,
Rasulullah didatangi dua belas orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar
kesetiaan yang dikenal dengan “Bai’at al aqabah .” mereka berjanji tidak akan
menyembah selain Allah SWT. Tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan
membunuh anak-anak dan menjauhkan perbuatan – perbuatan keji serta fitnah,
selalu taat kepada Rasulullah dalam yang benar, dan tidak akan mendurhakainya
terhadap sesuatu yang mereka tidak inginkan.
Berkat semangat tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan ajaran
islam, sehingga seluruh penduduk Yatsrib masuk islam kecuali orang-orang
Yahudi. Musim haji berikutnya 73 orang jama’ah haji dari Yatsrib mendatangi
Rasulullah, berikrar akan selalu setia dan melindungi Rasulullah SAW, dan
menetapkan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya di tempat yang sama dengan
pelaksanaan “Bai’ah al aqabah I” tahun lalu, yang di kenal dengan “Bai’ah al-
aqabah II” dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yatsrib. Inilah
bentuk dakwah Rasulullah secara umum, dakwah kepada setiap umat manusia
yang datang dari seluruh penjuru bumi berhaji ke mekkah.
Pada fase Madinah materi pendidikan yang diberikan cakupannya lebih kompleks
dibandingkan dengan materi pendidikan fase Mekkah. Di antara pendidikan islam
pelaksanaan pendidikan islam di Madinah adalah:
1. Rumah Arqam Ibn Arqam merupakan lembaga pendidikan yang pertama
atau madrasah yang pertama sekali dalam islam, utuk belajar hukum-hukum dan
dasar-dasar ajaran islam adapun yang mengajar dalam lembaga tersebut adalah
Rasulullah SAW sendiri.
2. Kuttab. Pendidikan di kuttab tidak sama dengan pendidikan yang diadakan
di rumah Arqam Ibn Arqam, pendidikan di Kuttab pada awalnya terfokus kepada
materi baca tulis sastra, syair arab, dan pembelajaran berhitung namun setelah
datang islam materinya di tambah dengan materi baca tulis al-qur’an dan
memahami hukum-hukum islam. Adapun yang mengajar di kuttab pada era pra
awal islam adalah orang-orang non-muslim. Dalam sejarah pendidikan islam,
istilah Kuttab telah dikenal di kalangan bangsa arab pra islam. Ahmad Syalaby
mengatakan bahwa Kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua yakni :
Dalam sejarah pendidikan islam, istilah Kuttab telah dikenal di kalangan bangsa
arab pra islam. Ahmad Syalaby mengatakan bahwa Kuttab sebagai lembaga
pendidikan terbagi dua yakni:
a. Kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar pusi-puisi
arab, dan sebagian besar gurunya adalah nonmuslim. Pada mulanya
pendidikan kuttab berlangsung di rumah-rumah para guru atau di pekarangan
sekitar masjid. Materi yang di ajarkan dalam pelajaran baca tulis ini adalah puisi
atau pepatah-pepatah Arab yang mengandung nilai-nilai tradisi yang baik. Adapun
penggunaan Al-Quran sebagai teks dalam kuttab baru terjadi kemudian, ketika
jumlah kaum muslimin yang menguasai al-Quran telah banyak, dan terutama
setelah kegiatan kodifikasi pada masa kekhalifahan ‘Usman ibn Affan’.
kebanyakan guru kuttab pada masa awal islam adalah non muslim, sebab muslim
yang dapat menulis yang mana jumlahnya masih sangat sedikit sibuk dengan
pencatatan wahyu.
Senada dengan hal di atas, Samsul Nizar menjelaskan bahwa hal tersebut
disebabkan oleh dua faktor: (1) menjaga kesucian al-quran, agar tidak sampai
terkesan di permainkan para siswa dengan menulis dan menghapusnya. Hal ini di
sebabkan para siswa di ajarkan tulis menulis di atas batu tulis, yang mana acap
kali di hapus. (2) pada masa awal islam pengikut nabi yang bisa baca tulis hanya
sedikit, kebanyakan mereka bertugas sebagai juru tulis nabi. Oleh sebab itu
kebanyakan guru baca tulis adalah kaum Zimmi dan para tawanan perang, seperti
tawanan badar. Untuk itu tidak mungkin mereka memiliki kewenangan untuk
mengajarkan al-quran kepada para siswa.
