Dosen Pengajar :
Disusun oleh :
TAHUN AJARAN
2020/2021
Artikel maksimal 5 tahun terakhir, upayakan yang berkaitan erat dengan kesehatan
lingkungan/Public health.
a. Judul
Behavioral preventive measures and the use of medicines and herbal products among the
public in response to Covid-19 in Bangladesh (Tindakan pencegahan perilaku dan
penggunaan obat-obatan dan produk herbal di kalangan masyarakat dalam menanggapi
Covid-19 di Bangladesh)
b. Nama Peneliti
Iftekhar Ahmed , Maruf Hasan, Rahima Akter, Bidduth Kumar Sarkar , Marufa Rahman , Md
Samun Sarker, Mohammed A. Samad.
c. Tahun Terbit
11 Desember 2020
d. Nama Jurnal
Plos One
Kepanikan dan ketakutan seputar pandemi dikombinasikan dengan informasi yang salah telah
mendorong orang untuk membeli dan menimbun obat-obatan. Selama lockdown Covid-19,
akses ke penyedia layanan kesehatan telah dibatasi secara signifikan yang kemungkinan
membuat orang lebih rentan terhadap pengobatan sendiri dan lebih bergantung pada sumber
yang kurang dapat diandalkan seperti media sosial dan digital untuk informasi terkait obat.
Oleh karena itu, sangat mungkin terjadi penggunaan obat-obatan yang tidak tepat dan tidak
perlu oleh masyarakat Bangladesh dalam kaitannya dengan pencegahan dan penyembuhan
gejala Covid-19. Karena itu peneliti ingin mengkaji faktor apa saja yang berperan dalam
kejadian tersebut.
f. Rumusan masalah penelitian
Peneliti berusaha untuk mengkaji perilaku pencegahan dan penggunaan obat-obatan dan
makanan/produk herbal di kalangan masyarakat Bangladesh dalam menanggapi Covid-19.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi obat dan produk/makanan herbal apa yang
digunakan masyarakat sebagai tindakan pencegahan Covid-19. Peneliti melakukan studi
cross-sectional dengan mengumpulkan data terkait faktor pendukung apa saya yang
menyebabkan terjadinya hal tersebut pada masyarakat Bangladesh.
h. Pengkajian (tinjauan pustaka) terkait dengan desain penelitian (Definisi, Syarat, Kelebihan,
Kekurangan Desain Penelitian)
Definisi
Penelitian cross-sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasional, atau
pengumpulan data. Penelitian cross-sectional hanya mengobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat penelitian.
Syarat
Adanya hubungan antara paparan dan penyakit dengan cara mengamati status keduanya
secara serentak (diukur pada waktu yang sama) pada individu atau unit pengamatan dari
populasi tunggal pada suatu saat/periode tertentu.
Kelebihan
1. Studi cross sectional jauh lebih murah untuk dilakukan daripada opsi lain yang tersedia
bagi peneliti, karena tidak diperlukan tindak lanjut dengan jenis penelitian ini.
2. Memberi kontrol yang baik atar proses pengukuran, alasannya karena tidak ada
pertimbangan jangka panjang dalam penelitian ini, peneliti memiliki kontrol yang lebih
baik atas proses penetapan.
3. Peneliti mampu memaksimalkan kelengkapan poin data utama mereka karena mereka
melihat seluruh kelompok populasi dalam satu titik waktu tertentu. Hal itu
menyebabkan lebih sedikit kesalahan, karena data tidak dikumpulkan beberapa kali,
melainkan semua dikumpulkan hanya dalam sekali waktu.
4. Informasi yang diperoleh melalui studi cross sectional cocok untuk analisis data
sekunder, berarti informasi yang dikumpulkan tentang kelompok populasi umum
memiliki kegunaan yang berkelanjutan, yang memaksimalkan nilai investasi dari titik-
titik data yang dikumpulkan.
5. Memberi landasan untuk peluang penelitian masa depan, penelitian cross sectional
dirancang untuk menemukan petunjuk tentang kelompok populasi yang kemudian dapat
membantu jenis penelitian lain untuk dapat menentukan mengapa suatu fenomena dapat
terjadi.
Kekurangan
1. Hanya efektif jika mewakili seluruh populasi
2. Karena seluruh kelompok populasi sedang dipelajari sekaligus, ukuran sampel yang
lebih besar biasanya diperlukan dalam studi cross sectional dibandingkan dengan jenis
studi lainnya.
3. Memungkinkan bias yang dapat mempengaruhi hasil, ketika ada kelompok populasi
yang tidak merespon maka kondisi demikian samngat problematis jika karakteristik
mereka yang tidak merespon berbeda dengan mereka yang merespon dalam konteks
kelompok populasi umum yang dipelajari.
4. Tidak dapat mengukur insiden, metode studi cross sectional dapat membatasi
ketersediaan hasil bagi peneliti, alasannya karena studi ini tidak selalu dapat
menentukan mengapa peristiwa tertentu terjadi dalam populasi.
i. Kerangka konsep
Variabel terikat
Ketakutan akan Covid-19
Variabel tidak terikat
Tindakan pencegahan Covid-19
Penggunaan obat-obatan
Penggunaan produk herbal
Sumber informasi yang diterima
j. Metodologi Penelitian:
- Desain penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa kerbatasan, Pertama, pengumpulan data didasarkan pada
purposive sampling sehingga temuan penelitian ini mungkin tidak digeneralisasikan
untuk seluruh populasi. Kedua, peneliti hanya mengandalkan data yang dilaporkan sendiri
sehingga ada kemungkinan bias keinginan sosial di mana peserta mungkin lebih memilih
untuk memberikan tanggapan yang lebih sesuai atau diharapkan dari mereka (seperti
memakai masker atau menjaga jarak) daripada tanggapan yang mencerminkan perilaku
mereka yang sebenarnya.
Data yang dikumpulkan berupa informasi sosiodemografi seperti usia, jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, tempat tinggal, adanya penyakit kronis, dan ketakutan
peserta terhadap Covid-19. Selain itu dikumpulkan juga data terkait pencegahan apa saja
yang dilakukan masyarakat seperti mencuci tangan, tinggal di rumah, menghindari
keramaian dan memakai masker. Serta data mengenai penggunaan obat atau produk
herbal oleh peserta sebagai tindakan preventif dan kuratif terhadap Covid-19.
- Sumber data (jika data sekunder), cara pengumpulan data (jika data primer, jabarkan
prosesnya)
- Hipotesis
Kepanikan dan ketakutan seputar pandemi dikombinasikan dengan informasi yang salah
diduga telah menjadi penyebab masyarakat Bangladesh melakukan tindakan penggunaan
obat-obatan dan produk herbal.
- Analisis data, metode dan software
Untuk data sosiodemografi peserta seperti seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, tempat tinggal, adanya penyakit kronis, dan ketakutan peserta terhadap
Covid-19 di analisis secara deskriptif. Data terkait perilaku pencegahan Covid-19
diberikan nilai skor 0-4 , untuk mengidentifikasi perbedaan dalam praktik perilaku
pencegahan di berbagai kondisi demografis maka dilakukan uji Kruskal-Wallis. Untuk
menilai faktor-faktor yang terkait dengan penggunaan obat-obatan pencegahan dan
makanan/ produk herbal, regresi logistik biner multivariabel dilakukan, menghitung rasio
odds yang disesuaikan (OR) dengan interval kepercayaan 95% (CI). SEBUAHP-nilai
kurang dari 0,05 dianggap signifikan. Analisis data dilakukan di IBM SPSS versi 25.
k. Hasil penelitian
Sebanyak 1.222 orang berpartisipasi dalam survei tersebut. Usia peserta berkisar antara 18
hingga 82 tahun. Diperoleh hasil
- Penggunaan obat
Sekitar 15% (181) peserta menggunakan obat konvensional (allopathic) dan homeopati
sebagai profilaksis untuk menurunkan risiko terinfeksi Covid-19. Obat yang paling
umum digunakan adalah arsenicum album, formulasi homeopati dari arsenik trioksida.
Obat lain yang biasa digunakan adalah suplemen vitamin (vitamin C, D, B, dan
multivitamin), suplemen mineral (kebanyakan seng), parasetamol, antihistamin. Hasil
analisis regresi menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung menggunakan obat
pencegahan dibandingkan dengan perempuan. Sekitar 20% (239) peserta mengalami satu
atau lebih gejala terkait infeksi Covid19, dan 70% (168) di antaranya mengonsumsi obat
untuk mengatasi gejala tersebut. Parasetamol adalah obat yang paling umum digunakan,
diikuti oleh antihistamin (kebanyakan fexofenadine, desloratadine, cetirizine, dan
chlorpheniramine), antibiotik (kebanyakan azitromisin, doksisiklin, dan amoksisilin),
suplemen mineral (seng dan kalsium), antiasthmatics (montelukast dan salbutamol).
- Jurnal
Media massa seperti televisi, surat kabar, dll. telah memainkan peran penting dalam
meningkatkan kesadaran tentang pandemi, mereka juga berkontribusi pada penyebaran
informasi yang salah seputar Covid-19. Dalam penelitian ini, kami menemukan
ketergantungan yang tinggi dari para peserta pada media untuk nasihat terkait pengobatan
terkait Covid-19. Oleh karena itu, penyebaran informasi yang salah melalui media digital,
cetak, dan sosial perlu dibendung semaksimal mungkin.
- Individu
Sebaiknya masyarakat lebih memahami mengenai virus Covid-19 dan juga tidak menelan
mentah mentah informasi yang didapat terkait Covid-19, ada baiknya masyarakat lebih
selektif kembali dalam menerima berita jangan sampai termakan isu isu yang tidak teruji
kebenarannya. Tidak perlu terus mengikuti berita berita yang menayangkan kondisi serta
korban Covid-19, hal seperti itu hanya akan melemahkan mental dan menurunkan imun.
Selalu berpikir positif dan menjaga pola hidup sehat adalah koentji agar kita terhindar
dari Covid-19. Dan yang terpenting selalu menjaga dan mengikuti tindakan pencegahan
yaitu protokol kesehatan yang berlaku seperti mencuci tangan, tinggal di rumah,
menghindari keramaian dan memakai masker.
m. Kesimpulan penelitian
Penelitian ini dilakukan saat pandemi Covid-19 telah mencpai puncaknya di Bangladesh.
Dalam penelitian ini masyarakat Bangladesh yang takut akan Covid-19 cenderung lebih
banyak mengonsumsi obat dan produk herbal sebagai pencegahan. Ketika ditanya tentang
sumber informasi terkait penggunaan obat atau makanan/produk herbal, sebagian besar
partisipan menjawab hanya mengandalkan nasihat keluarga, teman, atau kerabat selain itu
informasi dari media cetak dan digital juga menjadi sumber informasi utama.