Anda di halaman 1dari 3

EKLAMPSIA

Nomor : SOP/PKM-MB /2017


No. Revisi : 0
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/3
UPT. Puskesmas Fahripie, SKM
Martapura Barat NIP.197105261998031009

1. Pengertian a. Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita pre-eklampsia, yang


disertai dengan kejang menyeluruh dan atau koma. Sama halnya dengan
pre-eklampsia, eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan post partum.
b. Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam
pertama setelah persalinan. 50-60% kejadian eklampsia terjadi dalam
keadaan hamil. 30-35% kejadian eklampsia terjadi pada saat inpartu, dan
sekitar 10% terjadi setelah persalinan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penatalaksanaan kasus Eklampsia
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPT. Puskesmas Martapura Barat Nomor: /PKM
–MB/2017 tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Alat dan Bahan a. Alat:
1) Oropharyngeal airway / Guedel 5) Oksigen
2) Kateter + urin bag 6) Tensi meter
3) Infus set / Transfusi set
4) Spuit
b. Bahan:
1) Larutan MgSO4 40%
2) K/P
3) Cairan Infus RL / NACL
4) Aquadest
6. Prosedur a. Anamnesis
1) Keluhan
Kejang yang diawali dengan gejala-gejala prodromal eklampsia,
antara lain:
 Nyeri kepala hebat
 Gangguan penglihatan
 Muntah-muntah
 Nyeri uluhati atau abdomen bagian atas
 Kenaikan progresif tekanan darah

2) Faktor Risiko
 Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit
mikrovaskular (antara lain: diabetes melitus, hipertensi kronik,
gangguan pembuluh darah dan jaringan ikat)
 Sindrom antibody antiphospholipid, dan nefropati. Faktor risiko
lainya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri, dan faktor
spesifik dari ibu atau ayah janin.
 Riwayat preeklampsia ringan dan berat dalam kehamilan
sebelumnya.
b. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
1) Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan keadaan umum: sadar atau penurunan kesadaran
Glasgow Coma Scale dan Glasgow-Pittsburg Coma Scoring
System.
 Pada tingkat awal atau aura yang berlangsung 30 sampai 35 detik,
tangan dan kelopak mata bergetar, mata terbuka dengan
pandangan kosong.
 Tahap selanjutnya timbul kejang
EKLAMPSIA
Nomor : SOP/PKM-MB /2017
No. Revisi : 0
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 2/3

 Pemeriksaan tanda vital


 Adanya peningkatan tekanan darah diastol >110 mmHg
 Sianosis
 Skotoma penglihatan
 Dapat ditemukan adanya tanda-tanda edema paru dan atau gagal
jantung
2) Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan urinalisa didapatkan proteinuria ≥ 2+
c. Penegakan Diagnosa
1) Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
2) Diagnosis Banding
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat
penyakit lain, oleh karena itu sebagai diagnosis banding eklampsia
antara lain: Hipertensi, perdarahan otak, lesi di otak, Meningitis,
Epilepsi , Kelainan metabolik
 Komplikasi pada ibu: sianosis, aspirasi , pendarahan otak dan
kegagalan jantung, mendadak, lidah tergigit, jatuh dari tempat
tidur yang menyebabkan fraktur dan luka, gangguan fungsi ginjal,
perdarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan ikterus
 Komplikasi pada janin: Asfiksia mendadak disebabkan spasme
pembuluh darah, Solusio plasenta, persalinan prematuritas

d. Penatalaksanaan
Perawatan dasar eklampsia yang utama adalah terapi supportif untuk
stabilisasi fungsi vital, dengan pemantauan terhadap Airway, Breathing,
Circulation (ABC).
1) Non Medikamentosa
Pengelolaan Kejang
 Pemberian obat anti kejang.
 Masukan sudap lidah ke dalam mulut penderita.
 Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi trendelenburg untuk
mengurangi risiko aspirasi.
 Katerisasi urine untuk pengukuran cairan dan pemeriksaan
proteinuria.
 Beberapa keluarga pasien membantu untuk menjaga pasien tidak
terjatuh dari tempat tidur saat kejang timbul
 Beri O2 4 - 6 liter permenit.
2) Medikamentosa
 MgSO4diberikan intravena dengan dosis awal 4 g (10ml MgSO4
40%, larutkan dalam 10 ml akuades) secara perlahan selama 20
menit, jika pemberian secara intravena sulit, dapat diberikan
secara IM dengan dosis 5mg masing bokong kanan dan kiri.
Adapun syarat pemberian MgSO4
 tersedianya CaGlukonas10%
 ada refleks patella,
 jumlah urin minimal 0,5 ml/kgBB/jam
 frekuensi napas 12-16x/menit.
 Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 g MgSO4 (15ml
MgSO4 40%, larutkan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/ Ringer
asetat) 28 tetes/ menit selama 6 jam dan diulang hingga 24 jam
setelah persalinan atau kejang berakhir.
EKLAMPSIA
Nomor : SOP/PKM-MB /2017
No. Revisi : 0
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman : 3/3

 3. Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya,


berikan dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas
kesehatan sekunder .
 Stabilisasi selama proses perjalanan rujukan
 Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, refleks patella.
 Bila frekuensi pernapasan < 16 x/menit, dan/atau tidak
didapatkan refleks tendon patella, danatau terdapat oliguria
(produksi urin <0,5 ml/kg BB/jam), segera hentikan pemberian
MgSO4.
 Jika terjadi depresi napas, berikan Ca glukonas 1 g IV (10 ml
larutan 10%) bolus dalam 10 menit.

e. Kriteria Rujukan
Eklampsia merupakan indikasi rujukan yang wajib di lakukan.
7. Unit terkait a. Ruang Tindakan
b. Ruang KIA-KB
c. Apotek
8. Rekaman Historis
No Halaman Yang Dirubah Perubahan Tgl. Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai