1
Bagian “A” Umum
ATURAN 1
Penerapan
Gambar 1
2
Gambar 2
3
ATURAN 2
Tanggung Jawab
2a. Tidak ada suatu aturan apapun yang membebaskan oleh setiap
pemilik kapal,Nakhoda dan ABK untuk lalai berjaga-jaga. Oleh sebab
itu kapal dijaga selama 24 jam dan yang membagi penjagaan adalah
Nakhoda sebagaimana didalam tanggung jawab dan wewenang
Nahkoda sebagai pemegang kewibawaan umum diatas kapal dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas jaga, oleh sebab itu dalam
berjaga-jaga menggunakan pengamatan disekeliling kapal dengan
menggunakan mata, telinga bila kabut, dan alat navigasi ( radar )
Senter lene
112,5°
090°
22,5°
090°
22,5°
67,5°
135°
Gambar 3
+++
Gambar 4
4
ATURAN 3
Defenisi-defenisi umum
Untuk memenuhi maksud aturan-aturan ini, kecuali apabila diisyaratkan
lain.
a. Kata kapal mencakup setiap jenis pesawat air, termasuk pesawat
tanpa berat benaman, dan pesawat terbang laut yang digunakan atau
yang dapat digunakan sebagai sarana angkutan diair.
c. Istilah “ Kapal layar “ berarti setiap kapal yang sedang berlayar dengan
menggunakan layar, dengan ketentuan bahwa mesin penggeraknya
tidak digunakan.
Gambar 5
d. Istilah “ kapal yang sedang menangkap ikan “ berarti setiap kapal yang
sedang menangkap ikan dengan pukat, tali, pukat harimau atau alat
penangkap ikan lain yang membatasi kemampuan olah gerak, tetapi
tidak termasuk kapal yang sedang menangkap ikan dengan tali tunda
atau kapal penangkap ikan lain yang tidak membatasi kemampuan
olah gerak.
5
Gambar 6
f. Istilah “ kapal yang tidak terkendalikan “ berarti kapal yang oleh karena
suatu keadaan luar biasa tidak mampu berolah gerak sebagaimana
yang diisyaratkan oleh aturan-aturan ini dan karenanya tidak mampu
menghindari kapal lain.
Gambar 7
Gambar 8
6
BAGIAN ” B ”
ATURAN 4
Pemberlakuan
Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku dalam setiap kondisi penglihatan
ATURAN 5
Pengamatan
b. Mendengar ( Telinga )
Dalam penglihatan terbatas seperti :
1) Kabut
2) Hujan, Angin lebat
3) Asap tebal
4) Gerhana Matahari
5) Dsb
7
ATURAN 6
Kecepatan Aman
Olah gerak
Jarak henti
6x penjang kapal
Stop mesin
Rem
Mundur penuh
Gambar 9
Gambar 10
8
a. Bagi semua kapal harus berada dalam kecepatan aman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan aman :
1. Keadaan penglihatan.
2. Kepadatan lalu lintas kapal.
3. Kemampuan olah gerak kapal.
4. keadaan cahaya latar belakang.
5. Keadaan Cuaca ( Angin, Laut, Arus ).
6. Kedalaman air sekitarnya.
Gambar 11
ATURAN 7
Bahaya Tubrukkan
9
c. Semua rasa
1. Ragu-ragu
2. Kira-kira
3. Harus dianggap bahwa bahaya tubrukan itu ada
II
Gambar 12
Ketentuan
Kalau Ø mengecil maka target lebih cepat
Kalau Ø membesar maka kapal kita lebih cepat
ATURAN 8
Tindakan untuk menghindari tubrukan
10
ATURAN 9
Sisi kanan
+ 2 mil
Gambar 13
c. Kapal yang panjangnya kurang dari 20 m atau kapal layar tidak boleh
merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar dengan aman di
dalam alur pelayaran sempit.
d. Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi jalan setiap
kapal lain yang sedang berlayar di alur pelayaran sempit.
Gambar 14
11
f. (i) Di alur pelayaran sempit jika penyusulan hanya dapat dilakukan jika
kapal yang disusul itu melakukan tindakan untuk memungkinkan
kapal lain lewat dengan aman, maka kapal yang bermaksud
menyusul itu harus menyatakan maksudnya dengan
memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan Aturan 34 c(i),
Kapal yang akan disusul itu jika menyetujui harus
memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan aturan 34 c(ii)
dengan mengambil langkah untuk melewatinya dengan aman.
Jika ragu – ragu, kapal itu boleh memperdengarkan isyrat – isyarat
yang ditentukan didalam aturan 34 d.
— •— • ACC
H •••••
Z — — • •
— — • G
Gambar 15
gambar 16
12
ATURAN 10
a. Aturan ini berlaku bagi Bagan Pemisah yang diakui oleh IMO.
Bagan pemisah adalah :
1. Daerah yang sempit
2. Ramai dilayarai oleh kapal – kapal.
Gambar 17
1 3
Gambar 18
13
c. Sedapat mungkin kapal harus menghindari memotong jalur – jalur
lalulintas, tetapi jika keadaan memaksa melakukannya, harus
memotong arah arus dengan sudut yang paling mendekati sudut siku –
siku.
Gambar 19
e. Kapal, kecuali sebuah kapal yang sedang memotong atau kapal yang
sedang memasuki / meninggalkan jalur, pada umumnya tidak boleh
memasuki atau memotong garis pemisah, kecuali :
1. Dalam keadaan darurat
2. Kapal ikan.
Gambar 20
14
g. Sedapat mungkin menghindari berlabuh jangkar di Bagan Pemisah.
j. Kapal yamg panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal layar tidak
boleh merintangi jalan aman kapal tenaga yang sedang mengikuti
bagan pemisah lalulintas.
SEKSI II
ATURAN 11
Penerapan
Aturan-aturan dalam seksi ini berlaku bagi kapal-kapal yang saling melihat
yang secara visual dan tidak berlaku bagi kapal lain yang melihat pada
layar radar dan akan menimbulkam bahaya tubrukan, tanpa terlihat
dengan mata telanjang.
15
ATURAN 12
Kapal layar
a. Apabila dua buah kapal layar saling mendekat satu sama lain sehingga
mengakibatkan bahaya tubrukan, salah satu daripadanya harus
meyimpangi yang lain dengan cara sebagai berikut :
1. Jika masing-masing mendapat angin pada lambung yang berlainan
maka kapal yang mendapat angin pada lambung kiri harus
meyimpangi kapal yang lain.
Gambar 21
Gambar 22
3. Jika kapal yang mendapat angin dilambung kiri melihat kapal yang
berada diatas angindan tidak dapat dipastikkan apakah kapal yang
lainitu mendapat angin pada lambung kiri atau kanannya, maka ia
harus meyimpangi kapal yang lain itu.
Gambar 23
16
b. Untuk memenuhi maksud-maksud aturan ini yang dimaksud disini yang
berlawanan dengan sisi dimana layar agung berada atau bagi sebuah
kapal debgan layar segiempat, adalah sisi yang berlawanan dengan
sisi dimana layar depan dan belakang itu berada.
Gambar 24
ATURAN 13
Penyusulan
090°
22.5°
135°
Gambar 25
17
c. Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang menyusul
kapal lain atau tidak, kapal itu harus beranggapan bahwa demikianlah
hanya dan tidak sesuai dengan itu.
Gambar 26
Gambar 27
18
ATURAN 14
Situasi Berhadapan
b. Situasi demikian itu harus dianggap ada bilamana kapal melihat kapal
lain tepat atau hampir di depan dan pada malam hari kapal itu dapat
melihat penerangan tiang kapal lain tersebut terletak segaris atau
hampir segaris dan atau kedua penerangan lambung serta pada siang
kapal itu mengamati gatra (aspek) yang sesuai mengenai kapal lain
tersebut.
Berhadapan
Gambar 28
19
ATURAN 15
Situasi Menyilang
Gambar 29
ATURAN 29
Tindakan oleh kapal yang menyimpang
Setiap kapal yang harus diharuskan oleh aturan – aturan ini untuk
menyimpangi kapal lain sejauh mungkin harus mengambil tindakan secara
dini dan tegas untuk menjaga agar betul – betul bebas.
17
16
Gambar 30
20
ATURAN 17
17.a.ii & b
Gambar 31
21
ATURAN 18
d. (i). Setiap kapal, selain kapal yang tidak dapat diolah gerak atau
kapal yang kemampuan olah geraknya terbatas, jika keadaan
mengijinkan harus menghindari agar tidak menghalangi jalan
yang aman bagi kapal yang terkungkung oleh saratnya yang
memperlihatkan isyarat – isyarat sesuai ATURAN 28.
(ii). Kapal yang terkungkung oleh saratnya harus melakukan navigasi
dengan sangat hati – hati dengan memberikan perhatian penuh
atas keadaannya yang khusus itu.
Kapal 1 2 3 4 5 6
1. Tenaga 13-18 → → → →
2. Layar 12 → → →
3. Ikan O → →
4. Tak dapat diolah O O O
gerak
5. Terkekang oleh O O
saratnya
6. Terbang laut Menjauhi Semu kapal
Keterangan :→ Menyimpang
• Tidak ada aturan yang mengatur
22
SEKSI III
ATURAN 19
Gambar 32
23
mengurangi kecepatannya serendah mungkin yang dengan
kecepatan itu kapal dapat mempertahankan haluannya. Jika
dianggap perlu, kapal itu harus meniadakan kecepatannya sama
sekali dan bagaimanapun juga berlayar dengan kewaspadaan
khusus hingga bahaya tubrukan telah berlalu.
Tindakan :
4. Kemudi tangan
7. Tempatkan pengamat
24
BAGIAN – C
ATURAN 20
Pemberlakuan
Pemberlakuan :
a. Harus dipenuhi dalam segala.
Gambar 33
25
Siang hari
Lampu-lampu dan sosok benda
Gambar 34
Aturan 21
Defenisi
26
e. “ Penerangan kedip “ berarti penerangan yang berkedip-kedip
dengan selang waktu teratur dengan frekuensi 120 kedipan atau
lebih setiap menitnya.
g. Kapal yang panjangnya lebih dari 50 meter dan lebih kecil dari 50
meter
225°
112,5°
( 10 SURAT )
12 50 M
135°
( 12 SURAT )
Gambar 35
Penjelasan
1 surat = 11,25 0 ( 111/4 0)
27
ATURAN 22
28
ATURAN 23
Gambar 36
Panjang kapal 50 meter adalah dari depan
Gambar 37
29
Gambar 38
Panjang kapal lebih dari 50 meter dilihat dari lambung kiri pada malam
hari mempunyai laju terhadap air
Gambar 39
30
ATURAN 24
Gambar 40
Gambar 41
(i) Penerangan-penerangan lambung
(ii) Penerangan buritan
(iii) Penerangan tundaan :
- Tegak lurus diatas penerangan buritan, kapal tenaga yang
panjanngya kurang dari 50 m dan panjang tundaanya lebih dari 200
m
Pandangan dari depan
Gambar 42
31
Kapal tenaga panjang 50 meter atau lebih menunda dibelakang atau lebih,
panjang tundaan lebih dari 200 meter bila dilihat dari depan
Gambar 43
(iv) Bilamana panjang tundaan lebih dari 200 meter, sosok belah
ketupat disuatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-
jelasnya.
b. Kapal tenaga yang dikenai paragraf (a) atau (c) Aturan ini harus juga
memenuhi aturan 23 (a) (ii)
32
ii. Kapal yang sedang digandengharus memperlihatkan penerangan
buritan dan ujung depan, penerangan-penerangan lambung.
e. Kapal atau benda yang terbenam sebagian,, atau gabungan dari kapal-
kapal atau benda-benda, demikan yang sedang ditunda yang tidak
kelihatan dengan jelas. Harus memperlihatkan :
i. Jika lebarnya kurang dari 25 meter, satu penerangan keliling putih
diujung depan atau didekatnya dan satu di ujung belakang atau
didekatnya kecuali apabila naga umbang itu tidak perlu
memperlihatkan penerangan diujung ,depan atau didekatnya.
ii. Jika lebarnya 25 meter atau lebih, dua penerangan atau keliling
putih tambahan diujung-ujung paling luar dari lebarnya atau
dekatnya.
iii. Jika panjangnya lebih dari 100 meter, penerangan –penerangan
keliling putih tambahan diantara penerangan-penerangan yang
ditentukan di dalam sub paragraph (i) dan (ii) sedemikian rupa
hingga jarak antara penerangan penerangan itu tidak boleh lebih
dari 100 meter.
iv. Sosok belah ketupat di atau didekat ujung paling belakang dari
kapal atau benda paling belakang yang sedang ditunda dan jika
panjang tundaan itu lebih dari 200meter, sosok belah ketupat
tambahan di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-
jelasnya serta ditempatkan sejauh mungkin di depan.
