Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSIS

A. DEFINISI

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat merupakan

organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen ,

tetapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil

tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel

darah merah.

Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang

parenkim paru.

B. ETIOLOGI

Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu basil

mycobacterium tuberculosis tipe humanus dengan ukuran panjang 1 – 4 um

dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta

tahan asam atau basil tahan asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia

dan fisik karena sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). lainnya,

sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

Tuberculosis ini ditularkan dari orang ke orang oleh trasmisi melalui udara.

Individu yang terinfeksi, melalui bicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi,

melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 u) dan kecil (1 sampai 5u).
droplet yang besar menetap, sementara droplet kecil tertahan di udara dan

terhirup oleh individu yang rentan.

C. PATOFISIOLOGI

Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis.

Bakteri ini menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak

dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat

menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga

menyebar melalui siste limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,

tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas).

Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan

reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis

(memakan bakteri), sementra limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan

(meliliskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan

terakumulasinya eksudat dalam elveoli yang menyebapkan broncopneumonia.

Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2- 10 minggu setelah terpapar

bakteri.

Infeksi antara M. Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa

awal infeksi membentuk massa sebuah jjaringan baru yang disebut granuloma,

granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh

makrofagseperti didnding. Granula selanjutnya berubah bentuk menjadi massa

jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle.

Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang

selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necritizing


caseosa). Hal ini akan menjadi kalsifikasi dan akhirnya membentuk jaringan

kolagen, kemudian bakteri menjadi non aktif.

Setelah infekdi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka

penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul

akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi

aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menhasilkan

necrotizing caseosa didalam broncus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya

menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi

kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya broncopneumonia,

membentuk tuberkel, dan seterusnya.

Pnemonia seluler ini dapat sembuh sendiri. Proses ini berjalan terus dan

basil terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Makrofag yang

mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu

membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan

10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang

dikelilingi sel epiteloid dan fibrolas akan menimbulkan rspon berbeda,

kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi

tuberkel.
D. MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala Umum

Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.

Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis

yang menyebabkan  lesi  pada  jaringan  parenkim  paru. 

2. Gejala lain yang sering dijumpai

a. Dahak bercampur darah

Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah,

sedangkan dahak adalah hasil dari membran submukosa yang terus

memproduksi sputum untuk berusaha mengeluarkan benda saing.

b. Batuk darah

Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah, akibat

iritasi karena proses batuk dan infeksi Mycobacterium Tuberkulosis.

c. Sesak napas dan nyeri dada

Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang paru

akibat terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat

terakumulasinya sekret pada saluran pernapasan.

Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi bakteri,

serta nyeri dada juga dapat mengakibatkan sesak napas.

d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa

kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan,

demam meriang lebih dari sebulan.


Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus menerus

mengakibatkan kelemahan, serta nafsu makan berkurang, sehingga berat

badan juga menurun, karena kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang

enak badan dan demam meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien

berusaha bernapas cepat mengakibatkan berkeringat pada malam hari.

E. KOMPLIKASI

1. Meningitis

2. Spondilitis

3. Pleuritis

4. Bronkopneumoni

5. Atelektasis

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap

aktif penyakit

b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan

cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.

c. Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi

10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal

antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi

tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna

pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat

diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.


d. Anemia bila penyakit berjalan menahun

e. Leukosit ringan dengan predominasi limfosit

f. LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut

kembali normal pada tahap penyembuhan.

g. GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan

paru.

h. Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya

sel raksasa menunjukkan nekrosis.

i. Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya

infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air

dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.

2. Pemeriksaan Radiologis

Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,

simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan

menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.

G. PENATALAKSANAAN

Panduan OAT dan peruntukannya:

1. Kategori -1(2 HRZE / 4H3R3) diberikan untuk pasien baru

a. Pasien baru TB paru BTA positif

b. Pasien TB paru BTA negatif thorak positif

c. Pasien TB ekstra paru

2. Kategori – 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3) diberikan untuk pasien BTA

positif yang telah diobati sebelumnya


a. Pasien kambuh

b. Pasien gagal

c. Pasien dengan pengobatan 3 tahun terputus ( Default)

3. OAT sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk taha

kategori -1 yang diberikan selama sebulan ( 28 hari) 

Jenis dan dosis obat OAT

a. Isoniasid (H)

Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif.

Dosis harian yang dianjurkan 5 mg / kg BB, sedangkan untuk

pengobatan intermiten 3 X semingggu diberikan dengan dosis 10 mg /

kg BB.

b. Rifamisin (R)

Dapat membununuh kuman semi dorman yang tidak dapat dibunuh

isoniasid. Dosis 10 mg / kg BB diberikan sama untuk pengobatan

harian maupun intermiten 3 X seminggu.

c. Pirasinamid (Z)

Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.

Dosis harian dianjurkan 25 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan

intermiten 3 X seminggu

d. Streptomisin (S)

Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB, sedeangkan untuk pengobatan

intermiten 3 X seminggu diberikan dengan dosis yang sama. Penderita


berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/ hari. Sedangkan untuk

berumur 60 th atau lebih diberikan 0,50 gr/ hari.

H. PENCEGAHAN

1. Menghindar dari pasien TBC dan dianjurkan menggunakan masker saat

perawatan

2. Mengetahui jika Anda berisiko

3. Memulai gaya hidup sehat

4. Dapatkan vaksinasi BCG (Bacille Calmette-Guerin)

5. Melakukan tes

6. Mengetahui gejala-gejala TBC

  
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
TUBERCULOSIS

A. Pengkajian Keperawatan

Data dasar pengkajian pasien adalah sebagai berikut:

1. Pola aktivitas dan istirahat

Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas

pendek), demam, menggigil.

Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap,

lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam

subfebris (40 -410C) hilang timbul.

2. Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.

Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak

subkutan.

3. Respirasi

Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum

hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah,

pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah,

kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau

fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,

pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.),

perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi

trakeal (penyebaran bronkogenik).


4. Rasa nyaman/nyeri

Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,

nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura

sehingga timbul pleuritis.

5. Integritas ego

Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak

berdaya/tak ada harapan.

Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah

tersinggung.

6. Keamanan

Subjektif : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.

Objektif : Demam rendah atau sakit panas akut.

7. Interaksi Sosial

Subjektif : Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,

perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan

kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.


B. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau

sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan

permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret

yang kental, edema bronchial.

c. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:

Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea,

Anoreksia, Penurunan kemampuan finansial.

d. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen

f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan

berhubungan dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang

salah, Informasi yang didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya

pengetahuan/kognitif
C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1) Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
berhubungan dengan: keperawatan selama …………..pasien 2) Berikan O2 ……l/mnt, metode………
- Infeksi, disfungsi neuromuskular, menunjukkan keefektifan jalan nafas 3) Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan dibuktikan dengan kriteria hasil : dalam
nafas, asma, trauma a. Mendemonstrasikan batuk efektif 4) Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, dan suara nafas yang bersih, tidak ventilasi
sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya ada sianosis dan dyspneu (mampu 5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya mengeluarkan sputum, bernafas 6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
eksudat di alveolus, adanya benda asing di dengan mudah, tidak ada pursed 7) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
jalan nafas. lips) tambahan
DS: b. Menunjukkan jalan nafas yang 8) Berikan bronkodilator 
- Dispneu paten (klien tidak merasa tercekik, 9) Monitor status hemodinamik
DO: irama nafas, frekuensi pernafasan 10) Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Penurunan suara nafas dalam rentang normal, tidak ada Lembab
- Orthopneu suara nafas abnormal) 11) Berikan antibiotik
- Cyanosis c. Mampu mengidentifikasikan dan 12) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Kelainan suara nafas (rales, wheezing) mencegah faktor yang penyebab. keseimbangan.
- Kesulitan berbicara d. Saturasi O2 dalam batas normal 13) Monitor respirasi dan status O2
- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada e. Foto thorak dalam batas normal 14) Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
- Produksi sputum mengencerkan sekret
- Gelisah 15) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
- Perubahan frekuensi dan irama nafas penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
Gangguan Pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan
Berhubungan dengan : keperawatan selama …. Gangguan 1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan
 ketidakseimbangan perfusi ventilasi pertukaran pasien teratasi dengan ventilasi
 perubahan membran kapiler-alveolar kriteria hasi: 2) Pasang mayo bila perlu
DS: a. Mendemonstrasikan peningkatan 3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 sakit kepala ketika bangun ventilasi dan oksigenasi yang 4) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Dyspnoe adekuat 5) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
 Gangguan penglihatan b. Memelihara kebersihan paru paru tambahan
dan bebas dari tanda tanda distress 6) Berikan bronkodilator ;
DO: pernafasan 7) -………………….
 Penurunan CO2 c. Mendemonstrasikan batuk efektif 8) Berikan pelembab udara
 Takikardi dan suara nafas yang bersih, tidak 9) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Hiperkapnia ada sianosis dan dyspneu (mampu keseimbangan.
 Keletihan mengeluarkan sputum, mampu 10) Monitor respirasi dan status O2
 Iritabilitas bernafas dengan mudah, tidak ada 11) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
 Hypoxia pursed lips) penggunaan otot tambahan, retraksi otot
 kebingungan d. Tanda tanda vital dalam rentang supraclavicular dan intercostal
 sianosis normal 12) Monitor suara nafas, seperti dengkur
 warna kulit abnormal (pucat, kehitaman) e. AGD dalam batas normal 13) Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
 Hipoksemia f. Status neurologis dalam batas kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
 hiperkarbia normal 14) Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
 AGD abnormal tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
 pH arteri abnormal 15) Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus
frekuensi dan kedalaman nafas abnormal mental
16) Observasi sianosis khususnya membran
mukosa
17) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
18) Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan
denyut jantung
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh keperawatan selama….nutrisi kurang 2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Berhubungan dengan : teratasi dengan indikator: jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
Ketidakmampuan untuk memasukkan atau a. Albumin serum pasien
mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis, b. Pre albumin serum 3) Yakinkan diet yang dimakan mengandung
psikologis atau ekonomi. c. Hematokrit tinggi serat untuk mencegah konstipasi
DS: d. Hemoglobin 4) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
- Nyeri abdomen e. Total iron binding capacity makanan harian.
- Muntah f. Jumlah limfosit 5) Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
- Kejang perut 6) Monitor lingkungan selama makan
- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan 7) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
DO: selama jam makan
- Diare 8) Monitor turgor kulit
- Rontok rambut yang berlebih 9) Monitor kekeringan, rambut kusam, total
- Kurang nafsu makan protein, Hb dan kadar Ht
- Bising usus berlebih 10) Monitor mual dan muntah
- Konjungtiva pucat 11) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
- Denyut nadi lemah jaringan konjungtiva
12) Monitor intake nuntrisi
13) Informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi
14) Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
15) Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
16) Anjurkan banyak minum
17) Pertahankan terapi IV line
18) Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval
Hipertermi berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi suhu tubuh pasien
inflamasi aktif keperawatan selama …. Suhu tubuh 2) Beri kompres air hangat
pasien turun dengan kriteria hasil : 3) Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum
Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 – 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
37 oc) 4) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
yang tipis dan mudah menyerap keringat
5) Observasi intake dan output, tanda vital (suhu,
nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau
sesuai indikasi
6) Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan
pemberian obat sesuai program.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi adanya pembatasan klien dalam
Berhubungan dengan : keperawatan selama …. Pasien melakukan aktivitas
● Tirah Baring atau imobilisasi bertoleransi terhadap aktivitas dengan 2) Kaji adanya faktor yang menyebabkan
● Kelemahan menyeluruh Kriteria Hasil : kelelahan
● Ketidakseimbangan antara suplei oksigen a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 3) Monitor nutrisi dan sumber energi yang
dengan kebutuhan tanpa disertai peningkatan tekanan adekuat
Gaya hidup yang dipertahankan. darah, nadi dan RR 4) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
DS: b. Mampu melakukan aktivitas sehari dan emosi secara berlebihan
● Melaporkan secara verbal adanya hari (ADLs) secara mandiri 5) Monitor respon kardivaskuler terhadap
kelelahan atau kelemahan. c. Keseimbangan aktivitas dan aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
● Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan istirahat diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
saat beraktivitas. 6) Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
DO : pasien
7) Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
● Respon abnormal dari tekanan darah atau Medik dalam merencanakan progran terapi
nadi terhadap aktifitas yang tepat.
● Perubahan ECG : aritmia, iskemia 8) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
9) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
10) Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
11) Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
13) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
14) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
15) Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
16) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
17) Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual
Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, keperawatan selama …. pasien 2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
interpretasi terhadap informasi yang salah, menunjukkan pengetahuan tentang bagaimana hal ini berhubungan dengan
kurangnya keinginan untuk mencari proses penyakit dengan kriteria hasil: anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
informasi, tidak mengetahui sumber-sumber a. Pasien dan keluarga menyatakan 3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
informasi. pemahaman tentang penyakit, muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
kondisi, prognosis dan program 4) Gambarkan proses penyakit, dengan cara
pengobatan yang tepat
DS: Menyatakan secara verbal adanya b. Pasien dan keluarga mampu 5) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan
masalah melaksanakan prosedur yang
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, dijelaskan secara benar cara yang tepat
perilaku tidak sesuai c. Pasien dan keluarga mampu 6) Sediakan informasi pada pasien tentang
menjelaskan kembali apa yang kondisi, dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim kesehatan 7) Sediakan bagi keluarga informasi tentang
lainnya kemajuan pasien dengan cara yang tepat
8) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
9) Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
10) Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

1. Amin dan Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan NANDA NIC NOC. Media Action : Jogjakarta
2. Brunner & Suddarth, 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
1&2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC
3. Crofton, John. 2012. Pedoman penanggulangan TB, Widya Medika:
Jakarta
4. Departemen Kesehatan. Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional
Penanggulangan TB. Jakarta
5. Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern (2011). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan NANDA Edisi 9. EGC. Jakarta
6. Junaidi I, (2010).Penyakit Paru danSaluran Napas. Jakarta.Buana Ilmu
Populer
7. Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid 1.
Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai