Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Apendisitis adalah radang pada usus buntu atau dalam bahasa
latinnya appendiks vermivormis, yaitu suatu organ yang berbentuk
memanjang dengan panjang 6-9 cm dengan pangkal terletak pada bagian
pangkal usus besar bernama sekum yang terletak pada perut kanan bawah
(Handaya, 2017).
Apendisitis merupakan salah satu infeksi pada sistem pencernaan
yang sering dialami oleh masyarakat yaitu mencapai 7% hingga 12%.
Sedangkan kejadian apendisitis di USA sekitar 6,7% pada perempuan dan
8,6% pada laki-laki. Penyakit ini dapat terjadi pada semua umur tetapi
umumnya terjadi pada dewasa dan remaja muda, yaitu pada umur 10-30
tahun dan insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun. Insiden
pada laki-laki umumnya lebih banyak dari perempuan terutama pada umur
20-30 tahun (Bhangu dkk, 2017).
Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa
insiden apendisitis di dunia tahun 2007 mencapai 7% dari keseluruh
jumlah penduduk dunia. Di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8%
dan 2,6% dari total populasi penduduk (Sartelli et al, 2018). Di Amerika
Serikat, sekitar 250.000 kasus apendisitis dilaporkan setiap tahunnya.
Penyakit ini juga menjadi penyebab paling umum dilakukannya bedah
abdomen darurat di Amerika Serikat (Bhangu dkk, 2017).
Di Inggris juga memiliki angka kejadian apendisitis yang cukup
tinggi, sekitar 40.000 orang dilaporkan masuk rumah sakit di Inggris
karena apendisitis (Ruber, 2018). Di Indonesia, angka kejadian apendisitis
dilaporkan sebesar 95 per 1000 penduduk dengan jumlah kasus mencapai
10 juta setiap tahunnya dan merupakan kejadian tertinggi di ASEAN
(Padmi & Widarsa, 2017).
Prevalensi hasil penelitian di jawa tengah didapatkan 15 dari 27
pasien (55,6%) adinyatakan penderita apendiksitis,12 % lainnya menderita
kista ovarian sebanyak 7 pasien, abscess tuboovarial 1 pasien,
hematosalping dengan kista felikel 1 pasien, invaginasi illeocekal 1 pasien
dan lulomyoma 1 pasien, uretrolithiasis dextra 1 pasien. Berdasarkan
pemeriksaan ultrasonografi didapatkan 13 pasien memenuhi criteria
apendisitis; dari pemeriksaan apendikogram didapatkan 26 pasien
memenuhi criteria apendisitis. Nilai akurasi ultasonografi apendiks :
sensitivitas 86,7%. Spesifikasi 75%, PPV 81,25%, NPV 81,8%, LR (+)
3,468 dan LR (-) 0,00. Disimpulkan pemeriksaan ultrasonografigrey scale
apendiksitis lebih akurat disbanding apendikogram pada diagnosis
penderita kronis eksaserbasi akut.

1.1.1 TUJUAN PENULISAN


1.1.2.1 Tujuan Umum
Siswa mampu mendiskripsikan dan melaporkan Asuhan Keperawatan
Ny. R dengan post operasi Appendikcitis di RSUD Datu dengan Beru
pendekatan proses keperawatan dari tahap pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1.1.2.2 Tujuan Khusus
1.1.2.2.1 Mampu melakukan pengkajian pada Ny. R dengan post
operasi Appendikcitis
1.1.2.2.2 Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Ny. R
dengan post operasi Appendikcitis
1.1.2.2.3 Mampu mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada
Ny. R dengan post operasi Appendikcitis
1.1.2.2.4 Mampu mendiskripsikan tindakan dari Asuhan Keperawatan
pada Ny. R dengan post operasi Appendikcitis
1.1.2.2.5 Mampu melaksanakan evaluasi tindakan dari Asuhan
Keperawatan yang dilakukan pada Ny. R dengan post operasi
Appendikcitis
1.1.2.2.6 Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan yang
dilakukan pada Ny. R dengan post operasi Appendikcitis

Anda mungkin juga menyukai