33
ATURAN 25
Gambar 44
Gambar 45
34
harus selalu siap dengan sebuah lampu senter atau lentera yang
menyala yang memperlihatkan cahaya putih yang harus
ditunjukkan dalam waktu yang cukup untuk mencegah tubrukan.
ii Kapal yang sedang berlayar dengan dayung boleh memperlihatkan
penerangan-penerangan yang ditentukan didalam aturan ini bagi
kapal-kapal layar, tetapi jika tidak memperlihatkannya, kapal yang
sedang berlayar dengan dayung itu harus selalu siap dengan
sebuah lampu senter atau lentera yang menyala yang
memperlihatkan cahaya putih yang harus ditunjukkan dalam waktu
yang memadai untuk mencegah tubrukan.
Gambar 46
ATURAN 26
Kapal Ikan
a. Kapal yang sedang menangkap ikan, apakah sedang berlayar atau
berlabuh jangkar, hanya boleh memperlihatkan penerangan-
penerangan dan soso-sosok benda dtentukan oleh Aturan ini.
35
Gambar 57
Gambar 48
36
iii. Bilamana mempunyai kecepatan di air, disamping penerangan-
penerangan yang ditentukan dalam paragraf ini, penerangan-
penerangan lambungdan penerangan buritan
Gambar 49
Kapal sedang mendogol berpasangan sedang mengarea jaring dan
mempergunakan lampu-lampu sorot. Panjang kapal kurang dari 150 meter.
Gambar 50
ATURAN 27
(ii) Dua bola atau sosok benda yang serupa, bersusun tegak lurus
di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya.
37
(iii) Bilamana mempuyai laju di air, sebagai tambahan atas
penerangan-penerangan yang ditentukan di dalam paragraf
ini, penerangan-penerangan lambung dan penerangan buritan.
Gambar 51
(ii) Tiga sosok benda bersusun tegak lurus di suatu tempat yang
dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. Sosok benda yang
tertinggi dan yang terendah harus bola, sedangkan yang
ditengah sosok belah ketupat. Bilamana mepunyai laju di air
penerangan atau penerangan-penerangan tiang,
penerangan-penerangan lambung dan penerangan buritan,
sebagai tambahan atas penerangan-penerangan yang
ditentukan di dalam sub paragraf (i)
Gambar 52
38
c. Kapal tenaga yang sedang melaksanakan pekerjaan penundaan
sedemikian rupa sehingga sangat membatasi kemampuan kapal
yang sedang menunda dan tundaanya itu untuk menyimpang dari
haluannya yang ditentukan dalam Aturan 24 (a) harus
meperlihatkan penerangan-penerangan atau soso-sosok benda
yang ditentukan didalam sub paragraf (b) (i) dan (ii) Aturan ini.
Gambar 53
(i) Dua penerangan merah keliling atau dua bola bersusun tegak
lurus untuk menunjukkan sisi tempat rintangan itu berada
(ii) Dua penerangan hijau keliling atau dua sosok belah ketupat
bersusun tegak lurus untuk menunjukkan sisi yang boleh
dilewati kapal lain
Gambar 54
39
e. Bilamana ukuran kapal yang sedang melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan penyelaman itu membuatnya tidak mampu
memperlihatkan semua penerangan dan sosok benda yang
ditentukan di dalam paragraf (d) Aturan ini, harus diperlihatkan
yang berikut ini.
Gambar 55
Gambar 56
40
g. Kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 12 meter, kecuali kapal-
kapal yang sedang menjalankan pekerjaan penyelaman, tidak wajib
memperlihatkan penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda
yang ditentukan di dalam aturan ini.
ATURAN 28
Gambar 67
ATURAN 29
Kapal Pandu
41
penerangan-penerangan atau sosok benda yang ditentukan
di dalam Aturan 30 bagi kapal-kapal yang berlabuh jangkar.
Gambar 58
ATURAN 30
Gambar 59
42
d. Kapal yang kandas harus memperlihatkan penerangan-penerangan
yang ditentukan di dalam paragraf (a) atau (b) Aturan ini dan
sebagai tambahan, di suatu tempat yang dapat kelihatan dengan
sejels-jelasnya.
(i) Dua penerangan merah keliling bersusun tegak lurus.
(ii) Tiga bola bersusun tegak lurus.
Gambar 60
ATURAN 31
43
Gambar 61
ATURAN 32
Definisi
a. Kata “ Suling “ berarti setiap alat isyarat bunyi yang dapat
menghasilkan tiupan-tiupan yang ditentukan dan yang memenuhi
perincian-perincian di dalam Lampiran III Peraturan-peraturan ini.
44
ATURAN 33
Gambar 62
Gambar 63
b. 12 < meter
Tidak wajib memasang alat-alat isyarat bunyi yang ditentukan di
dalam paragraf (a) Aturan ini, tetapi jika tidak memasang, kapal
harus dilengkapi dengan beberapa sarana lain yang
menghasilkan isyarat bunyi yang efisien.
45
ATURAN 34
Gambar 64
46
— •— • ACC
H •••••
Z — — • •
— — • G
Gambar 65
d. Ragu-ragu → ● ●●●●
Gambar 66
47
ATURAN 35
Gambar 67
Gambar 68
••
48
menjalankan pekerjaannya dalam keadaan berlabuh jangkar,
sebagai pengganti isyarat-isyarat yang ditentukan dalam paragraf
(g) Aturan ini harus memperdengarkan yang ditentukan dalam
paragraf © Aturan ini.
49
ATURAN 36
ATURAN 37
Isyarat Cahaya
50
BAGIAN “E” – PEMBEBASAN – PEMBEBASAN
ATURAN 38
Pembebasan
Setiap kapal ( atau kelas kapal-kapal ) dengan ketentuan bahwa kapal itu
memenuhi syarat-syarat Peraturan Internasional tentang Pencegahan
Tubrukan di Laut 1960, yang lunasnya di letakkan sebelum peraturan ini
mulai berlaku atau yang pada tanggal itu dalam tahapan pembangunan
yang sesuai dibebaskan dari kewajiban memenuhi peraturan ini sebagai
berikut :
51
LAMPIRAN I
PENEMPATAN DAN PERINCIAN TEKNIS
PENERANGAN –PENERANGAN DAN SOSOK-SOSOK
BENDA
• Defenisi
Istilah “tinggi diatas bulan“ berarti ketinggian diatas geladak jalan
terus yang teratas. Ketinggian ini harus diukur dari kedudukan
tegak lurus di bawah tempat penerangan.
52
tingginya kurang dari 2,5 meter di atas tutup. Tetapi bilamana
penerangan tiang dipasang sebagai tambahan penerangan-
penerangan lambung dan penerangan buritan, maka penerangan
tiang/demikian itu harus dipasang sekurang-kurangnya 1 meter
lebih tinggi daripada penerangan-penerangan lambung.
5. Salah satu dari dua atau tiga penerangan tiang yang ditentukan
bagi kapal tenaga yang sedang menunda atau mendorong kapl
lain harus ditempatkan yang sama dengan penerangan tiang
depan atau penerangan tiang belakang; dengan ketentuan bahwa
apabila dipasang di tiang belakang, penerangan tiang belakang
yang paling bawah harus sekurang-kurangnya 4,5 meter
tegaklurus lebuh tinggi daripada penerangan tiang depan.
53
i. Bilamana aturan-aturan menentukan dua atau tiga
penerangan dipasang bersusun tegaklurus, penerangan-
penerangan demikian itu harus berjarak sebagai berikut :
(i) Di kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih,
penerangan-penerangan tersebut harus diberi berjarak
tidak kurang dari 2 meter, dan penerangan yang
terendah dari penerangan-penerangan ini, kecuali jika
wajib memperlihatkan penerangan tunda, harus
ditempatkan pada ketiggianyang tidak kurang dari 4
meter di atas badan.
(ii) Di kapal yang panjangnya kurang dari20 meter
penerangan-penerangan demikian itu harus diberi
berjarak tidak kurag dari 1 meter dan penerangan yang
terendah dari penerangan ini, kecuali jika wajib
memperlihatkan penerangan tunda, harus ditempatkan
pada ketinggian yang tidak kurang dari 2 meter di atas
badan;
(iii) Bilamana diperlihatkan tiga penerangan, penerangan-
penerangan itu harus dipisahkan dengan jarak antara
yang sama.
54
• Di kapal tenaga yang panjangnya 20 meter atau lebih,
penerangan-penerangan lambung tidak boleh ditempatkan di
depan penerangan tiang depan. Penerangan-penerangan
lambung itu haris ditempatkan di lambung atau di dekatnya.
55
5. Tedeng untuk Penerangan Lambung
Penerangan-penerangan lambung dari kapal-kapal yang
panjangnya 20 meter atau lebih harus dipasangi tedeng dalam yang
dicat hitam kusam, dan memenuhi syarat-syarat Seksi 9 Lampiran
ini. Di kapal-kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter
penerangan-penerangan lambung itu, jika harus memenuhi syarat-
syarat Seksi 9 Lampiran ini, harus dipasangi tedeng dalam yang
dicat hitam kusam. Di lentera gabungan yang menggunakan kawat
pijar tegaklurus tunggal dan penyekat yang sangat sempit di antara
bagian hijau dan bagian merah, tedeng luar tidak perlu dipasang.
6. Sosok-sosok Benda
a. Sosok-sosok benda harus berwarna hitam dan dengan ukuran-
ukuran berikut :
(i) Bola harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6
meter;
(ii) Kerucut harus dengan bidang alas yang garis tengahnya
tidak kurang dari 0,6 meter dan tingginya sama dengan
garis tengahnya.
(iii) Silinder harus dengan garis tengah tidak kurang dari 0,6
meter dan tingginya sama dengan dua kai garis tengahnya.
(iv) Sosok belah ketupat harus terdiri dari dua
kerucutsebagaimana yang diuraikan dengan jelas di dalam
(ii) di atas yang mempunyai bidang alas persekutuan.
56
daerah untuk masing-masing warna ditentukan dengan
menunjukkan koordinat titik sudut, sebagai berikut :
(i) Putih
x 0,525 0,525 0,452 0,310 0,310 0,443
y 0,382 0,440 0,440 0,348 0,283 0,382
(ii) Hijau
x 0,028 0,009 0,300 0,203
y 0,385 0,723 0,511 0,356
(iii) Merah
X 0,680 0,660 0,735 0,721
y 0,320 0,320 0,265 0,259
(iv) Kuning
x 0,612 0,618 0,575 0,575
y 0,382 0,382 0,425 0,406
8. Intensitas Cahaya
b. Intensitas cahaya minimum dari penerangan-penerangan harus
dihitung dengan menggunakan rumus
I = 3,43 x 106 x T x D2 x K D
Dengan ketentuan :
I : Intensitas cahaya dalam lilin, dalam kondisi kerja
T : Faktor ambang 2 x 10-7 lux
D : jarak tampak ( jarak pancar ) penerangan dalam mil
laut
K : daya antar Atmosfera
57
c. Pilihan angka-angka yang diperoleh dari rumus itu diberikan di
dalam table berikut :
9. Sektor-sektor Mendatar
a. (i) Ke arah depan, penerangan-penerangan lambung jika
dipasang dikapal, harus memperlihatkn intensitas cahaya
minimum yang disyaratkan. Intensitas cahaya harus
berkurang sampai praktis lenyap antara 1 derajat dan 3
derajat di luar sektor-sektor yang ditetapkan.
d) Bagi penerangan-penerangan buritan danpenerangan tiang
serta pada 22,5 derajat di belakang arah melintag bagi
penerangan-penerangan lambung, intensitas cahaya
minimum yang ditetapkan penerangan lambung, intensitas
cahaya minimum yang ditetapkan itu harus dipertahankan
meliputi busur cakrawala sampai dengan 5 derajat di dalam
batas-batas dari sekor-sektor yang ditentukan di dalam
Aturan 21. dari 5 derajat di dalam sektor-sektor yang
ditentukan ituintensitas cahaya tersebut boleh berkurang
dengan 50% sampai batas-batas yang ditentukan; kuat
cahaya harus berkurang secara berangsur-angsur sampai
58
praktis lenyap di arah yangtidak lebih dari 5 derajat di luar
sektor-sektor yang ditentukan.
59
diatas penerangan tiang depan, dengan ketentuan bahwa
penerangan olahgerak itu harus dipasang tidak kurang dari 2
meter tegak lurus diatas ataupun dibawah penerangan tiang
belakang.
Di kapal yang hanya dipasangi satu penerangan tiang, penerangan
olah gerak itu, jika dipasang, harus ditempatkan di suatu tempat
yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya, terpisah tegaklurus
dari penerangan tiang dengan jarak tidak kurang dari dua meter.
13. Persetujuan
Kontruksi penerangan-penerangan dan sosok-sosok benda serta
pemasangan penerangan-penerangan di kapal harus memperoleh
persetujuan dari negara yang benderanya dikibarkan oleh kapal
secara sah.
60
LAMPIRAN II
ISYARAT-ISYARAT TAMBAHAN BAGI
KAPAL-KAPAL NELAYAN YANG SEDANG
MENANGKAP IKAN YANG SALING
BERDEKATAN
1. Umum
Penerangan-peneranganyang disebutkan di sini, jika diperlihatkan
sesuai dengan Aturan 26 (d), harus ditempatkan di suatu tempat
yang dapat kelihatan dengan sejelas-jelasnya. Penerangan-
penerangan itu arus terpisah sekurang-kurangnya 0,9 meter tetapi
pada ketinggian yang lebih rendah daripada penerangan-
penerangan yang ditentukan dalam Aturan 26 (b) (i), dan (c) (i).
Penerangan-penerangan itu harus dapat kelihatan keliling
cakrawala dari jarak sekurang-kurangnya 1 mil, tetapi dari jarak
yang lebih dekat daripada penerangan-penerangan yang ditentukan
oleh Aturan-aturan ini bagi kapal-kapal ikan.
61
LAMPIRAN III
1. Suling.
a. Frekuensi-frekuensi dan Jarak dengar
Frekuensi dasar isyarat harus terletak dalam batas 70 – 700 Hz
Jarak dengar isyarat dari suling harus ditentukan oleh frekuensi-
frekuensi itu, yang dapat meliputi frekuensi dasar dan / atau satu
atau beberapa frekuensi yang lebih tinggi, yang terletak dalam
batas 180 – 700 Hz (± 1 persen ) dan yang menghasilkan
tingkat-tingkat tekanan bunyi yang disebutkan secara terperinci
di dalam paragraph 1 © di bawah ini.
62
Tingkat lebar bidang
Panjang Kapal 1/3 oktaf di 1 meter Jarak dengar
Dalam meter dalam dB dengan dalam mil laut
acuan 2 x 10 5 N/m2
143 2
200 atau lebih
75 atau lebih tetapi
138 1,5
kurang dari 200
20 atau lebih tetapi
kurang dari 75 130 1
kurang dari 20 120 0,5
d. Sifat-sifat Arah.
Tingkat tekanan bunyi sebuah suling yang berarah di sumbu di
setiap arah di bidang mendatar di dalam ± 45 derajat dari sumbu
tidak boleh lebih dari 4 dB di bawah tingkat tekanan bunyi yang
ditentukan di sumbu. Tingkat tekanan bunyi di arah lain mana
pun di bidang datar itu tidak boleh lebih dari 10 dB di bawah
tekanan bunyi yang ditentukan di sumbu itu, sehingga jarak
dengan di setiap arah akan sekurang-kurangnya sama dengan
setengah jarak dengar di sumbu depan.
Tingkat tekanan bunyi itu haris diukur di dalam bidang 1/3
oktaf yang menentukan jarak dengar tersebut.
63
e. Penempatan Suling-suling
Bilamana sebuah suling bearah akan digunakan sebagai satu-
satunya suling di kapal, suling itu harus dipasang dengan
kekuatan maksimumnya diarahkan lurus kedepan.
Suling harus ditempatkan setinggi mungkin di kapal
mengurangi tertahannya bunyi yang dihasilkan itu oleh
rintangan-rintangan, demikian juga untuk membatasi bahaya
rusaknya indera pendengaran petugas hingga serendah
mungkin. Tingkat tekanan bunyi isyarat sendiri dari kapal di
pos-pos pendengar tidak boleh lebih dari 110 dB (A) dan
sedapat mungkin tidak lebih dari 100 dB (A).
64
b. Konstruksi
Genta-genta dan gong-gong harus dibuat dari bahan tahan karat
dan dirancang untuk menghasilkan nada yang bening. Garis
tengah mulut genta tidak boleh kurang dari 300 mm bagi kapal-
kapal yang panjangnya 20 meter atau lebih, dan tidak boleh
kurang dari 200 mm bagi kapal-kapal yang panjangnya 12
meter atau lebih tetapi kurang dari 20 meter. Bilamana
mungkin, dianjurkan menggunakan pemukul genta bertenaga
untuk menjamin terciptanya gaya yang tetap, tetapi pembunyian
dengan tangan harus dimungkinkan.
Massa pemukul genta tidak boleh kurang dari 3 persen dari
massa genta.
3. Persetujuan
Konstruksi alat-alat isyarat bunyi, cara kerjanya dan
pemasangannya di kapal harus dengan persetujuan penguasa yang
berwenang dari negara yang benderanya dikibarkan oleh kapal
secara sah.
65
LAMPIRAN IV
ISYARAT-ISYARAT BAHAYA
66
2 Penggunaan atau akan setiap syarat yang manapun syarat tersebut di
atas kecuali dengan maksud untuk menunjukkan bahaya dan
membutuhkan pertolongan serta penggunaan isyarat-isyarat lain
yang dapat menimbulkan kekeliruan terhadap isyarat manapun dari
isyarat-isyarat tersebut diatas, dilarang.
67
TUGAS JAGA DILAUT
( WATCH KEEPING AT SEA )
• Suatu pengamatan yang baik harus selalu dilaksanakan sesuai dengan aturan
lima Peraturan Internasional Pencegahan Tubrukan di Laut, 1972 yang harus
sesuai dengan tujuan untuk :
1. Menjaga kewaspadaan secara terus – menerus dengan penglihatan dan
pendengaran dan juga dengan saran lain yang ada, sehubungan dengan
setiap perubahan penting dalam hal suasana pengoperasian.
2. Memperhatikkan sepenuhnya situasi – situasi dan resiko –resiko
tubrukan, kandas dan bahaya navigasi lain.
