Anda di halaman 1dari 2

Salju nampak berserakan di mana-mana, menutupi jalanan dan atap-atap rumah.

Pagi itu, termometer


menunjukkan angka 5 derajat celcius. Teramat dingin bagi para penduduk dua musim. Orang-orang
mulai berlalu lalang dengan coat tebal mereka. Mulai bertransaksi mengawali pagi sejuknya. Di sebuah
rumah, sepasang suami istri tengah sibuk menata perlengkapan seolah hendak mengembara jauh ke
luar kota. Entah tengah bersiap untuk apa, sepertinya mereka tergesa. Terlihat dari jendela, sang suami
tengah menelpon seseorang disana, tak lama kemudian ditutuplah sambungan telepon itu dan mulai
menghampiri istrinya yang sudah berpaikan rapi tengah mengelus perut buncitnya. Perbincangan antara
keduanya terjadi, namun terdengar samara apa yang dibicarakannya.

Tak berselang lama, seorang laki laki mengetok pintu rumah mereka sembari pintu terbuka laki-laki
itupun berkata “Sudah siap.”, yang hanya dibalas anggukan oleh sang tuan rumah. Seperdetik kemudian,
sang istri datang dengan menenten koper di tangannya. Berangkatlah mereka ke suatu tempat yang
ternyata tak begitu jauh dari rumahnya. Sebuah mobil yang mereka tumpangi, berhenti di sebuah klinik
persalinan.

Beberapa jam setelah masuknya mereka ke dalam klinik, terdengar suara tangisan bayi yang begitu kuat.
Tangisan itu menggema seisi ruangan. Terpancar aura bahagia pada wajah orang-orang yang
menyaksikannya. Pada saat itu adalah peringatan kemerdekaan Korea Selatan yang ke 50, tepatnya 4
bulan setelahnya. Lahirlah seorang anak laki-laki dari keluarga petani sederhana di daerah Daegu, Korea
selatan. Anak pertama yang didambakan kedua orang tuanya itu berparas tampan nan lugu.

Tangisan hebat waktu itu sudah berangsur mereda, anak laki-laki itu mulai tumbuh dewasa. Duduk di
bangku SD dengan teman-temannya. Bermain dan bersenang-senang layaknya anak seumurannya.
Mimpi anak laki-laki itu sederhana, ingin meneruskan profesi ayah dan ibunya yaitu menjadi petani kelak
saat ia dewasa. Namun, saat duduk di bangku kelas 6 SD, pola pikirnya mulai berubah. Ia mulai berani
mengatakan cita-citanya kelak, yakni menjadid penyanyi professional. Sang ayah mendukung penuh
cita-cita anak pertamanya itu. Di bangku SMP, Ia mulai mengikuti kursus alat music saxophone. Hari
demi hari berlalu, anak kecil dari daegu itu semakin lihai memainkan saxophone miliknya.

Memasuki masa SMA, ia berhenti memainkan saxophone dan beralih untuk fokus belajar dance. Korea
Selatan adalah negara yang terkenal dengan industri musiknya. Membuat para remaja di sana yang
bercita-cita menjadi penyanyi harus bekerja keras dan berlatih ekstra mengingat persaingan untuk
mewujudkannya bukanlah hal yang mudah.

Terhitung enam bulan sejak anak laki-laki itu memutuskan untuk focus berlatih dance. Ada sebuah
agensi yang pada waktu itu bisa dibilang baru, tengah menggelar audisi di Daegu, Korea Selatan. Tanah
kelahiran anak laki-laki itu. “hyung, kamu tahu nggak. Big Hit Entertaiment lagi ngadain audisi di kota
kita?” tanya seorang anak sma pada anak laki-laki itu. “Oh ya, kapan?” tanyanya balik. “Minggu depan,
kamu bisa nggak, nemenin aku audisi disana?”jawab anak sma. “Boleh.” Jawabnya lagi.

Nama anak laki-laki itu adalah Kim Taehyung. Nama sederhana bermarga Kim dari ayahnya itu bersiap
berangkat mengantar temannya audisi. Sesampainya disana, ia duduk di depan Gedung audisi
sementara temannya masuk untuk melakukan audisi. Ia terduduk disana sembari menunggu cukup
lama. Berniat bersenandung kecil untuk mengusir kebosanannya. Tak ada angina atau hujan, tiba-tiba
seseorang datang menghampirinya dan memintanya untuk ikut audisi saja. Parasnya yang tampan tentu
saja menarik siapapun yang memandangnya.

Ke esokan harinya, ia mengatakan hal kemarin pada ayahnya. Tentang orang yang menawarinya untuk
ikut audisi. Ayahnya dengan senang hati mempersilahkan Taehyung untuk ikut jika ia memang
berkehendak untuk itu. Sang ayah tidak ingin memaksakan keinginan anaknya. Ia berusaha memberikan
jalan untuk anaknya jika memang itu mimpinya. Mendengar jawaban dari sang ayah. Lantas ia berangkat
menuju tempat audisi dan kisah perjalanan hidupnya yakni notabe anak seorang petani Daegu dimulai.
Hal kebetulan itu membawanya lolos dan menjadi trainee di agensi Big Hit Entertaiment. Ia menjadi
satu-satunya peserta yang lolos audisi dari Daegu pada waktu itu.

Perjalanan menuju mimpinya tidak semulus yang dibayangkan. Setelah 3 tahun ia menjalani masa
pelatihan. Ia akhirnya dinyatkan bergabung dengan sebuah grup bernama Bangtan Seonyeondan yang
kerap disebut BTS. Ia telah bergabung dengan bts sejak 2011. Dengan 6 anggota lainnya ia bersiap untuk
debut. Waktu semakin berlalu, masing masing anggota mulai diperkenalkan pada publik. Namun ia Kim
Taehyung belum di perkenalkan ke publik sampai tahun 2013. Meski telah resmi menjadi trainee dan
dinyatakan akan debut, hal itu membuatnya frustasi dan stress. Taehyung khawatir jika ia gagal debut.

Hingga suatu hari, ia diperkenalkan oleh agensi. Namun, lagi-lagi bukan secara terang-terangan seperti
anggota lain. Tetapi sebagai hidden member dengan nama panggung ‘V’ yang di ambil dari kata Victory
yang berarti kemenangan. Lagi-lagi ia dilanda gusar yang meradang, takut gagal debut adalah isi
kepalanya saat ini. “Hyeong, bagaimana ini? Apakah aku akan benar-benar debut bersama kalian?”
tanya taehyung kepada salah satu calon anggota BTS yang kelak menjadi leader grup mereka. Hyeong
adalah sapaan akrab korea untuk laki-laki yang sedikit lebih tua dari laki laki yang memanggil. “Kamu
tenang saja Taehyung, kamu pasti debut kok.” Jawab laki-laki bernama Namjoon itu meyakinkan.

Memasuki awal musim panas 2013. Taehyung atau V debut sebagai member BTS di Mnet M!
Countdown dan membawakan lagu bertajuk No More Dream dari album single debut BTS berjudul 2
Cool 4 Skool. Awal karir yang berat, grup mereka harus bekerja keras agar dikenal masyarakat. Mereka
bertujuh tinggal di sebuah dorm kecil disebuah Gedung di daerah Seoul.

Anda mungkin juga menyukai