Pengajaran teks al-alquran pada jenis kuttab yang kedua ini, setelah qurra dan
huffiazh ( ahli bacaan dan penghafal alquran telah banyak ). Guru yang
mengajarkan adalah dari umat islam sendiri. Pada jenis intuisi yang kedua ini
merupakan lanjutan dari kuttab yang pertama yang mana telah di ajarkan kepada
siswa kemampuan baca tulis. Pada jenis yang kedua ini siswa akan di ajari
pemahaman al-quran, dasar-dasar agama islam, juga di ajarkan ilmu gramatika
bahasa arab dan aritmetika. Sementara kuttab yang didirikan oleh orang-orang
yang lebih mapan kehidupanya , materi tambahanya adalah menunggang kuda dan
berenang.
Pada fase Mekkah Rasulullah beserta sahabat menghadapi sejumlah tantangan dan
ancaman dari kaum Quraisy. Menurut Ahmad Salaby, sebagaimana yang di kutip
soekarno, bahwa faktor-faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan
islam ialah sebagai berikut: (1) persaingan kekuasaan (persamaan hak antara
kaum bangsawan dan kaum kasta hamba sahaya yang dilakukan oleh Rasulullah.
(2) takut bangkit. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama islam yang
mengajarkan bahwa manusia akan hidup lagi setelah mati. (3) taklid kepada nenek
moyang secara membabi buta dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam soal-
soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang telah berurat berakar
pada bangsa Arab. (4) memperniagakan patung, agama islam melarang
menyembah, memahat, menjual patung.
Dalam sejarah islam, masjid yang pertama kali di bangun Nabi adalah Masjid At-
Taqwa di Quba pada jarak kurang lebih 2 mil dari kota Madinah. Rasulullah
membangun sebelah Utara Masjid Madinah dan Masjid Al-Haram yang di sebut
al-suffah, untuk tempat tinggal orang-orang fakir miskin yang tekun menuntut
ilmu.mereka di kenal dengan “ahli suffah”.
Pertama materi pendidikan tauhid, materi ini lebih di fokuskan untuk memurnikan
ajaran agama tauhid dibawa Nabi Ibrahim, yang telah diselewengkan oleh
masyrakat jahiliyah. Secara teori intisari ajaran tauhid terdapat dalam kandungan
surah Al-fatihah ayat 1-7 dan surah Al-ikhlas ayat 1-5. Secara praktis pendidikan
tauhid diberikan melalui cara-cara yang bijaksana, menuntun akan pemikiran
dengan mengajak ummatnya untuk membaca, memerhatikan dan memikirkan
kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia sendiri. dan kemudian mausia
mengajarkan cara bagaimana mengaplikasikan pengertian tauhid tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, Rasulullah langsung mejadi contoh bagi umatnya.
Hasilnya, kebiasan masyarakat Arab yang melalui perbuatan atas nama berhala,
diganti dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Kebiasan menyembah berhala,
diganti dengan mengagungkan dan menyembah Allah SWT.
Kedua, materi pengajaran Al-qur’an. Materi ini dapat dibagi menjadi beberapa
bagian:
1. Materi baca tulis Al-qur’an. Untuk sekarang ini disebut dengan materi
imla’ dan iqra’ . materi ini diharapkan agar kebiasaan orang arab yang sering
membaca syair-syair indah, diganti dengan membaca al-qur’an sebagai nilai sastra
yang lebih tinggi.
2. Materi menghafal ayat-ayat Al-qur’an. Yang kemudian saat hari disebut
dengan menghafalkan ayat-ayat suci Al-qur’an.
3. materi pemahaman Al-qur’an, saat ini disebut dengan materi fahmi Al-
qur’an. Tujuannya ialah untuk meluruskan pola pikir umat islam yang dipengaruhi
pola pikir jahiliah.
Pada fase Makkah terdapat tiga macam intisari materi pelajaran, yakni:
Materi keimanan yang menjadi pokok pertama adalah iman kepada Allah tuhan
yang maha Esa, beriman bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rosul Allah, di
wahyukan kepada al Quran sebagai petunjuk dan pengajaran bagi seluruh umat
manusia.
Nabi menganjurkan kepada penduduk Mekkah yang telah masuk islam untuk
melaksanakan akhlak yang baik, seperti adil, menepati janji, jujur, pemaaf,
tawakal, bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah, tolong-menolong,
berbakti kepada orang tua, memberi makan orang miskin, dan musafir serta
meninggalkan akhlak yang buruk.
Untuk ibadah shalat di samping sholat lima waktu yang telah di sampaikan nabi di
mekkah, juga di perintahkan untuk sholat jumat sebagai ganti zuhur, disamping
itu juga sholat sunah seperti sholat idul fitri dan idul adha . sholat di anjurkan
tepat waktu, sehingga ia menjadi tiang agama. Ibadah puasa, ibadah Haji, ibadah
Zakat,
Pendidikan kesehatan dapat dilihat dari dalam amal ibadah yang dilakukan sehari-
hari, seperti puasa, sholat, wudhu, mandi. Dalam al quran di jelaskan supaya
makan dan minum secara sederhana, tidak berlebih lebihan.
Ibadah sangat penting dalam masyarakat seperti mengeluarkan zakat, syariat yang
berhubungan dengan masyarakat, seperti berhubungan rumah tangga. Hal hal
yang berhubungan dengan pergaulan sesama manusia, hal hal yang juga
berhubungan dengan ekonomi dan pemerintahan.
Kurikulum pendidkan islam pada periode Rasullah SAW baik di Makkah
maupun di Madinah adalah Al-quran, yang Allah wahyukan sesuai dengan
kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang di alami umat islam saat itu.
Metode pengajaran ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan
metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
b. Dialog. Misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’az Ibn Jabbal ketika
Mu’az akan diutus sebagai kadi kenegri yaman, dialog antara Rasulullah dengan
para sahabat untuk mengatur strategi perang.
c. Diskusi atau Tanya jawab. Sering sahabat bertanya kepada Rasulullah
tentang suatu hukum, kemudian Rasul menjawabnya.
d. Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana suatu tubuh
maka anggota tubuh, lainnya akan turut merasakannya.
f. Metode hafalan misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga Al-
qur’an dengan menghafalnya.
g. Metode kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan isra’ dan mi’raj dan
tentang kisah pertemuan antara nabi Musa dan nabi Khaidir.
Metode Rasulullah SAW dalam mendidik anak dapat dilihat dari arti hadis berikut
ini;
Anas r.a. berkata, “Rasulullah SAW, adalah orang yang paling baik ahlaknya.
Aku punya saudara yang di panggil Abu Umar. Dia anak yang sudah di pisahkan
dari susuan. Jika datang beliau berkata, “Wahai Abu Umar, apa yang dilakukan
nughair (burung kecil)?” kadang-kadang beliau bermain dengan dia. Jika tiba saat
sholat sementara beliau masih berada di rumah kami, beliau memunta permadani
yang ada di bawahnya, lalu permadani itu beliau sapu dan di tiup-tiup. Kemudian
berdiri dan diikuti oleh kami di belakangnya.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidji,
dan Abu Daud ).
Dari hadist di atas nilai-nilai Tarbiyah yang dapat di petik ialah sebagai berikut;
2. Membersihkan pertanda adanya praktik amal untuk bisa berbuat bersih
secara iman dan perilakunya nyata.
4. Kalimat yang di ucapkan Rasulullah SAW, “Wahai Abu Umar, apa yang
di kerjakan Nughair?” punya beberapa faedah di antaranya:
5. Turunya Rasulullah ke atas intelek anak bisa membuahkan rasa optimis
pada diri anak.
6. Memakai cara dengan panggilan. Teori ini dapat memberikan kesan
kepada keluarga bahwa anaknya sudah dewasa.
BAB III
PENUTUP