3. Mendeteksi kapal – kapal atau pesawat terbang yang sedang berada
dalam bahaya, orang – orang yang mengalami kecelakaan kapal,
68
kerangka kapal, dan bahaya – bahaya yang lain yang mengancam
navigasi.
a. Tugas seorang pengamat dan tugas seorang pemegang kemudi harus terpisah,
dan pemegang kemudi tidak boleh merangkap atau dianggap merangkap tugas
pengamatan kecuali pada kapal – kapal kecil dimana pandangan kesegala arah
tidak terhalang dari tempat kemudi, dan tidak ada gangguan pandangan malam
hari.
a. Dalam menentukan bahwa komposisi tugas jaga navigasi telah memadai utuk
menjamin dilaksanakannya pengamatan yang baik secara terus – menerus,
Nakhoda harus mempertimbangkan semua faktor yang relevan, termasuk yang
diuraikan dalam section Kode SCTW ini, dan juga faktor – faktor sebagai
berikut :
1. Jarak nampak, keadaan cuaca dan laut.
2. Kepadatan lalu lintas dan aktivitas – aktivitas lain yang terjadi di daerah
dimana kapal sedang melakukan navigasi.
3. Perhatian yang perlu jika sedang melakukan navigasi didalam atau
didekat jalur – jalur pemisah lalu lintas atau langkah –langkah lain yang
berkaitan dengan penentuan rute.
4. Beban kerja tambahan yang disebabkan oleh sifat fungsi kapal, oleh
kebutuhan pengoperasian yang bersifat mendadak dan olah gerak yang
diperkirakan harus dilakukan.
5. Kemampuan untuk menjalankan tugas setiap anggota tugas jaga.
6. Pengetahuan dan keyakinan kompetensi profesional para perwira dan
para awak kapal.
7. Pengalaman setiap perwira yang melakukan tugas jaga navigasi, dan
pengetahuan perwira yang melakukan tugas jaga yang bersangkutan
tentang peralatan, prosedur – prosedur dan kemampuan olah gerak kapal.
8. Kegiatan – kegiatan yang terjadi sewaktu – waktu, termasuk kegiatan -
kegiatan komunikasi radio dan tersedianya bantuan secepatnya ke
anjungan jika diperlukan.
9. Kemampuan operasional instrumen – instrumen dan alat – alat pengenali
di anjungan.
10. Daun kemudi, baling – baling, serta sifat olah gerak kapal.
11. Ukuran kapal dan medan pandangan dari tempat pengamat.
69
12. Tata ruang anjungan, sampai pada tingkat dimana tata ruang yang
bersangkutan mungkin dapat menghalangi seorang awak kapal, yang
melakukan tugas jaga, dalam mendeteksi setiap perkembangan situasi
dengan penglihatan dan pendengaran.
13. Setiap standart, prosedur atau pedoman relevan lain yang berkaitan
dengan pegaturan tugas jaga dan dengan kemampuan melaksanakan
tugas jaga, yang telah ditetapkan oleh organisasi.
a. Perwira jaga harus menjamin bahwa anggota – anggota tugas jaga yang
membantunya sepenuhnya mampu menjalankan tugas – tugas, khusus
sehubungan dengan penyesuaian diri dengan pandangan di malam hari.
b. Perwira pengganti tidak boleh mengambil alih tugas jaga sebelum daya
pandangnya sepenuhnya telah menyesuaikan dengan kondisi cahaya yang ada.
c. Sebelum mengambil alih tugas jaga, perwira pengganti harus mendapat
kepastian tentang posisi yang sebenarnya atau posisi duga kapal, dan harus
mendapat kejelasan tentang haluan dan kecepatan kapal, pengedalian UMS (
Unmanned Machinary Space), dan harus mencatat setiap kemungkinan bahya
navigasi selam tugas jaganya.
70
3. Gelombang laut pada saat itu atau yang diperkirakan, arus laut, cuaca, jarak
tampak dan pengaruh faktor – faktor tersebut terhadap haluan dan kecepatan
kapal.
4. Prosedur – prosedur menggunakan mesin induk untuk olah gerak, jika mesin
induk berada dibawah kendali anjungan.
5. Situasi Navigasi, termasuk :
• Kondisi Operasional seluruh peralatan navigasi dan peralatan pengaman
yang sedang digunakan atau yang mungkin akan digunakan selama tugas
jaga.
• Kesalahan – kesalahan kompas gyro dan kompas magnetik.
• Adanya dan terlihatnya kapal –kapal lain atau adanya kapal – kapal lain
yang tidak terlalu jauh dari kapal sendiri.
• Kemungkinan kondisi – kondisi tertentu serta bahaya yang akan dihadapi
selama tugas jaga.
• Kemungkinan adanya efek – efek kemiringan, trim, berat jenis air dan
squat terhadap jarak lunas kapal dengan dasar laut.
Jika pada suatu saat perwira tugas jaga navigasi harus diganti dalam keadaan
sedang melakukan olah gerak atau tindakan tertetu lain untuk menghindari setiap
bahaya yang sedang mengancam, maka pergantian tugas jaga ini harus
ditangguhkan sampai tindakan olah gerak yang bersangkutan telah selesai.
71
Unmanned Machinary Space ) yang ada dianjungan harus sesuai dengan
prosedur – prosedur yang berlaku.
11. Harus dilakukan pencatatan secara baik selama tugas jaga, sehubungan dengan
olah gerak dan aktivitas – aktivitas yang berkaitan dengan navigasi.
12. Perwira tugas jaga harus menjamin bahwa pengamatan secara baik dilakukan
terus – menerus. Pada kapal yang memiliki kamar peta ini jika memang perlu
untuk kepentingan tugas navigasi, asalkan terlebih dahulu memastikan bahwa
tindakannya bersifat aman dan pengamatan tetap dilaksanakan.
13. Pengujian kemampuan operasional peralatan navigasi harus dilakukan
sesering yang dapat dilaksanakan dan sesuai dengan situasi yang ada,
khususnya sebelum terjadi situasi yang membahayakan. Pengujian –pengujian
semacam ini juga harus dilakukan sebelum tiba dan sebelum berangkat dari
pelabuhan.
Perwira tugas jaga navigasi harus ingat untuk selalu mematuhi persyaratan
– persyaratan SOLAS tahun 1974. Dia harus mempertimbangkan :
1. Keharusan untuk menempatkan seorang awak kapal untuk mengemudikan
kapal dan untuk beralih ke kemudi tangan dalam situasi yang menginjinkan
guna memungkinkan penanggulangan setiap kemungkinan bahaya secara
aman.
2. Bahwa jika kapal sedang menggunakan kemudi otomatis, akan sangat
berbahaya jika membiarkan terus berkembangnya situasi sampai pada suatu
tingkat diaman perwira tugas jaga tidak memperoleh bantuan dan harus
menghentikkan pelaksanaan pengamatannya karena harus mengambil suatu
tindakan darurat tertentu.
Perwira tugas jaga navigasi harus menggunakan radar setiap kali terjadi atau
diperkirakan akan terjadi berkurangnya jarak tampak, dan secara terus – menerus
jika sedang ada perairan yang penuh dengan lalu lintas kapal lain, sambil
memperhatikkan keterbatasan – keterbatasan kemampuan radar yang ada.
72
Perwira tugas jaga navigasi harus menjamin bahwa skala jarak yang diterapkan
diubah secara berkala, sehingga setiap sasaran dapat terindeksi sedini mungkin.
Harus diingat bahwa sasaran kecil atau sasaran yang kurang jelas dapat lolos dari
pengamatan radar.
Jika menggunakan radar, perwira tugas jaga harus memilih suatu skala jarak yang
memadai, dan harus mengamati layar secara cermat, serta harus menjamin bahwa
analisis sistematis dan plotting mulai dilakukan sedini mungkin
• khususnya jika sedang mendekati kapal yang sangat besar atau sebuah
kapal tunda, atau jika sangat dekat dengan sebuah kapal lain.
73
• Perwira tugas jaga harus mengambil tindakan dini yang positif sesuai
dengan Peraturan Internasional Pencegahan Tubrukan di Laut tahun 1972,
dan kemudian memastikan bahwa tindakannya telah memberikan hasil
yang diinginkan.
• Dalam cuaca baik dan kapanpun dapat dilakukan, perwira tugas jaga
navigasi harus melaksanakan pengoperasian radar.
74
• Jika terjadi keraguan tentang tindakan dan maksud – maksud pandu, maka
perwira tugas jaga navigasi harus meminta penjelasan dari pandu, dan jika
keraguan tetap berlanjutharus memberi tahu Nakhoda secepatnya dan
mengambil tindakan apa saja yang perlu sebelum Nakhoda datang.
Perwira tugas jaga harus memiliki pengetahuan penuh tentang letak dan
pengoperasian seluruh peralatan navigasi yang ada, dan harus mengetahui dan
mempertimbangkan keterbatasan kemampuan operasional peralatan yang
bersangkutan.
75
KEMAMPUAN UNTUK BERTUGAS JAGA
( FITNESS FOR DUTY)
a. Minimum jam istirahat bagi perwira jaga danbawahan tugas jaga navigasi
adalah 10 jam selama periode 24 jam
b. Jam jaga dapat dibagi menjadi 2 periode, dimana dalah satunya tidak
kurang dari 6 jam
c. Dalam keadaan darurat atau latihan bahaya, jam istirahat tersebut diatas
dapat tidak dipenuhi.
d. Meskipun jam istirahat minimum dapat dikurangi dari 10 jam menjadi 6
jam seperti tercantum di atas tapi hal itu tidak boleh terjadi selama 2 hari
berturyt-turut dan selama periode 7 hari, jumlah istirahat tidak boleh
kurang dari 70 jam.
e. Jadual jaga masing-masing awak kapal harus ditempatkan ditempat yang
mudah dilihat dan mudah dibaca dengan jelas.
a. Pengertian kelelahan (ftigue ) tidak ada yang tegas tetapi harus diwaspadai
factor-paktor yang dapat menimbulkan kelelahan.
b. Suatu kegiatan terdesak hanya diartikanb sebagai kegiatan yang tidak
dapat ditunda demi keselamatan kapal atau pencegahan pencemaran
lingkungan.
c. Jam kerja yang berlebihan, walaupun tidak mengurangi jam istirahat, tidak
boleh dilaksanakan.
d. Tambahan waktu istirahat merupakan salah satu factor mencegah
terjadinya kelelahan.
e. Pengaturan jam kerja ditetapkan dan selalu dicatat dan diperiksa.
f. Apabila terjadi kecelakaan, harus ditinjau apakah penyebabnya adalah
kelelahan.
76
PEDOMAN TENTANG PENCEGAHAN
PEYALAHGUNAAN OBAT-OBATAN DAN ALKOHOL
77
TEAM KERJA ANJUNGAN
(BRIDGE TEAM WORK)
1. PENDAHULUAN
Pada waktu kapala dalam pelayaran dari suatu tempat ke tempat lain
gerakannya dikendalikan dari anjungan dan pengontrolan dilakukan oleh
orang-orang
( perwira jaga, juru mudi jaga ) yang sedang bertugas disana. Keberhasilan
perjalanan sampai ketempat tujuan dengan selamat tanpa mengalami
kecelakaan dan tepat waktu, sangat tergantung kepada kemampuan
Pertugas-petugas tersebut.
Kegiatan mengendalikan kapal dari suatu pelabuhan ke pelabuhan tujuan,
dikerjakan secara rutin, tampaknya cukup sederhana tanpa banyak
berpikir. Namun sebenernya di dalamnya terkandung berbagai aspek yang
sangat membutuhkan perhatian dan profesionalisme dan ditunjang
menajeman yang baik.
Hasil analisa Maritime Safety Committee, menunjukkan bahwa faktor
terbesar yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kapal, antara lain
tubrukan dan kandas, adalah kesahan manusia. Kesalahan manusia tidak
lain menyangkut menejemen di anjungan. Control sederhana adalah
Mualim jaga tertidur karena kelelahan, kurang istirahat sebelum
melaksanakan tugas jaga akibat yang terjadi adalah tubrukan
Setiap pelayaran kapal, jarak jauh dekat adalah suatu pelayaran yang
penuh dfengan resiko. Resiko yang dapat terjadi selama pelayaran harus
dapat ditekan sekecil mungkin, kalau mungkiun ditiadakan. Untuk
mencapai maksud ini, haruslah ditunjang dengan pemanpaatan sumber
daya manusia yang tersedia dan peralatan yang ada di anjungan, dimana
seluruh personil yang sedang terlibat dengan kegiatan, merupakan satu
kelompok kerja sama yang solid .
78
satu kapalpun, maka Bridge Team dapat dikurangi / diperkecil,misalnya
hanya seorang perwira jaga saja, dengan catatan setiap saat dapat
mengambil anggota jaga lainnya. Diperairan padat, atau pada tampak
terbatas, maka jumlah pengamat harus ditambah atau mengganti periode
jaga adalah langkah yang juga bisa dilakukan apabila diperlukan.
2). Kehadiran pandu dianjungan.
Keberadaan pandu di anjungan merupakan pendukung yang sangat
menguntungkan, karena informasi-informasi penting tentang situasi
perairan dan lingkungan, banyak diperoleh dari seorang pandu. Perlu
disadari sepenuhnya, bahwa walaupun seorang pandu berada di
anjungan, tanggung jawab sepenuhnya tidaklah berpindah kepadanya.
3). Kemampuan personil.
Kemampuan masing-masing anggota Bridge Team sesuai tugas masing-
masing merupakan faktor yang penting. Kesalahan ataupun kelalaian
individu sering menyebabkan kecelakaan kapal, misalnya juru mudi
salah melaksanakan perintah kemudi, sehingga kapal menuju arah yang
salah pada situasi yang sangat kritis ( dekat bahaya navigasi dibawah air
), walaupun kadang-kadang juga kecelakaan timbul akibat kesalahan
alat.
4). Sarana navigasi yang tersedia.
Makin cenggih dan makin lengkap peralatan yang tersedia, dapat
dipertimbangkan sebagai factor penunjang kekuatan Bridge Team.
79
sesuatu mengenai pelaksanaan tugas navigasi dengan jelas dan
tepat.
Perwira jaga secara terus – menerus bertanggung jawab untuk
melaksanakan navigasi yang aman walaupun Nakhodaberada di
anjungan, sampai Nakhoda memberitahunya secara pasti bahwa ia
telah mengambil tanggun jawab itu. Fakta bahwa Nakhoda telah
mengambil alih navigasi, tidak melepaskan perwira itu dari tugas
jaga dalam membantu Nakhoda dari dekat dan juga untuk
menentukan posisi kapal di peta sesering mungkin yang diperlukan
dalam memperhatikan kondisi – kondisi lokal. Adalah merupakan
tugas dari perwira jaga untuk segera memberitahu Nakhoda jika ia
mengira bahwa posisi tidak tidak mengikuti jalur yang
direncanakan.
Pada waktu kapakl tiba dan berangkat, lebih baik ada perwira jaga
atau yang akan bertugas jaga di anjungan. Penggantian jaga di
anjungan tidak harus terjadi pada kondisi – kondisi di mana
kesibukan bernavigasi di anjungan sedang tinggi atau pada perairan
– perairan sempit dan atau yang berhubungan dengan ketibaan /
pemberangkatan kapal.
Berlayar pada perairan – perairan yang sempit, Nakhoda harus
mempertimbangkan apakah perlu sebagai tambahan terhadap
dirinya harus ada dua perwira di anjungan. Dalam hal seperti itu,
salah satu perwira hanya harus bertanggunga jawab dalam
membereskan posisi kapal, di mana yang lain akan membantu
Nakhoda dalam peng-check-an posisi dan juga haluan dan tugas –
tugas navigasi lainnya.
Jika jarak pandang kurang dari lima (5) mil, Nakhoda harus
mempertimbangkan apakah sebagai tambahan terhadap dirinya
sendiri harus ada dua dua perwira di anjungan. Dalam keadaan
seperti itu, salah satu perwira harus terlibat pada pengawasan
kemajuan kapal dengan alat radar utama dan dari stasiun itu ia
harus melaporkan dengan suara eras dan jelas semua informasi
yang penting untuk navigasi, seperti penetapan posisi, posisi kapal
– kapal lain, serta haluan dan kecepatan mereka.
Perwira lain menentukan posisi di peta yang didapat dari baringan
biasa atau yang didapat dari baringan radar dan kemudian
menchecknya dengan cara SAT / NAV, perum gema atau alat lain
yang lebih akurat.
Jika jarak pandang kurang dari lima (5) mil dan kapal – kapal yang
berada pada perairan sempit atau kapal – kapal yang terkungkung
oleh saratnya, harus mendapatkan dua perwira di anjungan sebagai
tambahan terhadap Nakhoda itu.
80
RENCANA PELAYARAN
( VOYAGE PLANNING )
81
TUGAS JAGA DI PELABUHAN
( WATCH KEEPING IN PORT )
82
Materi serah terima jaga pelabuhan:
Sebelum menyerahkan tugas jaga harus dijelaskan beberapa hal kepada perwira
pengganti:
1. Kedalaman air di mana kapal sandar atau berlabuh pada saat itu.
2. Sarat kapal pada saat itu.
3. Waktu dan ketinggian pasang-surut yang akan terjadi
4. Keadaan jangkar dan rantai yang dipakai
5. Tali-taki yang dipakai untuk sandar, serta keadaan saat itu.
6. Keadaan dan kesiapan mesin induk sehubungan dengan tiap keadaan darurat
yang mungkin terjadi.
7. Kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan di atas kapal dan kamar mesin.
8. Keadaan dansisi yang dibongkar dan di muat, termasuk jumlah dan sisa yang
ada di kapal
9. Tngkat ketiangian air got dan tangki balast
10. Lampu-lampu dan sosok benda yang dipasang, atau isyarat bunyi yang
harus di bunyikan
11. Jumlah awak kapal yang harus ada di kapal
12. Kesiapaan alat-alat pemadam kebakaran
13. Peraturan-peraturan setempat yang harus di perhatikan
14. Perintah umum dan khusus dari Nahkoda
15. Jalur komunikasi yang dapat dipergunakan dalam keadaan darurat
16. Setiap keadaan yang dapat mempengaruhi keselamatan kapal, prang dan
muatan, serta pencegahann pencemaran lingkingan.
17. Prosedur memberitahukan pengusa terkait di darat apabila terjadi
pencemaran lingkungan akibat kegiatan di kapalk.
83
Pada kapal yang membawa muatan berbahaya yang tidak dalam
jumlah besar :
- Nakhoda harus mempertimbangkan sifat-sifat muatan
- Kemasan dan pemadatan muatan yang berbahaya bersangkutan
- Dan juga harus mempertimbangkan setiap kondisi khusus dikapal atau
didarat
84