Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN CIDERA KEPALA BERAT (CKB)

A. Konsep Teoritis

1. Pengertian

Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu gangguan trauma dari otak

disertai/tanpa perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa diikuti

terputusnya kontinuitas dari otak.(Muttakim , 2015)

Menurut Brain Injury Assosiation of America,cedera kepala adalah suatu

kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi

disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau

mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif

dan fungsi fisik.

Cedera kepala berat adalah cedera dengan skala koma  glasgow

3 – 8 atau dalam keadaan koma (Mansjoer, A,dkk, 2001 : 3).

2. Anatomi Fiosilogi

Anatomi Kepala
a. Kulit kapala

Pada bagian ini tidak terdapat banyak pembuluh darah. Bila robek,

pembuluh- pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi yang dapat

menyebabkan kehilangan darah yang banyak. Terdapat vena emiseria dan

diploika yang dapat membawa infeksi dari kulit kepala sampai dalam

tengkorak (intracranial) trauma dapat menyebabkan abrasi, kontusio, laserasi,

atau avulas

b. Tulang kepala

Terdiri dari calvaria (atap tengkorak) dan basis eranium (dasar tengkorak).

Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuibis tulang tengkorak disebabkan

oleh trauma. Fraktur calvarea dapat berbentuk garis (liners) yang bisa non

impresi (tidak masuk / menekan kedalam) atau impresi. Fraktur tengkorak

dapat terbuka (dua rusak) dan tertutup (dua tidak rusak). Tulang kepala terdiri

dari 2 dinding yang dipisahkan tulang berongga, dinding luar (tabula eksterna)

dan dinding dalam (labula interna) yang mengandung alur-alur artesia

meningia anterior, indra dan prosterion. Perdarahan pada arteria-arteria ini

dapat menyebabkan tertimbunya darah dalam ruang epidural.

c. Lapisan Pelindung otak / Meninges

Terdiri dari 3 lapisan meninges yaitu durameter, Asachnoid dan diameter.

1) Durameter
adalah membran luas yang kuat, semi translusen, tidak elastis menempel

ketat pada bagian tengkorak. Bila durameter robek, tidak dapat diperbaiki

dengan sempurna.

Fungsi durameter :

a) Melindungi otak

b) Menutupi sinus-sinus vena ( yang terdiri dari durameter dan lapisan

endotekal saja tanpa jaringan vaskuler )

c) Membentuk periosteum tabula interna.

2) Asachnoid

adalah membrane halus, vibrosa dan elastis, tidak menempel pada dura.

Diantara durameter dan arachnoid terdapat ruang subdural yang

merupakan ruangan potensial. Pendarahan subdural dapat menyebar

dengan bebas. Dan hanya terbatas untuk seluas valks serebri dan

tentorium. Vena-vena otak yang melewati subdural mempunya sedikit

jaringan penyokong sehingga mudah cedera dan robek pada trauma

kepala.

3) Diameter

adalah membran halus yang sangat kaya dengan  pembuluh darah halus,

masuk kedalam semua sulkus dan membungkus semua girus, kedua

lapisan yang lain hanya menjembatani sulkus. Pada beberapa fisura dan

sulkus di sisi medial homisfer otak. Prametar membentuk sawan antar


ventrikel dan sulkus atau vernia. Sawar ini merupakan struktur penyokong

dari pleksus foroideus pada setiap ventrikel.

Diantara arachnoid dan parameter terdapat ruang subarachnoid, ruang ini

melebar dan mendalam pada tempat tertentu. Dan memungkinkan

sirkulasi cairan cerebrospinal Pada kedalam system vena.

d. Otak

Otak terdapat didalam iquor cerebro Spiraks. Kerusakan otak yang pada

trauma kepala dapat terjadi melalui 2 campuran :

1) Efek langsung trauma pada fungsi otak

2) Efek-efek lanjutan dari sel- sel otak yang bereaksi terhadap trauma.

Apabila terdapat hubungan langsung antara otak dengan dunia luar

(fraktur cranium terbuka, fraktur basis cranium dengan cairan otak keluar

dari hidung / telinga), merupakan keadaan yang berbahaya karena dapat

menimbulkan peradangan otak. Otak dapat mengalami pembengkakan

(edema cerebri) dan karena tengkorak merupakan ruangan yang tertutup

rapat, maka edema ini akan menimbulkan peninggian tekanan dalam

rongga tengkorak (peninggian tekanan tekanan intra cranial)

e. Tekanan Intra Kranial (TIK).

Tekanan intra cranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak, volume

darah intracranial dan cairan cerebrospiral di dalam tengkorak  pada 1 satuan

waktu. Keadaan normal dari TIK bergantung pada posisi  pasien dan berkisar

± 15 mmHg. Ruang cranial yang kalau berisi jaringan otak (1400 gr), Darah
(75 ml), cairan cerebrospiral (75 ml), terhadap 2 tekanan pada 3 komponen ini

selalu berhubungan dengan keadaan keseimbangan Hipotesa Monro – Kellie

menyatakan : Karena keterbatasan ruang ini untuk ekspansi di dalam

tengkorak, adanya peningkatan salah 1 dari komponen ini menyebabkan

perubahan pada volume darah cerebral tanpa adanya perubahan, TIK akan

naik. Peningkatan TIK yang cukup tinggi, menyebabkan turunnya batang

otak (Herniasi batang otak) yang  berakibat kematian.

3. Etiologi

Cedera kepala disebabkan oleh

1) Kecelakaan lalu lintas 

2) Jatuh

3) Trauma benda tumpul

4) Kecelakaan kerja

5)  Kecelakaan rumah tangga

6) Kecelakaan olahraga

7) Trauma tembak dan pecahan bom (Ginsberg, 2007)

4. Patofisiologi

Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya

kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah,  perdarahan,

edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosis

tripospat perubahan permeabilitas vaskuler.


Patofisiologi cedera kepala dapat di golongkan menjadi 2 yaitu cedera

kepala primer dan cedera kepala sekunder.  Cedera kepala primer merupakan

suatu proses biomekanik yang dapat terjadi secara langsung saat kepala

terbentur dan memberi dampak cedera jaringan otak. Cedera kepala primer

adalah kerusakan yang terjadi pada masa akut, yaitu terjadi segera saat

benturan terjadi. Kerusakan primer ini dapat bersifat ( fokal ) local, maupun

difus. Kerusakan fokal yaitu kerusakan jaringan yang terjadi pada bagian

tertentu saja dari kepala, sedangkan bagian relative tidak terganggu.

Kerusakan difus yaitu kerusakan yang sifatnya berupa disfungsi menyeluruh

dari otak dan umumnya bersifat makroskopis.

Cedera kepala sekunder terjadi akibat cedera kepala primer, misalnya

akibat hipoksemia, iskemia dan perdarahan.Perdarahan cerebral menimbulkan

hematoma, misalnya Epidoral Hematom yaitu adanya darah di ruang Epidural

diantara periosteum tengkorak dengan durameter,subdural hematoma akibat

berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan sub arakhnoit dan

intra cerebal hematom adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral.


5. Pathway

Kecelakaan lalu lintas , Kecelakaan kerja, Kecelakaan olahraga


Jatuh, Trauma benda Kecelakaan rumah Trauma tembak dan
tumpul pecahan bom .
tangga

Cedera Kepala

Cidera kepala Cidera kepala otak


otak primer sekunder
Kontusio serebri
Kerusakan sel otak Mempengaruhi
Gangguan motorik
autoregulasi Rangsangan simpatis
meningkat
Kelemahan anggota
Aliran darah ke
gerak
otak menurun Tahanan vaskuler sistemik & TD
meningkat
Hambatan mobilitas
Aliran darah ke otak volume itrakranial meningkat fisik
menurun

gangguan metabolisme TIK Meningkat

terjadi herniasi Refles menelan


Refles batuk
Asam laktat meningkat batang otak menurun
menurun

udem otak Dispneu

Ketidakefektifan perfusi
Jaringan serebral Ketidakefektifan pola napas

uedema paru
Peumpukan secret / cairan

Ketidakefektifan panbersihan jalan nafas

6. Manifestasi Klinik

Cedera kepala berat memiliki beragam gejala yang memengaruhi fisik maupun

psikologi penderitanya. Gejala-gejala tersebut meliputi:

 Sulit berbicara

 Memar dan bengkak di sekitar kedua mata atau di sekitar telinga.

