Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM MASA RASULULLAH”

Memenuhi tugas Mata Kuliah “SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM”

Dosen Pembimbing : SYAFIQIYAH ADHIMIY, M.Pd

DISUSUN OLEH:
SEMESTER (VII.B)
Kelompok 1 :
 Zakki Al-Fatah
 Ali Ubaydillah

YAYASAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU KEISLAMAN AL-HIDAYAH
STIKA ALHIDAYAH ARJASA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
        Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
    Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan menjadi inpirasi bagi pembaca.

    
                                                                                 Arjasa, Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

A.      Kondisi Sosial Budaya, Ekonomi, Politik, Keberagaman, Dan Pendidikan

Masyarakat Sebelum Islam..................................................................................5

B.       Tahapan Pendidikan Islam Fase  Mekkah.................................................8

C.      Lembaga Pendidikan Dan Sistem Pembelajaran......................................12

D.       Materi dan kurikulum pendidikan islam..................................................14

BAB III..................................................................................................................19

PENUTUP..............................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pendidikan islam Rasulullah SAW adalah pendidik pertama dan terutama
dalam dunia pendidikan islam. Untuk mewujudkan pendidik profesional
berdasarkan roh islam, perlu melihat sisi kehidupan atau profil Rasulullah sebagai
pendidik ideal, karena hakikat diutusnya Rasulullah ke atas muka bumi adalah
sebagai uswat al-hasanat dan  rohmat lil-alamin.

Hasil pendidikan islam periode Rasulullah terlihat dari kemampuan murid-


muridnya (para sahabat) yang luar biasa. Misalnya ; Umar Ibn Khattb ahli hukum
dan pemerintahan, Abu Hurairah ahli hadis, Salman Al Farisi ahli perbandingan
agama  (Majusi, Yahudi, Nasrani, dan Islam), dan Ali Ibn Abi Thalib ahli hukum
dan tafsir Al-Qur’an.kemudian murid dari para sahabat Rasulullah di kemudian
hari, tabi-tabi’in, banyak yang menjadi ahli dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan sains, teknologi, astronomi, filsafat yang menghantarkan islam ke
pintu gerbang zaman keemasan terutama pada fase awal kekuasaan dinasti
Abbasiyah.

Seokarno dan Supardi dalam Saleh (2012:81) Berpendapat bahwapendidikan


islam terjadi sejak nabi Muhammad menjadi rasul Allah di Mekkah dan beliau
sendiri sebagai gurunya. Pendidikan masa ini merupakan prototype yang terus-
menerus dikembangkan oleh umat islam untuk kependidikan pada zamannya.
Pendidikan islam mulai dilaksanakan Rasulullah setelah mendapat perintah dari
Allah agar beliau menyeru kepada Allah, sebagaimana yang termaktub dalam Al-
Quran Surah Al-Muddatsir [74] : 1-7. Menyeru berarti mengajak, mangajak
berarti mendidik.

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1.      Bagaimana Kondisi Masyarakat Arab sebelum islam?

2.      Bagaimana pola pendidikan pada masa Rasulullah SAW?

3.      Bagaimanakah system pendidikan pada zaman Rasulullah SAW?


BAB II

PEMBAHASAN

A.      Kondisi Sosial Budaya, Ekonomi, Politik, Keberagaman, Dan


Pendidikan Masyarakat Sebelum Islam
Bangsa Arab memiliki karakter yang positif seperti pemberani, ketahanan fisik,
kekuatan daya ingat, hormat akan harga diri dan martabat, penganut kebebasan,
loyal terhadap pimpinan, pola hidup sederhana, ramah, ahli syair dan sebagainya.
Tapi karakter baik mereka terkikis oleh kejahiliyahan mereka. Mereka melakukan
kebiasaan-kebiasaan buruk seperti minum khamr (arak) sampai mabuk, berzina,
berjudi, merampok dan sebagainya. Mereka menempatkan kaum  perempuan pada
kedudukan yang sangat rendah. Perempuan dipandang ibarat  binatang piaraan
dan tidak memiliki kehormatan dan kekuatan untuk membela  diri. Laki-laki
memiliki kebebasan untuk menikah dan menceraikan semaunya.

Tradisi yang terburuk di masyarakat Arab adalah mengubur anak-anak perempuan


mereka secara hidup-hidup. Mereka merasa terhina dan malu memiliki anak
perempuan dan marah bila istrinya melahirkan anak perempuan. Mereka
menyakini bahwa anak perempuan akan membawa kemiskinan dan kesengsaraan.

Selain itu, sistem perbudakan berlaku di masyarakat Arab. Para majikan memiliki
kebebasan mempelakukan budaknya. Mereka punya kebebasan menyiksa
budaknya, bahkan memperlakukan budaknya seperti binatang dan barang dagang
yang bisa dijual atau dibunuh. Posisi budak tidak memiliki kebebasan  hidup yang
layak dan manusiawi.

Bangsa Arab memiliki mata pencaharian bidang perdagangan, pertanian, dan


peternakan. Peternakan menjadi sumber kehidupan bagi Arab Badui. Mereka
berpindah-pindah menggiring ternaknya ke daerah yang sedang musim hujan atau
ke padang rumput. Mereka mengosumsi daging dan susu dari ternaknya. Serta
membuat pakaian dan kemanya dari bulu domba. Jika telah terpenuhi
kebutuhannya, mereka menjualnya kepada orang lain. Orang kaya dikalangan
mereka  terlihat dari banyaknya hewan yang dimiliki.

Selain Arab Badui, sebagian masyarakat perkotaan yang menjadikan peternakan


sebagai sumber penghidupan. Ada yang menjadi pengembala ternak milik
sendiri, ada juga yang mengembala ternak orang lain. Seperti Nabi Muhammad
Saw, ketika tinggal di suku Bani Sa’ad, beliau seorang pengembala kambing.
Begitu juga Umar bin Khathab, Ibnu Mas’ud dan lain.
Sebelum datangnya Islam, ada tiga kekuatan politik besar yang mempengaruhi
politik arab: yaitu kekaisaran Nasrani Byzantium, kekaisaran Persia memeluk
agama Zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab bagian  selatan.

Kekaisaran Byzantium dan Romawi Timur dengan ibukota Konstantinopel


merupakan bekas Imperium Romawi masa klasik. Pada permulaan abad ke-7,
wilayah imperium ini telah meliputi Asia kecil, Siria, Mesir dan sebagian daerah
Italia, serta sejumlah kecil wilayah di pesisir Afrika Utara juga berada di bawah
kekuasaannya.

Sedangkan kekaisaran Persia berada di bawah kekuasaan dinasti Sasanid


(Sasaniyah). Ibu kota Persia adalah al-Madana’in, terletak sekitar dua puluh mil di
sebelah tenggara kota Baghdad yang sekarang. Wilayah kekuasaannya terbentang
dari Irak dan Mesopotamia hingga pedalaman timur Iran serta Afganistan.

Kondisi poliitik jazirah arab terpengaruh dua hal, yaitu pertama, interakaksi  dunia
arab dan kekaisaran Byzantium dan Persia. Kedua, persaingan antara agama
Yahudi, Nasrani dan Zoroaster.

Al-Qur’an al-karim menggambarkan situasi kehidupan masyarakat arab sebelum


islam dalam berbagai ungkapan yang negatif, seperti ungkapan fi dlalal al-mubin
(dalam kesesatan yang nyata), Dzulumat (berbuat durhaka,mengabaikan perintah
tuhan, dan melanggar larangannya) dan Fasad (berkerusakan dimuka bumi).

Adanya berbagai prilaku menyimpang terdapat pada masyarakat arab sebelum


islam sebagaimana diisyaratkan dalam ayat-ayat al-qur’an, syaikh Alian-nadvi
berkesimpulan bahwa pada saat kedatangan islam, masyarakat arab pada
khususnya dan dunia pada umumnya berada dalam keadaan Chaos, tak ubahnya
seperti keadaan bumi yang baru saja dilanda gempa yang dasyat, disana sisni
terdapat bangunan luluh lantak, hancur dan rata dengan tanah, dinding yang retak,
tiang yang bergeser dari tempat asalnya, genteng dan kaca-kaca yang hancur
berantakan, mayat-mayat yang bergelimpangan, dan harta benda lainnya yang
hancur dan lenyapditelan bumi.

Ungkapan tersebut menggambarkan adanya kerusakan sistem kehidupan ummat


manusia, baik dalam bidang aqidah, ibadah, akhlaq yang selanjutnya berpengaruh
terhadap rusaknya sistem ekonomi, sosial, politik, budaya, hukum, pendidikan,
dan lain sebagainya.

a.         Dalam bidang akidah, mereka sudah jatuh kedalam mempersekutukan


Tuhan atau musyrik, dengan cara mempercayai benda-benda atau segala sesuatu
selain Tuhan. Kepercayaan kepada segala sesuatu selain Allah SWT ini
merupakan kekeliruan besar.
b.         Dalam bidang ibadah mereka telah memuja atau menyembah berhala-
berhala yang mereka bikin sendiri, mereka telah menyembah dan memuja segala
sesuatu yang sesungguhnya tidak mampu mendatangkan manfaat atau menolak
mudharat, Atas dasar ketidak cerdasan atau kekeliruannya inilah, maka mereka
disebut kaum jahiliyah.

c.         Dalam bidang akhlaq, mereka telah menerapkan pola hidup bebas tanpa
batas dalam memperturutkan hawa nafsu syahwat dan nafsu materi. Seperti;
berzina, berjudi, mabuk-mabukan, merampok, berkelahi, membungakan uang
(riba), bahkan membunuh anak perempuannya hidup-hidup merupakan bagian
dari ahlaq mereka

d.        Dalam bidang ekonomi, mereka menerapkan pola ekonomi menghalalkan


segala cara, mengurangi timbangan dan takaran, bersumpah palsu, berdusta, dan
praktek ekonomi secara elegal telah membudaya dalam kegiatan ekonomi mereka.

e.         Dalam bidang sosial, masyarakat Arab sebelum Islam terbagi dalam
sisitem kasta. Ada kelompok majikan, budak, buruh, dan sebagainya. Sisitem
sosial yang didasarkan pada garis keturunan, harta benda, dan jenis kelamin, ini
pada gilirannya menampilkan cara-cara perlakuan yang diskriminatif, tidak adil
dan saling merugikan.

f.          Dalam bidang politik, masyarakat arab sebelum islam menerapkan pola
kekuatan yang bersifat monopoli dan otoriter yang didasarkan setatus sosial, dan
penguasaan terhadap aset-aset dimasyarakat. Dengan demikian, pemerintah yang
diterapkan cenderung dictator, bahkan tirani, yakni kepemimpinan yang tidak
memberikan ruang gerak kepada masyarakat, segala keputusan dan kebijakan
ditentukan sepenuhnya oleh pemimpin, tanpa ada kesempatan untuk
mempertanyakannya. Siapa saja yang tidak mengikuti aturan dianggap
membangkang dan harus dihabisi.

g.         Dalam bidang hukum, masyarakat Arab sebelum islam menerapkan pola
hukum yang pada dasarnya sama dengan pola dibidang politik. Hukum dapat
diperjual belikan.

h.         Dalam bidang pendidikan, masyarakat Arab sebelum Islam menerapkan


pola pendidikan keluarga yang diarahkan pada pemberian pembiasaan,
keterampilan, sifat dan karakter yang harus dimiliki oleh seseorang dalam
kehidupan keluarga. Pendidikan dalam arti mencerdaskan masyarakat dengan
memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan keraja. Pendidikan dalam arti
yang kedua ini hanya menjadi milik kaum elit, itulah sebabnya, pada masa itu
jumlahh orang yang cerdas, dapat membaca, menulis dan menghitung jumlahnya
masih dapat dihitung dengan jari.
Seluruh bangsa di muka bumi ini kecuali bangsa Arab mempunyai pemerintah
yang melindungi kebudayaan yang dipegang teguh hukum yang dianut, filsafat
yang diciptakan, serta keindahan yang dijelmakan dalam hasil-hasil pekerjaannya,
seperti pembuatan permadani, permainan catur, batu timbangan, seperti filsafat
dikalangan bangsa yunani yang membahas hakikat kejadian. Sedangkan bangsa
Arab tidak mempunyai raja yang dapat mempersatukannya, melarang tindakan
kejam, menahan orang dzalim, mmencegah peperangan; mereka juga tidak
mempunyai sedikitpun hasil pekerjaannya, tak ada peninggalan filsafat yang
dianutnya, yang ada hanya syair, itupun banyak disokong oleh bangsa bangsa
asing, karena bangsa Roma mempunyai syair yang indah baik timbangannya
maupun nadanya.

Ibn Khaludin juga memiliki pendapat yang hampir senada dengan pendapat diatas.
Misal berpendapat bahwa kejadian yang ada pada bangsa arab adalah suatu hal
yang wajar, karena alamnya yang terlalu ganas menjadi bangsa yang gemar
merampas dan condong kepada hal-hal yang tak berguna, mereka merampas
segala yang dapat diraih dengan menghindari segala resiko, mereka pergi untuk
mengembalakan ternaknya dipadang. Bagi suku-suku yang bertempat tinggal di
pegunungan yang sukar dilalui akan selamat dari gangguan perampas-perampas
ini. Adapun yang tinggal di dataran apabila tidak mempunyai pelindung atau
pelindungannya lemah akan menjadi jarahan mereka yang kerap diserang dan
dirampas dan akhirnya menjadi perebutan diantara suku-suku yang kuat, dan akan
berpindah dari satu penguasa ke penguasa yang lain, yang akan mengakibatkan
hancurnya suku tersebut.

Selanjutnya Ibn Khaludin menambahkan bahwa orang-orang arab di zaman


jahiliyah selalu berebut kekuasaan, jarang sekali diantara mereka yang mau
menyerahkannya haknya kepada orang lain, meskipun kepada ayahnya,
saudaranya atau orang yang lebih tua. Oleh sebab itu maka banyaklah jumlah
pemimpin-pemimpin yang mengakibatkan berbelitnya peraturan-peraturan yang
datang kepada rakyat, baik yang berupa pajak maupun hukum, maka kemajuan
tidak akan tercapai bahkan kehancuran.

B.       Tahapan Pendidikan Islam Fase  Mekkah


Pola pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah sejalan dengan tahapan–tahapan
dakwah yang disampaikannya kepada kaum Quraisy. Dalam hal ini penulis
membaginya kepada tiga tahap.

1.    Tahap Rahasia dan Perorangan.

Pada awal turunya wahyu pertama { the first revelation} Al-qur’an surat 96 ayat
1-5, pola pendidikan yang di lakukan adalah secara sembunyi-sembunyi,
mengiangat kodisi sosial-politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri
dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya Khadijah untuk
beriaman kepada Allah dan menerima petunjuk dari-Nya.  Kemudian diikuti oleh
anak angkatnya Ali Ibn Abi Thalib {Anak pamanya} dan Zaid Ibn Haritsah
{Seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak
angkatnya}. Kemudian sahabat karibnya Abu Bakkar Assidiq. Ajakan tersebut di
sampaikan secara berangsur-angsur secara meluas, tetapi masih terbatas di
kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman Ibn Affan, Zubair
Ibn Awam, Saad Ibn Zaid, dan beberapa orang lainnya. Mereka semua merupakan
tahap awal yang mula-mula masuk islam yang di sebut “assabiquna al awwalun,
sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan islam yang pertama
pada Era awal ini adalah rumah Arqam.

2.    Tahap Terang-Terangan.

Pendidikan secara sembunyi – sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai


turunya wahyu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan
terang-terangan. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga
dekatnya untuk berkumpul di bukit Shafa, menyerukan agar berhati hati terhadap
azab yang keras di kemudian (hari kiamat), bagi orang yang tidak mengakui Allah
sebagai Tuhan yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut di
jawab Abu Lahab, “Celakalah kamu Muhammad! Untuk inikah kamu
mengumpulkan kami? Saat itu di turunkan wahyu yang menjelaskan perihal Abu
Lahab dan Istrinya.

Perintah dakwah secara terang terangan dilakukan oleh Rasulullah seiring dengan
jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan
dakwah, karena di yakini dengan dakwah tersebut, banyak kaum Quraisy yang
akan masuk islam. Di samping itu keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai
pusat dan lembaga pendidikan islam, sudah diketahui oleh kuffar Quraisy.

3.    Tahap Untuk Umum.

Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat,
kelihatanya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka
Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada
keluarga dekat beralih kepada seruan umum umat manusia secara keseluruhan.
Seruan dalam skala ‘internasional’ tersebut didasarkan kepada perintah Allah,
surat al-hijr ayat 94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim
haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak
banyak yang menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yatsrib, kabilah
Khazraj, yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar islam
memancar keluar Mekkah.
Penerima masyarakat Yatsrib terhadap ajaran islam secara antusias tersebut,
dikarenakan beberapa faktor :

a.         Adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rosul.

b.         Suku Aus dan khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok
Yahudi .

c.         Konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu
yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharap seorang pemimpin yang
mampu melindungi dan mendamaikan mereka.

Berikutnya di musim haji pada tahun kedua belas kerasulan Muhammad SAW,
Rasulullah didatangi dua belas orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar
kesetiaan yang dikenal dengan “Bai’at al aqabah .” mereka berjanji tidak akan
menyembah selain Allah SWT. Tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan
membunuh anak-anak dan menjauhkan perbuatan – perbuatan keji serta fitnah,
selalu taat kepada Rasulullah dalam yang benar, dan tidak akan mendurhakainya
terhadap sesuatu yang mereka tidak inginkan.

Berkat semangat tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan ajaran
islam, sehingga seluruh penduduk Yatsrib masuk islam kecuali orang-orang
Yahudi. Musim haji berikutnya 73 orang jama’ah haji dari Yatsrib mendatangi
Rasulullah, berikrar akan selalu setia dan melindungi Rasulullah SAW, dan
menetapkan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya di tempat yang sama dengan
pelaksanaan “Bai’ah al aqabah I” tahun lalu, yang di kenal dengan “Bai’ah al-
aqabah II” dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yatsrib. Inilah
bentuk dakwah Rasulullah secara umum, dakwah kepada setiap umat manusia
yang datang dari seluruh penjuru bumi berhaji ke mekkah.

Pada fase Madinah materi pendidikan yang diberikan cakupannya lebih kompleks
dibandingkan dengan materi pendidikan fase Mekkah. Di antara pendidikan islam
pelaksanaan pendidikan islam di Madinah adalah:

1.         Pendidikan Ukhuwah {persaudaraan} antara kaum muslimin. Dalam


melaksanakan pendidikan ukhuwah ini, nabi Muhammad SAW. Bertitik tolak dari
struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu. Untuk mempersatukan keluarga itu
nabi Muhammad SAW berusaha untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan yang
terpadu. Mereka di persaudarakan karena Allah bukan karena yang lain. Sesuai
dengan isi konstitusi Madinah pula, bahwa antara orang yang beriman, tidak boleh
membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan utang yang berat diantara
sesama mereka. Antara orang yang beriman satu sama lainnya haruslah saling
bantu membantu dalam menghadapi segala persoalan hidup. Mereka harus bekerja
sama dalam mendatangkan kebaikan, mengurus kepentingan bersama, dan
menolak kemudaratan atau kejahatan yang akan menimpa.

2.         Pendidikan kesejahtraan sosial. Terjaminnya kesejahtraan sosial,


tergantung pada terpenuhinya kebutuhan pokok dari pada kehidupan sehari-hari.
Untuk itu, setiap orang harus bekerja mencari nafkah. Untuk mengatasi masalah
pekerjaan tersebut, nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada kaum
Muhajirin yang telah dipersaudarakan dengan kaum Ansor, agar mereka bekerja
sama dengan saudara-saudara tersebut. Mereka kaum muhajirin yang biasa bertani
silakan mengikuti pertanian, yang biasa berdagang silakan mengikuti saudaranya
yang berdagang . untuk pegamanan nabi Muhammad SAW membentuk satuan
pengamat yang mendapat tugas untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan
terjadinya serangan dan gangguan terhadap kehidupan kaum muslimin. Satuan-
satuan ini adalah merupakan embirin dari pasukan yang bertugas untuk
mengamankan dan mempertahankan serta mendukung tugas dakwah lslam lebih
lanjut.
3.         Pendidikan kesejahtraan keluarga kaum kerabat. Yang dimaksud dengan
keluarga adalah suami, istri dan anak-anaknya. Nabi Muhammad SAW berusaha
untuk memperbaiki keadaan itu memperkenalkan dan sekaligus menerapkan
sistem kekeluargaan kekerabatan baru, yang berdasarkan takwa kepada Allah.
Diperkenankannya sistem kekeluargaan hak-hak keluarga dan kemurnian
keturunannya dalam kehidupan kekerabatan dan kemasyarakatan yang adil dan
seimbang, seperti yang terlihat dalam surah Al-hujarat : 13

Artinya :“Hai manusia sesunggguhnya kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu bangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa
diantara kamu”.

4.         Pendidikan hankam {pertahanan dan keamanan}dakwah islam.


Masyarakat kaum muslimin merupakan satu state {Negara} dibawah bimbingan
nabi Muhammad SAW yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi
usaha dakwahnya untuk mengajarkan ajaran islam kepada seluruh umat manusia
secara bertahap. Oleh karena itu, setelah masyarakat kaum muslimin di madinah
berdiri dan berdaulat, usaha nabi Muhammad SAW memperluas pengakuan
kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar madinah untuk
mengakui konstitusi madinah. Ajakan tersebut di sampaikan dengan baik-baik dan
bijaksana. Bagi mereka yang tidak mau mengikat perjanjian damai tersebut ada
dua kemungkinan tindakan nabi Muhammad SAW:
a.       Apabila mereka tidak menyatakan permusuhan dan tidak menyerang kaum
muslimin atau kaum kabilah yang telah mengikat perjanjian dengan kaum
musilimin, maka mereka dibiarkan saja.

b.      Apabila mereka menyatakan yang sebaliknya maka mereka harus


ditundukkan/diperangi, sehingga mereka menyatakan dan mengakui kedaulatan
umum muslimin.

C.      Lembaga Pendidikan Dan Sistem Pembelajaran


Menurut penulis, lembaga pendidikan islam pada fase Mekkah ada dua macam
tempat yaitu:

1.         Rumah Arqam Ibn Arqam merupakan lembaga pendidikan yang pertama
atau madrasah yang pertama sekali dalam islam, utuk belajar hukum-hukum dan
dasar-dasar ajaran islam adapun yang mengajar dalam lembaga tersebut adalah
Rasulullah SAW sendiri.

2.         Kuttab. Pendidikan di kuttab tidak sama dengan pendidikan yang diadakan
di rumah Arqam Ibn Arqam, pendidikan di Kuttab pada awalnya terfokus kepada
materi baca tulis sastra, syair arab, dan pembelajaran berhitung namun setelah
datang islam materinya di tambah dengan materi baca tulis al-qur’an dan
memahami hukum-hukum islam. Adapun yang mengajar di kuttab pada era pra
awal islam adalah orang-orang non-muslim. Dalam sejarah pendidikan islam,
istilah Kuttab telah dikenal di kalangan bangsa arab pra islam. Ahmad Syalaby
mengatakan bahwa Kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua yakni :

Dalam sejarah pendidikan islam, istilah Kuttab telah dikenal di kalangan bangsa
arab pra islam. Ahmad Syalaby mengatakan bahwa Kuttab sebagai lembaga
pendidikan terbagi dua yakni:

a.         Kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar pusi-puisi
arab, dan sebagian besar gurunya adalah nonmuslim. Pada mulanya
pendidikan kuttab berlangsung di rumah-rumah para guru atau di pekarangan
sekitar masjid. Materi yang di ajarkan dalam pelajaran baca tulis ini adalah puisi
atau pepatah-pepatah Arab yang mengandung nilai-nilai tradisi yang baik. Adapun
penggunaan Al-Quran sebagai teks dalam kuttab baru terjadi kemudian, ketika
jumlah kaum muslimin yang menguasai al-Quran telah banyak, dan terutama
setelah kegiatan kodifikasi pada masa kekhalifahan ‘Usman ibn Affan’.
kebanyakan guru kuttab pada masa awal islam adalah non muslim, sebab muslim
yang dapat menulis yang mana jumlahnya masih sangat sedikit sibuk dengan
pencatatan wahyu.
Senada dengan hal di atas, Samsul Nizar menjelaskan bahwa hal tersebut
disebabkan oleh dua faktor: (1) menjaga kesucian al-quran, agar tidak sampai
terkesan di permainkan para siswa dengan menulis dan menghapusnya. Hal ini di
sebabkan para siswa di ajarkan tulis menulis di atas batu tulis, yang mana acap
kali di hapus. (2) pada masa awal islam pengikut nabi yang bisa baca tulis hanya
sedikit, kebanyakan mereka bertugas sebagai juru tulis nabi. Oleh sebab itu
kebanyakan guru baca tulis adalah kaum Zimmi dan para tawanan perang, seperti
tawanan badar. Untuk itu tidak mungkin mereka memiliki kewenangan untuk
mengajarkan al-quran kepada para siswa.

b.        Sebagai pengajaran al-quran dan dasar-dasar agama islam.

Pengajaran teks al-alquran pada jenis kuttab yang kedua ini, setelah qurra dan
huffiazh ( ahli bacaan dan penghafal alquran telah banyak ). Guru yang
mengajarkan adalah dari umat islam sendiri. Pada jenis intuisi yang kedua ini
merupakan lanjutan dari kuttab yang pertama yang mana telah di ajarkan kepada
siswa kemampuan baca tulis. Pada jenis yang kedua ini siswa akan di ajari
pemahaman al-quran, dasar-dasar agama islam, juga di ajarkan ilmu gramatika
bahasa arab dan aritmetika. Sementara kuttab yang didirikan oleh orang-orang
yang lebih mapan kehidupanya , materi tambahanya adalah menunggang kuda dan
berenang.

Pada fase Mekkah Rasulullah beserta sahabat menghadapi sejumlah tantangan dan
ancaman dari kaum Quraisy. Menurut Ahmad Salaby, sebagaimana yang di kutip
soekarno, bahwa faktor-faktor yang mendorong kaum Quraisy menentang seruan
islam ialah sebagai berikut: (1) persaingan kekuasaan (persamaan hak antara
kaum bangsawan dan kaum kasta hamba sahaya yang dilakukan oleh Rasulullah.
(2) takut bangkit. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agama islam yang
mengajarkan bahwa manusia akan hidup lagi setelah mati. (3) taklid kepada nenek
moyang secara membabi buta dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam soal-
soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang telah berurat berakar
pada bangsa Arab. (4) memperniagakan patung, agama islam melarang
menyembah, memahat, menjual patung.

Rasulullah SAW dan para sahabatnya memutuskan untuk berhijrah ke Madinah


setelah menghadapi dan mendengar ancaman tersebut. Ketika Rasulullah dan para
sahabatnya hijrah ke Madinah , salah satu program pertamanya adalah
membangun sebuah masjid.

Dalam sejarah islam, masjid yang pertama kali di bangun Nabi adalah Masjid At-
Taqwa di Quba pada jarak kurang lebih 2 mil dari kota Madinah. Rasulullah
membangun sebelah Utara Masjid Madinah dan Masjid Al-Haram yang di sebut
al-suffah, untuk tempat tinggal orang-orang fakir miskin yang tekun menuntut
ilmu.mereka di kenal dengan “ahli suffah”.

Nakoesteen, sebagai mana yang di kutib Hasan Asari mengatakan bahwa


pendidikan islam yang berlangsung di masjid adalah pendidikan yang unik karena
memakai system halaqah (lingkaran). Sang syekh biasanya duduk di dekat
dinding atau pilar masjid, sementara siswanya duduk di depanya membentuk
lingkaran dan lutut para siswa saling bersentuhan. Kebiasaan dalam halaqah
adalah bahwa murid yang lebih tinggi pengetahuanya akan duduk di sekitar syekh,
murid yang level pengetahuanya lebih rendah dengan sendirinya akan duduk lebih
jauh, sementara berjuang belajar keras agar dapat mengubah posisinya dalam
konfigurasi halaqahnya. Halaqah biasanya terdiri dari 20 orang siswa. Metode
diskusi dan dialog kebanyakan di pakai dalam berbagai halaqah, seperti dekte
kemudian dilanjutkan dengan penjelasan oleh syekh. Dan menjelang akhir kelas
waktu akan di mafaatkan oleh syekh untuk evaluasi bisa berbentuk Tanya jawab,
terkadang syekh juga memerintahkan untuk memeriksa catatanya, mengoreksinya
lagi, dan menambah seperlunya. Kemajuan halaqah ini tergantung pada sebuah
kemampuan seorang syekh dalam mendidik. Biasanya apabila halaqah telah maju,
maka akan banyak di kunjungi oleh peserta didik dari berbagai penjuru.

D.       Materi dan kurikulum pendidikan islam.


Materi pendidikan islam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

Pertama materi pendidikan tauhid, materi ini lebih di fokuskan untuk memurnikan
ajaran agama tauhid dibawa Nabi Ibrahim, yang telah diselewengkan oleh
masyrakat jahiliyah. Secara  teori intisari ajaran tauhid terdapat dalam kandungan
surah Al-fatihah ayat 1-7 dan surah Al-ikhlas ayat 1-5. Secara praktis pendidikan
tauhid diberikan melalui cara-cara yang bijaksana, menuntun akan pemikiran
dengan mengajak ummatnya untuk membaca, memerhatikan dan memikirkan
kekuasaan dan kebesaran Allah dan diri manusia sendiri. dan kemudian mausia
mengajarkan  cara bagaimana mengaplikasikan pengertian tauhid tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, Rasulullah langsung mejadi contoh bagi umatnya.
Hasilnya, kebiasan masyarakat Arab yang melalui perbuatan atas nama berhala,
diganti dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim. Kebiasan menyembah berhala,
diganti dengan mengagungkan dan menyembah Allah SWT.

Kedua, materi pengajaran Al-qur’an. Materi ini dapat dibagi menjadi beberapa
bagian:

1.         Materi baca tulis Al-qur’an. Untuk sekarang ini disebut dengan materi
imla’ dan iqra’ . materi ini diharapkan agar kebiasaan orang arab yang sering
membaca syair-syair indah, diganti dengan membaca al-qur’an sebagai nilai sastra
yang lebih tinggi.

2.         Materi menghafal ayat-ayat Al-qur’an. Yang kemudian saat hari disebut
dengan menghafalkan ayat-ayat suci Al-qur’an.

3.         materi pemahaman Al-qur’an, saat ini disebut dengan materi fahmi Al-
qur’an. Tujuannya ialah untuk meluruskan pola pikir umat islam yang dipengaruhi
pola pikir jahiliah.

Mahmud Yunus mengklasifikasikan materi pendidikan kepada dua macam yaitu,


materi pendidikan yang diberikan di mekkah dan materi yang diberikan di
madinah.

Pada fase Makkah terdapat tiga macam intisari materi pelajaran, yakni:

a.    Pendidikan keimanan,

Materi keimanan yang menjadi pokok pertama adalah iman kepada Allah tuhan
yang maha Esa, beriman bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rosul Allah, di
wahyukan kepada al Quran sebagai petunjuk dan pengajaran bagi seluruh umat
manusia.

b.    Pendidikan Ibadah.

Amal ibadah yang di perintahkan di Mekkah ialah sholat, sebagai pernyataan


mengabdi kepada Allah, ungkapan syukur, membersihkan jiwa, dan
menghubungkan hati kepada Allah.

c.    Pendidikan Akhlak.

Nabi menganjurkan kepada penduduk Mekkah yang telah masuk islam untuk
melaksanakan akhlak yang baik, seperti adil, menepati janji, jujur, pemaaf,
tawakal, bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah, tolong-menolong,
berbakti kepada orang tua, memberi makan orang miskin, dan musafir serta
meninggalkan akhlak yang buruk.

Intisari pendidikan agama yang diterapkan Nabi di Madinah dapat di


klasifikasikan sebagai berikut :
a.    Pendidikan Keimanan.

Keimanan di perkuat dengan keterangan-keterangan yang di bacakan oleh Nabi


dari ayat-ayat al-Quran serta sabda beliau sendiri.

b.    Pendidikan Ibadah.

Untuk ibadah shalat di samping sholat lima waktu yang telah di sampaikan nabi di
mekkah, juga di perintahkan untuk sholat jumat sebagai ganti zuhur, disamping
itu juga sholat sunah seperti sholat idul fitri dan idul adha . sholat di anjurkan
tepat waktu, sehingga ia menjadi tiang agama. Ibadah puasa, ibadah Haji, ibadah
Zakat,

c.    Pendidikan Ahklak.

Adab masuk rumah, adab dalam bercakap-cakap, bertetangga, bergaul dalam


masyarakat dll.

d.   Pendidikan Kesehatan (jasmani)

Pendidikan kesehatan dapat dilihat dari dalam amal ibadah yang dilakukan sehari-
hari, seperti puasa, sholat, wudhu, mandi. Dalam al quran di jelaskan supaya
makan dan minum secara sederhana, tidak berlebih lebihan.

e.    Pendidikan Kemasyarakatan.

Ibadah sangat penting dalam masyarakat seperti mengeluarkan zakat, syariat yang
berhubungan dengan masyarakat, seperti berhubungan rumah tangga. Hal hal
yang berhubungan dengan pergaulan sesama manusia, hal hal yang juga
berhubungan dengan ekonomi dan pemerintahan.

Kurikulum adalah salah satu komponen operasional pendidikan (islam), ia


mengandung materi yang diajarkan secara sistematis dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Seorang guru yang akan merencanakan suatu pelajaran tidak cukup
hanya mempunyai kemampuan saja akan tetapi ia juga harus menguasai materi
pengajaran.

Kurikulum pendidkan islam pada periode Rasullah SAW baik di  Makkah
maupun di Madinah adalah Al-quran, yang Allah wahyukan sesuai dengan
kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang di alami umat islam saat itu.

Rasulullah juga menyuruh para sahabatnya untuk mempelajari bahasa asing.


Rasulullah berkata kepada Zaid bin Sabit :”saya hendak berkirim surat kepada
kaum suryani, saya kwatir kalau mereka menambah-nambah atau mengurangi
sebab itu hendaklah engkau mempelajari bahasa suryani (bahasa Yahudi).” Lalu
Zaid bin  Sabit mempelajari bahasa Yahudi itu, sehingga ia menjadi ahli dalam
bahasa itu. Pernyataan Rasulullah tersebut menunjukkan bahwa materi pelajaran
yang berasal dari dunia luar bukan barang haram bagi islam, artinya sesuatu yang
tidak boleh di pelajari, akan tetapi hal yang wajib dilakukan untuk pengembangan
dakwah dan pendidikan islam ke dunia luar islam.

Metode pengajaran ialah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan
metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.

Untuk menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan dalam mengajar


para sahabatnya, Rasulullah SAW menggunakan berbagai macam metode. Hal itu
dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara
metode yang di terapkan Rasulullah ialah:

a.         Metode ceramah. Menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan


memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangannya.

b.         Dialog. Misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’az Ibn Jabbal ketika
Mu’az akan diutus sebagai kadi kenegri yaman, dialog antara Rasulullah dengan
para sahabat untuk mengatur strategi perang.

c.         Diskusi atau Tanya jawab. Sering sahabat bertanya kepada Rasulullah
tentang suatu hukum, kemudian Rasul menjawabnya.

d.        Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana suatu tubuh
maka anggota tubuh, lainnya akan turut merasakannya.

e.         Metode demonstrasi. Membiasakan kaum muslimin shalat berjamaah.

f.          Metode hafalan misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga Al-
qur’an dengan menghafalnya.

g.         Metode kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan isra’ dan mi’raj dan
tentang kisah pertemuan antara nabi Musa dan nabi Khaidir.

h.         Metode eksperimen, sosiodrama dan bermain peranan.

Metode Rasulullah SAW dalam mendidik anak dapat dilihat dari arti hadis berikut
ini;
Anas r.a. berkata, “Rasulullah SAW, adalah orang yang paling baik ahlaknya.
Aku punya saudara yang di panggil Abu Umar.  Dia anak yang sudah di pisahkan
dari susuan. Jika datang beliau berkata, “Wahai Abu Umar, apa yang dilakukan
nughair (burung kecil)?” kadang-kadang beliau bermain dengan dia. Jika tiba saat
sholat sementara beliau masih berada di rumah kami, beliau memunta permadani
yang ada di bawahnya, lalu permadani itu beliau sapu dan di tiup-tiup. Kemudian
berdiri dan diikuti oleh kami di belakangnya.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidji,
dan Abu Daud ).

Dari hadist di atas nilai-nilai Tarbiyah yang dapat di petik ialah sebagai berikut;

1.         Meluangkan waktu untuk bermain dengan anak-anak.

2.         Membersihkan pertanda adanya praktik amal untuk bisa berbuat bersih
secara iman dan perilakunya nyata.

3.         Shalat Rasulullah di dalam rumah menanamkan pemahaman teladan di


dalam urusan ibadah.

4.         Kalimat yang di ucapkan Rasulullah SAW, “Wahai Abu Umar, apa yang
di kerjakan Nughair?” punya beberapa faedah di antaranya:

a.       Kata-kata akhirnya cocok dengan jiwa anak.

b.      Mudah di hafal.

c.       Mudah di ucapkan.

5.         Turunya Rasulullah ke atas intelek anak bisa membuahkan rasa optimis
pada diri anak.

6.         Memakai cara dengan panggilan. Teori ini dapat memberikan kesan
kepada keluarga bahwa anaknya sudah dewasa.
BAB III

PENUTUP

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Mekkah adalah pendidikan tauhid,


titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu
muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan
dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai


pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid
di Mekkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai
oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.

Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para


pembaca. Selaku pemakalah kami meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah, mohon di maklumi.

Anda mungkin juga menyukai