Anda di halaman 1dari 21

KARYA ILMIAH

MEMUDARNYA GOTONG ROYONG KARENA MUNCULNYA


SIFAT INDIVIDUALISME MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI

OLEH

RUSWID

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL


SEKOLAH TINGGI FARMASI CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan ridhonya sehingga Karya Ilmiah saya ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Terimakasih juga saya ucapkan kepada dosen Pancasila
saya, Bapak H.AMAN BUDI S,SPd,APP,Mkes. yang sudah membimbing saya
untuk membuat tugas karya Ilmiah pancasila ini. Dan teman teman semua
yang sudah meberikan ide-ide nya kepada saya. Tugas Karya Ilmiah ini yang
saya buat ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah filsafat
pancasila ajaran tahun 2021/2022. Dalam Karya Ilmiah ini membahas
tentang pudarnya gotongroyong dan munculnya individualisme dalam
masyarakat era globalisasi ini akibat adanya program pemerintah yaitu Padat
Karya. Dalam Karya Ilmiah ini ini saya menjabarkan argumentasi saya
mengenai penyebab dan cara mengatasi gotog-royong yang semakin
hilang,serta tidak lupa saya mengartikan makna gotong-royyong yang sudah
saya pelajari selama ini.

Selanjutnya saya sampaikan terimakasih atas perhatianya terhadap


Karya Ilmiah yang saya buat ini. Semoga Karya Ilmiah saya ini dapat
bermanfaat dan menjadikan saya dan khusunya pembaca lebih
meningkatkan sikap gotong-royong sebagai jati diri kita. Yaitu jati diri bangsa
Indonesia.

Akhirnya, terlepas dari semua itu saya sepenuhnya menyadari bahwa


masih banyak kekurangan yang sama miliki dalam penyusunan Karya Ilmiah
ini. Oleh karena itu saya dengan tangan terbuka menirma saran dan kritik
para pemabaca. Jika ada salah kata maupun penulisan dalam karya Ilmiah
ini saya mohon maaf.

Brebes, Oktober 2021

Ruswid
abstrak

Gotong-royong karakter yang melekat pada setiap diri masyarakat


Indonesia. Yang sejak dahulu sebelum masa kemerdekaan telah dipupuk
oleh para pahlawan kita.
Mengkobarkan semangat patriotisme para pahlawan pejuang
kemerdekaan Indonesia. Sikap yang tidak bisa hilang pada pejuang-
pejuang kita terdahlu. Dari mereka lah kita belajar

bahwa kita memiliki tujuan yang sama haruslah berusaha dan bekerja
sama. Agar apa yang dicita-citakan kita dapat terwujud, dengan gotong-
royong masalah dapat lebih cepat terselesaikan dan lebih cepat untuk
diwujudkan. Goton-royong seperti menghipnotis manusia untuk
melakukan hal yang berat menjadi ringan. Dengan gotong-royong
pekerjaan yang sangat berat akan terasa lebih ringan karena dikerjakan
secara bersama-sama. Dari gotng- royong kita bisa memenangka
kemerdekaan Negara kita.

Sifat individualisme muncul karena masyarakat Indonesia semakin


tidak mengfilter hal-hal yang masuk ke Indonesia. Seperti masuknya
budaya kebarat-baratan yang membuat masyarakat Indonesia merubah
pola hidup,pola pikir bahkan perilaku sehari-hari mereka.
Orang yang tidak menyaring budaya yang masuk ke Indonesia bisa jadi
mereka merubah sikap dan semakin bersikap acuh tak acuh terhadap
orang lain. Mereka semakin menutup mata tentang apa yang terjadi di
sekitar mereka, padahal mereka seharusnya menyadari bahwa hekekat
manuia adalah makhkluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain.
Tetapi, setelah budaya-budaya asing itu masuk ke Indonesia.
Selayaknya masyarakat indonesia tidak menghilangkan jati diri
Indonesia sebagai masyarakat yang ramah dan berjiwa gotong-
royong.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Munculnya Era Globalisasi ini membuat masyarakat kehilangan jati


diri yang sesungguhnya. mayoritas penduduknya sudah tidak perduli
dengan keadaan disekitarnya. Misalnya dengan adanya gadget atau
handphone dapat menutup manusia. Bahkan semua orang lebih
mementingkan HP nya ketimbang dengan adanya kesusahaa disekitar
mereka. Contoh kecilnya adalah masyarakat cuek,tidak perduli satu sama
lain.

Dari sini saya akan membahas bagaimana gotong-royong itu bisa


memudar dan bagaimana bisa sifat individualisme itu muncul di dalam diri
masyarakat Indonesia. Maka, saya akan mengupas semua nya dalam paper
ini. Saya meluangkan semua yang saya lihat dan saya rasakan masalah
yang ada disekitar saya.

Masalah ini saya amati dari kejadian yang terjadi di lingkungan


sekitar saya dan pelajaran dari pembelajaran dosen pancasila saya dan
buku pedoman pembelajaran saya dengan judul “Alangkah hebatnya
negara gotong-royong” (Indonesia dalam kacamata Soekarno).

Munculnya sikap individualisme dan memudarnya Gotong-royong


rakyat Indonesia sekarang ini.

Gotong-royong dapat dikatakan sebagai natura rakyat


Indonesia.Namun, gotong- royong saat ini berbeda dengan gotong-
royong pada zaman masa pimpinan Soekarno.
Dahulu, gotong-royong menjadi ciri khas bangsa Indonesia.tetapi sat ini
sikap ini sudah sedikit memudar dari hakekat rakyat Indonesia. Gotong-
royong adalah prinsip yang dinamis, bahkan lebih dinamis dari
kekeluargaan.

Gotong-royong menggambarkan satu usaha bersama dan saling


bantu demi kepentingan bersama. Sifat dan sikap ini tidak bisa lepas dari
hakekat bangsa Indonesia. Dahulu gotong-royong digunakanan untuk
pemersatu mempersiapan kemerdekaan Indonesia. Namun, saat ini seduah
kemerdekaan terjadi dengan berkembangnya teknologi dan informasi yang
ada sifat dan sikap gotong-royong Indonesia semakin berkurang bahkan
akan memudar dimakan oleh waktu.
Jika sikap gotong-royong itu tidak pudar dan tidak menghilang di
dalam jiwa setiap rakyat Indonesia. Masalah seperti ini tidak akan terjadi
apalagi membuat suatu perselisihan antar daerah,suku,bahkan ada yang
hanya antar desa atau dusun. Hal ini sangat dikhawatirkan oleh bangsa
Indonesia untuk kedepan nya.Kenapa demikian? Karena bisa jadi jika
perselihan terus terjadi di dalam negeri ini. Lama kelamaan Negara
Indonesia akan mengalami

kehancuran akibat ulah rakyat nya sendiri. Yang membuat Negara kita
hancur bukan lah serangan dari luar negeri atau akibat penjajahan
Negara lain namun, ini semua akibat serangan dari rakyat Indonesia
itu sendiri yang membuat kerusuhan di dalam negara nya sendiri.

Dapat kita saksikan di berita,baik di televisi,di surat kabar, bahkan


di internet dapat kita lihat dengan jelas bahwa banyak sekali perselisihan
antar rakyat Indonesia. Baik itu permasalahan tentang ras,suku,budaya
dan bahkan agama. Sesekali kita dengar generasi muda pun sudah
melakukan tawuran antar pelajar.Padahal mereka lah yang menjadi
penerus bangsa Indonesia ini.Bahkan dari kejadian ini banyak memakan
korban. Di daerah perbatasan pun sering kita mendengar berita adannya
perselisihan antar suku yang bisa memakan banyak korban. Bahkan
petugas keamanan pun jadi korban nya.

Kenapa demikian? Padahal kita ini satu. Satu tanah air, satu bangsa
dan satu bahasa.
Yaitu Indoesia. Karena saat ini sifat dan sikap gotong-royong kita mulai
memudar.Sudah banyak orang yang melupakan perjuangan kita di masa
lampau untuk membuat Negara ini merdeka.Saya rasa, sikap dan sifat
gotong-royong harus mulai di pupuk lagi. Agar generasi muda mulai
mengamalkan sikap gotong-royong di dalam kehidupan masyarakat
mereka tinggal.

Bisa dikatakan sifat Individualisme adalah sifat egois,tidak


memikirkan kepentingan bersama dan hanya mementingkan keperluan
pribadi, sifat ini bias dikatakan tidak perduli dengan orang sekitar nya.
Mereka beranggapan bahwa orang lain itu bukan masalah ataupun urusan
dari mereka. Mereka hanya membantu atau menolong seseorang yang
dianggapnya kenal,masih kerabat, ataupun kawan. Selain nya dari itu
mereka sangat acuh tak acuh dengan keadaan di sekitar mereka.

Perubahan sosial pada masyarakat saat ini tidak bisa dihindari.


Perubahan ini terjadi karena tidak sama dengan orang satu dengan yang
lain. Perubahan sikap dan sifat ini berjalan dengan seiringnya waktu.
Misalnya perubahan penduduk kota yang lebih cepat disbanding dengan
penduduk desa. Dapat kita lihat dari segi perkembangan teknologi,
perubahan budaya akibat globalisasi. Masyarakat kota lebih cenderung
cepat mengikuti perkemnbangan zaman dan merubah gaya hidup
mengikuti arus globalisasi. Maka tidak heran jika saat ini banyak kita
temui karkter Indonesia di kota besar sudah memudar.

Yang kita kenal rakyat Indonesia dengan senyuman ramahnya,


sekarang di kota kota besar jarang kita temui. Tetapi jika di perdesaan
masih dapat kita lihat bahwa mereka masih

kental akan karakteristik asli rakyat Indonesia. Namun dengan begitu sifat
masyarakat di kota lebih dinamis dan terbuka dengan mengikuti arus
globalisasi. Pandangan dari orang kota lebih luas akan pengetahuan dan
hal wawasan dunia disbanding dengan desa yang lebih lambat menerima
perubahan arus social ini.

Perubahan social ini tidak hanya merubah pola piker masyarakat


saja, tetapi juga merubah perilaku social pada manusia. Perubahan ini
dapat kita lihat dari perubahan sikap yang melekat pada rakyat Indonesia.
Yaitu sifat dan sikap budaya “GOTONG- ROYONG”yang telah lama kita
miliki. Gotong-royong memiliki arti atau makna mengerjakan sesuatu
dengan bersama-sama. Maka kita bisa pahami gotong-royong merupakan
sikap partisipasi aktif setiap individu untukterlibat dalam memberikan
nilai nilai yang positif dari setiap objek, permasalahan ataupun
kebutuhan orang yang ada di sekitar.

Contoh dari gotong-royong yang serng kita temui di sekitar kita dan
dalam kehidupan sehari hari kita seperti halnya membantu tetangga dalam
hal pernikahan,khitanan, dan kerja bakti membersihkan bersama selokan
di sekitar. Bahkan dalam dunia perkuiahan dalam kita temui sikap gotong-
royong dipakai untuk mendirikan suatu organisasi-organisasi kampus yng
memiliki agenda tentang kemanusiaan untuk membantu masyarakat
sekitar yang sedang membutuhkan bantuan.

Betapa dahsyatnya manfaat yang kita rasakan dengan adanya


gotong-royong ini. Rakyat Indonesia diajarkan bagaimana cara
berbagi,bekerja sama, merasakan kesusahan orang lain dan bermanfaat
bagi orang lain. Tentunya gotong-royong dipakai untuk menyelesaikan
masalah brsama. Tetap saat ini dengan adanya perubahan social
masyarakat sudah mulai memudarkan sikap gotong-royongnya perlahan
lahan. Sebab dampak globalisasi sangt memprihatinkan bagi masyarakat.
Sikap kebarat-baratan searang mulai dianut oleh kebanyakan orang.

Apalagi saat ini perkembangan teknologi ini sangat diterima antusias


oleh kaum muda terutama anak-anak yang belum dapat memilah mana hal
yang baik dan buruk. Dampak dari globalisasi dapat dengan mudahnya
mengubah pola ikir masyarakat. Contohya sikap individualism dan
metrialisme. Skap individualisme dan masa bodo terhadap suau hal
menyebakan pudarnya budaya gotong-royong yang ada di rakyat Indonesia.
Bahkan dengan kuatnya era globalisasi sudah sudah megubah jati diri
bangsa Indonesia. Cotoh nya anak anak muda sekarang ini mengecat warna
rambutnya menirukan budaya barat dan meninggalkan

fisik oriental yang dimiliki masyarakat Indonesia. Hal ini sangat


bertentangan dengan budaya yang ada sebelumnya di Indonesia.

Akibat arus glbalisasi yang tidak mengalami proses pemfilteran


secara baik. Hekekat gotong-royong untuk membantu dan meringankan
rasa kebersaam mulai ditinggalkan dengan adanya sikap social yang baru.
Perubahan seperti ini dapat dikatakan lunturnya budaya Indonesia atau
kebiasaan Indonesia akibat masuknya budaya luar yang masuk dalam
Indonesia yang mengakibatkan Indonesia lebih baik tertarikdengan budaya
luar sehinga lupa akan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia.

Egois muncul akibat kurangnya interaksi social pada masyarakat


sekarang ini. Alhasil lunturnya budaya akibat masyarakat tidak mau tahu
akan hal di sekitar lingkungan karena adanya sikapindividualisme dan
egoistic dalam diri kita. Sehingga upaya yg harus kita lakukan dalam
mengatasi gotong royong sebagai jati diri bangsa Indonesia antara lain
melestarikan dan menjaga tradisi budaya Indonesia, memupuk kembali
sikap-sikap gotong- royong yang mulai pudar dimakan waku agar dapat
muncul lagi di masyarakat indoensia.

Memang benar individualism tidak selamanya di katakan sebagai


sifat buruk.pada dasar nya sifat yg melekat pada hakikat manusia di
samping menjadi makluk sosial,manusia adalah makhluk individu makluk
yg bebas dan merdeka tetap memiliki ego dan berhak menentukan jalan
hidup nya sendiri.manusia berjuang untuk meraih kebahagiaan untuk
terus melanjutkan kelangsungan hidup nya sendiri.dengan adanya sifat
individualisme manusia bisa hidup mandiri dan tidak merepotkan oran
lain

Namun manusia juga tidak bisa hidup tanpa orang lain. Karena
manusia termasuk makhluk sosial dimana manusia pasti perlu bantuan
dari orang lain. Maka dari itu sifat individualisme harus lebih kecil dari
sifat sosial agar tidak merusak karakter dan jiwa para pemuda
Indonesia. Oleh karena itu kita seharusnya bersama sama “bergotong-
royong”menyembuhkan diri dari virus virus sikap dan sifat
individualisme jika kita bisa mengamalkan nilai-nilai ’ gotong-royong”
seperti perilaku yang telah di rumuskan dalam pancasil

Berikut ini akan saya uraikan 5(lima) alasan atau penyebab


memudarnya gotong- royong mulai di tinggalkan, yaitu:

1. Adanya kesibukan
Tak sedikit orang yang di sibukkan oleh pekerjaan mereka
masing- masing sehingga mereka hampir tidak ada waktu untuk
melakukan kegiatan sosial.
Bahkan banyak orang memilih mengeluarkan uang nya untuk menggantikan
waktu yang tidak dapat mereka lakukan saat adanya kegiatan gotong
royong di masyarakat sekitar mereka.
Tanpa mereka sadari mereka malah mengabaikan budaya yang kental
di dalam masyarakat. Menurut mereka dengan mengeluarkan uang semua
dapat berjalan dengan baik tanpa kedatangan mereka. Tetapi jika ini
semakin diteruskan akan melunturkan sikap gotong-royong di Indoneisa.

2. Muncul rasa malas


Alasan ini merupakan alasan yang paling klasik, namun rasa malas
pada setiap masyarakat di sebabkan mereka enggan berperan aktif. Sifat
malas dapat di hindari agar gotong-royong bisa di pupuk kembali.
Malas memang sifat yang melekat pada setiap manusia tetapi rasa malas
dapat dilawan dan menjadikan kita lebih semangat dalam melakukan
kegiatan. Dengan rasa malas manusia tidak akan melakukan apa-apa.

3. Sosialisasi yang kurang/ egois


Ego yang muncul lebih besar pada manusia membuat orang
menjadi kurang bersosialisasi. Menjadi orang cuh tak acuh, kurang
berbaur terhadap kegiatan-kegiatan yang ada disekitar mereka.
Dalam masyarakat sosialisasi sangat diperlukan sekali. Mengapa
emikian? Karena sosialisasi membuat orang lebih akrab, lebih terbuka,
dan perduli dengan orang sekelilingnya. Sosialisasi yang kurang
membuat orang lebih cenderung menyediri dan tidak memperdulikan
keadaan sekeliling.

4. Salam paham soal bantuan


Bantuan disini maksudnya adalah bantuan untuk pembangunan
dari pemerintah yang membuat orang keliru dalam memahami bahwa
kita tidak perlu melakukan gotong-royong. Bila pemerintah itu telah
memberikan bantuan maka kita tak sepenuhnya membantu. Mereka
berpikir sudah ada

tenaga kerja yang bertugas untuk menyeleseiakna tugasnya itu.


Dan para pekerja itu sudah dibayar dengan dana yang diberikan oleh
pemerintah.
Namun ada juga bantuan itu berupa swadaya masyarakat, artinya
bantuan yang diberikan pemerintah itu harus dengan bantuan
masyarakat dan butuh partisipasi masyarakat untuk menjalankan
pembangunan tersebut.
Dengan adanya bantuan yang banyak dari pemerintah
masyarakt mulai bergantung pada bantuan.

5. Kecemburuan sosial
Bantuan yang salah sasaran atau tidak adil dalam hal
mendistributorkan membuat orang enggan melakukan gotong-royong.
Kenapa begitu? Karena mereka mengganggap bantuan itu tida dilakukan
secara adil dan merata maka dari situlah akan muncul sifat kecemburuan
sosial antar masyarakat aikibat bantuan yang mereka terima tidak sama
dengan masyarakat satu dengan yang lainnya.

Itulah 5 penyebab memudarnya sikap gotong-royong yang ada


dalam masyarakat masyarakat sekarang ini.

Gotong-royong merupakan budaya yang menjadi salah satu identitas


perilaku kolekti masyarakat Indonesia. Gotong-royong adalah salah satu
sikap dan sifat yag amat mulia. Jadi tida heran jika ketakutan saya akan
pudarnya gotong-royong ini sangat tinggi. Gotong-royong tanpa pamrih
mencapai suatu tujuan bersama. Dahulu dalam kehidupan sehari-hari kita
masih sering menjumpai orang bergotong-royong setiap hari jumat nya,
bergotong-royong mendirikan rumah, menggarap sawah,membantu
tetangga yang sedang berduka maupun yang sedang senang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi


permasalahan yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai beikut:

1. Banyak warga yang tidak sadar akan pentingnya gotong royong.

2. Ada warga yang penghasilanya hanya cukup untuk biaya


makan sehari-hari, sementara untuk kebutuhan yang lainya masih
banyak yang merasa kekurangan.

3. Adanya faktor pendorong dan penghambat dalam usaha


pemeliharaan solidaritas yang ada di masyarakat.

4. Perbedaan pendapatan dalam masyarakat, menimbulkan


kecemburuan sosial

6. Banyak warga yang berada pada usia non produktif.

7. Banyak warga yang pola pikirnya kurang maju.

8. Bentuk-bentuk solidaritas sosial antar warga seperti kerjasama


dan gotong-royong lebih sering dilakukan oleh kelompok warga yang
kondisi ekonominya masih kurang.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan beberapa identifikasi masalah yang muncul tersebut,


peneliti tidak akan meneliti secara keseluruhan. Untuk itu penelitian ini
difokuskan pada bentuk solidaritas yang ada pada masyarakat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas maka


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.    Apa Pengertian gotong royong?


2.    Bagaimana Karakteristik Gotong Royong?
3.    Apa manfaat Gotong Royong ?
4.    Apa Kendala Gotong Royong di Era Digital?
5.    Apa Azas Kegotong Royongan?
6.    Bagaiaman Upaya Melestarikan gotong royong?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin


dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini yaitu:

1.    Untuk mengetahui Pengertian gotong royong.


2.    Untuk mengetahui bagaimana Karakteristik Gotong Royong.
3.    Untuk mengetahui manfaat Gotong Royong .
4.    Untuk mengetahui  Kendala Gotong Royong di Era Digital.
5.    Untuk mengetahui  azas Kegotong Royongan.
6.    Untuk mengetahui upaya Melestarikan gotong royong.

F. Manfaat Penelitian
Kajian mengenai bentuk solidaritas pada masyarakat, membawa
manfaat bagi beberapa pihak, adapun kegunaan penelitian ini

Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya


khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Sosiologi.
Penelitian ini dapat dijadikan literatur bagi penelitian yang relevan di
masa yang akan datang.

2. Secara praktis

a. Bagi STF YPIB CIREBON Menambah koleksi bacaan sehingga


dapat digunakan sebagai sarana acuan dalam meningkatkan dan
menambah wawasan.

b. Bagi Dosen Dapat memberikan kontribusi bagi para dosen yang


ingin mengkaji lebih berkaitan dengan penelitian ini.

c. Bagi Mahasiswa Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan


juga menambah wawasan tentang bentuk solidaritas masyarakat.

d. Bagi Peneliti

1) Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam terjun


langsung ke masyarakat untuk meneliti yang dapat dijadikan bekal
untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

2) Dapat mengetahui bentuk solidaritas pada masyarakat

6.    Untuk mengetahui upaya Melestarikan gotong royong.


BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Gotong Royong


Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-
sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan
dengan lancar, mudah dan ringan. Gotong royong juga sangat sesuai dengan
ajaran islam, Islam menginginkan umatnya saling mencintai, menyayangi dan
saling berbagi, itu sangat sejalan dengan prinsip gotong royong.
Semangat gotong royong dalam islam juga bisa dijadikan ukuran keimanan
seseorang, dalam hal ini Rasulallah SAW. Bersabda dalam hadist yang di
riwayatkan Bukhari,Muslim,Tirmidzi,dan Nasai:
“Tidak beriman salah seorang diantara kamu sampai ia mencintai
saudaranya sama dengan mencintai dirinya sendiri”.
Sesama muslim adalah saudara, jadi antar sesama muslim kita wajib
saling mengasihi, saling tolong menolong dan bekerja sama dalam hal
kebaikan(Gotong Royong). Dengan landasan cinta, seorang muslim menjadi
penolong bagi muslim yang lain.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara bergotong royong antara
lain pembangunan fasilitas umum dan membersihkan lingkungan sekitar.
Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan
masyarakat baik di kota maupun di pedesaan. Karena, dengan adanya
kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat melakukan setiap kegiatan
dengan cara bergotong royong. Dengan demikian segala sesuatu yang akan
dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat diselesaikan dan pastinya
pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar dan maju. Bukan itu
saja, tetapi dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat
dalam menerapkan perilaku gotong royong maka hubungan persaudaraan
atau silaturahim akan semakin erat.
Dibandingkan dengan cara individualisme yang mementingkan diri
sendiri maka akan memperlambat pembangunan di suatu daerah. Karena
individualisme itu dapat menimbulkan keserakahan dan kesenjangan
diantara masyarakat di kota tersebut.
Perubahan ekonomi Indonesia di bawah rezim Soeharto memungkinkan
masuknya modal asing dan liberalisasi. Nilai-nilai budaya mulai dengan deras
masuk dan menjadi bagian dari hidup masyarakat Indonesia. Kehidupan
perekonomian masyarakat berangsur-angsur berubah dari ekonomi agraris
ke industri. Indusri berkembang maju dan pada zaman sekarang tatanan
kehidupan lebih banyak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sehingga
bersifat materialistik. Maka nilai kegotong royongan pada masyarakat telah
memudar.

B.  Karakteristik Gotong Royong


Perilaku gotong royong pada hakikatnya identik dengan kegiatan yang
melibatkan berbagai pihak. Dalam hal ini jelas dinyatakan bahwa gotong
royong  tidak mengedepankan aspek individualitas, justru kekompakan
dalam melakukan suatu tindakan atau pekerjaan tertentu yang  dilakukan
atas inspirasi positif dari berbagai pihak.
Perilaku gotong royong bukan sesuatu yang terjadi tanpa dapat
diidentifikasi. Dengan adanya perilaku ini, maka secara tidak langsung
masyarakat secara umum diberikan beberapa wacana terkait dengan
karakteristik yang melekat pada perilaku gotong royong tersebut. Berikut
penjelasan yang dimaksudkan.
Gotong-royong sudah tidak dapat dipungkiri lagi sebagai ciri khas
bangsa Indonesia yang turun temurun, sehingga keberadaannya harus
dipertahankan. Pola seperti ini merupakan bentuk nyata dari solidaritas
mekanik yang terdapat dalam kehidupan masyarakat, sehingga setiap warga
yang terlibat di dalamnya memiliki hak untuk dibantu dan berkewajiban
untuk membantu, dengan kata lain di dalamnya terdapat azas timbal balik.
Beberapa karakteristik yang dimungkinkan cukup merepresentasikan
perilaku gotong-royong dapat dinyatakan sebagai berikut.
1.    Sebagai sifat dasar bangsa Indonesia yang menjadi unggulan bangsa dan
tidak dimiliki bangsa lain.
2.    Terdapat rasa kebersamaan dalam setiap pekerjaan yang dilakukan.
Sebagai bahan pertimbangan bahwa nilai-nilai kebersamaan yang selama ini
ada perlu senantiasa dijunjung tinggi dan dilestarikan agar semakin lama
tidak semakin memudar. 
3.    Memiliki nilai yang luhur dalam kehidupan.
4.    Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, karena di dalam kegiatan gotong-
royong, setiap pekerjaan dilakukan secara bersama-sama tanpa memandang
kedudukan seseorang tetapi memandang keterlibatan dalam suatu proses
pekerjaan sampai sesuai dengan yang diharapkan.
5.    Mengandung arti saling membantu yang dilakukan demi kebahagiaan
dan kerukunan hidup bermasyarakat.
6.    Suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan sifatnya
sukarela tanpa mengharap imbalan apapun dengan tujuan suatu pekerjaan
atau kegiatan akan berjalan dengan mudah, lancar dan ringan.
Demikian beberapa karakteristik yang cukup representasif terkait dengan
seluk beluk perilaku gotong royong yang ada di masyarakat.

C.  Gotong Royong Dan Manfaatnya


Sudah sejak jaman dulu bangsa kita menjalankan sistem kerja
masal “GOTONG ROYONG” dalam kegiatan – kegiatan pembangunan. Baik
pembangunan untuk sarana umum ataupun pembangunan untuk pribadi.
Banyak sekali contoh – contoh yang masih bisa kita lihat dan kita saksikan
sampai sekarang. Terutama di daerah – daerah pedesaan mereka bekerja
secara bergotong royong dalam pembangunan Balai Desa, Masjid, Saluran
irigasi, Rumah, Menanam padi, Perbaikan jalan, dan banyak lagi kegiatan
lainnya yang dikerjakan secara bersama – sama tanpa ada imbalan yang
mereka terima karena mereka melakukannya secara ikhlas.
Penduduk desa yang masih sangat kental dengan rasa kekeluargaan dan
rasa persaudaraan. Mereka guyub rukun, masih dan terus melaksanakan
dan menjalankan budaya dan cara kerja yang sudah sekian ratus tahun
terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup mereka.
Mereka bahu – membahu saling membantu antar sesama warga desa. Mereka
bekerja dengan semangat dan tanpa pamrih , para lelaki bekerja bersama –
sama menyelesaikan pembangunan yang direncanakan, sedangkan para ibu
membantu di dapur menyiapkan makanan dan minuman untuk para lelaki
yang sedang bekerja Gotong Royong.
Selaras sekali kerja Gotong Royong ini, dengan yang dicontohkan dalam
kitab suci Al Qur’an terdapat sebuah Surat An-Naml Allah s.w.t menyebut
binatang Semut ini agar manusia mengambil pelajaran dan hikmah dari
kehidupan semut itu. Semut adalah binatang yang hidup berkelompok di dalam
tanah, membuat liang dan ruang bertingkat – tingakat sebagai rumah dan
gudang tempat menyimpan makanan. Kerapian dan kedisiplinan yang
terdapat dalam kerajaan semut ini.Secara tidak langsung Allah mengingatkan
agar manusia berusaha mencukupkan kebutuhan sehari – hari, mementingkan
kemaslahatan bersama, tidak sombong , mampu berorganisasi dan
bekerjasama dengan baik dan tindakan terpuji lainnya.
Gotong Royong sebuah system kerja (Semut) yang patut untuk kita
pertahankan dan kita teruskan pada era sekarang ini. Tidak hanya bagi
warga desa saja yang bisa melakukan gotong royong , warga kotapun
tentunya harus bisa dan bahkan lebih baik. Banyak kegiatan yang bisa
dilakukan bagi yang tinggal di perkotaan, membangun poskamling,
membersihkan parit, membangun tempat ibadah, menjaga kebersihan dan
masih banyak lagi kegiatan yang lainnya. Masalah waktu bisa kita
laksanakan pada saat hari libur.
Ketua RT dan Ketua RW sangat berperanan sekali dalam kegiatan gotong
royong dilingkunganya. Merekalah tokoh masyarakat dan motor penggerak
kegiatan – kegiatan kemasyarakatan sehingga orang-orang yang bekerja akan
merasa lebih semangat. Dan kita semua akan mendapatkan manfa’at lain
yang dari kegiatan gotong royong ini. Di antaranya :
1.    Pekerjaan selesai dengan cepat tanpa harus mengeluarkan biaya
ataupun kas RT/RW, dan jika berupa pembangunan fisik gedung akan
sangat menghemat anggaran , karena biaya untuk tenaga kerja berkurang
dengan adanya Gotong Royong.
2.    Tanpa terasa persaudaraan dan kebersamaan sesama warga semakin
erat, yang pejabat kenal dengan tetangga yang pekerja/buruh, yang pedagang
kenal dengan yang bekerja sebagai sopir, yang kaya kenal dengan yang
miskin, begitu juga sebaliknya.
3.    Keamanan lingkungan semakin terjamin, dengan rasa persaudaraan dan
kebersamaan serta saling kenal diantara warga tentunya jika ada pendatang
baru ataupun ada tamu asing yang mencurigakan tentu warga akan cepat
mengetahuinya.
4.    Ketentraman dan kedamaian, akan diperoleh jika antar sesama warga
saling peduli dan saling membantu dengan sesama warga lainya.
5.    Gotong royong tidak mengenal perbedaan, sehingga ketika di laksanakan
semua akan terasa sama.
Tentu kita semua berharap bisa hidup dan tinggal di lingkungan yang
tentram dan damai. Gotong Royong merupakan salah satu cara yang efektiv
dan mudah untuk mencapai keadaan itu, diantara cara-cara yang
lain. Untuk itu marilah kita semua budayakan gotong royong dari sekarang
agar manfaat-manfaat di atas dapat kita rasakan.

D.  Azas Kegotong Royongan


Sekarang mari kita lihat pengamalan azas gotong  royong dalam berbagai
kehidupan! Perwujudan partisipasi rakyat dalam reformasi merupakan
pengabdian dan kesetiaan masyarakat terhadap program reformasi yang
mana senantiasa berbicara, bergotong royong dalam kebersamaan melakukan
suatu pekerjaan. Sikap gotong royong memang sudah menjadi kepribadian
bangsa Indonesia yang harus benar-benar dijaga dan dipelihara, akan tetapi
arus kemajuan ilmu dan teknologi ternyata membawa pengaruh yang cukup
besar terhadap sikap dan kepribadian suatu bangsa, serta selalu diikuti oleh
perubahan tatanan nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Adapun nilai-nilai gotong royong yang telah menjadi bagian dari
kebudayaan bangsa Indonesia, tentu tidak akan lepas dari pengaruh
tersebut. Namun syukurlah bahwa sistem budaya kita dilandasi oleh nilai-
nilai keagamaan yang merupakan benteng kokoh dalam menghadapi arus
perubahan jaman.
Untuk dapat meningkatkan pengamalan azas kegotongroyongan dalam
berbagai kehidupan perlu membahas latar belakang dan alasan pentingnya
bergotong rotong yaitu:
1.    Bahwa manusia membutuhkan sesamanya dalam mencapai
kesejahteraan baik jasmani maupun rohani.
2.    Manusia baru berarti dalam kehidupannya apabila ia berada dalam
kehidupan sesamanya.
3.    Manusia sebagai mahluk berbudi luhur memiliki rasa saling mencintai,
mengasihidan tenggang rasa terhadap sesamanya.
4.    Dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
mengharuskan setiap manusia untuk bekerjasama, bergotong royong dalam
mencapai kesehjahteraan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.
5.    Usaha yang dilakukan secara gotong royong akan menjadikan suatu
kegiatan terasa lebih ringan, mudah dan lancar.
E.  Kendala Gotong Royong di Era Digital
Membuat sesuatu yang baik dan melestarikan hal tersebut bukan
sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan, salah satunya semangat untuk
melestarikan perilaku atau semangat kegotongroyongan di tengah
masyarakat. Berikut ini akan disajikan sejumlah kendala yang dihadapi
terkait dengan perilaku gotong royong yang ada di tengah masyarakat.
Terdapat anggapan bahwa gotong-royong yang dimiliki bangsa ini hanya
bersifat aman dan menguntungkan bersama. Sementara gotong-royong yang
susah bersama adalah sesuatu yang sulit diperoleh. Gotong-royong yang
dimiliki bangsa ini adalah gotong-royong yang harus mempunyai feed back.
Adanya trend mengenai peningkatan intensitas jumlah kasus konflik/
kekerasan yang bernuansa agama dari tahun 2009 hingga 2012 menjadi
catatan sendiri. Perlu dipahami bahwa adanya konflik berbasis keagamaan
ini akan menjadi ancaman serius dimasa mendatang bagi keutuhan bangsa
Indonesia.
1.    Nilai-nilai karakter gotong royong yang dikembangkan di sekolah belum
terjabarkan secara menyeluruh, sehingga berdampak pada pemahaman
setengah yang dimiliki siswa mengenai perilaku gotong royong tersebut.   
2.    Kurangnya pemahaman pihak masyarakat bahwa saat ini tidak relevan
ketika harus menggunakan prinsip gotong royong, sehingga pemahaman
seperti ini akan dianggap sama dan tidak ada kesalahan di dalamnya. 
3.    Mulai memudarnya rasa sosial yang tertanam di masyarakat, baik wilayah
di pedesaan maupun di perkotaan. Kalau diperkotaan sudah bisa kita
maklumi, karena tantangan hidup sangat berat, tanpa uang bisa mati
kelaparan. Sedangkan di desa masih punya kemudahan untuk bertahan
hidup.
4.    Kurangnya keteladanan dari pihak pemerintah sendiri, umumnya tidak
pernah turun tangan ke dalam masyarakat untuk membangkitkan rasa sosial
yang sudah lama hilang di dalam masyarakat.
Demikian sejumlah yang mungkin akan dapat dikaji ulang terkait
dengan semakin memudarnya semangat gotong royong di masyarakat.

F.   Upaya Melestarikan Gotong Royong


Sudah menjadi harapan semua pihak agar semangat gotong royong yang
semakin lama semakin memudar seiring dengan kemajuan dalam dunia
digital, maka setidaknya perlu diperhatikan beberapa hal berikut agar
kelestarian perilaku gotong royong dapat bertahan.
Adapun beberapa upaya yang dimaksudkan tersebut sebagai berikut.
1.    Pihak masyarakat
a.    Meminimalisir atau bahkan menghilangkan anggapan yang menyatakan
bahwa perilaku gotong royong tidak penting . Dengan cara seperti ini maka
dapat dimungkinkan akan terbangun motivasi internal pada masyarakat
lapisan bawah untuk menanamkan semangat melestarikan perilaku
kegotongroyongan.
b.    Tidak memanfaatkan berbagai macam kasus tertentu (RAS) sebagai
upaya untuk menunggangi dengan perilaku gotongroyong. Aapabila hal ini
dilakukan akan menciderai nilai dari gotong royong tersebut.
c.    Meminimalisir jarak yang jauh antar lapisan masyarakat. Dengan cara
ini maka dimungkinkan apabila ada gotong royong yang dilakukan tidak
semakin canggung dilakukan.
2.    Pihak Pemerintah
a.       Mampu memberi contoh atau ketedanan bagi masyarakat agar
senantiasa mengaktifkan kebiasaan gotong royong dengan terjun langsung ke
lapangan.
b.      Memberikan reward bagi pihak tertentu yang senantiasa melestarikan
tradisi gotong royong. Hal ini apabila dilakukan akan memberikan motivasi
positif dan atau rangsangan agar senantiasa memasyarakat

BAB III
METODE

A. DESAIN PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan kali ini adalah dengan cara


interview kepada beberapa warga untuk menggali lebih dalam wawasan
warga tentang gotong royong,sehingga peneliti bisa mengetahui
karakteristik setiap warga akan respon terhadap sikap gotong royong

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitia adalah warga Desa Bojongsari dari berbagai


kalangan dan kelompok usia dengan latar belakang social yang berbeda
beda, sehingga data yang di dapat lebih bervariatif

C OJEK
REFERENSI

https://www.negeripesona.com/2015/11/5-alasan-gotong-royong-mulai-ditinggalkan.html

https://www.kompasiana.com/wardakhasanah/5814182b6c7a615b0ffc4185/menumbuhkan-
kembali-jiwa-gotong-royong-pada-kalangan-masyarakat-maupun-kalangan-remaja

Dewantara, Agustinus. "Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam Kacamata
Soekarno)." (2017).

Anda mungkin juga menyukai