 Gangguan pada pancaindra, seperti kehilangan pendengaran atau mengalami

penglihatan ganda.

 Muntah terus-menerus dan menyebur.

 Keluar darah atau cairan bening dari telinga atau hidung.

 Disorientasi atau tidak dapat mengenali waktu, tempat, dan orang.

 Kejang.

 Kehilangan kesadaran

 Amnesia.
7. Komplikasi

Komplikasi yang sering dijumpai dan berbahaya menurut  (Markam,

1999) pada cedera kepala meliputi

1. Koma

Penderita tidak sadar dan tidak memberikan respon disebut koma. Pada

situasi ini secara khas berlangsung hanya beberapa hari atau minggu,

setelah 16 masa ini penderita akan terbangun, sedangkan beberapa kasus

lainnya memasuki vegetatife state. Walaupun demikian penderita masih

tidak sadar dan tidak menyadari lingkungan sekitarnya. Penderita pada

vegetatife state lebih dari satu tahun jarang sembuh.

2. Kejang/Seizure

Penderita yang mengalami cedera kepala akan mengalami sekurang-

kurangnya sekali kejang pada masa minggu pertama setelah cedera.

Meskipun demikian, keadaan ini berkembang menjadi epilepsy

3. Infeksi

Fraktur tulang tengkorak atau luka terbuka dapat merobekkan membran

(meningen) sehingga kuman dapat masuk infeksi meningen ini biasanya

berbahaya karena keadaan ini memiliki potensial untuk menyebar ke

system saraf yang lain.


4. Hilangnya kemampuan kognitif

Berfikir, akal sehat, penyelesaian masalah, proses informasi dan memori

merupakan kemampuan kognitif. Banyak penderita dengan cedera kepala

mengalami masalah kesadaran.

5. Penyakit Alzheimer dan Parkinson

Pada khasus cedera kepala resiko perkembangan terjadinya penyakit

Alzheimer tinggi dan sedikit terjadi Parkinson. Resiko akan semakin

tinggi tergantung frekuensi dan keparahan cedera.

8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas

darah.

b. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi,

perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.

c. MRI, untuk mendapatkan gambaran otak secara detail. Pemeriksaan ini

biasanya dilakukan setelah kondisi pasien stabil

d. Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti

perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.

e. X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur

garis (perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun

thorak.

f. CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan

subarachnoid.
g. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan

(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

h. Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai

akibat peningkatan tekanan intrakranial.

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah

terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor

sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan

otak. Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan  pada pendertia

cedera kepala Penatalaksanaan umum adalah:

b. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi

c. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma

d. Berikan oksigenasi

e. Lakukan resusitasi jantung paru ketika terjadi henti nafas dan henti jantung

f. Memberikan cairan infus ketika untuk mencegah syok hipopolemik akibat

perdarahan.

g. Membebat tulang yang retak atau patah.

h. Menghentikan perdarahan

i. Bila nyeri yang sangat hebat dokter dapat memberikan obat anti nyeri
10. Pencegahan

Cedera kepala berat cenderung terjadi secara tiba-tiba. Namun, ada

beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko cedera di bagian

kepala. Hal-hal tersebut meliputi:

1. Gunakan perlengkapan yang aman ketika beraktivitas atau berolahraga.

2. Pastikan rumah terbebas dari benda berbahaya yang dapat menyebabkan

jatuh, seperti barang yang berserakan di lantai atau karpet yang licin.

3. Pastikan rumah aman untuk anak-anak dan pastikan jendela atau balkon

tidak terjangkau oleh anak-anak.

4. Selalu gunakan helm ketika mengendarai motor dan pasanglah selalu

sabuk pengaman ketika mengendarai mobil


TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN CKB

B. PENGKAJIAN

a. Pengkajian primer

 Airway dan cervical control Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran

airway. Meliputi  pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat

disebabkan  benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau

maksila, fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin

lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas,

harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi

dari leher.

 Breathing dan ventilation Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi

yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk

pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi

yang baik meliputi : fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan

diafragma.

 Circulation dan hemorrhage control

a) Volume darah dan Curah jantung

Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus dianggap

disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam hitungan detik

dapat memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik yaitu

kesadaran, warna kulit dan nadi.  


b) Kontrol Perdarahan

 Disability Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran

dan reaksi pupil.

 Exposure dan Environment control Dilakukan pemeriksaan fisik head toe

toe untuk memeriksa jejas.  

b. Pengkajian sekunder

 Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat  badan, tinggi

badan, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, anggota keluarga, agama.

 Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian,

status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah

kejadian.

 Aktivitas/istirahat Gejala : Merasa lelah, lemah, kaku, hilang

keseimbangan. Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese,

puandreplegia, ataksia, cara berjalan tidak tegang.

 Sirkulasi Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi,

takikardi.

 Integritas Ego Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian. Tanda :

Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan impulsif.

 Makanan/cairan Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.

Tanda : muntah, gangguan menelan.


 Eliminasi Gejala : Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami

gangguan fungsi.

 Neurosensori Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo,

sinkope, kehilangan pendengaran, gangguan pengecapan dan  penciuman,

perubahan penglihatan seperti ketajaman. Tanda : Perubahan kesadaran

bisa sampai koma,  perubahan status mental, konsentrasi, pengaruh emosi

atau tingkah laku dan memoris.

 Nyeri/kenyamanan Gejala : Sakit kepala. Tanda : Wajah menyeringai,

respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa

istirahat, merintih.

 Pernafasan Tanda : Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh

hiperventilasi nafas berbunyi)

 Keamanan Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan. Tanda :

Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang gerak, tonus

otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam, gangguan

dalam regulasi suhu tubuh.

 Interaksi sosial Tanda : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti,

bicara berulang-ulang.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan trauma kepala

b. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi cairan.

c. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan cedera medulla spinalis

d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, gangguan

muskuloskeletal, kekakuan sendi, kontraktur.

3. Intervensi Keperawatan

N0 Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


.
1. Ketidakefektifan NOC: NIC:
 
perfusi  jaringan
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV dan kesadaran
serebral
selama 3 x 24 jam masalah klien
berhubungan
teratasi dengan kriteria hasil : Rasional : Untuk mengetahui
dengan cedera
1. Tekanan darah dalam batas keadaan umum pasien sebagai
kepala
normal standar dalam penentuan
2. Bruit pembuluh darah besar intervensi
tidak terdengar 2. Kaji karakkteristik nyeri
3. Berkomunikasi dengan ( intensitas lokasi , frekuensi,
jelas dan sesuai dengan usia dan faktor mempengaruhi
serta kemampuan Rasional : penurunan dan tanda
4. Menunjukkan perhatian, gejala neurulogis atau kegagalan
konsentrasi dan orientasi dalam pemulihan merupakan
kognitif awal pemulihan dalam
5. Menunjukkan memori pemantauan TIK
jangka panjang dan saat ini 3. Kaji CRT dan GCS
6. Mampu mengolah Rasional : untuk mengetahui
informasi tingkat kesadaran dan potensial
7. Mampu membuat peningkatan TIK
keputusan yang tepat. 4. Kaji tanda peningkatan TIK
(Kaku kuduk, muntah proyekti
dan penurunan kesadaran )
Rasional :untuk mengetahui
potensial peningkatan TIK
5. Anjurkan orang terdekat
keluarga untuk bicara dengan
klien walaupun hanya lewat
sentuhan
Rasional : ungkapan keluarga
yang menyenangkan memberi
efek penurunan TIK dan efek
relaksasi bagi klien
6. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi obat-
obat neurologis
Rasional : sebagai terapi
terhadap kehilangan kesadaran

N0 Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


.
Ketidak NIC :
2. NOC:
efektifan 1. Kaji Tanda Tanda Vital
bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan
Rasional : untuk mengetahui
nafas selama 1x 24 jam masalah
teratasi dengan kriteria hasil : tingkat perkembangan kesehatan
berhubungan
dengan 1. Kemudahan bernapas pasien.
akumulasi 2. Frekuensi dan irama
2. Ajarkan tehnik batuk efektif
cairan. pernapasan dalam batas
normal Rasional : memudahkan pasien

3. Menunjukkan jalan napas mengeluarkan secret


yang paten
3. Auskultasi suara nafas sebelum

dan sesudah tindakan suction

Rasional: adanya bunyi nafas


tambahan menunjukkan adanya

gangguan pada sistem pernafasan

4. Kaloborasi pemberian terapi

nebulizer

Rasional : Pemberikan terapi

nebulizer dapat menormalkan

kembali saluran pernafasan yang

terganggu akibat adanya lendir

N0. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Ketidak NIC:
3. NOC:
efektifan pola 1. Identifikasi etiologi atau
Setelah dilakukan tindakan
nafas factor pencetus contoh
selama 3x 24 jam masalah
berhubungan kolaps spontan, trauma,
teratasi dengan kriteria hasil:
dengan cedera keganasan, infeksi
1. Kemudahan bernapas
medulla spinalis Rasional : Pemahaman
2. Menunjukkan jalan nafas
penyebab kolaps paru perlu
yang paten
untuk pemasangan selang
3. Tanda – tanda vital dalam
dada yang tepat dan memilih
batas normal
tindakan terapeutik lain.
2. Evaluasi fungsi pernapasan,
cacat kecepatan atau
pernapasan serak, dispneu,
keluhan “lapar udara”,
terjadinya sianosis,
perubahan tanda vital.
Rasional : Distres
pernapasan dan perubahan
pada tanda vital dapat terjadi
sebagai akibat stress fisiologi
dan nyeri atau dapat
menunjukkan syok
sehubungan dengan hipoksia
atau perdarahan.
3. Auskultasi bunyi bapas
rasional : adanya bunyi nafas
tambahan menunjukkan
tanda tanda gangguan pada
sistem pernafasan
4. Pertahankan posisi
nyaman, biasanya dengan
peninggian kepala tempat
tidur
Rasional : Meningkatkan
inspirasi maksimal,
meningkatkan ekspansi paru
5. Kolaborasi pemberian
oksigen tambahan melalui
kanula/ masker sesuai
indikasi
Rasional : Alat dalam
menurunkan kerja napas;
meningkatkan penghilangan
distress respirai dan sianosis
sehubungan dengan
hipoksemia.
 

N0. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Hambatan NOC: NIC :


4. Setelah dilakukan tindakan
mobilitas fisik 1. Kaji keterbatasan gerak sendi
selama 2x24 jam masalah
berhubungan teratasi dengan kriteria hasil: Rasional : menentukan batas
1. klien meningkat dalam
dengan nyeri, gerakan yang akan di lakukan
aktivitas fisik
gangguan 2. mengerti tujuan dari 2. Tentukan tingkat motivasi
peningkatan mobilitas
muskuloskeletal, pasien dalam melakukan
3. memverbalisasikan
kekakuan sendi, perasaan dalam aktivitas
meningkatkan kekuatan dan
kontraktur. Rasional : mempengaruhi
kemampuan berpindah
penilaian terhadap kemampuan
aktivitas apakah karena
ketidakmampuan ataukah
ketidakmauan
3. Ajarkan atau pantau pasien
dalam hal pengunaan alat bantu
Rasional : menilai batasan
kemampuan aktivitas optimal
4. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADL secara mandiri
sesuai kemampuan
Rasional : untuk meningkatkan
pemenuhan mobilisasi
5. Anjurkan klien untuk
melakukan latihan range of
motion
Rasioanal : rom dapat
mempertahankan pergerakan
sendi\
6. kolaborasi tentang terapi
dengan ahli terapi fisik
Rasional : sebagai suatu sumber
untuk mengembangan
perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan
mobilitas pasien

DAFTAR PUSTAKA

Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional Nanda,NIC – NOC 2015


jilid 2 dan jilid 3 .
Nugroho, Critical Care Nursing, 2013
Ikawati Sulies, 2011 . Farmakterapi Sistem Syaraf Pusat Bursa Ilmu Yogyakarta
Marton,Gallow,Hudak, 2012.,Keperawatan Kritis Edisi 8 EGC,Jakarta

Anda mungkin juga menyukai